Anda di halaman 1dari 30

Laporan Produk

BAB 2 KAJIAN TEORI


Pembelajaran kimia merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan
oleh pihak guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh siswa. Pembelajaran
kimia merupakan suatu upaya guru dalam menyampaikan ilmu kimia serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran kimia
dibutuhkan strategi, metode, teknik maupun model pembelajaran yang sesuai
sehingga tujuan pembelajaran kimia dapat tercapai dengan optimal (Syahrir, 2016).
Di mana pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran yang fokus dengan tujuan
pembelajaran, bukan pada kuantitas waktu untuk menyampaikan materi mata
pelajaran kimia. Sehingga pembelajaran kimia di SMA akan menjadi hal yang
menyenangkan. Siswa adalah aset atau target dari pembelajaran sehingga
keberhasilan proses belajar mengajar adalah hasil akhir erupa kompetensi yang
siswa dapatkan melalui pembelajaran.
Silabus mata pelajaran kimia untuk kurikulum 2013 mengarahkan siswa untuk
aktif dalam pembelajaran. proses belajar tidak hanya berlangdung satu arah, namun
berlangsung interaktif. sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai
tujuan yang diinginkan. Mata pelajaran kima di SMA bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut : a) membentuk sikap positif terhadap kimia
dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa, b) memupuk sikap ilmiah yatu jujur, obyektif, terbuka,
ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain, c) meningkatkan kesadaran
tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu,
masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentignya mengelola dan
melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat, dan d) memahami
konsep, hukum, prinsip, dan teori kimia serta keterkaitannya dalam kehidupan
sehari-sehari dan teknologi (Rachman, et al., 2017).
Penugasan adalah salah satu bentuk alat evaluasi yang diberikan oleh guru kepada
siswa untuk mengetahui tingkat kepahaman siswa terhadap materi yang sudah
diajarkan. yang diberikan kepada siswa mengacu pada kurikulum 2013 yang
tertuang pada silabus kima. Berdasarkan silabus kimia, maka penugasan yang tepat
untuk diterapkan di sekolah adalah berbasis diskusi dan observasi (Rajabi, M., et
al., 2015). Mengarahkan siswa agar dapat mengimplementasikan ilmu kimia tak
hanya terbelenggu dengan rumus. Siswa diberikan ruang untuk bisa aktif, berpikir
kreatif, logis dan mempunyai keterampilan sains kimia yang unggul. Keterampilan
tersebut menjadikan siswa memiliki bekal yang baik untuk kehidupan di masa
depan. Selain keterampilan, aspek pengetahuan dan aspek skap tentu menjadi hal
yang penting yang tidak boleh diabaikan sebagai komponen kognitif dan karakter.
Konsep pembelajaran kimia adalah menanamkan pengetahuan kimia kepada siswa
dengan berbagai keterampilan yang terdapat di dalamnya. selain itu, kimia juga
memberikan sikap bijak dalam menggunaan pengetahuan kimia dalam kehidupan.
Pembelajaran kimia dilakukan dengan memberikan model pembelajaran yang tepat
untuk tiap-tiap materi. Hal ini dikarenakan pada tiap materi dalam kimia memiliki
karakteristik tersendiri. Sehingga dapat mendeskripsikan konsep materi
pembelajaran kimia dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa. Alur dari
sebuah konsep kimia adalah dengan pemberian materi kimia kepada siswa, dimana
pertimbangannya adalah tingkat kesulitan dari materi kimia. Model penugasan
berupa mengerjakan soal, diskusi dan observasi (Rajabi, M., et al., 2015; Astuti,Y
and Setiawan, B., 2013).
Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan LKPD pembelajaran
kimia pada materi hidrokarbon adalah model pengembangan 4D-1. Alasan
pemilihan model ini karena : (a) model ini disusun secara terprogram dengan urut-
urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa; (b) model ini khusus digunakan
pada pengembangan modul pembelajaran bukan pada rancangan pembelajarannya
(Syahrir and Susilawati, 2014). Penggunaan model 4D ini sesuai dengan LKPD
yang akan dikembangkan karena model pengembangan ini mudah digunakan dan
sudah banyak digunakan dalam pengembangan LKPD. Pengembangan model ini
terdiri dari empat tahap, yaitu define (pendefinisian), design (perancangan),
develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Namun dalam penelitian
ini tahap pengembangan akan disesuaikan dengan fokus penelitian. Selain itu,
karena hasil pengembangan LKPD ini nantinya tidak disebarkan pada sekolah lain
maka pengembangan hanya dilakukan hingga tahap ketiga, yaitu tahap
pengembangan (develop).
Tahap awal adalah pendefinisian, tujuannya adalah untuk menetapkan tujuan dan
mendefinisikan syarat-syarat yang dibutuhkan dalam pembelajaran (Amin, 2012).
Setelah syarat-syarat tersebut ditentukan dan didefinisikan kemudian dilanjutkan
pada tahap selanjutnya, yaitu perancangan modul. Desain awal LKPD adalah
pembuatan prototipe dasar, dari prototipe tersebut dibuatstory botd. Story
boatd yang telah dibuat kemudian dibuat LKPD. Tahap setelah LKPD dibuat yaitu
divalidasi oleh ahli, lalu direvisi. Hasil revisi LKPD tersebut kemudian
dikembangkan untuk menjadi LKPD yang dikembangkan. Hasil dari tahap
pengembangan tersebut diuji coba di lapangan untuk mendapatkan produk berupa
modul pembelajaran.Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan
LKPD pembelajaran kimia pada materi hidrokarbon adalah model pengembangan
4D-1. Beberapa bagian LKPD yang dibuat halaman story boatd dapat dilihat pada
Gambar 1.

