Alasan pemilihan model ini karena : a) model ini disusun secara terprogram
dengan urut-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah
belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa; b) model ini khusus
digunakan pada pengembangan modul pembelajaran bukan pada rancangan
pembelajarannya.(Kurinawati, I. L., and Amarlita, D. M., 2013). Penggunaan
model 4D-1 ini sesuai dengan modul yang akan dikembangkan karena model
pengembangan ini mudah digunakan dan sudah banyak digunakan dalam
pengembangan modul. Pengembangan model ini terdiri dari empat tahap, yaitu
define (pendefinisian), design(perancangan), develop (pengembangan), dan
disseminate (penyebaran). Namun dalam penelitian ini tahap pengembangan akan
disesuaikan dengan fokus penelitian. Selain itu, karena hasil pengembangan modul
ini nantinya tidak disebarkan pada sekolah lain maka pengembangan hanya
dilakukan hingga tahap ketiga, yaitu tahap pengembangan.
Tahap-tahap pengembangan antara lain dimulai dengan tahap pendefinisian,
tujuannya adalah untuk menetapkan tujuan dan mendefinisikan syarat-syarat yang
dibutuhkan dalam pembelajaran (Nisa', 2014). Setelah syarat-syarat tersebut
ditentukan dan didefinisikan kemudian dilanjutkan pada tahap selanjutnya, yaitu
perancangan LKPD. Desain awal LKPD kemudian divaliditas oleh dosen
pembimbing, lalu direvisi. Hasil revisi LKPDtersebut kemudian dikembangkan
untuk menjadi LKPD pembelajaran. Hasil dari tahap pengembangan tersebut diuji
coba di lapangan untuk mendapatkan produk berupa LKPD yang sudah
dikembangkan dengan metode 4D-1.
Kelayakan sebuah LKPD harus melewati beberapa penilaian dengan kriteria
tertentu yang sudah ditentukan oeh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Aspek penilaian kelayakan LKPD oleh BSNP antara lain : a) Aspek penyajian,
dalam aspek ini LKPD harus memiliki penyajian yang menarik yang dapat
memotivasi siswa untuk membaca dan mempelajari LKPD; b) aspek isi, ini adalah
aspek yagn penting. Isi LKPD harus memuat materi yang akan dipelajari, isi harus
disajikan dengan urut sesuai dengan silabus agar pencapaian tujuan pembelajan
dapat dicapai dengan mudah; c) aspek kebahasaan , aspek ini menekankan LKPD
harus memiliki susunan kalimat yang mudah dimengerti, sistematis dan tidak
bertele-tele agar dapat mudah dimengerti oleh siswa; d) aspek kegrafikan, aspek ini
menampilkan tata letak tulisan, design cover, ukuran huruf, paduan warna, serta
gambar dan grafik yang disajikan harus proporsional dan memiliki fungsi yang
jelas (Rachman, A.F., et al., 2017; Putri and Novita, D., 2014). Beberapa aspek yan
dinilai dan kriteria dalam validasi LKPD dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel aspek penilai dan kriteria LKPD
DAFTAR PUSTAKA
Syahrir, 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika SMP untuk
Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Kreatif. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 2(1), p.36.e.6-1
Rachman, F. A.,Ahsanunnisa, R and Nawawi, E., 2017. Pengembangna LKPD
Berbasis Berpikir Kritis Materi Kelarutan dan Hasil Kelarutan pada Maa Pelajaran
Kimia SMA. Alkimia, 1(1), p.17.e.4-2
Rajabi, M., Ekohardi, L.G.P, and Buditjohartjanto.2015. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Instalasi Sistem Operasi dengan Model Pembelajaran Berbasis
Proyek. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(1), p.48.e3-2
Astuti, Y and Setiawan, B. 2013, Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing dalamPembelajaran Kooperatif pada
Materi Kalor. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1), p.88.e9-2
Astuti, Y and Setiawan, B. 2013, Pengembangan Pengembangan Modul
Pembelajaran Matematika Siswa SMP. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(2),
p.162.e11-3
Amin, A.M. 2012, Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Konstruksivisme
Berdasar Teori Sosial Vygotsky di Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Sainsmat, 1(2), p.2086.e12-3
Kurniawati, I.L and Amarlita, D.M. 2013, Pengembangan Bhan Ajar Berbasis
masalah pada Mata Pelajaran Kimia SMA Kelas X dalam Materi
Hidrokarbon. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA, 2(1), p.78.e3-1
LAMPIRAN
Jurnal yang dirujuk
https://drive.google.com/open?id=1yFxeVyl-0U-CrwMvudsn86R3cOu_plQq
https://drive.google.com/open?id=1J3fpYqAXMmemYighNM8SpY9eRud9gVlj
https://drive.google.com/open?id=1dGn7C6qMARZFpBM4fRp2-ppGBplnaO0X
https://drive.google.com/open?id=17El-jXAuoAHMDBp0eq53k37rkrP0gsNw
https://drive.google.com/open?id=1N3jzpBAAyFs62Ghf-vJii0z9FTrZ4NlB
https://drive.google.com/open?id=1KzVidCBjh3XvmjxxySeBddLCJ5WT8vdT
https://drive.google.com/open?id=1P3UwXaaXx9Wqy8pjcTMX9Neye_XWl7-x
https://drive.google.com/open?id=1P_Ge_Ji0r-oQpILz2WHWEgzEP2xIQ1m-
https://drive.google.com/open?id=1_ti8GLJXjl-4IOudp-bxUJoeSaDG7y-3
https://drive.google.com/open?id=1-iW8qGTIp_JlUkqCIy0zCpBI6HOGleDJ
Laporan Produk
BAB 2
KAJIAN TEORI
Pembelajaran sama halnya dengan kata “pengajaran”, dimana pengajaran
mempunyai arti tersendiri yaitu suatu proses mengajar atau mengajarkan
(Purwadinata, 1967:22). Pembelajaran terjadi bukan hanya dari satu belah pihak,
namun harus dari dua belah pihak yaitu guru dan peserta didik, sehingga adanya
interaksi yang efektif di dalam suatu pembelajaran di kelas Gagne dan Briggs
(1979:3). Pembelajaran sangat di pengaruhi oleh kemajuan teknologi serta dapat
berpijak pada psikologi kognitif holistic yang dipandang konstruktif, humanis dll.
