Anda di halaman 1dari 2

PENYAKIT TIPS NUTRISI HERBAL WANITA KONSULTASI HOMEPENYAKIT Abortus Imminens : Gejala,

Penyebab, Pengobatan Penulis: dr. HeidyReview medis: dr. Ahmad Muhlisin Abortus imminens
adalah ancaman keguguran dimana kondisi janin masih sehat namun berisiko mengalami abortus
yang sesungguhnya jika tidak ditangani dengan baik. Abortus itu sendiri adalah pengeluaran hasil
konsepsi (keguguran) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasannya adalah usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Pada abortus imminens
hanya terjadi perdarahan dari vagina dan biasanya bisa mereda dengan istirahat total (bed rest).
Meskipun belum tentu berlanjut menjadi keguguran yang sesungguhnya, namun pendarahan dapat
mengancam kehidupan janin di dalam kandungan. Oleh sebab itu jangan dianggap remeh kondisi ini.
Perdarahan dari vagina yang terjadi selama trimester pertama kehamilan (usia kehamilan kurang
dari 12 minggu) sebenarnya suatu hal yang normal. Akan tetapi dapat juga menjadi suatu pertanda
bahwa adanya gangguan serius dalam kehamilan. Oleh karena itu setiap wanita hamil yang
mengalami perdarahan sebaiknya dibawa ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan. Apa Ciri-ciri dan
Gejala Abortus Imminens? ‘Pendarahan’ itulah gejala utama abortus imminens. Pendarahan terjadi
di usia kehamilan kurang dari 20 minggu, dan umumnya tidak disertai dengan keluhan lain misalnya
rasa kram pada perut kanan bawah. Jika pendarahan disertai dengan rasa kram karena kontraksi
rahim, maka waspadalah kemungkinan sudah berkembang Abortus Insipiens. Sampai di sini, yang
keluar hanya darah tidak disertai dengan jaringan ataupun bagian lain dari hasil konsepsi. Apa
Penyebab Abortus Imminens? Penyebab terjadinya abortus imminens sangat bervariasi, pada
umumnya berkaitan lebih dari satu penyebab. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
abortus imminens antara lain : Faktor genetik Hampir sebagian besar kasus abortus yang terjadi
pada trimester pertama dipengaruhi oleh faktor genetik. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35
tahun disarankan untuk melakukan pemeriksaan genetik amniosentesis, dimana cairan amnion
diambil sedikit dengan menggunakan jarum untuk diketahui ada tidaknya kelainan genetikk pada
janin. Kelainan kongenital Wanita hamil yang memiliki kelainan bawaan seperti kelainan posisi atau
bentuk uterus beresiko untuk terjadi abortus lebih besar. Gangguan autoimun Pada pasien autoimun
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih rendah dibandingkan orang normal. Pasien autoimun
yang sedang hamil akan beresiko lebih tinggi untuk terjadi abortus. Sebagai contoh pasien SLE yang
sedang hamil memiliki resiko 10% lebih besar untuk mengalami abortus. Infeksi Beberapa mikroba
yang berperan menyebabkan terjadinya infeksi selama kehamilan adalah bakteri, virus, dan parasit.
Lingkungan Sekitar 1 – 10 % gangguan terhadap janin disebabkan oleh paparan obat, bahan kimia
atau radiasi, da mengakibatkan terjadinya abortus. Sebagai contoh paparan terhadap asap rokok dan
gas karbonmonoksida dapat menghambat sirkulasi darah melalui plasenta sehingga pasokan oksigen
ke janin berkurang dan dapat mengakibatkan terjadinya abortus. Trauma Adanya benturan atau
aktivitas fisik yang terlalu berat dapat beresiko terjadinya abortus. Penegakan diagnosis Wanita
hamil yang mengalami perdarahan sebaiknya diperiksa oleh dokter. Dokter akan menstabilkan
kondisi pasien sambil melakukan anamnesa mengenai riwayat kehamilan dan riwayat perdarahan
yang terjadi. Pada pemeriksaan fisik terhadap wanita hamil yang mengalami abortus iminens akan
ditemukan beberapa hal sebagai berikut : Adanya perdarahan dari vagina Mulut rahim (ostim uteri)
masih tertutup rapat Janin masih berada di dalam kandungan Pemeriksaan penunjang seperti USG
perlu dilakukan untuk memeriksa kondisi janin. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui pertumbuhan
janin yang ada, kondisi plasenta apakah masih intak atau terlepas, denyut jantung janin dan
p--ergerakan janin, serta ukuran uterus sesuai usia kehamilan atau tidak. Pengobatan Abortus
