Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan proposal ini. Penulisan
proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mengerjakan tugas akhir di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Warmadewa. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan proposal ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Ayah serta Ibu saya yang telah memberikan
bantuan dukungan material dan moral, dan tak pernah jerah juga
untuk mengingatkan saya agar selalu mengerjakan proposal ini. Serta
adik kandung saya yang selalu membuat saya termotivasi dalam
menyelesaikan proposal ini.
2. Dewa Ayu Nyoman Sriastuti.,S.T.,M.T selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan proposal ini sampai selesai.
3. Pihak Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, yang telah banyak
membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan untuk
membuat proposal ini sampai selesai.
4. Teman-teman seperjuangan saya:
a. Ni Made Krisna Werdi
b. Andreas I Made Yustika
c. I Putu Handisa Octa Sudewa
d. I Putu Dody Andhika Pratama
e. Anasteto Gawa Hoky
5. Sahabat, adik tingkat, kakak tingkat, saudara/i, serta rekan-rekan
jurusan teknik sipil yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan proposal ini.
1
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR NOTASI.................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
2.5.3. Lajur...................................................................................15
2.5.5. Median...............................................................................17
2.7.1. Umum.................................................................................25
2.7.3. Tikungan............................................................................26
4
2.8. Alinemen Vertikal..........................................................................36
2.8.1. Umum.................................................................................36
2.10.1. Lalu-lintas..........................................................................47
5
3.4.2. Merencanakan Galian dan Timbunan................................66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1
6
DAFTAR GAMB
Tabel 2.5 Penentuan faktor-K dan faktor-F berdasarkan Volume lalu Lintas
Harian Rata-rata..................................................................................11
Tabel 2.6 Kecepatan Rencana, VR, sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi
medan jalan.........................................................................................12
Tabel 2.13 E (m) untuk Jh < LI, VR (km/jam) dan Jh (m), dimana Jh-Lt 25 m........24
Tabel 2.14 E (m) untuk Jh < LI, VR (km/jam) dan Jh (m), dimana Jh-Lt = 25 m.....25
jalan.....................................................................................................49
Tabel 2.27 Koefisien drainase (m) untuk memodifikasi koefisien kekuatan relatif
Tabel 2.30 Tebal Minimum Lapis permukaan berbeton aspal dan lapis pondasi
agregat (inci).......................................................................................54
DAFTAR NOTASI
a1, a2, a3 = Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan (berdasarkan besaran
mekanistik)
C = perubahan percepatan, 0,3 – 1,0 disarankan 0,4 m/det3
D = derajat lengkung (°)
D1, D2, D3 = Tebal masing-masing lapis perkerasan (cm)
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m),
d2 = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali
kelajur semula (m),
d3 = Jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang
datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m),
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah
berlawanan, yang besarnya diambil sama dengan 213 d2 (m).
DD = faktor distribusi arah
DL = faktor distribusi lajur
Dmak = derajat maksimum
E = Jarak pembebasan obyek-obyek penghalang (m)
e = superelevasi
Ec = jarak luar dari PI ke busur lingkaran
em = superelevasi maksimum
emak = superelevasi maksimum (%)
en = superelevasi normal
Es = jarak dari PI ke busur lingkaran.
11
F = Faktor variasi tingkat lalu lintas perseperempat jam dalam satu
jam, koefisien gesekan melintang
f = Koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan
0,35-0,55
fmak = koefisien gesekan melintang maksimum
g = Percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2, perkembangan lalu
lintas (%)
g1 = kelandaian tangen dari titik P, (%)
g2 = kelandaian tangen dari titik Q, (%)
IP0 = Indeks Permukaan pada Awal Umur Rencana
IPf = Indeks permukaan jalan hancur (minimum 1,5)
Jd = Jarak pandang mendahului
Jh = Jarak pandang henti (m)
K = Faktor volume lalu lintas jam sibuk, dan
k = absis dari p pada garis tangen spiral.
L = panjang lengkung vertikal parabola, yang merupakan jarak
proyeksi dari titik A ke titik Q, (Sta)
Lc = panjang busur lingkaran
Lc = panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS).
Ls = panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke atau CS ke
ST).
