Anda di halaman 1dari 5

BABAK I

(ketika semua sudah lengkap, maka narator masuk ke panggung dan mulai bercerita)
Narator : alkisah di sebuah hutan terdapat seorang tukang batu yang pemalas, suka mengeluh
dan selalu tidak puas dengan dirinya sendiri.

Tukang Batu : aduh… hari ini aku harus bekerja. Pasti nanti capek sekali. Enakan aq duduk –
duduk dulu. (duduk di sebuah batu)

Batu : (bergerak – gerak)wadow … sakit tau ! (Sambil marah-marah).Bau lagi! Kentut ya?
(sambil menutup hidung)

Tukang Batu : (Terkejut dan takut) Maaf, dikit. Lho, batu kok bisa ngomong ?

Batu : ini kan Cuma drama

Tukang Batu : O…….

Batu : Awas ! (mengancam dan mengacung – acungkan kepalanya)


(Tukang batu pun ketakutan lalu melihat-lihat sekeliling, mencari tempat untuk bersandar.
Kemudian dia melihat pohon dibelakangnya)

Tukang Batu : kebetulan ada pohon. Bisa bersandar nih!

Pohon : aduuuuuuuuuh.. hati – hati dong, lecet neh. Tokoh:


1. Alhadi Budianto as Budi
2. Cahayani Yogaswari as Ririn
3.Kurnia Vanie S as Corry
4. Muhammad Haris as Haris
5. Nurul Novria as Nurul
6. Venny Goretti as Venny
Di sebuah sekolah favorit, ada tiga orang siswa populer yang disegani. Mereka
adalah Corry, Ririn, dan Venny yang terbiasa mendapatkan apapun dengan
uang.
Namun ada juga golongan kedua, yang terdiri dari Nurul, Budi, dan Haris. Mereka
pintar, namun tergolong siswa kurang mampu sehingga sering diremehkan oleh
Corry, Ririn, dan Venny.
Suatu hari, Corry, Ririn, dan Venny hendak pergi ke kantin untuk mengisi perut
mereka yang lapar. Namun Corry tidak berhasil menemukan uangnya yang
seingatnya diletakkan di tas.
Ririn :”Cor, Ven, kita ke kantin yuk!”
Venny :”Ayo, perutku sudah lapar sekali!”
Corry :(sambil membuka-buka tasnya)”Aku juga”
(Ririn dan Venny berjalan beriringan meninggalkan kelas)
Corry :(setengah berteriak) ”Eh, tunggu!”
Venny :”Kenapa, Cor?”
(Ririn dan Venny berbalik ke arah Corry)
Corry :”Uang aku hilang nih! Kalian liat nggak?”
Ririn :”Hah? berapa? Coba periksa lagi, mungkin aja terselip”
Corry :”Nggak mungkin, Rin. Aku masih ingat tadi meletakkan uang itu disini”
(menunjuk bagian depan tasnya)
Ririn :”Hmmmm...mendingan geledah aja semua tas, Cor!”
Venny :”Tunggu, geledahnya nanti aja waktu semuanya udah di dalam kelas, kan
nggak enak sama yang lain, Cor”
Corry :”Yaudahlah”
Ririn :”Mendingan ssekarang kita ke kantin, biar aku yang traktir!”(menarik
tangan Corry dan Venny keluar kelas)
(Semua siswa telah berada di dalam kelas)
Ririn :”Teman-teman ada yang ngeliat uang Corry nggak?”
Haris :”Berapa uangnya?”
Corry :”500 ribu, tau nggak?”
Haris :(menggeleng)
Ririn :”Ya udah, geledah aja tas mereka semua!”(Ririn berjalan menuju meja
Budi yang sedang membaca buku dan langsung menggeledah tasnya)
Ririn :”Loh, ini uangnya!” (mengacungkan uang 500 ribu)
Budi :(meletakkan bukunya)”Bukan! itu uang yang diberikan ayahku tadi pagi
dan akan kugunakan untuk membayar uang sekolah”(merebut uang itu dari tangan
Ririn)
Haris :”Ya, itu uang Budi! Bahkan tadi pagi aku melihat ayahnya sendiri yang
