Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak
mencolok. Penuaan akan terjadi pada hampir semua sistem tubuh manusia dan tidak
semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses
menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorangpun mengetahui
dengan pasti penyebab penuaan dan mengapa manusia menjadi tua pada usia yang
berbeda-beda.
Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan
Hipocrates yang berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum.
Sekarang dengan seiring jaman banyak orang yang melakukan penelitian dan
penemuan dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin jelas, komplek dan variatif.
Ahli teori telah mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang kompleks.
Tidak ada teori yang menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih
dalam berbagai tahap perkembangan dan mempunyai keterbatasan.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu
bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan
kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia
45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Dimasa datang, jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. Tahun 1990
jumlah lansia 6,3 % (11,3 juta orang), pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan
mencapai 24,5 juta orang dan akan melewati jumlah balita yang ada pada saat itu
diperkirakan mencapai 18,8 juta orang. Tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia
diperkirakan akan menempati urutan ke 6 terbanyak di dunia dan melebihi jumlah
lansia di Brazil, Meksiko dan Negara Eropa.
Oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini penulis akan membahas tentang
proses penuaan pada penurun fungsi sensori.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Menua
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan jumlah sel sel yang ada
dalam tubuh menurun. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan
fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita ( constantinides 1994 ). Seiring
dengan proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah
kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.

B. Definisi Sensori

Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun
luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca
indera). Stimulus yang sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar
berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan
informasi dari organ saraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang
sesuai, dan mengintegrasikan informasi menjadi respon yang bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang
segera atau informasi tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan dimasa
depan. Sistem saraf harus utuh agar stimulus sensori mencapai pusat otak yang
sesuai dan agar individu menerima sensai.Setelah menginterpretasi makna
sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu:
1. Stimulus (rangsangan)
2. Reseptor
3. Konduksi
4. Persepsi
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau
mengorganisasikan input sensorik yang diterima. Biasanya proses ini terjadi
secara otomatis, misalnya ketika mendengar suara kicauan burung, otak langsung
menterjemahkan sebagai bahasa atau suara binatang. Dalam menjalankan
fungsinya organ sensori berkaitan erat dengan sistem persyarafan yang berfungsi
sebagai reseptor dan penghantar stimulus sehingga tercipta sebuah persepsi yang
dapat menimbulkan reaksi dari individu (Pradanie, 2010) .
Berikut ini adalah proses sensorik yaitu
1. penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari akan adanya
input.
2. orientation, yaitu tahap dimana individu memperhatikan input yang
masuk.
3. mengartikan input (interpretation).
4. organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan untuk memperhatikan
atau mengabaikan input ini.
5. execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap input sensorik
tadi (Williamson dan Anzalone, 1996).
Sensori Integrasi adalah Proses neurologis individu dalam
mengorganisasikan sensasi dari dalam diri dan dari lingkungan sekitar dan dapat
digunakan secara efektif dalam lingkungannya.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik
dan lingkungan yang berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan
masuk ke otak tidak hanya melalui mata, telinga, dan hidung,akan tetapi masuk
melalui seluruh anggota tubuh lainnya seperti :
1. Mata (Visual) disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.
Fungsinya menyampaikan semua informasi visual tentang benda dan menusia.
2. Telinga (Auditory) disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian
dalam. Fungsinya meneruskan informasi suara. Dan terdapat hubungan antara
sistem auditor ydengan perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory
mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya juga akan terganggu.
3. Hidung (Olfactory) disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir
hidung, fungsinya meneruskan informasi mengenai bau-bauan (bunga,
parfum, bau makanan).
4. Lidah (Gustatory) disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya
meneruskan informasi tentang rasa (manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan
tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).
5. Kulit (Tactile) adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari
selaput lendir. Bayi yang baru lahir, menerima informasi untuk pertama
kalinya melalui indera peraba ini.
6. Otot dan persendian (Proprioceptive) merupakan sensasi yang berasal dari
dalam tubuh manusia, yaitu terdapat pada sendi, otot, ligamen dan reseptor
yang berhubungan dengan tulang. Input proprioseptif ini menyampaikan
informasi ke otak tentang kapan dan bagaimana otot berkontraksi
(contracting) atau meregang (stretching), serta bagaimana sendi
dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending), ditarik (being pull) atau
ditekan (compressed). Melalui informasi ini, individu dapat mengetahui dan
mengenal bagian tubuhnya dan bagaimana bagian tubuh tersebut bergerak.
7. Keseimbangan / balance (Vestibular) disebut juga business center, karena
semua sistem sensorik berkaitan dengan sistem ini. Sistem vestibular ini
terletak pada labyrinth di dalam telinga bagian tengah. Fungsinya meneruskan
informasi mengenai gerakan dan gravitasi. Sistem ini sangat mempengaruhi
gerakan kepala dalam hubungannya dengan gravitasi dan gerakan cepat atau
lambat, gerakan bola mata (okulomotor), tingkat kewaspadaan dan emosi.
Sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling berhubungan
dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan baru,
berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensoris dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari (Stanley & Patricia, 2006).
C. Gangguan Sensori
Gangguan fungsi sensorik lansia mengakibatkan gangguan penerimaan
informasi dari reseptor sensorik sehingga mengakibatkan penurunan kontrol
motorik atau gangguan gerakan. Gejala gangguan sensorik yang sering timbul
pada lansia adalah hilangnya perasaan jika dirangsang (anastesia), perasaan yang
berlebihan jika dirangsang (hiperestesia), perasaan yang timbul tidak semestinya
(parastesia), nyeri, gangguan fungsi proprioseptif seperti gangguan rasa gerak,
getar, dan posisi (Pujiastuti, 2003).
Pada lansia yang mengalami penurunan sensori akan terdapat keengganan
untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki.
Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan
perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori. Berikut ini
merupakan gangguan sensori (panca indra) yang terjadi pada lansia:

1. Gangguan pengelihatan
Gangguan sistem penglihatan pada lansia merupakan salah satu masalah
penting yang dihadapi oleh lansia. Terjadinya penurunan fungsi penglihatan
pada lansia membuat kepercayaan diri lansia berkurang dan mempengaruhi
dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari. Perubahan sistem penglihatan dan
fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan
kemampuan untuk melakukan akomodasi, konstriksi pupil akibat penuaan,
dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata (katarak).
Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jaras
pada otak ke lobus oksipitalis dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai
dengan proses penuaan yang terjadi, tentunya banyak perubahan yang terjadi,
diantaranya alis berubah kelabu, dapat menjadi kasar pada pria, dan menjadi
tipis pada sisi temporalis baik pada pria maupun wanita. Konjungtiva menipis
dan berwarna kekuningan, produksi air mata oleh kalenjar lakrimalis yang
berfungsi untuk melembabkan dan melumasi konjungtiva akan menurun dan
cenderung cepat menguap, sehingga mengakibatkan konjungtiva lebih kering.
Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun
dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi. Lensa
menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan
katarak, sehingga mempengaruhi kemampuan untuk menerima dan
membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam dan
marun tampak sama, pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap
kegelapan berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia
pada resiko cedera. Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri
dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan jelas.
Semua hal diatas dapat mempengaruhi kemampuan fungsional para lansia.

2. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai
lanjutnya usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di
organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia
pertengahan (Brockle-hurst and Allen, 1987, Mills, 1985, Rees and Deekert,
1990, Vander Cammen, 1991). Gejala ini bersifat semakin tua semakin berat
(gradual), sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya.
Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh suatu masalah
mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang
menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif).
Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran
di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural).