Dengan demikian pembelajaran merupakan suatu perbuatan belajar yang dilakukan
(oleh peserta didik) dan proses Mengajar yang dilakukan (oleh guru), namun
sumber belajar yang di gunakan tidak hanya melalui guru, bisa dipermudah juga
melalui berbagai sumber seperti internet, video demonstrasi, LKPD, dan lainnya
sehingga mampu merubah peran serta didalam pembelajaran Karwono(2012:8).
Dalam konteks pendidikan, guru sebagai seorang pengajar mengupayakan peserta
didiknya dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai (aspek
kognitif) atau pengetahuan, juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.
Pembelajaran kimia merupakan upaya sadar yang dilakukan oleh guru atau
pengajar, dalam memaparkan serangkaian ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari,
yang mampu dipahami oleh peserta didik, sehingga dapat terwujudnya tujuan
pembelajaran. Proses tercapainya pembelajaran digunakan beberapa cara seperti
penggunaan metode yang tepat, strategi pembelajaran yang baik, serta penggunaan
model pembelajaran yang sesuai (Syahrir, 2016).
Kurikulum saat ini berlaku kurikulum berbasis karakter yaitu sering di sebut
dengan K13. Kurikulum ini berbeda dengan kurikulum sebelumnyan, dimana
proses pembelajaran pada kurikulum KTSP lebih ke teacher center, namun pada
k13 ini proses pembelajarannya sudah beralih ke student center, jadi siswa harus
lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam pembelajaran. Susunan pembelajaran kimia
tertera dalam silabus kimia kurikulum 2013 yang di dalamnya berisikan tentang
keaktivan peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Mata pelajaran kima di
SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :a)
membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, b)
memupuk sikap ilmiah yatu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat
bekerjasama dengan orang lain, c) meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia
yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan
lingkungan serta menyadari pentignya mengelola dan melestarikan lingkungan
demi kesejahteraan masyarakat, dan d) memahami konsep, hukum, prinsip, dan
teori kimia serta keterkaitannya dalam kehidupan sehari-sehari dan teknologi
(Rachman, et al., 2017).
Berdasarkan silabus kimia, maka penugasan yang tepat untuk diterapkan di sekolah
adalah berbasis diskusi dan observasi (Rajabi, M., et al., 2015). Penugasan tersebut
mampu mengarahkan peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif, bahkan inovatif
serta mampu berfikir secara logis dalam memecahkan masalah. Tidak hanya itu,
peserta didikpun tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan, sikap yang baik serta
memiliki keterampilan dalam kimia yang bisa digunakan dalam kehidupan kita
sehari-hari. Pembelajaran kimia dilakukan dengan memberikan model
pembelajaran yang tepat untuk tiap-tiap materi. Hal ini dikarenakan pada tiap
materi dalam kimia memiliki karakteristik tersendiri. Sehingga dapat
mendeskripsikan konsep materi pembelajaran kimia dapat tersampaikan dengan
baik kepada siswa. Alur dari sebuah konsep kimia adalah dengan pemberian materi
kimia kepada siswa, dimana pertimbangannya adalah tingkat kesulitan dari materi
kimia. Model penugasan berupa mengerjakan soal, diskusi dan observasi (Rajabi,
M., et al., 2015; Astuti,Y and Setiawan, B., 2013)
Materi Hakikat Ilmu Kimia terdapat pada silabus kimia kelas X semester 1 pada
KD 3.1. Materi tersebut akan di ajarkan dengan menggunakan model yang berbeda
yaitu melalui pengembangan LKPD dengan model pengembangan 4D-1 yaitu
define, design, and develope. Penggunaan model pengembangan 4D-1 sudah
sangat sesuai jika diterapkan dalam pengembangan LKPD karena sangat mudah
digunakan sehingga cocok dalam pengaplikasiannya. Alasan dalam pemilihan
model pengembangan LKPD antara lain: dapat menjadi media yang mandiri bagi
peserta didik; lebih memungkinkan dibuat dengan waktu yang relatif singkat;
LKPD ini lebih nyata sehingga siswa bisa secara langsung menuliskan informasi-
informasi yang di dapatkan secara langsung baik dalam pembelajaran maupun
dalam tugas observasi (Ladyana, 2014).
LKPD merupakan lembaran berisikan penugasan mandiri maupun kelompok yang
di tujukan kepada peserta didik. LKPD ini berisikan panduan dalam melakukan
kegiatan observasi, langkah-langkah dalam mengerjakan tugas, serta berperan
dalam membantu peserta didik dalam memadukan aktivitas fisik maupun mental
mereka selama pembajaran berlangsung. Dalam menentukan model pembelajaran,
seorang guru harus tahu betul materi yang akan di pelajari sehingga peserta didik
mampu memahami materi dengan cara menyediakan aktivitas-aktivitas yang
berpusat pada peserta didik (student center).