Alasan pemilihan model ini karena : a) model ini disusun secara terprogram
dengan urut-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah
belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa; b) model ini khusus
digunakan pada pengembangan modul pembelajaran bukan pada rancangan
pembelajarannya.(Kurinawati, I. L., and Amarlita, D. M., 2013). Penggunaan
model 4D-1 ini sesuai dengan modul yang akan dikembangkan karena model
pengembangan ini mudah digunakan dan sudah banyak digunakan dalam
pengembangan modul. Pengembangan model ini terdiri dari empat tahap, yaitu
define (pendefinisian), design(perancangan), develop (pengembangan), dan
disseminate (penyebaran). Namun dalam penelitian ini tahap pengembangan akan
disesuaikan dengan fokus penelitian. Selain itu, karena hasil pengembangan modul
ini nantinya tidak disebarkan pada sekolah lain maka pengembangan hanya
dilakukan hingga tahap ketiga, yaitu tahap pengembangan.
Tahap-tahap pengembangan antara lain dimulai dengan tahap pendefinisian,
tujuannya adalah untuk menetapkan tujuan dan mendefinisikan syarat-syarat yang
dibutuhkan dalam pembelajaran (Nisa', 2014). Setelah syarat-syarat tersebut
ditentukan dan didefinisikan kemudian dilanjutkan pada tahap selanjutnya, yaitu
perancangan LKPD. Desain awal LKPD kemudian divaliditas oleh dosen
pembimbing, lalu direvisi. Hasil revisi LKPDtersebut kemudian dikembangkan
untuk menjadi LKPD pembelajaran. Hasil dari tahap pengembangan tersebut diuji
coba di lapangan untuk mendapatkan produk berupa LKPD yang sudah
dikembangkan dengan metode 4D-1.
Kelayakan sebuah LKPD harus melewati beberapa penilaian dengan kriteria
tertentu yang sudah ditentukan oeh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Aspek penilaian kelayakan LKPD oleh BSNP antara lain : a) Aspek penyajian,
dalam aspek ini LKPD harus memiliki penyajian yang menarik yang dapat
memotivasi siswa untuk membaca dan mempelajari LKPD; b) aspek isi, ini adalah
aspek yagn penting. Isi LKPD harus memuat materi yang akan dipelajari, isi harus
disajikan dengan urut sesuai dengan silabus agar pencapaian tujuan pembelajan
dapat dicapai dengan mudah; c) aspek kebahasaan , aspek ini menekankan LKPD
harus memiliki susunan kalimat yang mudah dimengerti, sistematis dan tidak
bertele-tele agar dapat mudah dimengerti oleh siswa; d) aspek kegrafikan, aspek ini
menampilkan tata letak tulisan, design cover, ukuran huruf, paduan warna, serta
gambar dan grafik yang disajikan harus proporsional dan memiliki fungsi yang
jelas (Rachman, A.F., et al., 2017; Putri and Novita, D., 2014). Beberapa aspek yan
dinilai dan kriteria dalam validasi LKPD dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel aspek penilai dan kriteria LKPD