3. Gangguan Pengecap
Pada lidah terdapat banyak tonjolan saraf pengecap yang memberi
berbagai sensasi rasa ( manis, asin, gurih, dan pahit ). Akibat penambahan usia
maka jumlah tonjolan saraf tersebut berkurang, sehingga lansia kurang dapat
merasakan rasa kecap, akibatnya mereka butuh lebih banyak jumlah gula atau
garam untuk mendapatkan rasa yang sama dengan kualitasnya
4. Gangguan Penghidu
Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago yang terus menerus
terbentuk didalam hidung sesuai proses penuaan, menyebabkan hidung
menonjol lebih tajam. Atropi progresif pada tonjolan olfaktorius juga terjadi,
mengakibatkan kemunduran terhadap dalam indra penciuman.
Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah gangguan pada penciuman
terhadap bau – bauan. Menurunnya kemampuan penciuman mengakibatkan
selera makan berkurang yang sebagian karena pertumbuhan sel didalam
hidung berhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut
dilubang hidung.

5. Ganggua Peraba
Pada lansia, kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehinggga menjadi tipis dab
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atrovi glandula sebasea dan glandula
sudorivera. Menipisnya kulit ini tidak terjadi pada epidermisnya, tetapi pada
dermisnya karena terdapat perubahan dalam jaringan kolagen serta jaringan
elastisnya. Bagian kecil pada kulit menjadi muda retak dan menyebabkan
cechymosen. Timbulnya pigmen berwarna coklat pada kulit, dikenal dengan
liver spot. Perubahan kulit banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara
lain angin dan sinar matahari, terutama sinar ultraviolet.

Tabel : perubahan kulit pada penuaan


Perubahan fisiologis Perubahan fungsional
Peningkatan pigmentasi Kulit menggelupas, tipis, kering, keriput
dan mudah pecah
Atrofi epidermis, glandula Cenderung terjadi bercak senilis
sebasea, subdorifera, dan folikel berwarna merah ungu
rrambut
Degenerasi kolagen dan elastin Atrofi kuku, perubahan warna rambut
abu – abu/ putih
Peningkatan viskositas aliran
darah
Mutasi somatis
Pengurangan jaringan subkutan
Pengurangan lemak

D. Faktor yang mempengarugi fungsi sensori


Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi sensori adalah:
1. Usia.
a. Penglihatan berubah selama usia dewasa mencakup presbiopia (
ketidakmampuan memfokuskan pada objek dekat ), dan kebutuhan kaca
mat baca ( usia 40 – 50 th )
b. Pendengaran berubah, mulai usia 30 th, temasuk penurunan tajam
pendengaran, kejelasan bicara, perbedaan pola tinggi suara dan ambang
pendengaran,
c. Lansia mengalami penurunan lapang penglihatan, peningkatan sensitivitas
cahaya yang menyilaukan, kerusakan penglihatan pada malam hari,
penuruanan akomodasi, dan kedalaman persepsi dan diskrimionasi warna.
d. Lansia memiliki kesulitan membedakan konsonan, suara bicara bergetar,
dan terdapat perpanjangan persepsi dan reaksi bicara.
e. Perubahan gustatori dan olfaktori mencakup penurunan dalam jumlah
ujung saraf pengecap dan penciuman. Serta penurunan diskriminasi rasa
dan sensitivitas terhadap bau.
f. Proprioseptif berubah setelah usia 60 tahun , termasuk kesulitan dengan
keseimbangan, orientasi mengenai tempat dan koordinasi.
g. Lansia mengalami perubahan taktil, termasuk penurunan sensitivitas
terhadap nyeri, tekanan dan suhu.

2. Medikasi.
Beberapa obat antibiotika ( misal streptomisin, gentamisin ) adalah
antibiotika yang ototoksik dan secara permanent dapat merusak saraf
pendengaran , klorampenikol dapat mengiritasi saraf optic, Obat jenis
analgesic narkotik, sedative dan antidepresan dapat mengubah peresepsi
stimulus.
3. Lingkungan.
a. Stimulus lingkungan yang berlebihan( peralatan yang bising, percakapan
staf di dalam unit perawatan ) dapat menghasilkan beban sensori
yangberlebihan yang ditandai dengan kebingungan, disorientasi, dan
ketidakmampuan membuat keputusan.
b. Stimulus lingkungan yang terbatas ( isolasi ) dapat mengarah kepada
deprivasi sensori, serta kualitas lingkungan yang buruk( misal penerangan
yang buruk, lorong yang sempit, latar belakang yang bising ) dapat
memperburuk kerusakan sensori.

