PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak
mencolok. Penuaan akan terjadi pada hampir semua sistem tubuh manusia dan tidak
semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses
menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorangpun mengetahui
dengan pasti penyebab penuaan dan mengapa manusia menjadi tua pada usia yang
berbeda-beda.
Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan
Hipocrates yang berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum.
Sekarang dengan seiring jaman banyak orang yang melakukan penelitian dan
penemuan dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin jelas, komplek dan variatif.
Ahli teori telah mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang kompleks.
Tidak ada teori yang menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih
dalam berbagai tahap perkembangan dan mempunyai keterbatasan.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu
bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan
kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia
45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Dimasa datang, jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. Tahun 1990
jumlah lansia 6,3 % (11,3 juta orang), pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan
mencapai 24,5 juta orang dan akan melewati jumlah balita yang ada pada saat itu
diperkirakan mencapai 18,8 juta orang. Tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia
diperkirakan akan menempati urutan ke 6 terbanyak di dunia dan melebihi jumlah
lansia di Brazil, Meksiko dan Negara Eropa.
Oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini penulis akan membahas tentang
proses penuaan pada penurun fungsi sensori.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Menua
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan jumlah sel sel yang ada
dalam tubuh menurun. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan
fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita ( constantinides 1994 ). Seiring
dengan proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah
kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.
B. Definisi Sensori
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun
luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca
indera). Stimulus yang sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar
berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan
informasi dari organ saraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang
sesuai, dan mengintegrasikan informasi menjadi respon yang bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang
segera atau informasi tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan dimasa
depan. Sistem saraf harus utuh agar stimulus sensori mencapai pusat otak yang
sesuai dan agar individu menerima sensai.Setelah menginterpretasi makna
sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu:
1. Stimulus (rangsangan)
2. Reseptor
3. Konduksi
4. Persepsi
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau
mengorganisasikan input sensorik yang diterima. Biasanya proses ini terjadi
secara otomatis, misalnya ketika mendengar suara kicauan burung, otak langsung
menterjemahkan sebagai bahasa atau suara binatang. Dalam menjalankan
fungsinya organ sensori berkaitan erat dengan sistem persyarafan yang berfungsi
sebagai reseptor dan penghantar stimulus sehingga tercipta sebuah persepsi yang
dapat menimbulkan reaksi dari individu (Pradanie, 2010) .
Berikut ini adalah proses sensorik yaitu
1. penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari akan adanya
input.
2. orientation, yaitu tahap dimana individu memperhatikan input yang
masuk.
3. mengartikan input (interpretation).
4. organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan untuk memperhatikan
atau mengabaikan input ini.
5. execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap input sensorik
tadi (Williamson dan Anzalone, 1996).
Sensori Integrasi adalah Proses neurologis individu dalam
mengorganisasikan sensasi dari dalam diri dan dari lingkungan sekitar dan dapat
digunakan secara efektif dalam lingkungannya.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik
dan lingkungan yang berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan
masuk ke otak tidak hanya melalui mata, telinga, dan hidung,akan tetapi masuk
melalui seluruh anggota tubuh lainnya seperti :
1. Mata (Visual) disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.
Fungsinya menyampaikan semua informasi visual tentang benda dan menusia.
2. Telinga (Auditory) disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian
dalam. Fungsinya meneruskan informasi suara. Dan terdapat hubungan antara
sistem auditor ydengan perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory
mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya juga akan terganggu.
3. Hidung (Olfactory) disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir
hidung, fungsinya meneruskan informasi mengenai bau-bauan (bunga,
parfum, bau makanan).
4. Lidah (Gustatory) disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya
meneruskan informasi tentang rasa (manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan
tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).
5. Kulit (Tactile) adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari
selaput lendir. Bayi yang baru lahir, menerima informasi untuk pertama
kalinya melalui indera peraba ini.
6. Otot dan persendian (Proprioceptive) merupakan sensasi yang berasal dari
dalam tubuh manusia, yaitu terdapat pada sendi, otot, ligamen dan reseptor
yang berhubungan dengan tulang. Input proprioseptif ini menyampaikan
informasi ke otak tentang kapan dan bagaimana otot berkontraksi
(contracting) atau meregang (stretching), serta bagaimana sendi
dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending), ditarik (being pull) atau
ditekan (compressed). Melalui informasi ini, individu dapat mengetahui dan
mengenal bagian tubuhnya dan bagaimana bagian tubuh tersebut bergerak.
7. Keseimbangan / balance (Vestibular) disebut juga business center, karena
semua sistem sensorik berkaitan dengan sistem ini. Sistem vestibular ini
terletak pada labyrinth di dalam telinga bagian tengah. Fungsinya meneruskan
informasi mengenai gerakan dan gravitasi. Sistem ini sangat mempengaruhi
gerakan kepala dalam hubungannya dengan gravitasi dan gerakan cepat atau
lambat, gerakan bola mata (okulomotor), tingkat kewaspadaan dan emosi.
Sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling berhubungan
dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan baru,
berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensoris dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari (Stanley & Patricia, 2006).
C. Gangguan Sensori
Gangguan fungsi sensorik lansia mengakibatkan gangguan penerimaan
informasi dari reseptor sensorik sehingga mengakibatkan penurunan kontrol
motorik atau gangguan gerakan. Gejala gangguan sensorik yang sering timbul
pada lansia adalah hilangnya perasaan jika dirangsang (anastesia), perasaan yang
berlebihan jika dirangsang (hiperestesia), perasaan yang timbul tidak semestinya
(parastesia), nyeri, gangguan fungsi proprioseptif seperti gangguan rasa gerak,
getar, dan posisi (Pujiastuti, 2003).