Lt = Panjang tikungan (m)
m2, m3 = Koefisien drainase
MR = Modulus resilien
n = umur pelayanan (tahun)
O = titik pusat lingkaran
p = pergeseran tangen terhadap spiral.
R = Jari jari tikungan (m), tingkat reliabilitas (R)
Rc = jari-jari busur lingkaran (m)
re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan sebagai
berikut:
Rmin = jari-jari tikungan minimum (m)
12
S0 = Overall standard deviation
SC = titik dari spiral ke lingkaran.
T = Waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik, waktu tempuh = 3 detik
Tc = panjang tangen jarak dari TC ke PI atau PI ke CT
Ts = panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST.
TS = titik dari tangen ke spiral.
untuk VR > 80 km/jam, re mak = 0,025 m/m/det
untuk VR ≤ 70 km/jam, re mak = 0,035 m/m/det
VJR = Digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu
lintas lainnya yang diperlukan.
VLHR = Volume lalu lintas harian rencana
VR = kecepatan kendaraan rencana (km/jam)
W18 = beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun, Perkiraan jumlah
beban sumbu standar ekivalen 18-kip
Ŵ18 = beban gandar standar kumulatif untuk dua arah
Wt = jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif
x = jarak dari titik P ke titik yang ditinjau pada Sta, (Sta)
Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC (jarak
lurus lengkung peralihan).
y = perbedaan elevasi antara titik P dan titik yang ditinjau pada Sta,
(m)
Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak tegak
lurus ke titik SC pada lengkung.
ZR = Deviasi normal standar
Δ = sudut tikungan
ΔIP = Perbedaan antara initial design serviceability index, IP0 dan design
terminal serviceability index, IPt
θs = sudut lengkung spiral.
13
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
retakan – retakan pada lapisan atas perkerasan. Beban kendaraan yang terus
melintas pada akhirnya membuat munculnya retak. Jika dibiarkan saja, maka
ketika musim hujan bisa dipastikan air akan masuk ke dalam retakan dan
mengubah retakan menjadi lubang yang semakin lama semakin besar. Karena itu
sebaiknya begitu terjadi retak, perbaikan harus segera dilakukan.
4
5
Tabel 2.5 Penentuan faktor-K dan faktor-F berdasarkan Volume lalu Lintas Harian
Rata-rata
11
Tabel 2.6 Kecepatan Rencana, VR, sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan
jalan
Catatan: Untuk kondisi medan yang sulit, V R suatu segmen jalan dapat diturunkan
dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
Gambar 2.7 Damaja, Damija, dan Dawasja di lingkungan jalan antar kota
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
13
2.5.3. Lajur
1. Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh
marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu
kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana.
2. Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana, yang
dalam hal ini dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan seperti
ditetapkan dalam Tabel 2.8.
3. Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI
berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, di mana untuk
suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume terhadap
kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0.80.
4. Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pada
alinemen lurus memerlukan kemiringan melintang normal sebagai
berikut (lihat Gambar 2.14):
a. 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton
b. 4-5% untuk perkerasan kerikil
Tabel 2.8 Lebar Lajur Jalan Ideal
16
2.5.5. Median
1. Median adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan
dua jalur lalu lintas yang berlawanan arah.
2. Fungsi median adalah untuk:
a. memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah;
b. uang lapak tunggu penyeberang jalan;
c. penempatan fasilitas jalan;
d. tempat prasarana kerja sementara;
e. penghijauan;
f. tempat berhenti darurat (jika cukup luas)
g. cadangan lajur (jika cukup luas); dan
h. mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah yang
berlawanan.
3. Jalan 2 arah dengan 4 lajur atau lebih perlu dilengkapi median
4. Median dapat dibedakan atas (lihat Gambar 2.16):
a. Median direndahkan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan
pemisah jalur yang direndahkan.
b. Median ditinggikan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan
pemisah jalur yang ditinggikan.
5. Lebar minimum median terdiri atas jalur tepian selebar 0,25-0,50
meter dan bangunan pemisah jalur, ditetapkan dapat dilihat dalam
Tabel 2.9.
18
untuk menghidari bahaya tersebut dengan aman. Dibedakan dua Jarak Pandang,
yaitu Jarak Pandang Henti (Jh) dan Jarak Pandang Mendahului (Jd).