4. Penyakit yang ada sebelumnya.


a. Penyakit vascular perifer dapat menyebabkan penurunan sensasi pada
ekstremitas dan kerusakan kognisi.
b. Penyakit Diabetes kronik dapat mengarah pada penurunan penglihatan,
kebutaan, atau neuropati perifer.
c. Penyakit Stroke sering menimbulkan kehilangan kemampuan bicara,
kerusakan fungsi motorik dan penerimaan sensori.
5. Merokok.
Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atropi ujung-
ujung saraf pengecap, mengurangi persepsi rasa.
6. Tingkat kebisingan.
Pemaparan yang konstan pada tingkat kebisingan yang tinggi dapat
meyebabkan kehilangan pendengaran.
7. Intubasi Endotrakea.
Kehilangan kemampuan bicara sementara akibat pemasukan selang
endotrakea melalui mulut atau hidung kedalam trakea.
E. Masalah sensoris akibat penuaan :
1. Pengelihatan
a. Masalah yang terjadi
Gangguan yang sering terjadi pada sistem penglihatan yang dialami lansia
yaitu:
1) Penurunan kemampuan penglihatan
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah
progesifitas dan pupil kekuningan pada lensa mata, menurunnya vitous
humor.pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun lensa mata akan
semakin keruh, beberapa orang tidak mengalami atau jarang
mengalami penurunan penglihatan seiring dengan bertambahnya usia.
2) ARMD ( agp- relaed macular degeneration )
ARMD terjadi pad usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami
peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula
sendiri berfungsi untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna,
kerusakan makula akan menyebabkan sesorang mengalami gangguan
pemusatna penglihatan. Tanda dan gejala ARMD meliputi :
penglihatan samara-samar dan kadang-kadang menyebabkan
pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai dengan
kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka akan terlihat lebih
kecil dan garis lurus akan terlihat bengkok atau bahkan tidak teratur.
Pada dasarnya orang yang ARMD akan mengalami gangguan
pemusatan penglihatan, peningkatan sensifitas terhadap cahaya yang
menyilaukan, cahaya redup dan warna yang tidak mencolok. Dalam
kondisi yang parah dia akan kehilangan penglihatan secara total.
Pendiagnosaan dilakukan oleh ahli oftomologi dengan bantuan berupa
test intravena fluorerensi angiografy.
Penatalaksanaan :
Beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan dengan tembok laser
(apabila akondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan dalam keperawatan
adalah membantu aktifitas sehari-harinya, membantu perawatan diri
dan memberikan pendidikan tentang ARMD.
3) Glaucoma
Dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60
tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati
namun dengan medikasi dan pembedahan mampu mengurangi
kerusakan pada mata akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada
peningkatan tekanan intra okuler ( IOP ) pada kebanyakan orang
disebabkan oleh peningkatan tekanan sebagai akibat adanya hambatan
sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi O2, gula
dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital
jaringan nervous optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang
berbeda pula pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di
bandinng orang kulit putih, glaukoma merupakan penyebab pertama
kebutaan di Asia.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
a) Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
Tipe ini merupakan yang paling umum terjadi terutama lansia
usia> 50 tahun. Penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam
bola mata yang berfungsi secara perlahan, rata-rata tekanan normal
bola mata adalah 14- 16 mmHg.Tekanan 20mmHg masih dianggap
normal namun bila lebih dari 22 diperkirakan menderita glaukoma
dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.Tekanan bola mata yang
meningkat dapat membahayakan dan menghacurkan sel-sel mata.
