Asuhan Keperawatan
DISMENOREA
Nama Kelompok :
1. Ananta Gupta (10.003)
2. Hasnia Nur Laili (10.021)
3. Rizka Novianadiar (10.046)
Semester 4A
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul ‘’ASUHAN KEPERAWATAN
DISMENOREA”. Adapun tujuan kami menulis makalah ini adalah sebagai salah satu tugas
mata kuliah MATERNITAS dan sebagai bahan bacaan mahasiswa akper pada khususnya.
Kami sudah menulis makalah ini dengan sebaik baiknya, namun apabila terdapat
kesalahan maupun kekurangan, kami mohon maaf . Kami juga menerima kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah kami.Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu
masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia.
Diperkirakan wanita amerika 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenore.
Dismenorea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling
sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi kedokter untuk konsultasi dan
pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar
dinilai. Walaupun frekuensi dismenorea cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama
dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan
memuaskan.
Oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah
sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual maka istilah dismenorea hanya
dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk
istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa
jam atau beberapa hari.
Terjadi merata pada 40-80% wanita. Pada 5-10% wanita, dismenore terlalu
berat dan tidak tertahankan.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahi dan memahami dari dismenorea
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari dismenorea ?
2. Bagaimana klasifikasi dari dismenorea ?
A. PENGERTIAN DISMENORE
Dismenore adalah menstruasi yang nyeri disebabkan oleh kejang otot.
(Mitayani :2009)
Dismenore adalah haid yang nyeri yang terjadi tanpa tanda-tanda infeksi atau
penyakit panggul.
Dismenorea adalah nyeri uteri pada saat menstruasi. Dismenorea primer tidak
dikaitkan dengan patologi pelvis dan bisa timbul tanpa penyakit organik. Intensitas
dismonerea bisa berkurang setelah hamil atau pada umur sekitar 30 tahun.
Menstruasi umumnya disertai nyeri tumpul atau nyeri kram. Nyeri berat
selama menstruasi dinamakan dismenorea.
Jadi dapat disimpulkan definisi dari disminore adalah nyeri yang dirasakan
wanita saat haid.
B. KLASIFIKASI DISMENORE
Dismenore dibagi atas :
1. Dismenore primer
Dismenore primer terjadi, jika tidak ada penyakit organik, biasanya dari
bulan ke 6 sampai tahun ke 2 setelah menarke. Dismenore ini sering hilang pada
usia 25 tahun atau setelah wanita hamil dan melahirkan pervaginam.
2. Dismenore sekunder
Disminore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organik, seperti
Endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis servix, neoplasma ovarium atau
uterus, dan polip uterus. IUD juga dapat menyababkan dismenore ini. Dismenore
sekunder dapat disalah artikan sebagai disminore primer atau rancu dengan
komplikasi kehamilan dini. Terapi harus ditujukan untuk mengobati penyabab
dasar.
Pembagian ini tidak seberapa tajam batasnya oleh karena dismenorea yang
pada mulanya disangka primer, kadang-kadang setelah diteliti lebih lanjut
memperlihatkan kelainan organic, jadi termasuk dismenorea sekunder.
C. ETIOLOGI
Menurut (Sarwono Prawihardjo : 1991) penyebab dismenore primer, beberapa
factor memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer, antara lain :
1. Faktor kejiwaan : pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi
jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah
timbul dismenorea.
2. Factor konstitusi : Faktor ini, yang erat hubungannya dengan factor tersebut di
atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Factor-faktor seperti
anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya
dismenorea.
3. Factor obstruksi kanalis servikalis : salah satu teori yang paling tua untuk
menerangkan terjadinya dismenorea primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada
wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis
kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai factor yang
penting sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea
tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam heperanteleksi. Sebaliknya,
terhadapat banyak wanita tanpa keluhan dismenorea, walaupun ada stenosis
servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma
submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenorea
karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mngeluarkan
kelainan tersebut.
4. Factor endokrin : pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang belebihan. Factor
endokrin mempunyai hubungan denga soal tonus dan kontraktilitas otot usus.
Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci
berkesimpulan bahwa hormone esterogen merangsang kontraktilitas uterus,
sedang hormone progesterone menghambat dan mencegahnya. Tetapi, teori ini
tidak dapat menerangkan fakta mengapa timbul rasa nyeri pada perdarahan
disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan dengan kadar esterogen
yang berlebihan tanpa adanya progesterone.
Satu jenis dismenorea yang jarang terdapat ialah yang pada waktu haid tidak
mengeluarkan endometrium dalam fragmen-fragmen kecil, melainkan dalam
keseluruhannya. Pengeluarkan tersebut disertai dengan rasa nyeri kejang yang
keras. Dismenorea demikian itu dinamakan dismenorea membranasea.
1. Endometriosis
2. Polip atau fibroid uterus
3. Penyakit radang panggul (PRP)
4. Pendarahan uterus disfungsional
5. Prolaps uterus
6. Maladaptive pemakaian AKDR
7. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus terapeutik, atau melahirkan
8. Kanker ovarium atau uterus
D. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dismenore primer dan dismenore sekunder menurut (Geri
Morgan : 2009) adalah :
1. Dismenore primer
a. Deskripsi perjalanan penyakit
(1) Dismenore primer muncul berupa serangan ringan, kran pada bagian
tengah, bersifat spasmodic yang dapat menyebar ke punggung atau paha
bagian dalam
(2) Umumnya ketidaknyamanan dimulai 1-2 hari sebelum menstruasi, namun
nyeri paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan mereda pada hari
kedua
(3) Dismenore kerap disertai efek samping seperti
(a) Muntah
(b) Diare
(c) Sakit kepala
(d) Sinkop
(e) Nyeri kaki
b. Karakteristik dan factor yang berkaitan :
(1) Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah menstruasi.
(2) Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23-27
tahun, lalu mulai mereda
(3) Umumnya terjadi pada wanita nulipara, kasus ini kerap menurun
signifikan setelah kelahiran anak.
(4) Lebih sering terjadi pada wanita obesitas.
(5) Dismenore berkaitan dengan aliran menstruasi yang lama
(6) Jarang terjadi pada atlet
(7) Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak
teratur.
2. Dismenore sekunder
a. Indikasi
(1) Dismenore dimulai setelah usia 20 tahun
(2) Nyeri bersifat unilateral
b. Factor-faktor yang berhubungan sebagai penyebab
(1) PRP
(a) Awitan akut
(b) Dispareunia
(c) Nyeri tekan saat palpasi dan saat bergerak
(d) Massa adneksa yang dapat teraba
a. Endometriosis
(1) Dyspareunia siklik
(2) Intensitas nyeri semakin meningkat sepanjang mensruasi (tidak terjadi
sebelum menstruasi dan tidak berakhir dalam beberapa jam, seperti pada
kasus dismenore primer)
(3) Nyeri yang menetap bukannya kran dan mungkin spesifik pada sisi lesi
(4) Kadang ditemukan nodul yang mungkin terapba selama pemeriksaan
b. Fibroleiomioma dan polip uterus
(1) Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun reproduksi daripada
dismenore primer
(2) Disertai perubahan dalam aliran menstruasi
(3) Nyeri kram
(4) Fibroleiomioma yang dapat teraba
(5) Polip yang biasa atau tidak menonjol pada serviks
c. Proplaps uterus
(1) Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun-tahun reproduktif
daripada dismenore primer
(2) Lebih umum terjadi pada pasien multipara
(3) Nyeri punggung awalnya dimulai saat pramenstruasi dan menetap
sepanjang menstruasi
(4) Disertai dispareunia dan nyeri panggul yang lebih berat saat pramenstruasi,
dan mungkin dapat dipulihkan dengan posisi telentang atau lutut –dada
(5) Sistokel dan inkontinensia stress urine terjadi bersamaan
E. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa faktor yang terkait dengan dismenorea primer yaitu
prostaglandin uterine yang tinggi, aktivotas uteri abnormal, dan faktor emosi/
psikologis. Belum diketahuin dengan jelas bagaimana protaglandin bisa menyebabkan
dismenorea tetapi diketahui bahwa wanita dengan dismenorea mempunyai
prostaglandin yang 4 kali lebih tinggi daripada wanita tanpa dismenorea.