Keefektifan LKPD yang dikembangkan perlu diuji. Hal tersebut dikarenakan


LKPD yang dikembangkan bertujuan agar pembelajaran yang terjadi dapat
berlangsung lebih baik. Perkembangan LKPD harus sebanding dengan
perkembangan hasil pembelajaran. Cara pengukuran keefektifan LKPD dapat
dilakukan melalui hasil belajar siswa, hasil angket respon siswa dan hasil observasi
oleh observer (Mawan, A.R. and Rusmini, 2017). Hasil pembelajaran antara
sebelum dan setelah menggunakan LKPD tentu harus mengalami peningkatan.
Peningkatan hasil belajar siswa inilah yang menjadi parameter keefektifan sebuah
LKPD yang dikembangkan. Selain dari segi hasil belajar, keefektifan LKPD yang
dikembangkan juga berkaitan dengan respon siswa dan hasil observasi oleh
observer. Respon atau tanggapan siswa terhadap LKPD mencerminkan
kenyamanan siswa dalam belajar ketika menggunakan LKPD yang dikembangkan
oleh peneliti. Hasil observasi mencerminkan pengamatan observer tentang aktivitas
siswa selama belajar menggunakan LKPD.

DAFTAR PUSTAKA
Syahrir, 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika SMP untuk
Meningkatkan
Kemampuan Berfikir Kreatif. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 2(1), p.36.e.6-1
Rachman, F. A.,Ahsanunnisa, R and Nawawi, E., 2017. Pengembangna LKPD
Berbasis Berpikir Kritis Materi Kelarutan dan Hasil Kelarutan pada Maa Pelajaran
Kimia SMA. Alkimia, 1(1), p.17.e.4-2
Rajabi, M., Ekohardi, L.G.P, and Buditjohartjanto.2015. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Instalasi Sistem Operasi dengan Model Pembelajaran Berbasis
Proyek. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(1), p.48.e3-2
Astuti, Y and Setiawan, B. 2013, Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing dalamPembelajaran Kooperatif pada
Materi Kalor. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1), p.88.e9-2
Astuti, Y and Setiawan, B. 2013, Pengembangan Pengembangan Modul
Pembelajaran Matematika Siswa SMP. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(2),
p.162.e11-3
Amin, A.M. 2012, Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Konstruksivisme
Berdasar Teori Sosial Vygotsky di Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Sainsmat, 1(2), p.2086.e12-3
Kurniawati, I.L and Amarlita, D.M. 2013, Pengembangan Bhan Ajar Berbasis
masalah pada Mata Pelajaran Kimia SMA Kelas X dalam Materi
Hidrokarbon. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA, 2(1), p.78.e3-1

LAMPIRAN
Jurnal yang dirujuk
https://drive.google.com/open?id=1yFxeVyl-0U-CrwMvudsn86R3cOu_plQq
https://drive.google.com/open?id=1J3fpYqAXMmemYighNM8SpY9eRud9gVlj
https://drive.google.com/open?id=1dGn7C6qMARZFpBM4fRp2-ppGBplnaO0X
https://drive.google.com/open?id=17El-jXAuoAHMDBp0eq53k37rkrP0gsNw
https://drive.google.com/open?id=1N3jzpBAAyFs62Ghf-vJii0z9FTrZ4NlB
https://drive.google.com/open?id=1KzVidCBjh3XvmjxxySeBddLCJ5WT8vdT
https://drive.google.com/open?id=1P3UwXaaXx9Wqy8pjcTMX9Neye_XWl7-x
https://drive.google.com/open?id=1P_Ge_Ji0r-oQpILz2WHWEgzEP2xIQ1m-
https://drive.google.com/open?id=1_ti8GLJXjl-4IOudp-bxUJoeSaDG7y-3
https://drive.google.com/open?id=1-iW8qGTIp_JlUkqCIy0zCpBI6HOGleDJ

Alamat URL yang mendukung


https://drive.google.com/open?id=1lDfr9QOQraB1yIFb0-mXVhn9y8rTD8y9
https://drive.google.com/open?id=1iw7RkOjJZpXmNJi9evzjNjD0A3eVoL-I
https://drive.google.com/open?id=1nGGbV1nd_hqNq1WupXyHh0hU1ew_z8sE

Laporan Produk
BAB 2

KAJIAN TEORI
Pembelajaran sama halnya dengan kata “pengajaran”, dimana pengajaran
mempunyai arti tersendiri yaitu suatu proses mengajar atau mengajarkan
(Purwadinata, 1967:22). Pembelajaran terjadi bukan hanya dari satu belah pihak,
namun harus dari dua belah pihak yaitu guru dan peserta didik, sehingga adanya
interaksi yang efektif di dalam suatu pembelajaran di kelas Gagne dan Briggs
(1979:3). Pembelajaran sangat di pengaruhi oleh kemajuan teknologi serta dapat
berpijak pada psikologi kognitif holistic yang dipandang konstruktif, humanis dll.
Dengan demikian pembelajaran merupakan suatu perbuatan belajar yang dilakukan
(oleh peserta didik) dan proses Mengajar yang dilakukan (oleh guru), namun
sumber belajar yang di gunakan tidak hanya melalui guru, bisa dipermudah juga
melalui berbagai sumber seperti internet, video demonstrasi, LKPD, dan lainnya
sehingga mampu merubah peran serta didalam pembelajaran Karwono(2012:8).
Dalam konteks pendidikan, guru sebagai seorang pengajar mengupayakan peserta
didiknya dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai (aspek
kognitif) atau pengetahuan, juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.
Pembelajaran kimia merupakan upaya sadar yang dilakukan oleh guru atau
pengajar, dalam memaparkan serangkaian ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari,
yang mampu dipahami oleh peserta didik, sehingga dapat terwujudnya tujuan
pembelajaran. Proses tercapainya pembelajaran digunakan beberapa cara seperti
penggunaan metode yang tepat, strategi pembelajaran yang baik, serta penggunaan
model pembelajaran yang sesuai (Syahrir, 2016).
Kurikulum saat ini berlaku kurikulum berbasis karakter yaitu sering di sebut
dengan K13. Kurikulum ini berbeda dengan kurikulum sebelumnyan, dimana
proses pembelajaran pada kurikulum KTSP lebih ke teacher center, namun pada
k13 ini proses pembelajarannya sudah beralih ke student center, jadi siswa harus
lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam pembelajaran. Susunan pembelajaran kimia
tertera dalam silabus kimia kurikulum 2013 yang di dalamnya berisikan tentang
keaktivan peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Mata pelajaran kima di
SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :a)
membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, b)
memupuk sikap ilmiah yatu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat
bekerjasama dengan orang lain, c) meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia
yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan
lingkungan serta menyadari pentignya mengelola dan melestarikan lingkungan
demi kesejahteraan masyarakat, dan d) memahami konsep, hukum, prinsip, dan
teori kimia serta keterkaitannya dalam kehidupan sehari-sehari dan teknologi
(Rachman, et al., 2017).
Berdasarkan silabus kimia, maka penugasan yang tepat untuk diterapkan di sekolah
adalah berbasis diskusi dan observasi (Rajabi, M., et al., 2015). Penugasan tersebut
mampu mengarahkan peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif, bahkan inovatif
serta mampu berfikir secara logis dalam memecahkan masalah. Tidak hanya itu,
peserta didikpun tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan, sikap yang baik serta
memiliki keterampilan dalam kimia yang bisa digunakan dalam kehidupan kita
sehari-hari. Pembelajaran kimia dilakukan dengan memberikan model
pembelajaran yang tepat untuk tiap-tiap materi. Hal ini dikarenakan pada tiap
materi dalam kimia memiliki karakteristik tersendiri. Sehingga dapat
mendeskripsikan konsep materi pembelajaran kimia dapat tersampaikan dengan
baik kepada siswa. Alur dari sebuah konsep kimia adalah dengan pemberian materi
kimia kepada siswa, dimana pertimbangannya adalah tingkat kesulitan dari materi
kimia. Model penugasan berupa mengerjakan soal, diskusi dan observasi (Rajabi,
M., et al., 2015; Astuti,Y and Setiawan, B., 2013)
Materi Hakikat Ilmu Kimia terdapat pada silabus kimia kelas X semester 1 pada
KD 3.1. Materi tersebut akan di ajarkan dengan menggunakan model yang berbeda
yaitu melalui pengembangan LKPD dengan model pengembangan 4D-1 yaitu
define, design, and develope. Penggunaan model pengembangan 4D-1 sudah
sangat sesuai jika diterapkan dalam pengembangan LKPD karena sangat mudah
digunakan sehingga cocok dalam pengaplikasiannya. Alasan dalam pemilihan
model pengembangan LKPD antara lain: dapat menjadi media yang mandiri bagi
peserta didik; lebih memungkinkan dibuat dengan waktu yang relatif singkat;
LKPD ini lebih nyata sehingga siswa bisa secara langsung menuliskan informasi-
informasi yang di dapatkan secara langsung baik dalam pembelajaran maupun
dalam tugas observasi (Ladyana, 2014).
LKPD merupakan lembaran berisikan penugasan mandiri maupun kelompok yang
di tujukan kepada peserta didik. LKPD ini berisikan panduan dalam melakukan
kegiatan observasi, langkah-langkah dalam mengerjakan tugas, serta berperan
dalam membantu peserta didik dalam memadukan aktivitas fisik maupun mental
mereka selama pembajaran berlangsung. Dalam menentukan model pembelajaran,
seorang guru harus tahu betul materi yang akan di pelajari sehingga peserta didik
mampu memahami materi dengan cara menyediakan aktivitas-aktivitas yang
berpusat pada peserta didik (student center).
Desain awal LKPD dimulai dari pembuatan prototipe dasar menjadi story boatd.
Story boatd yang telah dibuat kemudian dibuat LKPD. Beberapa bagian LKPD
yang dibuat halaman story boart dapat dilihat pada Gambar 1. Contoh story boart
dapat di klik pada tulisan Gambar 1 di atas, karena kapasitas gambar cukup besar

mengakibatkan gambar tidak dapat di tayangkan.


Gambar 1. (i Cover; ii Daftar isi; iii Peta konsep; iv Bab 1; v Penugasan observasi)
Menurut Siddiq (2009), terdapat beberapa syarat dalam penyusunan LKPD yaitu
sebagai berikut: 1). Syarat didaktik: bisa di gunakan untuk peserta didik yang
lamban, sedang, bahkan pandai dalam tingkatan berfikirnya. Selain itu dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika
pada diri sendiri. 2). Syarat konstruksi
syarat- syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa
kata,
tingkat kesukaran, dan kejelasan yang dapat dimengerti oleh peserta didik.
3). Syarat teknis, dari segi teknis memiliki beberapa pembahasan yaitu:
a. Tulisan
Tidak menggunakan huruf latin atau romawi dan huruf bergaris. Gunakanlah huruf
cetak yang jelas, tebal, dan agak besar. Dalam satu baris terdapat kurang dari 10
kata, untuk membedakan antara kalimat perintah dan kolom jawaban maka di
berikan sebuah bingkai, penempatan gambar harus sesuai dengan besarnya huruf.
b. Gambar
Gambar yang baik untuk LKPD yaitu dapat menjelaskan isi atau pesan dari setiap
gambar secara efektif kepada tiap peserta didik. c. Penampilan
Penampilan LKPD yang baik yaitu tidak terlalu banyak tulisan ataupun terlalu
banyak gambar, namun harus seimbang dengan pengombinasian antara gambar
dan tulisan sehingga peserta didik tidak jenuh saat membaca tulisan saja dan tidak
salah konsep saat melihat gambar saja.
Tahapan pengembangan yang pertama yaitu define atau pendefinisian, dimana
bertujuan untuk: menetapkan tujuan dan mendefinisikan syarat-syarat yang
dibutuhkan dalam pembelajaran (amin, 2012). Setelah syarat-syarat tersebut
ditentukan dan didefinisikan kemudian dilanjutkan pada tahap selanjutnya, yaitu
perancangan LKPD. Desain awal LKPD kemudian divaliditas oleh dosen
pembimbing, lalu direvisi. Hasil revisi LKPD tersebut kemudian dikembangkan
untuk menjadi LKPD pembelajaran. Hasil dari tahap pengembangan tersebut diuji
coba di lapangan untuk mendapatkan produk berupa LKPD yang sudah
dikembangkan dengan metode 4D-1. aspek kelayakan Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) terdapat pada Gambar 2 berikut:


Gambar 2. Aspek yang dinilai pada Lembar kerja peserta didik
Penilaian kualitas Lembar Kerja Peserta Didik
Suatu material dikatakan berkualitas jika memenuhi aspek-aspek 1) relevansi
(mengacu pada validitas isi), 2) konsistensi (yang mengacu pada validitas
konstruk), 3) kepraktisan (practically), 4) keefektivan (effectiveness) (Nieveen,
2007). Aspek kevalidan dikaitkan dengan dua hal, yaitu kesesuaian kurikulum dan
model yang dikembangkan sudah didasarkan pada pertimbangan teoritis yang kuat
dan terdapatnya kekonsistenan antara komponen yang satu dengan yang lain.
Suatu produk dinyatakan valid apabila memenuhi validasi isi dan validasi
konstruk. Untuk mengukur kevalidan LKPD yang dikembangkan dapat dilakukan
validasi oleh ahli atau validator.
Hasil validasi LKPD oleh dosen ahli, dosen ahli pendidikan dan guru untuk
menilai kelayakan secara teoritis, dinyatakan layak dengan rata-rata persentas
92,5% sehingga LKPD yang dikembangkan dinyatakan sangat layak. Kelayakan
LKPD yang dinilai disesuaikan dengan instrumen penilaian hasil adaptasi dari
BSNP (2006) meliputi aspek kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa
dan keterbacaan, kesesuaian dengan pembelajaran serta kelengkapan komponen
LKS.
Sedangkan menurut Nieveen untuk melihat efektifitas dari pembelajaran
dengan menggunakan LKPD maka diperlukan pengumpulan data-data
yang nantinya akan dievaluasi. Untuk tujuan ini digunakan empat kriteria yaitu :
1. Reaksi guru dan siswa
2. Penyerapan pengetahuan oleh guru dan siswa
3. Penggunaan pengetahuan baru oleh siswa dan guru. Adapun efektifitas
pembelajaran dengan menggunakan LKPD dapat dinilai dari hal-hal sebagai
berikut :
a. Reaksi peserta didik: 1. Apakah peserta didik menyukai perangkat pembelajaran
dengan
menggunakan LKPD?
2. Apakah waktu siswa terpakai efektif dalam proses pembelajaran?
3. Apakah perangkat pembelajaran dengan menggunakan LKPD
berguna bagi peserta didik?
b. Penyerapan pengetahuan oleh peserta didik: Apakah siswa mampu menyerap
pengetahuan yang diberikan?
c. Penggunaan pengetahuan dan keterampilan: Apakah siswa secara efektif
menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dari satu proses pembelajaran ke
proses pembelajaran berikutya?
d. Dampak terhadap peserta didik
1. Apakah peserta didik percaya diri dalam proses pembelajaran?
2. Apakah peningkatan kemampuan peserta didik dalam aspek hasil
belajar penalaran, aktifitas, kreatifitas, dan motivasi?
Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa efektifitas ialah
menyangkut pencapaian atau sejauh mana suatu sasaran dapat dicapai atau
diwujudkan dari suatu kegiatan sesuai dengan prosesnya. Bahwa keberhasilan
pengajaran dikatakan efektif apabila ia terdapat keampuhan dalam pelaksanaan
pengajaran sebagai usaha untuk keseimbangan yang dinamis antara kualitas
pengajaran dengan kuantitas pengajaran. Sebaliknya pengajaran dikatakan tidak
efektif apabila pengajaran itu dapat mencapai sasaran, akan tetapi tidak terjadi
keseimbangan antara kualitas dan kuantitas.

Daftar Pustaka
Amin, A.M. 2012. Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Konstruksivisme
Berdasar Teori Sosial Vygotsky di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Sainsmat, 1(2),
p.2086.e12-3
Astuti, Y and Setiawan, B. 2013, Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Kooperatif pada
Materi Kalor. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1), p.88.e9-2
BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Gagne and Leslie J. Briggs. 1979. Principles of Intructional Design. New York:
Florida State University.
Kaswoni. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.
Ciputat: Cerdas jaya.
Ladyana, Brilian. 2014. Pengembangan LKS Project Based Learning (PjBL)
Penggunaan Bahan Alternatif untuk Produk Olahan Bioteknologi
Konvensional. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Unversitas Negeri Surabaya
Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosda karya.
Nieveen. 2007. An Introduction to Educational Design Research. Proceedings of
the seminar conducted at the East China Normal University. Shanghai (PR China).
November 23-26, 2007.
Purwadinata. 1967. Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru. PT Remaja
Rosdakarya: Bandung
Rachman, F. A.,Ahsanunnisa, R and Nawawi, E., 2017. Pengembangna LKPD
Berbasis Berpikir Kritis Materi Kelarutan dan Hasil Kelarutan pada Materi
Pelajaran Kimia SMA.Alkimia, 1(1), p.17.e.4-2
Rajabi, M., Ekohardi, L.G.P, and Buditjohartjanto.2015. Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Instalasi Sistem Operasi dengan Model Pembelajaran
Berbasis Proyek.Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(1), p.48.e3-2
Siddiq, M. dkk. 2009. Pengembangan Bahan Pembalajaran SD. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Syahrir, 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika SMP untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif. Jurnal Ilmiah Mandala Education,
2(1),p.36.e.6-1
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Invatif-. Progresif. Jakarta :
Kencana Prenada Group

Jurnal URL:
https://drive.google.com/file/d/1brKpKOilkjbe4_vGlmoYoAwhauh3X6Yv/view?u
sp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1jOpLCL10gEXtupWfz6PhA4IGS8sAHJ86/view?
usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/17drQoNitumme3-
0BUM_FDY_Eb3pyjAbj/view?usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1OEeFqRkKi4cINle-
moIJmYg1gNDt2X1h/view?usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1brKpKOilkjbe4_vGlmoYoAwhauh3X6Yv/view?u
sp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1saOHMJbc5kq9ZzuVHvA6V4z4v9P3jH3C/view?
usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1xXjhu2U3bxzmKQgppG8TARcX2XriHHPC/vie
w?usp=drivesdk

Laporan Produk
BAB 2. KAJIAN TEORI

A. Teori 1
Penelitian R&D (Research and Development) dengan model pengembangan 4-D
yang diperkenalkan oleh Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn
I. Semmel pada tahun 1974. Model 4-D terdiri dari 4 tahapan yaitu Define, Design,
Develop, dan Disseminateatau dikenal sebagai model 4-D, yaitu pendefinisian,
perancangan, pengembangan, dan penyebaran (Thiagarajan dkk, 1974). Metode
penelitian dan pengembangan R&D adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan suatu
produk (Sugiyono, 2009).
Untuk mampu menghasilkan produk digunakan penelitian yang bersifat analisis
kebutuhan yang menggunakan metode survey atau kualitatif, untuk menguji
keefektifan produk agar berfungsi dan berperan dalam masyarakat, maka
diperlukan penelitian untuk menguji keektifan produk sehingga digunakan metode
eksperimen (Sugiyono, 2009). Secara umum tahapan dari model penelitian dan
pengembangan R&D yang sudah diadaptasi yaitu menemukan potensi dan
masalah, pengumpulan data, mendesain LKPD, validasi desain, revisi desain, uji
coba LKPD, revisi LKPD, uji coba pemakaian skala besar dan penyempurnaan
LKPD (Sugiyono, 2010; Rosyidah, 2013).
Tahapan model 4-D meliputi tahap pertama adalah Tahap define atau tahap
pendefinisian yang merupakan tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-
syarat pembelajaran. Menurut (Thiagarajan, dkk; 1974) Tahap define ini memiliki
lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan (front-end analysis), analisis
siswa (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept
analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives).
Tahap kedua yang dilakukan pada model 4-D adalah tahap designatau tahap
perancangan yang bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Menurut
(Thiagarajan, dkk; 1974) terdapat empat langkah yang harus dilakukan pada tahap
ini, yaitu penyusunan standar tes (criterion-test construction), pemilihan
media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan
pembelajaran, pemilihan format (format selection)yakni mengkaji format-format
bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan
dan membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih. Tahap
ketiga yang dilakukan pada model 4-D adalah tahap develop atau tahap
pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang
dilakukan melalui dua langkah menurut (Thiagarajan, dkk; 1974) yakni penilaian
ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi dan uji coba
pengembangan (developmental testing). Tujuan dari tahap pengembangan ini
adalah untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui
revisi berdasarkan masukan para pakar ahli dan data hasil uji coba. Model
penelitian R&D ini sesuai jika digunakan dalam penelitian pengembangan dengan
berbagai media (Thiagarajan dkk, 1974; Rizqiyana, 2017).
Tahapan R&D menunjukkan bahwa media yang dikembangkan sudah memenuhi
penilaian buku teks BSNP dan layak diterapkan dalam pembelajaran.(Rosyidah,
2013). Respon peserta didik terhadap media dalam pembelajaran yang
menggunakan model R&D adalah positif, sehingga dapat digunakan dalam proses
pembelajaran sebagai media pembelajaran yang baik dan berkualitas. Sedangkan
hasil belajar peserta didik terhadap memberikan informasi bahwa, media memiliki
peran dalam meningkatkan pemahaman peseta didik terhadap materi (Zakaria dkk,
2015).

