Pendahuluan
Penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan terlarang di tanah air kita Indonesia, sudah
mencapai proporsi yang semakin meresahkan. Sehingga sejak pertengahan tahun 1998 yang
lalu dalam rangka pemberantasan, para aparat keamanan Negara lebih meningkatkan
kegiatannya untuk terus mengadakan razia atau operasi, sebab penyebaran narkoba tidak
hanya telah merata, tetapi benar-benar semakin ‘tidak pandang bulu’. Bahkan yang lebih
meresahkan, para pengedar narkoba telah banyak mempengaruhi anak dibawah umur, dan
bukan lagi-lagi anak SLTP, tetapi SD!
Terutama juga karena “NARKOBA” yang dahulu dianggap sebagai barang eksklusif
yang hanya bisa diperoleh di tempat-tempat ‘gelap’ atau yang tadinya hanya digunakan
sebagai pelarian anak-anak dari kalangan keluarga broken home, atau hanya oleh golongan
tertentu saja (menengah ke atas) yang dapat membelinya, kini tidak bisa lagi dijadikan
patokan atau asumsi karena tidak seluruhnya benar.
Bahkan kini, anak-anak yang memiliki intelektualitas memadai pun bisa menjadi
korban narkoba. Tidak sedikit dari kalangan mereka yang terkenal pandai, berpendidikan
tinggi, banyak yang telah tergantung pada pemakaian obat-obatan terlarang tersebut.
Tidak mengherankan bila kesemarakan narkoba disertai banyaknya korban yang
berjatuhan, tidak hanya akan menambah komplikasi keresahan serta ketakutan pada
orangtua akan masa depan anak-anaknya ; tetapi juga semakin membentangkan
kekhawatiran pada tokoh masyarakat yang sangat peduli akan masa depan Bangsa dan
Negara. Mereka semuanya menjadi prihatin dan cemas akan hilangnya generasi penerus
bangsa.
Yang paling tua dan paling berbahaya adalah kelompok narkotik yang dibagi dalam 2
golongan, yaitu:
1. Narkotik Alami
2. Narkotik Semi SIntetik/Sintetik
NARKOTIK ALAMI
Sumber utama narkotik alami berasal dari tumbuh-tumbuhan tahunan, beberapa jenis
tumbuhan terna atau perdu.
b. Narkotik sintetik
Methadone
Meperidine
Levorphanol