Web Of Causation Dismenorea
Web Of Causation
Fungsi endokrin
Fungsi Fisiologis
Mual, muntah
uterus
Kontaksilitas uterus
Hipoksia dan iskemia / endometrium
Resiko kekuranga
volume cairan
Nyeri Dismenore Gangguan rasanyaman
(Nyeri)
Kelabilan emosional
MK : koping individu
yang tidak efektif
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan dismenore
menurut (Mitayani : 2009) adalah :
1. Tes laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap : normal
b. Urinalisis : normal
2. Tes diagnostic tambahan
a. Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut ( Mitayani :2009) adalah :
1. Syok
2. Penurunan kesadaran
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dismenore primer menurut (Sarwono Prawihardjo : 1991)
adalah sebagai berikut :
1. Penanganan dan nasehat
3. Terapi hormonal
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat
a. Riwayat menstruasi
(1) Awitan menarke
(2) Awitan dosmenore yang berkaitandengan menarke
(3) Frekuensi dan keteraturan siklus
(4) Lama dan jumlah aliran menstruasi
(5) Hubungan antara dismenore dengan siklus dan aliran menstruasi
b. Deskripsi nyeri
(1) Awitan yang terkait dengan masa menstruasi
(2) Rasa kram-spasmodis atau menetap
(3) Lokasi menyeluruh atau spesifik
(4) Unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah
(5) Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggung , atau paha
(6) Memburuk saat palpasi atau bergerak
c. Gejala yang berkaitan
(1) Gejala ekstragenetalia
(2) Dyspareunia konstan atau bersiklus yang berhubngan dengan siklus
menstruasi.
d. Riwayat obstetric
e. Pemasangan AKDR
f. Riwayat kondisi yang mungkin mengakibatkan dismenore sekunder
2. Pemeriksaan fisik
a. Pencatatan usia dan berat badan
b. Pemeriksaan speculum
(1) Observasi ostium uteri untuk mendeteksi polip
(2) Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas bagina, lakukan
pemeriksaan sediaan basah
(3) Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu,
berdasarkan riwayat pasien
c. Pemeriksaan bimanual
(1) Catat nyeri tekan akibat gerakan serviks
(2) Catat ukuran, bentuk, dan konsistensi uterus, periksa adanya fibroid
(3) Catat setiap masa atau nodul pada adneksa
(4) Catat nyeri tekan pada uterus atau adneksa, terutama nteri unilateral
(5) Catat bila terdapat sistokel atau prolaps uterus.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) yang berhubungan dengan meningkatnya
kontraksilitas uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan adanya
mual, muntah.
3. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan adanya mual,
muntah.
4. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kelebihan emosional.
C. INTERVENSI
1. DIAGNOSA 1 : nyeri yang berhubungan dengan meningkatnya kontraksilitas
uterus, hipersensitivitas saraf nyeri uterus.
TUJUAN : nyeri klien berkurang dalam waktu 1x 24 jam
1. Berikan kesempatan pada ibu untuk mendiskusikan bagaimana rasa sakit yang
dideritanya.
Rasional : Pasien mampu mengenali perasaannya yang berhubungan dengan
nyeri yang terjadi.
2. Bantu klien mengidentifikasi keterampilan koping selama periode berlangsung
Rasional : penggunaan perilaku yang efektif dapat membantu klien beradaptasi
dengan rasa sakit yang dialaminya.
3. Berikan periode tidur atau istirahat
Rasional : kelelahan karena rasa sakit dan pengeluaran cairan yang banyak dari
tubuh cenderung merupakan masalah berarti yang mesti segera diatasi.
4. Dorong keterampilan mengenai stress, misalnya dengan tehnik
relaksasi,visualisasi,bimbingan,imajinasi,dan latihan nafas dalam.
Rasional : dapat mengurangi rasa nyeri dan mengalihkan perhatian klien
terhadap nyeri.
5. Observasi stres tambahan yang menyertainya
Rasional : stress dapat mengganggu respons saraf otonom, sehingga
dikhawatirkan akan menambah rasa sakit
DAFTAR PUSTAKA
Prince & Wilson. 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6,
Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.