Imminens Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi abortus imminens pada wanita hamil
tergantung dari penyebabnya masing-masing. Akan tetapi secara umum, beberapa langkah yang
dapat dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi adalah: Wanita hamil yang mengalami
abortus imminens harus bedrest total sampai perdarahannya benar-benar berhenti. Pergerakan atau
aktivitas fisik dapat merangsang terjadinya kontraksi otot-otot rahim. Setelah perdarahan berhenti,
pasien dapat mencoba aktivitas fisik bertahap dari yang ringan seperti belajar duduk, berdiri
kemudian berjalan perlahan-lahan sampai benar-benar tidak ada perdarahan selama 24 jam ke
depan. Penghentian perdarahan dapat juga dibantu dengan pemberian obat-obatan. Obat yang
diberikan dapat berupa golongan spasmolitik agar rahim tidak terus menerus berkontraksi. Obat-
obatan tersebut walaupun secara statistik kegunaannya tidak terlalu bermakna, tetapi efek
psikologis kepada pasien sangat bermanfaat. Pemberian hormon progesteron untuk mencegah
terjadinya abortus. Hormon progesteron tidak boleh sembarangan diberikan, dokter harus terlebih
dahulu yakin jika memang kadar hormon progesteron kurang dari normal. Terapi suportif pada
wanita hamil yang mengalami perdarahan juga perlu dilakukan oleh suami dan seluruh anggota
keluarga. Hal ini bertujuan untuk mengurangi faktor stress pada ibu. Pasien yang mengalami abortus
imminens sebaiknya dirawat di rumah sakit selama 2 – 3 hari, setelah itu boleh pulang apabila
perdarahan benar-benar berhenti. Pasien tidak boleh berhubungan seksual dahulu selama kurang
lebih 2 minggu. Prognosis Ketika terjadi abortus imminens, kondisi janin di dalam kandungan masih
dalam keadaan baik sehingga kehamilan masih dapat terus dipertahankan. Apabila kondisi janin
dalam keadaan berbahaya, maka perlu diambil tindakan yang tepat untuk menyelamatkan janin atau
terpaksa dilakukan penghentian kehamilan. Perdarahan pada abortus iminens yang terus dibiarkan
tanpa penanganan tepat, dapat memicu terjadinya kelahiran bayi prematur ataupun abortus yang
sesungguhnya, dimana janin dapat meninggal. Cara Mencegah Abortus Pasien-pasien yang memiliki
riwayat abortus imminens atau beresiko tinggi untuk terjadi abortus iminens sebaiknya
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : Memeriksakan kehamilan secara teratur ke dokter
Menjaga jarak kehamilan yang satu dengan kehamilan berikutnya Tidak mengkonsumsi obat secara
sembarangan Istirahat cukup dan batasi aktivitas fisik berlebihan Hindari stress Baca juga: Ciri-ciri Air
Ketuban Pecah atau Merembes dan Penanganannya Tips Cepat Hamil Lagi Setelah Keguguran
Setelah Keguguran Kapan Haid Lagi? Tags:abortus, keguguran ARTIKEL TERKAIT Ibu Hamil Harus Tahu
Tanda-tanda Keguguran Berikut Ini Apakah Kiranti Bisa Menggugurkan Kandungan? Hamil Anggur :
Ciri-ciri, Penyebab, dan Penanganan Keluar Flek Saat Hamil, Berbahayakah? Apa Penyebab Blighted
Ovum (BO) ? ARTIKEL TERBARU Kenali Jenis-jenis Migrain Agar Mudah Mengatasinya Tips Mudah
Menurunkan Berat Badan Bayi yang Berlebihan Ciri-ciri dan Gejala Gangguan Kecemasan (Ansietas)
DISKUSI TERKAIT Darah Apa yang Keluar Setelah Keguguran? Dok saya baru keguguran, setelah 1
minggu keguguran darahnya sudah berhenti tapi 1 minggu kemudian darahnya keluar lagi. Darah
apakah itu dok? Terima kasih. Menstruasi Berkepanjangan Apa Tanda Keguguran? Dok saya mau
tanya, saya mens sudah 4 minggu yang sebelumnya telat mens 2 bulan lebih tapi belum reda juga
sampai sekarang dan setiap buang Keluar Gumpalan Darah, Haid atau Keguguran? Dokter, saya baru
menikah 1 Juli kemarin. HPHT 26 Juli, setiap bulan biasanya selalu maju. Saya kira saya haid, tapi
tanggal 26 Agustus malam saya Keputihan dan Sakit Perut Melebihi Saat Haid, Keguguran Kah? Dok
saya hamil anak kedua saya usia kandungan saya 6 minggu ,, saya mengalami sakit perut dan keluar
lendir seperti keputihan yang terasa sangat gatal About Contact Privacy Beriklan Mediskus Copyright
© 2018.

Sumber: Abortus Imminens : Gejala, Penyebab, Pengobatan - Mediskus

Anda mungkin juga menyukai