Setelah terjadi kehancuran sel-sel tersebut maka munculah bintik-
bintik yang akan lapang pandang bintik ini dimulai dari tepi atau
daerah yang lebih luar dari satu lapang pandangan. Tidak ada
gejala yang nyata dengan glaukoma sudut terbuka, sehingga susah
untuk didiagnosa. Penderita tidak merasakan adanya nyeri dan
sering tidak disadari.
b) Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
Glukoma bertekanan normal adalah suatu keadaan dimana terjadi
kerusakan yang progesif pada syaraf optikus dan kehilangan
lapang pandangan meskipun tekanan bola mata normal.Tipe
glaukoma ini diperkirakan ada hubunganya (meski kecil) dengan
kurangnya sel syaraf optikus yang membawa impuls ke retina
menuju otak.Glukoma bertekanan normal ini sering terjadi pada
orang yang mempunyai riwayat penyakit pembuluh darah,
kebanyakan pada orang jepang atau wanita.
c) Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)
Sudut antara iris dan kornea adalah menyempit, adanya gangguan
pada cairan bola mata, peningkatan tekanan boala mata sangat
cepat karena saluran cairan bola mata terhambat, tanda-tandanya
muncul secara tiba-tiba dan penanganan secara cepat dibutuhkan
untuk kerusakan mata secara permanen. Diliteratur lain disebutkan
bahwatipe glaukoma selain di atas antara lain pigmentary glukoma,
congenitak glukoma, secondary glaukoma. Secara umum tanda dan
gejala yang muncul pada open gloukoma adalah sulit untuk
diidentifikasi, kejadiannya berjalan sangat lambat, kehilangan
sudut pandang dari tepi, penurunan kemampuan
penglihatan.Sedangkan pada class gloukoma adalah munculsecara
tiba-tiba adanya nyeri pada mata, sudut mata menyempit, mata
memerah, kabur, neusea, vomite atau brodykardia bisa terjadi
karena adanya nyeri pada mata.
Penatalaksanaan :
Ketika tanda dan gejala sudah muncul segera lakukan pemeriksaan
alatnya berupa tanometer ) Penangananya berupa :
 Tetes mata : cara ini merupakan cara umum dan sering dan
harus dilakukan, sebagian klien dapat mendaptkan respon
yang bagus dari obat namun beberapa juga tidak ada respon
pemberian obat harus sesuai dengan tipe glaukoma.
 Bedah laser : ( trabukulopasty) ini dilakuka jika obat tetes
mata tidak menghentikanglaukoma. Walaupun sudah
dilaser obat harus diberikan
 Pembedahan (trabekulectomy) sebuah saluran dibuat untuk
memungkinkan caira keluar,tindkan ini dapat
menyelamatkan sisa penglihtan yang ada.
 Obat yang diperlukan :
Pilocarpine atau timololmalat yaitu untuk mencegah
keparahan glaukoma dan menurunkan produk cairan yang
yang menyebabkan gangguan pulmo dan detak jantung
menurun.Betaxolol (betotik) direkomendasi bagi klien yang
,enderita asma atau eapisima, pilocarpine menyebabkan
miosiskontriksi pupil tetapi mempu menormalkan tekanan
bola mata, obat lain seperti : Brimohidrine, untuk
menurunkan aquous humor.
Oral karbonik anhydrase inhibitor seperti acitamolamide
(diamox ) yaitu untuk mengurangi cairan, obat ini
menyebabkan depresi, fatique latorgy.
4) Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan dari
fokusing terganggu (retina) katarak terjadi pada semua umur namun
yang sering terjadi pada usia> 55 tahun. Tanda dan gejalanya berupa:
Bertambahnya gangguan penglihatan, pada saat membaca/beraktifitas
memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat dimalam
hari, penglihatan ganda.
Penanganan yang tepat adalah pembenahan untuk memperbaiki lensa
mata yang rusak pembedahan dilakukan bila katarak sudah
mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu tidak perlu
dilakukan pembedahan.
5) Entropion dan ekstropion
Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tidak
menyebabkan gangguan penglihatan namun menyebabkan gangguan
kenyamanan.Entropi adalah kelopak mata yang terbuka melebar ini
menyebabkan mata memerah, entropi terjadi karena adanya kelemahan
pada otot konjungtifa.Ektropi adalah penyempitan konjungtifa.