Desain awal LKPD dimulai dari pembuatan prototipe dasar menjadi story boatd.
Story boatd yang telah dibuat kemudian dibuat LKPD. Beberapa bagian LKPD
yang dibuat halaman story boart dapat dilihat pada Gambar 1. Contoh story boart
dapat di klik pada tulisan Gambar 1 di atas, karena kapasitas gambar cukup besar
Daftar Pustaka
Amin, A.M. 2012. Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Konstruksivisme
Berdasar Teori Sosial Vygotsky di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Sainsmat, 1(2),
p.2086.e12-3
Astuti, Y and Setiawan, B. 2013, Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Kooperatif pada
Materi Kalor. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1), p.88.e9-2
BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Gagne and Leslie J. Briggs. 1979. Principles of Intructional Design. New York:
Florida State University.
Kaswoni. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.
Ciputat: Cerdas jaya.
Ladyana, Brilian. 2014. Pengembangan LKS Project Based Learning (PjBL)
Penggunaan Bahan Alternatif untuk Produk Olahan Bioteknologi
Konvensional. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Unversitas Negeri Surabaya
Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosda karya.
Nieveen. 2007. An Introduction to Educational Design Research. Proceedings of
the seminar conducted at the East China Normal University. Shanghai (PR China).
November 23-26, 2007.
Purwadinata. 1967. Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru. PT Remaja
Rosdakarya: Bandung
Rachman, F. A.,Ahsanunnisa, R and Nawawi, E., 2017. Pengembangna LKPD
Berbasis Berpikir Kritis Materi Kelarutan dan Hasil Kelarutan pada Materi
Pelajaran Kimia SMA.Alkimia, 1(1), p.17.e.4-2
Rajabi, M., Ekohardi, L.G.P, and Buditjohartjanto.2015. Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Instalasi Sistem Operasi dengan Model Pembelajaran
Berbasis Proyek.Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(1), p.48.e3-2
Siddiq, M. dkk. 2009. Pengembangan Bahan Pembalajaran SD. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Syahrir, 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika SMP untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif. Jurnal Ilmiah Mandala Education,
2(1),p.36.e.6-1
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Invatif-. Progresif. Jakarta :
Kencana Prenada Group
Jurnal URL:
https://drive.google.com/file/d/1brKpKOilkjbe4_vGlmoYoAwhauh3X6Yv/view?u
sp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1jOpLCL10gEXtupWfz6PhA4IGS8sAHJ86/view?
usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/17drQoNitumme3-
0BUM_FDY_Eb3pyjAbj/view?usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1OEeFqRkKi4cINle-
moIJmYg1gNDt2X1h/view?usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1brKpKOilkjbe4_vGlmoYoAwhauh3X6Yv/view?u
sp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1saOHMJbc5kq9ZzuVHvA6V4z4v9P3jH3C/view?
usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1xXjhu2U3bxzmKQgppG8TARcX2XriHHPC/vie
w?usp=drivesdk
Laporan Produk
BAB 2. KAJIAN TEORI
A. Teori 1
Penelitian R&D (Research and Development) dengan model pengembangan 4-D
yang diperkenalkan oleh Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn
I. Semmel pada tahun 1974. Model 4-D terdiri dari 4 tahapan yaitu Define, Design,
Develop, dan Disseminateatau dikenal sebagai model 4-D, yaitu pendefinisian,
perancangan, pengembangan, dan penyebaran (Thiagarajan dkk, 1974). Metode
penelitian dan pengembangan R&D adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan suatu
produk (Sugiyono, 2009).
Untuk mampu menghasilkan produk digunakan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan yang menggunakan metode survey atau kualitatif, untuk menguji
keefektifan produk agar berfungsi dan berperan dalam masyarakat, maka
diperlukan penelitian untuk menguji keektifan produk sehingga digunakan metode
eksperimen (Sugiyono, 2009). Secara umum tahapan dari model penelitian dan
pengembangan R&D yang sudah diadaptasi yaitu menemukan potensi dan
masalah, pengumpulan data, mendesain LKPD, validasi desain, revisi desain, uji
coba LKPD, revisi LKPD, uji coba pemakaian skala besar dan penyempurnaan
LKPD (Sugiyono, 2010; Rosyidah, 2013).
Tahapan model 4-D meliputi tahap pertama adalah Tahap define atau tahap
pendefinisian yang merupakan tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-
syarat pembelajaran. Menurut (Thiagarajan, dkk; 1974) Tahap define ini memiliki
lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan (front-end analysis), analisis
siswa (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept
analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives).
Tahap kedua yang dilakukan pada model 4-D adalah tahap designatau tahap
perancangan yang bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Menurut
(Thiagarajan, dkk; 1974) terdapat empat langkah yang harus dilakukan pada tahap
ini, yaitu penyusunan standar tes (criterion-test construction), pemilihan
media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan
pembelajaran, pemilihan format (format selection)yakni mengkaji format-format
bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan
dan membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih. Tahap
ketiga yang dilakukan pada model 4-D adalah tahap develop atau tahap
pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang
dilakukan melalui dua langkah menurut (Thiagarajan, dkk; 1974) yakni penilaian
ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi dan uji coba
pengembangan (developmental testing). Tujuan dari tahap pengembangan ini
adalah untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui
revisi berdasarkan masukan para pakar ahli dan data hasil uji coba. Model
penelitian R&D ini sesuai jika digunakan dalam penelitian pengembangan dengan
berbagai media (Thiagarajan dkk, 1974; Rizqiyana, 2017).