2.6.1. Jarak Pandang Henti
1. Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi
untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat
adanya halangan di depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus
memenuhi Jh
2. Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah
105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan.
3. Jh terdiri atas 2 elemen jarak, yaitu:
a. jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan
sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia
harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem, dan
b. jarak pengereman (Jh,) adalah jarak yang dibutuhkan untuk
menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem
sampai kendaraan berhenti.
,
J
4. h dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus:
2
VR
V
J h= R T +
( )
3,6 (2.3)
3,6 2 gf
di mana:
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan
0,35-0,55
Persamaan (2.2) disederhanakan menjadi:
VR 2
di mana:
R = Jari jari tikungan (m)
Jh = Jarak pandang henti (m)
23
Tabel 2.13 E (m) untuk Jh < LI, VR (km/jam) dan Jh (m), dimana Jh-Lt 25 m
Tabel 2.14 E (m) untuk Jh < LI, VR (km/jam) dan Jh (m), dimana Jh-Lt = 25 m
bagian jalan yang lurus harus ditempuh dalam waktu tidak lebih dari
2,5 menit (sesuai VR).
2. Panjang bagian lurus dapat ditetapkan dari Tabel 2.15.
Tabel 2.15 Panjang Bagian Lurus Maksimum
2.7.3. Tikungan
1. Jari-jari Minimum
VR
Ls= T (2.3)
3,6
b. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, digunakan rumus
Modifikasi Shortt, sebagai berikut:
29
3
V V ∙e
Ls=0,022 R −2,727 R (2.3)
Rc C C
c. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(e m−e n )
Ls= VR (2.3)
3,6 r e
Dimana:
T = waktu tempuh = 3 detik
Rc = jari-jari busur lingkaran (m)
C = perubahan percepatan, 0,3 – 1,0 disarankan 0,4 m/det3
re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan
sebagai berikut:
untuk VR ≤ 70 km/jam, re mak = 0,035 m/m/det
untuk VR > 80 km/jam, re mak = 0,025 m/m/det
e = superelevasi
em = superelevasi maksimum
en = superelevasi normal
Ls2
Ys= (2.3)
6 Rc
90 Ls
θs= (2.3)
π Rc
Ls 2
p= −Rc (1−cos θs) (2.3)
6 Rc
Ls 3
k =Ls −Rc sin θs (2.3)
40 Rc 2
1
Ts=( Rc+ p ) tan ∆+k (2.3)
2
1
Es= ( Rc + p ) sec ∆−Rc (2.3)
2
(∆−2 θs)
Lc= × π × Rc (2.3)
180
Ltot =Lc+ 2 Ls (2.3)
Jika diperoleh Lc < 25 m, maka sebaiknya tidak digunakan
bentuk S–C-S, tetapi digunakan lengkung S-S, yaitu lengkung
yang terdiri dari dua lengkung peralihan. Jika p yang dihitung
dengan rumus (2.26) kurang dari 0,25 m, maka ketentuan
tikungan yang digunakan bentuk FC.
Ls 2
p= <0,25 m (2.3)
24 Rc
4. Bentuk Lengkung Peralihan (S-S)
31
R1 2
< (2.3)
R2 3
tikungan gabungan harus dilengkapi bagian lurus atau clothoide
sepanjang paling tidak 20 meter (lihat Gambar 2.27).
3. Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian
lurus di antara kedua tikungan tersebut sepanjang paling tidak 30 m
(lihat Gambar 2.29).
Gambar 2.24 Tikungan Gabungan Searah dengan sisipan bagian lurus minimum
sepanjang 20 meter
36
Gambar 2.26 Tikungan Gabungan Balik dengan sisipan bagian lurus minimum
sepanjang 20 meter
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
2.8. Alinemen Vertikal
2.8.1. Umum
Alinemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk 2 jalur 2 arah atau melalui
37
tepi dalam masing – masing perkerasan untuk jalan dengan media. Sering disebut
juga sebagai penampang memanjang jalan. (Sumber: Silvi Sukirman,1999)
1. Alinemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan bagian
lengkung vertikal.
2. Ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai vertikal dapat
berupa landai positif (tanjakan), atau landai negatif (turunan), atau
landai nol (datar).
3. Bagian lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung atau
lengkung cembung.
2.8.2. Landai Maksimum
1. Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan
kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
2. Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang
bermuatan penuh yang mampu bergerak dengan penurunan
kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan semula tanpa harus
menggunakan gigi rendah.
3. Kelandaian maksimum untuk berbagai VR ditetapkan dapat dilihat
dalam Tabel 2.19.
Tabel 2.19 Kelandaian maksimum yang diizinkan
b. Kenyamanan pengemudi
c. Ketentuan drainase
Gambar 2.34 Koordinasi yang ideal antara alinemen horizontal dana linemen
vertikal yang berimpit
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
45
Gambar 2.36 Koordinasi yang harus dihindarkan, dimana pada bagian yang lurus
pandangan pengemudi terhalang oleh puncak alinemen vertikal sehingga
pengemudi sulit memperkirakan arah alinemen di balik puncak tersebut
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
Sumber: Manual Perkerasan Jalan dengan Alat Benkelman Bean No. 01/MN/BM/83
2.10.1.2. Reliabilitas
Konsep reliabilitas merupakan upaya untuk menyertakan derajat
kepastian (degree of certainty) ke dalam proses perencanaan untuk menjamin
bermacam-macam alternatif perencanaan akan bertahan selama selang waktu
yang direncanakan (umur rencana). Faktor perencanaan reliabilitas
memperhitungkan kemungkinan variasi perkiraan lalu-lintas (w18) dan perkiraan
kinerja (W 18), dan karenanya memberikan tingkat reliabilitas (R) dimana seksi
perkerasan akan bertahan selama selang waktu yang direncanakan.
Pada umumnya, dengan meningkatnya volume lalu-lintas dan kesukaran
untuk mengalihkan lalu-lintas, resiko tidak memperlihatkan kinerja yang
diharapkan harus ditekan. Hal ini dapat diatasi dengan memilih tingkat
reliabilitas yang lebih tinggi. Tabel 2.23 memperlihatkan rekomendasi tingkat
reliabilitas untuk bermacam-macam klasifikasi jalan. Perlu dicatat bahwa tingkat
reliabilitas yang lebih tinggi menunjukkan jalan yang melayani lalu-lintas paling
banyak, sedangkan tingkat yang paling rendah, 50 % menunjukkan jalan lokal.
Tabel 2.23 Rekomendasi tingkat reliabilitas untuk bermacam-macam klasifikasi
jalan
50
(m) dan disertakan ke dalam persamaan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) bersama-
sama dengan koefisien kekuatan relatif (a) dan ketebalan (D). Tabel 2.27
memperlihatkan nilai koefisien drainase (m) yang merupakan fungsi dari kualitas
drainase dan persen waktu selama setahun struktur perkerasan akan dipengaruhi
oleh kadar air yang mendekati jenuh.
Tabel 2.27 Koefisien drainase (m) untuk memodifikasi koefisien kekuatan relatif
material untreated base dan subbase pada perkerasan lentur
Gambar 2.39 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a2)
Sumber: Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur, 2002
58
Gambar 2.40 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi bersemen (a2)
Sumber: Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur, 2002
59
Gambar 2.41 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi beraspal (a2)
Sumber: Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur, 2002
60
Gambar 2.42 Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a3)
Sumber: Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur, 2002
MR = Modulus resilien
IPf = Indeks permukaan jalan hancur (minimum 1,5)
Lokasi Perencanaan
JL. Tejakula, Kab
Buleleng
KM 142 - 144
63
64
¿
D2 =
[
SN 2−SN 1¿
a 2 m2 ] (2.3)
SN 2¿ =D2¿ a 2 m2 (2.3)
Tebal material lapis ponasi bawah:
¿
D3 =
[
SN 3−( SN 1¿ + SN 2¿ )
a3 m 3 ] (2.3)
69
Direktorat Jendral Bina Marga. (1997). Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Antar kota. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral
Bina Marga.
Zainul Arifin, Soenar Prawito, dan Dwi Ramadhani. (2007). Analisa Efektifitas
Fasilitas Zebra Cross Pada Jl. MT Haryono dan Jl. Gajayana.
Malang. Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.