b. Akibat yang ditimbulkan


Akibat yang dapat saja terjadi akibat masalah penglihatan pada
usia lanjut dimana apabila terjadi sensitivitas terhadap cahaya dapat
mengakibatkan kecendrungan lansia untuk tetap tinggal di dalam ruangan,
atau sering menggunakan kacamata hitam, dan apabila terdapat lingkaran
cahaya dapat mempengaruhi dalam mengemudi, keadaan ini sangat
berbahaya dan dapat menyebabkan kemunduran dalam aktifitas sosial
serta kesukaran dalam mengemudi dan ambulansi, selain itu akibat katarak
yang dialami juga mengakibatkan gangguan presepsi kedalaman sehingga
dapat menyebabkan kesalahan presepsi ketinggian, kesukaran dalam
membedakan warna menyebabkan kesukaran dalam menentukan warna
hal ini sangat mengganggu bagi mereka yang kadang salah mencari dan
dan menetapkan suatu objek.
2. Pendengaran
a. Masalah yang terjadi
Terdapat dua masalah fungsional pendengaran pada lansia (stanley. 2006)
yaitu:
1) Ketidak mampuan untuk mendeteksi volume suara
 Tuli
Persepsi sensori terjadi apabila seseorang mengalami kelainan pada
organ korti, saraf VIII (Vestibulocochelaris N) pusat pendengaran
otak, keadaan pada seseorang yang tuli persepsi terjadi gangguan
mendengar baik melalui hantaran udara maupun tulang.
Secara umum kehilangan pendengaran pada lansia disebut sebagai “
presbikusis” yang merupakan penyakit simetris bilateral pada
pendengaran yang progresif lambat. Faktor penyebab presbikusis
adalah: nutrisi, faktor genetika, suaru gaduh atau ribut, hipertensi,
stress emosional, danbarteriosklerosis.
2) Ketidak mampuan untuk mendeteksi suara dengan nada frekuansi
tinggi.
 Tinnitus
Selain yang disebutkan diatas, gangguan pendengaran yang lain adalah
tinnitus, tinnitus merupakan gangguan pendengaran berupa ada suara
di telinga (suara nging). Tinitus terjadi karena adanya gangguan
pendengaran konduktif atau sensoris.Suara yang muncul seperti suara
bising atau segala sesuatu yang membikin tidak nyaman.
Tinnitus bisa juga terjadi karena adanya otoskelorosis atau karena
adanya ototxic obat yang dikonsumsi seperti gentamisin atau aspirin
(terlampir). Tinnitus bukan merupakan sebuah penyakit namun sebuah
gejala dari adanya gangguan pendengaran bagaimanapun juga kondisi
ini memunculkan banyak masalah, tinnitus kadang tidak dirasakan
dalam lingkungan yang ramai namun akan sangat terasa dilingkungan
yang sepi. Beberapa orang tinnitus dapat menyebabkan kecemasan
besar suara musik yang pelan adanya gaduhnya lingkungan dapat
membantu mengalihkan suara dengung ditelinga.