Tahapan R&D menunjukkan bahwa media yang dikembangkan sudah memenuhi
penilaian buku teks BSNP dan layak diterapkan dalam pembelajaran.(Rosyidah,
2013). Respon peserta didik terhadap media dalam pembelajaran yang
menggunakan model R&D adalah positif, sehingga dapat digunakan dalam proses
pembelajaran sebagai media pembelajaran yang baik dan berkualitas. Sedangkan
hasil belajar peserta didik terhadap memberikan informasi bahwa, media memiliki
peran dalam meningkatkan pemahaman peseta didik terhadap materi (Zakaria dkk,
2015).
B. Teori 2
Kurikulum merupakan komponen penting dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pendidikan. Salah satu faktor penentu ketercapaian tujuan pendidikan adalah
bergantung pada kurikulum yang berlaku pada suatu lembaga pendidikan atau
negara tersebut. Karena itu, maka pemahaman terhadap kurikulum itu sangat
diperlukan (Buhungo, 2015). Arah pengembangan kurikulum 2013 antara lain (1)
karakteristik penguatan, (2) menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati,
menanya, mencoba, menalar, (3) menggunakan ilmu pengetahuan sebagai
penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran, (4) menuntun siswa untuk
mencari tahu, bukan diberi tahu (discovery learning), (5) menekankan kemampuan
berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berfikir logis,
sistematis, dan kreatif, (6) mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah
sampai tinggi, (7) menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran
mendalam (bukan sekedar hafalan), (8) mengukur proses kerja siswa, bukan hanya
hasil kerja siswa, dan (9) menggunakan portofolio pembelajaran siswa
(Kemendikbud, 2013; Buhungo, 2015)
Model pembelajaran saintifik pada kurikulum 2013 meliputi Project Base Learning
(PJBL), Problem Base Learning (PBL), Discovery Learning dan Guided
Inquiry (Kemendikbud, 2013; Buhungo, 2015). Pembelajaran dengan metode
saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut (1) berpusat pada siswa. (2)
melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau
prinsip. (3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Dan
(4) dapat mengembangkan karakter siswa (Morelent dan Syofiani, 2015).
Pengembangan lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan suatu hal yang
dapat mendukung proses kegiatan belajar mengajar di dunia pendidikan. LKPD
yang dibuat secara menarik dan sistematis dapat membantu peserta didik untuk
belajar lebih aktif secara mandiri maupun berkelompok. Hal ini diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan dan motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran
(Fannie dan Rohati, 2014; Barlenti dkk, 2017). Penerapan LKPD dapat
meningkatkan pemahaman konsep peserta didik dengan peningkatan setiap
indikator pada kategori rendah. Respon peserta didik terhadap penerapan LKPD
mendapat tanggapan positif. penerapan LKPD dapat dijadikan salah satu alternatif
yang dapat untuk membuat peserta didik belajar mandiri dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi di lingkungan (Barlenti dkk, 2017).
Penggunaan LKPD efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis peserta
didik, LKPD lebih efektif daripada model pembelajaran langsung terhadap
kemampuan komunikasi matematis peserta didik disposisi matematis peserta didik
yang memperoleh LKPD lebih baik daripada disposisi matematis peserta didik
yang memperoleh model pembelajaran langsung (Oktaviani, 2015).
Beberapa kriteria dalam pembuatan LKPD adalah sebagai berikut LKPD
memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan seperti
percobaan yang harus siswa lakukan. Merupakan bahan ajar cetak. Materi yang
disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi
sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan oleh siswa. Memiliki
komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dan lain -
lain. Jika keempat kriteria tersebut sudah terpenuhi, maka LKPD tersebut termasuk
dalam LKPD yang baik dan layak (Sungkono, 2009).
Daftar Pustaka
Barlenti, Ilmas; Hasan, M; Mahidin. 2017. Pengembangan LKS Berbasis Project
Base Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep. Jurnal Pendidikan Sains
Indonesia, e81-86.
Buhungo, Ruwiah Abdullah. 2015. Implementasi dan Pengembangan Kurikulum
2013 pada Madrasah Aliyah. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(2), e105-113.
Morelent, Yetty dan Syofiani. 2015. Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013
terhadap Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar Negeri 05 Percobaan Pintu
Kabun Bukittinggi. Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia, 31(10), e141-
152.
Oktaviani, R. 2015. Keefektifan Model-Eliciting Activities Berbantuan LKPD
terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis dan Disposisi Matematis Peserta
Didik Kelas VIII. Unnes Journal of Mathematics Education, 5(3), e191-198.
Rizqiyana, Fika Atina. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Kimia Berbasis
Pendekatan Investigasi untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa pada Materi
Koloid. Journal Innovative Science Education, 6(1), e76-84.
Rosyidah, Anis Nur. 2013. Pengembangan Modul IPA Berbasis Etnosains zat
adiktif dalam bahan makanan untuk kelas VII SMP Negeri 1 Pegandon
Kendal. Unnes Science Educational Journal, 2(1), e133-139.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sungkono. 2009. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Thiagarajan, S; Semmel, D.S; & Semmel, M.I. 1974. Instructional Development
for Training Teachers of Exceptional Children: A Sourcebook. Indiana: Indiana
University.