memberikan uang itu kepada Budi!”
Corry :”Nggak nyangka, ya! Orang yang selama ini kuanggap baik dan jujur
ternyata bisa mencuri uangku! Budi, kamu sadar diri dong! Kurang baik apa aku ke
kamu!”
Budi :”Tapi kan.....”
Nurul :”Kamu nggak boleh gitu, Cor! Belum tentu Budi yang mengambil uang
itu! Siapa tau uang itu benar-benar pemberian ayahnya!”
Corry :”Nggak mungkin! aku yakin itu uang aku! Nggak mungkin juga kan, Budi
punya uang sebanyak ini!” (merebut uang dari tangan Budi)
Venny :”Ya sudahlah, nanti aja masalah ini diselesaikan. Sekarang kan sedang jam
kosong, sebaiknya kamu menenangkan diri dulu ke luar kelas. Aku tidak ikut, ya,
mau mengerjakan PR dulu! Hehehe..” (mengangkat buku PRnya)
(Ririn dan Corry berjalan keluar kelas)
Haris :”Sudahlah, Bud. Nggak usah terlalu dipikirkan”
Budi :”Tapi kenapa semuanya menuduh aku?”
Nurul :”Kalau kamu nggak salah kenapa harus takut?”
(Venny berjalan menuju meja Budi dan langsung duduk di sebelah Nurul)
Venny :”Aku tau siapa yang mencuri uang itu”
Nurul :”Hah?! siapa?!”(setengah berteriak)
Venny :”Ssstt....Ririn”
Budi :”Nggak boleh menuduh orang sembarangan, Ven!”
Haris :”Lagipula kayaknya nggak mungkin Ririn yang mengambil uang itu”
Venny :”Tapi itulah kenyataannya. Biar nanti aku yang memberitahu Corry. Kalian
tidak usah panik”
Budi :”Baiklah, terimakasih ya, Ven. Kamu mau membantu kami”
Venny :(mengangguk dan kembali ke mejanya)
(Corry dan Ririn memasuki kelas)
Venny :(berteriak dengan lantang)”Teman-teman, sekarang saatnya kalian tau,
siapa yang sebenarnya mengambil uang Corry! dia adalah orang terdekat yang
paling dipercayainya!”
Corry :”Jadi......kamu,Rin?”(memandang tidak percaya ke arah Ririn)
Ririn :”Iya, Kenapa?! Mau marah? Silahkan!”
Corry :”Sial!! selama ini aku sangat percaya sama kamu! Tapi kenapa kamu
berkhianat, Rin? Kenapa kamu tega sama aku?!”
Ririn :”Kamu yang buat aku berubah, Cor! kamu yang memaksa aku untuk
ngikutin gaya hidupmu! Aku tertekan, Cor!”
Budi :”Sudahlah.....kenapa jadi kalian yang bertengkar? Maafkan aja, Cor. Aku
tau kondisi keuangan Ririn sedang susah, kemarin aku melihat dia mendaftar
beasiswa untuk anak kurang mampu”
Corry :”Tapi.....kamu kok nggak pernah cerita, Rin?”
Ririn :”Iya, memang aku yang salah. Maafkan aku, aku nggak pernah cerita
sama kamu, karena aku nggak mau merepotkan kamu, Cor”
Corry :(tertunduk)
Nurul :”Maafin aja, Cor. Kan dia udah jujur”
Venny :”Iya, nggak seharusnya kita bertengkar kayak gini”
Corry :(tersenyum)”Iya, Rin. Maafin aku juga, ya. Lain kali, kalau kamu butuh
sesuatu, cerita aja ke aku,siapa tau aku bisa bantu”
Ririn :(tersenyum dan mengangguk)
(Corry dan Ririn berjabat tangan)
Nurul :”Eh, kayaknya ada yang ketinggalan, deh!”
Haris :”Apa?”
Nurul :”Ada yang belum dimintain maaf, tuh!”
Corry :”Oiya, maafkan aku ya, Bud! aku salah sangka ke kamu!”
Budi :”Iya, nggak apa-apa, Cor. Aku nggak marah kok sama kalian semua!”
Venny :”Ya iyalah....Budi nggak mungkin marah sama Corry, kan kalian semua tau
kalo Budi diam-diam ada sesuatu sama Corry..”
Ririn, Haris, Nurul, Venny :”CIEEE!!!”

Tukang Batu : (Terkejut) Lho kok pohon juga bisa ngomong?

Pohon : Wah menghina ya. Aku adalah pohon ajaib. Aku bisa melakukan apa saja. Bahkan aku bisa
menyanyi dan menari (menyombongkan diri)

Tukang Batu : masak sih ?


(pertama –tama pohon menyanyi seriosa dan tukang batupun menutup kupingnya karena
suara pohon yang melengking dan jelek. Lalu mulai menari. Setelah selesai, tukang batu hanya bisa
terkejut)

Tukang Batu : Wah… pohon yang aneh. (menggeleng-gelengkan kepala sambil pergi meninggalkan
pohon itu)

BABAK II

Narator : (ketika narator masuk, semua menjadi patung dengan gaya yang aneh). Lalu datanglah
sebuah matahari yang sinarnya sangat panas menyengat.

Tukang Batu : wah….. panas sekali ya! (sambil sesekali mengipasi dirinya. Lalu mengusap keringatnya
dengan sapu tanggan nya dan tidak sengaja memerasnya di sebelah batu)

Batu : Wadooooooooooooooooooow ! hei, jangan disini dong tukan batu! Uda keringatnya bau
asem lagi. (sambil menutup hidung)

Tukang Batu : (Terkejut) maaf. Eh emangnya batu punya hidung ya?

Batu : idiiiiiiih . sebel deh . ini kan Cuma bo’ong-boongan tau !

Tukang batu : (Pergi menjauh ) Pemarah sekali si batu itu . tapi memang panas sekal. Ini pasti karena
si matahari itu.

Matahari : Ha….ha…ha. ya aku yang menyebabkan panas ini.. ha….. ha…ha (Logat batak)

Tukang Batu : (menutup hidung karena bau) wah, enak sekali ya menjadi matahari. Bisa member
panas tapi dia sendiri tidak kepanasan.

Matahari : iya dong. Aku gitu loh (sambil bergaya fungky)

Tukang Batu : (berfikir lalau dapat ide). Hmmmmmm matahari, bagaimana kalau kita bertukar
tempat saja. Aku menjadi matahari, dan kamu menjadi Tukang Batu. Bagaimana?

Matahari : (Tampak berfikir). Bagaimana ya? Baiklah, tapi ada syaratnya?

Tukang Batu : apa syaratnya? (penasaran)

Matahari : Kau harus member aku sepiring nasi dengan lauknya. Bagaimana? Hahahahaha…

Tukang Batu : Itu sih gampang.

Matahari : eiiitt tunggu dulu. Sepiring nasi dengan lauk sate,gulai,soto,ayam goring,ayam bakar,ikan
gurami,capcai,telor dadar, telor mata sapi yang melirik ke kiri. Ok?

Tukang Batu : haaaa! (terkejut) banyak sekali! Tapi baiklah. Sebentar ya!
(Tukang Batu pulang ke rumahnya untuk mengambil makanan yang di minta matahari, sedangkan
matahari sudah lapar dan ingin segera mencicipi masakan tersebut. Tak lama kemudian Tukang Batu
masuk sambil membawa masakan yang dijanjikannya)

Tukang Batu : nih !

Matahari : bah! Dimana pila sambal terasinya?

Tukang Batu : sambal terasi? Tadi kan kamu tidak minta?

Matahari : wah-wah-wah… hei penonton, enak gak klo kita makan tanpa sambal terasi? (Tanya ke
penonton). Nah, dengar tidak, semua orang setuju kalau tanpa sambal, makanan kita jadi tidak enak.
(Dengan terpaksa, tukang batu membuat sambal di atas batu)

Batu : Wadooooooooow. Aduh. Kamu lagi, kamu lagi. Seneng pula kau menggangu aku. Liat nih gara-
gara kamu…. Kepalaku jadi benzol-benzol. Lho kok aku jadi logat batak juga sih (marah-marah sambil
menunjukan kepalanya yang benjol)

Anda mungkin juga menyukai