Pada lansia yang mengalami penurunan sensori akan terdapat keengganan
untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki.
Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan
perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori. Berikut ini
merupakan gangguan sensori (panca indra) yang terjadi pada lansia:
1. Gangguan pengelihatan
Gangguan sistem penglihatan pada lansia merupakan salah satu masalah
penting yang dihadapi oleh lansia. Terjadinya penurunan fungsi penglihatan
pada lansia membuat kepercayaan diri lansia berkurang dan mempengaruhi
dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari. Perubahan sistem penglihatan dan
fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan
kemampuan untuk melakukan akomodasi, konstriksi pupil akibat penuaan,
dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata (katarak).
Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jaras
pada otak ke lobus oksipitalis dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai
dengan proses penuaan yang terjadi, tentunya banyak perubahan yang terjadi,
diantaranya alis berubah kelabu, dapat menjadi kasar pada pria, dan menjadi
tipis pada sisi temporalis baik pada pria maupun wanita. Konjungtiva menipis
dan berwarna kekuningan, produksi air mata oleh kalenjar lakrimalis yang
berfungsi untuk melembabkan dan melumasi konjungtiva akan menurun dan
cenderung cepat menguap, sehingga mengakibatkan konjungtiva lebih kering.
Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun
dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi. Lensa
menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan
katarak, sehingga mempengaruhi kemampuan untuk menerima dan
membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam dan
marun tampak sama, pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap
kegelapan berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia
pada resiko cedera. Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri
dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan jelas.
Semua hal diatas dapat mempengaruhi kemampuan fungsional para lansia.
2. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai
lanjutnya usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di
organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia
pertengahan (Brockle-hurst and Allen, 1987, Mills, 1985, Rees and Deekert,
1990, Vander Cammen, 1991). Gejala ini bersifat semakin tua semakin berat
(gradual), sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya.
Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh suatu masalah
mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang
menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif).
Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran
di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural).
3. Gangguan Pengecap
Pada lidah terdapat banyak tonjolan saraf pengecap yang memberi
berbagai sensasi rasa ( manis, asin, gurih, dan pahit ). Akibat penambahan usia
maka jumlah tonjolan saraf tersebut berkurang, sehingga lansia kurang dapat
merasakan rasa kecap, akibatnya mereka butuh lebih banyak jumlah gula atau
garam untuk mendapatkan rasa yang sama dengan kualitasnya
4. Gangguan Penghidu
Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago yang terus menerus
terbentuk didalam hidung sesuai proses penuaan, menyebabkan hidung
menonjol lebih tajam. Atropi progresif pada tonjolan olfaktorius juga terjadi,
mengakibatkan kemunduran terhadap dalam indra penciuman.
Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah gangguan pada penciuman
terhadap bau – bauan. Menurunnya kemampuan penciuman mengakibatkan
selera makan berkurang yang sebagian karena pertumbuhan sel didalam
hidung berhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut
dilubang hidung.
5. Ganggua Peraba
Pada lansia, kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehinggga menjadi tipis dab
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atrovi glandula sebasea dan glandula
sudorivera. Menipisnya kulit ini tidak terjadi pada epidermisnya, tetapi pada
dermisnya karena terdapat perubahan dalam jaringan kolagen serta jaringan
elastisnya. Bagian kecil pada kulit menjadi muda retak dan menyebabkan
cechymosen. Timbulnya pigmen berwarna coklat pada kulit, dikenal dengan
liver spot. Perubahan kulit banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara
lain angin dan sinar matahari, terutama sinar ultraviolet.
2. Medikasi.
Beberapa obat antibiotika ( misal streptomisin, gentamisin ) adalah
antibiotika yang ototoksik dan secara permanent dapat merusak saraf
pendengaran , klorampenikol dapat mengiritasi saraf optic, Obat jenis
analgesic narkotik, sedative dan antidepresan dapat mengubah peresepsi
stimulus.
3. Lingkungan.
a. Stimulus lingkungan yang berlebihan( peralatan yang bising, percakapan
staf di dalam unit perawatan ) dapat menghasilkan beban sensori
yangberlebihan yang ditandai dengan kebingungan, disorientasi, dan
ketidakmampuan membuat keputusan.
b. Stimulus lingkungan yang terbatas ( isolasi ) dapat mengarah kepada
deprivasi sensori, serta kualitas lingkungan yang buruk( misal penerangan
yang buruk, lorong yang sempit, latar belakang yang bising ) dapat
memperburuk kerusakan sensori.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh.
Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus
yang sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan
berkembang dengan normal.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.
Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan, pendengaran,
pengecap, penciuman, dan peraba.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mariam, Siti. R DKK. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. 2008. Jakarta : Salemba
Medika.
2. Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2008. Jakarta : EGC.
3. http: // www. Dokter tetanus. WordPress. Com ( di akses tgl 25 april 2014 )
4. wahyudi, Nugroho, Keperawatan Gerontik. 2000. EGC : Jakarta.
5. Http: // www.pfizer peduli . com / artcel _ detail . aspex. Id : 21 ( di akses tgl 29 april 2014 )
6. Panduan dianosa keperawatan NANDA
7. Bandiyah, siti. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. 2009.Yogjakarta : Nuha Medika.