Zakaria, Pery; Ismail, Sumarno; Pebrianni, Irmawaty. 2015. Pengembangan
Instructional Video Berbasis Multimedia Untuk Materi Sistem
Koordinat. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
UMS, e85-94.
Lampiran
1. Alamat url dari jurnal-jurnal yang dirujuk
https://drive.google.com/file/d/1g6MUrbfIrWzKaiie9eIrgccodPKrCO3o/view?usp
=sharing
https://drive.google.com/file/d/1MFsxWfFtN3Q3oeXW6Zz6zQjiOxi0gYUK/view
?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/1FMV5nRiW9dzblW0BzeZ5COBEbPZqGvMw/vi
ew?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/18nvLjOmDNQyfGCTwIfNtompAZOPOBugJ/vie
w?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/1nCQMccS0pEdlpGD6cIvSmv5RMvIsC9ju/view?
usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/17m07AdqSBik_xn28M7KoaMImICJMRVc3/view
?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/1I41Pj0mf4Ur9ZCgLvCNHizoTf6Oxxypo/view?us
p=sharing
https://drive.google.com/file/d/1zWN-yOJN-
tLPRREV9YsQOv2fSv1w1O7A/view?usp=sharing
2. Alamat url dari data-data penunjang
https://drive.google.com/file/d/1imc40SnT_hSmLMrFlFdY-
v018MR6VGpr/view?usp=sharing
Laporan Produk
3. LKPD
Lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah salah satu media belajar yang berisi
ringkasan materi dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
(Abdurrohim et al., 2016). LKPD merupakan media pembelajaran, karena dapat
digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang
lain (Widjajanti, 2008). LKPD merupakan salah satu sarana untuk membantu dan
mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya LKPD maka akan
terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa (Arafah,et al., 2012).
Fungsi LKPD digunakan sebagai acuan untuk memandu pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan juga sebagai alat penilaian proses dalam pembelajaran.
Dari beberapa jenis inkuiri, inkuiri terbimbing adalah salah satu jenis inkuiri yang
dapat diterapkan kepada siswa, dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja
merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara
mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang,
guru hanya berperan sebagai fasilitator (Suyanti, 2010). LKPD berbasis inkuiri
menekankan pada pendekatan siswa dalam mencari pemahaman kimia yang
menitikberatkan pada aktivitas pemberian pengalaman belajar, ekplorasi
pengetahuan, serta mencari tahu jawaban atas pertanyaan ilmiah yang diajukan
siswa (Amelia & Antonius, 2015). LKPD berbasis inkuiri diharapkan dapat
memberikan variasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi aktif
siswa dan pemahaman terhadap materi ajar kimia. LKPD inkuiri membimbing
siswa untuk dapat peka terhadap aspek kimia dalam kehidupan sehari-hari dan
tidak hanya menerima fakta di sekitar mereka tetapi juga memicu mereka
melakukan pengamatan, bertanya, melakukan eksperimen, mengasosiasi, dan
mengomunikasikannya, selaras dengan Kurikulum 2013 . Pembelajaran dengan
pola penemuan yang dilakukan dengan diskusi dan berpikir kreatif yang intensif
mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan komunikasi dalam menyelesaikan
masalah (Marks & Eilks, 2009).
Daftar Pustaka
Amelia, B. & Antonius, T. W., 2015. Pemanfaatan model pltl berbantuan lks
berbasis inkuiri untuk meningkatkan kompetensi kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia (9), 1 hal. 1496 – 1505
Arafah, S. F., B. Priyono, dan S. Ridlo. 2012. Pengembangan LKS berbasis
berpikir kritis pada materi animalia. Unnes Journal of Biology Education. 1(1): 75-
81
Djamarah, S.B., & Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Marks, R. & Eilks, I. 2009. Promoting scientific literacy using a sociocritical and
problem oriented approach to chemistry teaching: concept, examples,
experiences. International Journal of Environmental & Science Education. 4 (3):
231-245
Rahma, P. T. & Kusumawati, D. 2017. Pengembangan lembar kerja siswa model
inkuiri terbimbing berbasis blended learning pada materi pokok kimia
unsur. UNESA Journal of Chemistry Education (6),3 hal. 476-481
Sadiman, A S. (2003). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suyanti, R. D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah yang disampaikan
dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dengan Judul “Pelatihan
Penyusunan LKS Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Bagi Guru SMK/MAK” Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA UNY.
Wilfridus Bambang Triadi Hanjaya. 2008. Memasuki DUNIA E-Leraning + CD.
Jakarta: Informatika
Lampiran
1. Jurnal-jurnal yang dirujuk
https://drive.google.com/open?id=14NCNexhL6uiACJWuOv-UENrRf99sGV4O
https://drive.google.com/open?id=1r8IMSvtsf6FP8FjM1Ojv3GdwS2ToqAqo
https://drive.google.com/open?id=1yEFwchuvsty1_foxJoagxdMQrGiUEB_Z
https://drive.google.com/open?id=1qwxORdzv7CRcgZdsriKhjJ9-dmBXPuf_
https://drive.google.com/open?id=1N-a7dhhq9q8kEiX4smEUPU4f9pI8UlC8
https://drive.google.com/open?id=19hLn7FQJI6Uo9Q3ymmwmR-JgEudAbNAd
https://drive.google.com/open?id=1u5CwCo3UeKVXiNDtQ9zCEXiyYJqvb6iz
https://drive.google.com/open?id=1GPm64x0DPmC5gI8rKPhQ0L0Rlxljrt3d
https://drive.google.com/open?id=17mhcMkd-Kl1SjM8s54eZMAyZi_C93gEp
2. Jurnal penunjang (materi)
https://drive.google.com/open?id=1m_L709YkXWruCji_0CmvjDfgHF6nrc1j
Laporan Produk
C. Media LKPD
Lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah salah satu media belajar yang berisi
ringkasan materi dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
(Abdurrohim et al., 2016). LKPD merupakan media pembelajaran, karena dapat
digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang
lain (Widjajanti, 2008). LKPD merupakan salah satu sarana untuk membantu dan
mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya LKPD maka akan
terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa (Arafah,et al., 2012).