b. Akibat yang di timbulkan


Yang dapat terjadi saat para lansia mengalami perubahan dan gangguan
pada pendengaran dimana para lansia dapat mengalami keadaan menarik
diri dari lingkungan sosial akibat dari penurunan sensitifitas pendengaran
dan pemberian respon yang tidak sesuai atau kurangnya respon saat diajak
berbicara, ansietas. Selain itu kurangnya sensitifitas pendengaran
menyebabkan lansia sering meningkatkan volume suara TV atau radio hal
ini dapat mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar, dan lambatnya
respon terhadap menghindari bahaya bila terdapat kendaraan dapat
menyebabkan keadaan ambulasi. (stanley, beare: 2006)
Penatalaksanaan
Management perawatan gangguan pendengaran pada lansia tergantung
dari jenis gangguannya
 Alat bantu pendengaran hanya bisa digunakan walupun sedikit pada
lansia dengan ganguan pendengaran konduktif dan tidak bisa
digunakan untuk gangguan pendengaran sensori.
 Kebersihan liang telinga dari penumpukan serumen sangat membantu
pendengaran lansia.
 Pembersih serumen dapat dilakukan dengan irigasi normal yang saling
dihangatkan.
 Alat bantu pendengaran bisa membantu fungsi pendengaran lansia
yang telah berkurang. Namun, alat pendengaran tidak bisa
menyelesaikan masalh karena pmakaian alat bantu pendengaran bagi
beberapa orang menyebabkan rasa malu (sehingga tidak mau pakai).
Hal ini membutuhkan bantuan dari ahli audiologi untuk dijadikan
support dari sumber sugesti bagi penderita.
3. Pembau/Penghidu
a. Masalah yang terjadi
Kerusakan yang terjadi pada nervus olfaktorius akibat penuaan serta
faktor pendukung seperti pilek, influenza, merokok, obstruksi hidung,
sinusitis kronik, epistaksis, penuaan dan faktor lingkungan mengakibtakan
terjadinya kehilangan kemampuan sensasi pembau.
b. Akibat yang di timbulkan
Gangguan persepsi bau dapat mempengaruhi kualitas hidup dengan
berkurangnya kemampuan penciuman terhadap sesuatu tanda peringatan
bahaya dan berkurangnya kenikmatan pada hal-hal yang positif.
Defisit kemampun pembau mempunyai bahaya yang tidak bisa dipisahkan
dan pengaturan harus dibuat untuk menghindari konsekuensi yang
mungkin terjadi, sebagai contoh penderita dan keluarga harus
memperhatikan tempat tinggal dari kebocoran gas hal ini akan sangat fatal
terhadap keselamatan.Selain itu penurunan sensasi pembau dapat
menyebabkan ketidak mampuan lansia untuk mengindentifikasi keadaan
makanan apakah masih baik atau sudah rusak yang berhubungan dengan
pemenuhan nutrisi lansia.
4. Pengecap
a. Masalah yang terjadi
Kerusakan dan penurunanan jumlah kuncup-kuncup perasa pada lidah
yang meyebabkan penurunan sensitivitas terhadap rasa.
b. Akibat yang di timbulkan
Ketika usia seseorang bertambah tua mereka cenderung untuk
mempertahankan keinginan terhadap makanan-makanan yang mereka
anggap sangat menyenangkan pada masa muda, walaupun ketajaman
rasanya mengalami penurunan, banyak lansia mempertahankan rasa
makanan yang manis, dan menkonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar
karena dianggap memiliki rasa yang enak, mudah dikunya hal ini dapat
mengakibatkan peningkatan masalah patofiologis yang tejadi di dalam
tubuh.
5. Vertigo
Vertigo adalah perasan tidak seimbang. Seseorang yang mengalami vertigo
akan merasa bahwa lingkungannya terlihat berputar-putar sehingga
menyebabkan seseorang jatuh. Vertigo terjadi karena adanya ganguan syaraf
pendengaran (labirint) sesorang yang mengalami vertigo (lansia)
memungkinkan mengalami gangguan pendengaran,cardiovaskuler,
keseimbangan cairan elektrolit, alkohol dan penggunaan obat.
Penatalaksanaan
 Usahakan klien untuk banyak istirahat dan duduk
 Bantuklien untuk beraktifitas
 Usahakan untuk bergerak pelan-pelan ketiak ingin beraktifitas dan
bergerak
 Berikan alat bantu jalan seperti tongkat, walker, kursi roda.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh.
Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus
yang sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan
berkembang dengan normal.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.
Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan, pendengaran,
pengecap, penciuman, dan peraba.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mariam, Siti. R DKK. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. 2008. Jakarta : Salemba
Medika.
2. Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2008. Jakarta : EGC.
3. http: // www. Dokter tetanus. WordPress. Com ( di akses tgl 25 april 2014 )
4. wahyudi, Nugroho, Keperawatan Gerontik. 2000. EGC : Jakarta.
5. Http: // www.pfizer peduli . com / artcel _ detail . aspex. Id : 21 ( di akses tgl 29 april 2014 )
6. Panduan dianosa keperawatan NANDA

7. Bandiyah, siti. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. 2009.Yogjakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai