Anda di halaman 1dari 7

Blog Keperawatan

 Beranda
 Tentang Kami
MONDAY, SEPTEMBER 14, 2015

DISTRAKSI DAN RELAKSASI MANAGEMENT NYERI

DISTRAKSI DAN RELAKSASI MANAGEMENT


NYERI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah
meningkat pesat. Kemajuan dibidang teknologi membawa manfaat yang besar
bagi manusia. Penambahan jalan raya dan penggunaan kendaraan bermotor yang
tidak seimbang menyebabkan jumlah korban kecelakaan lalu lintas meningkat,
tetapi peningkatan jumlah tertinggi lebih banyak terjadi di negara berkembang.
Tingginya angka kecelakaan menyebabkan angka kejadian fraktur semakin tinggi,
dan salah satu kondisi fraktur yang paling sering terjadi adalah fraktur , yang
termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur yang disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas dan harus menjalani pembedahan dengan konsekuensi
didapatkan efek nyeri setelah operasi.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak luput juga
kemajuan ilmu dibidang kesehatan dan semakin canggihnya teknologi banyak
pula ditemukan berbagai macam teori baru, penyakit baru dan bagaimana
pengobatannya. Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan
dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. Pemberian
analgesik biasanya dilakukan untuk mengurangi nyeri. Teknik relaksasi
merupakan salah satu metode manajemen nyeri non farmakologi dalam strategi
penanggulangan nyeri, disamping metode TENS (Transcutaneons Electric Nerve
Stimulation), biofeedack, plasebo dan distraksi. Relaksasi merupakan kebebasan
mental dan fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat mengubah 2 persepsi
kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik relaksasi membuat pasien dapat
mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi
pada nyeri (Potter & Perry, 2005).
Pemberian analgesik dan pemberian narkotik untuk menghilangkan nyeri tidak
terlalu dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosa (Sjamsuhidajat, 2005).
Perawat berperan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pasien dan
membantu serta menolong pasien dalam memenuhi kebutuhan tersebut termasuk
dalam manejemen nyeri (Lawrence, 2002). Secara garis besar ada dua manajemen
untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non
farmakologi.
Manajemen nyeri dengan melakukan teknik 3 relaksasi merupakan
tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri.
Manajemen nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup latihan pernafasan
diafragma, teknik relaksasi progresif, guided imagery, dan meditasi, beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam
menurunkan nyeri pasca operasi (Brunner & Suddart, 2001).

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nyeri
Menurut The International Association For the Study of Pain (IASP).
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial
sehingga akan menyebabkan kerusakan jaringan. Persepsi yang disebabkan oleh
rangsangan yang potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang disebut
nosisepsion. Nosisepsion merupakan langkah awal proses nyeri. Respon
neurologik yang dapat membedakan antara rangsang nyeri dengan rangsang lain
disebut nosiseptor. Nyeri dapat mengakibatkan impairment dan disabilitas.
Impairment adalah abnormalitas atau hilangnya struktur atau fungsi anatomik,
fisiologik maupun psikologik. Sedangkan disabilitas adalah hasil dari impairment,
yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas yang
normal. (Sudoyo, 2006).

a. Faktor yang Memengaruhi Nyeri


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya adalah:
1. Arti nyeri
Bagi seserang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri
merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain.
Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar
belakang sosial kultural, lingkungan, dan pengalaman.

2. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subyektif tempatnya pada korteks
pada fungsi evaluatif kognitio. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat
memicu stimulasi nociceptor.

3. Toleransi Nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat
memengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat memengaruhi
peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan
atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagianya.
Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah,
bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.

4. Reaksi terhadap Nyeri


Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri,
seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan
bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: arti
nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial,
kesehatan fisik dan mental, takut, cemas, usia dan lain-lain.

5. Skala Nyeri
Reaksi yang dialami oleh pasien mempunyai ukuran tersendiri dari 0-10
dengan tingkatan sebagai berikut :
a. Skala Normal
b. Skala ringan
c. Skala sedang
d. Skala berat

Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :


1) skala intensitas nyeri
deskritif
2) Skala identitas nyeri numerik
3) Skala analog visual
4) Skala nyeri menurut bourbanis

b. PENANGANAN NYERI
1. Dengan perilaku kognitif
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang
mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan
konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot,
yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot (McCaffery, 1989).
Ada tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu : posisi yang
tepat, pikiran beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur senyaman
mungkin dengan semua bagian tubuh disokong (misal; bantal menyokong leher),
Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara Perlahan-lahan
udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan dan
merasakan betapa nyaman hal tersebut. Pasien bernapas beberapa kali dengan
irama normal.
Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan
membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat minta pasien
untuk mengkonsentrasikan pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan
hangat
Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada lengan
perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain. Setelah pasien merasa rileks,
pasien dianjurkan bernapas secara pelan-pelan. Bila nyeri menjadi hebat, pasien
dapat bernapas dangkal dan cepat.
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa
keuntungan, antara lain :

1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau


stress
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri

B. Distraksi
Distraksi adalah Gangguan yang berarti mengalihkan perhatian kita pada
sesuatu.
Kita menggunakan metode ini tanpa menyadari ketika kita menonton televisi atau
mendengarkan radio untuk mengalihkan pikiran kita dari
kekhawatiran/cemas/suatu masalah atau mungkin rasa sakit yang sedang kita
alami.

Misalnya: rasa sakit, Distraksi dapat digunakan sendiri untuk mengatasi rasa sakit
ringan atau Distraksi berguna ketika kita sedang menunggu bekerjanya obat anti
sakit.
Jika kita mempunyai masalah yang mengganggu pikiran , kita dapat berfokus
pada yang lain sehingga pikiran yang mengganggu hilang dari pikiran kita.

a. Teknik Distraksi
Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap
nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan
teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. jika seseorang
menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls
nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien),. Stimulus yang
menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga
stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri
secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya
modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh
karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih
efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri,
2007).

b. Jenis-jenis distraksi:

1. Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.

2. Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta
gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik
tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama
lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu
seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki. (Tamsuri, 2007).

3. Distraksi pernafasan
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek
atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan
hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut
secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan
klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang
memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan
ritmik.Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan
pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada bagaian
tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di
area nyeri.

4. Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan
kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.

c. Cara menggunakan Distraksi


Setiap kegiatan/aktifitas dimana kita harus fokus dapat digunakan untuk
melakukan distraksi.
Distraksi bisa internal, seperti menghitung, menyanyi untuk diri sendiri, berdoa,
atau mengulangi pernyataan seperti "Saya dapat mengatasinya." Atau Disraksi
dapat eksternal, seperti menjahit, membuat/menggambar lukisan dll.

C. RELAKSASI
Relaksasi adalah suatu cara untuk menenangkan fisik, pikiran dan jiwa
dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari. Sangat berbeda dengan “kemalasan”.
Sebenarnya, “malas” adalah suatu masalah di dalam pikiran, bahkan di dalam
jiwa; dimana “si pemalas” secara tidak sadar menganggap bahwa bermalas-
malasan adalah suatu cara terbaik untuk hidup.
Pahamilah, bahwa rileks dan santai dalam hidup tidak berarti malas.
Dengan Teknik Relaksasi Pernafasan ini, kita bisa memakai beberapa postur
tubuh untuk memudahkan kita sampai pada posisi rileks yang dikehendaki;
sekaligus dengan postur tubuh tersebut, kita akan mendapatkan stimuli yang
dibutuhkan syaraf-syaraf tertentu. Teknik Relaksasi ini sebenarnya juga bertujuan
untuk mengaktifkan kekuatan energi dari otak kanan, yaitu bagian otak yang
mengurusi masalah emosi dan imajinasi manusia.

a. Teknik relaksasi
Teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada
ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik
relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan
dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk dikursi. Hal utama
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi
yang nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang.
Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya adalah relaksasi autogenic.
Relaksasi ini mudah dilakukan dan tidak berisiko.
Ketika melakukan relaksasi autogenic, seseorang membayangkan dirinya
berada didalam keadaan damai dan tenang, berfokus pada pengaturan napas dan
detakan jantung. Langkah-langkah latihan relaksasi autogenic adalah sebagai
berikut:
a. Persiapan sebelum memulai latihan
1. Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan mata terpejam.
2. Atur napas hingga napas menjadi lebih teratur.
3. Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-lahan
sambil katakandalam
hati ‘saya damai dan tenang’.
b) Langkah 1 : merasakan berat
1) Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua lengan terasa berat.
Selanjutnya, secara perlahan-lahan bayangkan kedua lengan terasa kendur,
ringan, sehingga terasa sangat ringan sekali sambil katakana ‘saya merasa damai
dan tenang sepenuhnya’.
2) Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher dan kaki.
c) Langkah 2 : merasakan kehangatan
1) Bayangkan darah mengalir keseluruh tubuh dan rasakan hawa hangatnya
aliran darah, seperti merasakan minuman yang hangat, sambil mengatakan dalam
diri ‘saya merasa senang dan hangat’.
2) Ulangi enam kali.
3) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai, tenang’.
d) Langkah 3 : merasakan denyut jantung
1) Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri pada perut.
2) Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur dan tenang.
Sambil katakana ‘jantungnya berdenyut dengan teratur dan tenang’.
3) Ulangi enam kali.
4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
e) Langkah 4 : latihan pernapasan
1) Posisi kedua tangan tidak berubah.
2) Katakan dalam diri ‘napasku longgar dan tenang’
3) Ulangi enam kali.
4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
f) Langkah 5 : latihan abdomen
1) Posisi kedua tangan tidak berubah. Rasakan pembuluh darah dalam perut
mengalir dengan teratur dan terasa hangat.
2) Katakan dalam diri ‘darah yang mengalir dalam perutku terasa hangat’.
3) Ulangi enam kali.
4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
g) Langkah 6 : latihan kepala
1) Kedua tangan kembali pada posisi awal.
2) Katakan dalam hati ‘kepala saya terasa benar-benar dingin’
3) Ulangi enam kali.
4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
h) Langkah 7 : akhir latihan
Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan (mengepalkan) lengan
bersamaan dengan napas dalam, lalu buang napas pelan-pelan sambil membuka
mata.

Anda mungkin juga menyukai