Fungsi LKPD digunakan sebagai acuan untuk memandu pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan juga sebagai alat penilaian proses dalam pembelajaran.
LKPD dalam suatu pembelajaran merupakan media pembelajaran yang
berkedudukan penting karena dapat memfasilitasi siswa dalam memahami materi.
Pada dasarnya pemahaman siswa akan lebih bermakna apabila siswa mampu
menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan teori
konstruktivis, dimana siswa harus membangun sendiri pengetahuan yang
dimilikinya. Dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan atau mengembangkan
pengetahuan mereka. LKPD yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan
sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi
(Abdurrohim et al., 2016). Dalam membuat LKPD akan lebih baik bila
dikondisikan dengan karakter, kemampuan, dan pengalaman siswa, sehingga siswa
akan lebih mudah dalam menemukan konsep materi dan mengkonstruksi
pemahamannya terhadap materi tersebut (Rahma & Kusumawati, 2017). LKPD
yang digunakan harus disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yaitu inkuiri.
Dari beberapa jenis inkuiri, inkuiri terbimbing adalah salah satu jenis inkuiri yang
dapat diterapkan kepada siswa, dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja
merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara
mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang,
guru hanya berperan sebagai fasilitator (Suyanti, 2010). LKPD berbasis inkuiri
menekankan pada pendekatan siswa dalam mencari pemahaman kimia yang
menitikberatkan pada aktivitas pemberian pengalaman belajar, ekplorasi
pengetahuan, serta mencari tahu jawaban atas pertanyaan ilmiah yang diajukan
siswa (Amelia & Antonius, 2015). LKPD berbasis inkuiri diharapkan dapat
memberikan variasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi aktif
siswa dan pemahaman terhadap materi ajar kimia. LKPD inkuiri membimbing
siswa untuk dapat peka terhadap aspek kimia dalam kehidupan sehari-hari dan
tidak hanya menerima fakta di sekitar mereka tetapi juga memicu mereka
melakukan pengamatan, bertanya, melakukan eksperimen, mengasosiasi, dan
mengomunikasikannya, selaras dengan Kurikulum 2013 . Pembelajaran dengan
pola penemuan yang dilakukan dengan diskusi dan berpikir kreatif yang intensif
mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan komunikasi dalam menyelesaikan
masalah (Marks & Eilks, 2009). LKPD berbasisis inkuiri memungkinkan siswa
untuk belajar dengan penemuan secara mandiri maupun diskusi kelompok
sehingga hasil belajar kognitif mereka meningkat (Yuniyanti et.al., 2012).
Daftar Pustaka
Amelia, B. & Antonius, T. W., 2015. Pemanfaatan model pltl berbantuan lks
berbasis inkuiri untuk meningkatkan kompetensi kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia (9), 1 hal. 1496 – 1505
Djamarah, S.B., & Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Marks, R. & Eilks, I. 2009. Promoting scientific literacy using a sociocritical and
problem oriented approach to chemistry teaching: concept, examples,
experiences. International Journal of Environmental & Science Education. 4 (3):
231-245
Rahma, P. T. & Kusumawati, D. 2017. Pengembangan lembar kerja siswa model
inkuiri terbimbing berbasis blended learning pada materi pokok kimia
unsur. UNESA Journal of Chemistry Education (6),3 hal. 476-481
Sadiman, A S. (2003). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah yang disampaikan
dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dengan Judul “Pelatihan
Penyusunan LKS Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Bagi Guru SMK/MAK” Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA UNY.
Lampiran
1. Jurnal yang dirujuk
Jurnal media
Jurnal media 2
,Jurnal media 3
Jurnal powtoon
Jurnal powtoon 2
Jurnal powtoon 3
Jurnal lkpd
Jurnal lkpd 2
Jurnal lkpd 3
2. Jurnal penunjang lainnya
Laporan Produk
BAB 2. Kajian Teori
A. Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan yang dituju”
(Sadiman, 2003: 6). Media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat menimbulkan
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi. Media berperan dalam penyampaian informasi agar
lebih mudah.
Pada saat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, pendidk dituntut untuk
mampu memanfaatkan media pembelajaran (Djamarah & Zain, 2006). Media
pembelajaran diperlukan guru agar kegiatan pembelajaran di kelas menjadi lebih
efektif (Meirina, 2013). Media pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan
karakteristik siswa dan materi yang akan diajarkan sehingga kompetensi yang
diharapkan dapat tercapai (Djamarah & Zain, 2006). Media pembelajaran yang
digunakan harus memperhatikan tipe-tipe belajar yang disukai oleh siswa agar
siswa dapat lebih tertari terhadap pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Media pembelajaran juga harus menyesuaikan dengan materi yang
diajarkan, karena materi yang berbeda memerlukan media yang berbeda pula.
Pada pembelajaran kimia diperlukan suatu media pembelajaran berbasis
representasi kimia agar mudah menghadirkan fenomena pada level
submikroskopik (Farida, 2009; Mawarni et al., 2015). Media pembelajaran
diharapkan mampu memberikan simulasi percobaan pada materi faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran kesetimbangan kimia dan juga mampu
memvisualisasikan interaksi antar partikel yansg terlibat di dalam sistem
kesetimbangan pada level submikroskopik. Media pembelajaran yang sesuai untuk
kondisi tersebut adalah media pembelajaran dalam bentuk media animasi
(Meirina, 2013; Rahayu & Narudin, 2014).
Daftar Pustaka
Abdurrohim, Tonih, F., Evi, S. B. 2016. Pengembangan lembar kegiatan siswa
(lks) berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam. Jurnal Penelitian
dan Pembelajaran IPA (2), 2 hal.197-212
Amelia, B. & Antonius, T. W., 2015. Pemanfaatan model pltl berbantuan lks
berbasis inkuiri untuk meningkatkan kompetensi kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia (9), 1 hal. 1496 – 1505
Arafah, S. F., B. Priyono, dan S. Ridlo. 2012. Pengembangan LKS berbasis
berpikir kritis pada materi animalia. Unnes Journal of Biology Education. 1(1): 75-
81
Djamarah, S.B., & Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Julianingrum, I. R., Binti, M., dan Wahyu, A. 2017. Model pembelajaran artikulasi dengan
media animasi powtoon untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi
keuangan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Akuntansi dan Keuangan, hal. 494-504
Marks, R. & Eilks, I. 2009. Promoting scientific literacy using a sociocritical and
problem oriented approach to chemistry teaching: concept, examples,
experiences.International Journal of Environmental & Science Education. 4 (3):
231-245
Meirina, A.M. 2012. Animation me-dia depelopment based mul-tiple
representation on material factors affecting chemical equilibrium. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, 2(2) hal. 1-12
Rahma, P. T. & Kusumawati, D. 2017. Pengembangan lembar kerja siswa model
inkuiri terbimbing berbasis blended learning pada materi pokok kimia
unsur. UNESA Journal of Chemistry Education (6),3 hal. 476-481
Sadiman, A S. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suyanti, R. D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Trina, Z., Thamrin, K., dan Dyah, R., 2017. Penerapan media animasi audio visual
menggunakan software powtoon untuk meningkatkan hasil belajar ips smp negeri 16 banda
aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah, (2) 2 hal. 156-169
Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah yang disampaikan
dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dengan Judul “Pelatihan
Penyusunan LKS Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Bagi Guru SMK/MAK” Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA UNY.
Yuniyanti, E.D., Widha, S., & Haryono. 2012. Pembelajaran kimia menggunakan
inkuiri terbimbing dengan media modul e-learning ditinjau dari kemampuan
pemahaman membaca dan kemampuan berpikir abstrak. Jurnal Pasca UNS. 1 (2)
: 112-120
Lampiran
https://drive.google.com/open?id=1zou9Qkotbk9Q3iFFAVN47hUDyB6JJzKo\
https://drive.google.com/open?id=1Anl1R_5IsBTJioIlqbUQjmaU2cuNQNeI
https://drive.google.com/open?id=1HXYQc8d5RauI3QnrBYXGCBpcyGvUXdT7
https://drive.google.com/open?id=1Xa-EgZO3NTkhJs4dRB9qKbDasWHcs1Xm
https://drive.google.com/open?id=1g89O1K7LfsO87tpSF-07knjQGiL6YRL0
https://drive.google.com/open?id=1IdGQH0ndG4x6YKAZZ3f4mC-mrbSWgXuD
https://drive.google.com/open?id=10FZWXldPhfwMtBp3_6IyKcmetIJcFsE7
https://drive.google.com/open?id=1svNBQBerAeghOw9tkguw1_hNTYnoMmwM
https://drive.google.com/open?id=1EKa1ucK0XNCyJjmNva5efT1CvXpNlcEq
Laporan Produk
Media pembelajaran adalah perantara yang membawa pesan atau informasi antara
sumber dan penerima. Media pembelajaran atau materi pembelajaran secara garis
besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari oleh
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan
(Depdiknas, 2006:4). Satu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media
pembelajaran adalah istilah sumber belajar. Sumber belajar memiliki cakupan yang
lebih luas daripada media belajar. Sumber belajar bisa berupa pesan, orang, bahan,
alat, teknik clan latar/lingkungan. Apa yang dinamakan media sebenarnya adalah
bahan dan alat belajar tersebut. Bahan sering disebut perangkat lunak software,
sedangkan alat juga disebut sebagi perangkat keras hardware. Transparansi,
program kaset audio dan program video adalah beberapa contoh bahan belajar.
Bahan belajar tersebut hanya bisa disajikan jika ada alat, misalnya berupa OHP,
Radio kaset clan Video player. Jadi salah satu atau kombinasi perangkat lunak
(bahan) dan perangkat keras (alat) bersama sama dinamakan media. Dengan
demikian, jelaslah bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari sumber
belajar.
Kehadiran media dalam pembelajaran sains khususnya kimia memiliki peran yang
sangat penting. Materi kimia yang sulit ditunjukkan secara nyata, bersifat abstrak,
dan sulit disampaikan dengan kata-kata akan menjadi mudah disampaikan dan
menarik bagi siswa. Penggunaan media untuk mendapatkan pengalaman langsung
dapat dilakukan menggunakan obyek sebenarnya, atau penggunaan alat-alat
praktikum dalam kegiatan laboratorium riil. Pengalaman belajar juga dapat
diperoleh dengan memanfaatkan media berupa obyek tiruan yang menyerupai
benda aslinya, misalnya menggunakan alat peraga, gambar, video dan simulasi
komputer melalui laboratorium virtuil. Pentingnya media dalam pembelajaran
adalah untuk membantu guru dalam menyampaikan materi kimia yang akan
diajarkan kepada siswa dan memudahkan siswa untuk menerima materi yang
disampaikan guru. LKS eksperimen merupakan suatu media pembelajaran yang
tersusun secara kronologis yang berisi prosedur kerja, hasil pengamatan, soal-soal
yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang dapat membantu siswa dalam
menemukan kon-sep klasifikasi zat, serta kesimpulan akhir dari praktikum yang
dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan.
C. Pengertian LKS
Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran
di sekolah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Widodo
(2013) yang menyatakan bahwa peningkatan penguasaan materi siswa yang
mendapatkan pembelajaran menggunakan media LKS lebih baik daripada
peningkatan penguasaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa
media LKS. (Putra, et al.2015). Dengan demikian guru perlu membuat suatu LKS
yang berbasis KPS guna membantu siswa dalam menemukan konsep kimia
berdasarkan fenomena-fenomena yang ada dengan syarat didaktik, konstruksi, dan
teknik. Salah satu konsep ilmu kimia yang dianggap sulit dan sering menyebabkan
miskonsepsi adalah stoikiometri (Fach, et al. 2007). Stoikiometri merupakan ilmu
yang mempelajari aspek kuantitatif dari kimia. (Chang & Overby, 2011;
Silberberg, 2010). Sehingga keberadaan LKS sangat diperlukan untuk membantu
siswa dalam penguasaan konsep pada materi ini.
Lembar kerja siswa adalah salah satu sumber belajar penunjang berbentuk cetak,
didalamnya berisi lembaran langkah kegiatan untuk menyelesaikan suatu tugas
yang harus dikerjakan siswa oleh siswa (Prastowo, 2011). Pelaksanaan kegiatan
laboratorium harus ditunjang dengan LKS khusus yang memungkinkan siswa
merancang kegiatan laboratorium secara mandiri. Siswa yang merancang sendiri
penyelidikannya diharapkan memiliki pengalaman langsung melalui keterampilan
dan sikapnya dalam menemukan konsep pengetahuan, sehingga dapat
meningkatkan seluruh kompetensi mereka. Penelitian Kurniawati et al. (2016) dan
Bridges (2015) menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan LKS berbasis
inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hukum dasar kimia
dan stoikiometri. Stoikiometri adalah hubungan kuantitatif antara reaktan dan
produk dalam reaksi. Juga perbandingan banyaknya zat yang bereaksi dan zat-zat
hasil reaksi dalam suatu reaksi kimia, atau perbandingan bobot unsur-unsur yang
bersenyawa.
Eksperimen adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran kimia. Kegiatan eksperimen merupakan pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam bentuk kegiatan praktikum dari suatu percobaan dengan
bantuan LKS, sehingga dalam pembelajaran sangat diperlukan LKS yang bisa
membuat siswa aktif dalam belajar. Guru mengungkapkan sudah sering melakukan
kegiatan praktikum namun jarang menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Ketika
menggunakan LKS masih banyak siswa yang kurang memahami lembar kerja yang
diberikan guru, sehingga siswa kebingungan dengan apa yang harus dilakukan
pada saat praktikum. Guru juga mengatakan keterampilan siswa dalam
menggunakan alat seperti pipet tetes masih kurang, siswa juga kebingungan ketika
mengamati hasil percobaan, pada saat menjelaskan siswa juga tidak bisa
mengaitkan antara hasil percobaan dengan teori, dan siswa masih belum terampil
dalam membuat kesimpulan. Guru sudah berusaha untuk membuat LKS praktikum
yang mudah dipahami oleh siswa melalui pembuatan lembar kerja siswa yang lebih
sederhana dan penggunaan bahasa yang lebih mudah dipahami, namun hanya
beberapa siswa saja yang bisa memahami dan terampil dalam melakukan kegiatan
praktikum. Sedangkan siswa yang lain masih kebingungan dan kurang terampil.
Daftar Pustaka
Ardiyanti, F. dan Winarti. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Fenomena Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan, 9 (2): 27-33.
Chang, R. & Overby, J. 2011. General Chemistry: The Essential Concept. New
York: Mc-Graw Hill.
Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta
Fach, M., de Boer, T. and Parchmann, I. 2007. Results of Interview Study as Basic
for the Development of Stepped Supporting Tools for Stoichiometric
Problems. Chem. Educ. Res. Prac., 8 (1): 14.
Hartono. 2007. Profil KPS Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD
Universitas Sriwijaya. Proceeding of The First International Seminar on Science
Education, 27 Oktober 2007. Bandung, hal:13-14.
Kurniawati, D., Mohammad M., & Sulistyo S. 2016. Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dilengkapi dengan LKS untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains dan Pretasi Belajar pada Materi Pokok Hukum Dasar
Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia, 6(1): 88-95.
Susiwi. 2009. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada “Model
Pembelajaran Praktikum D. Ei. Hd.” Jurnal Pengajaran MIPA. Vol. 3 (1): 33-37
Widodo, A. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis KPS Pada Materi
Asam Basa.Skripsi (tidak diterbitkan). Bandar Lampung: Universitas Lampung.