B. Teori 2
Kurikulum merupakan komponen penting dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pendidikan. Salah satu faktor penentu ketercapaian tujuan pendidikan adalah
bergantung pada kurikulum yang berlaku pada suatu lembaga pendidikan atau
negara tersebut. Karena itu, maka pemahaman terhadap kurikulum itu sangat
diperlukan (Buhungo, 2015). Arah pengembangan kurikulum 2013 antara lain (1)
karakteristik penguatan, (2) menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati,
menanya, mencoba, menalar, (3) menggunakan ilmu pengetahuan sebagai
penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran, (4) menuntun siswa untuk
mencari tahu, bukan diberi tahu (discovery learning), (5) menekankan kemampuan
berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berfikir logis,
sistematis, dan kreatif, (6) mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah
sampai tinggi, (7) menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran
mendalam (bukan sekedar hafalan), (8) mengukur proses kerja siswa, bukan hanya
hasil kerja siswa, dan (9) menggunakan portofolio pembelajaran siswa
(Kemendikbud, 2013; Buhungo, 2015)
Model pembelajaran saintifik pada kurikulum 2013 meliputi Project Base Learning
(PJBL), Problem Base Learning (PBL), Discovery Learning dan Guided
Inquiry (Kemendikbud, 2013; Buhungo, 2015). Pembelajaran dengan metode
saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut (1) berpusat pada siswa. (2)
melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau
prinsip. (3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Dan
(4) dapat mengembangkan karakter siswa (Morelent dan Syofiani, 2015).
Pengembangan lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan suatu hal yang
dapat mendukung proses kegiatan belajar mengajar di dunia pendidikan. LKPD
yang dibuat secara menarik dan sistematis dapat membantu peserta didik untuk
belajar lebih aktif secara mandiri maupun berkelompok. Hal ini diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan dan motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran
(Fannie dan Rohati, 2014; Barlenti dkk, 2017). Penerapan LKPD dapat
meningkatkan pemahaman konsep peserta didik dengan peningkatan setiap
indikator pada kategori rendah. Respon peserta didik terhadap penerapan LKPD
mendapat tanggapan positif. penerapan LKPD dapat dijadikan salah satu alternatif
yang dapat untuk membuat peserta didik belajar mandiri dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi di lingkungan (Barlenti dkk, 2017).
Penggunaan LKPD efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis peserta
didik, LKPD lebih efektif daripada model pembelajaran langsung terhadap
kemampuan komunikasi matematis peserta didik disposisi matematis peserta didik
yang memperoleh LKPD lebih baik daripada disposisi matematis peserta didik
yang memperoleh model pembelajaran langsung (Oktaviani, 2015).
Beberapa kriteria dalam pembuatan LKPD adalah sebagai berikut LKPD
memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan seperti
percobaan yang harus siswa lakukan. Merupakan bahan ajar cetak. Materi yang
disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi
sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan oleh siswa. Memiliki
komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dan lain -
lain. Jika keempat kriteria tersebut sudah terpenuhi, maka LKPD tersebut termasuk
dalam LKPD yang baik dan layak (Sungkono, 2009).

Daftar Pustaka
Barlenti, Ilmas; Hasan, M; Mahidin. 2017. Pengembangan LKS Berbasis Project
Base Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep. Jurnal Pendidikan Sains
Indonesia, e81-86.
Buhungo, Ruwiah Abdullah. 2015. Implementasi dan Pengembangan Kurikulum
2013 pada Madrasah Aliyah. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(2), e105-113.
Morelent, Yetty dan Syofiani. 2015. Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013
terhadap Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar Negeri 05 Percobaan Pintu
Kabun Bukittinggi. Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia, 31(10), e141-
152.
Oktaviani, R. 2015. Keefektifan Model-Eliciting Activities Berbantuan LKPD
terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis dan Disposisi Matematis Peserta
Didik Kelas VIII. Unnes Journal of Mathematics Education, 5(3), e191-198.
Rizqiyana, Fika Atina. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Kimia Berbasis
Pendekatan Investigasi untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa pada Materi
Koloid. Journal Innovative Science Education, 6(1), e76-84.
Rosyidah, Anis Nur. 2013. Pengembangan Modul IPA Berbasis Etnosains zat
adiktif dalam bahan makanan untuk kelas VII SMP Negeri 1 Pegandon
Kendal. Unnes Science Educational Journal, 2(1), e133-139.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sungkono. 2009. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Thiagarajan, S; Semmel, D.S; & Semmel, M.I. 1974. Instructional Development
for Training Teachers of Exceptional Children: A Sourcebook. Indiana: Indiana
University.
Zakaria, Pery; Ismail, Sumarno; Pebrianni, Irmawaty. 2015. Pengembangan
Instructional Video Berbasis Multimedia Untuk Materi Sistem
Koordinat. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
UMS, e85-94.

Lampiran
1. Alamat url dari jurnal-jurnal yang dirujuk
https://drive.google.com/file/d/1g6MUrbfIrWzKaiie9eIrgccodPKrCO3o/view?usp
=sharing
https://drive.google.com/file/d/1MFsxWfFtN3Q3oeXW6Zz6zQjiOxi0gYUK/view
?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/1FMV5nRiW9dzblW0BzeZ5COBEbPZqGvMw/vi
ew?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/18nvLjOmDNQyfGCTwIfNtompAZOPOBugJ/vie
w?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/1nCQMccS0pEdlpGD6cIvSmv5RMvIsC9ju/view?
usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/17m07AdqSBik_xn28M7KoaMImICJMRVc3/view
?usp=sharing
https://drive.google.com/file/d/1I41Pj0mf4Ur9ZCgLvCNHizoTf6Oxxypo/view?us
p=sharing
https://drive.google.com/file/d/1zWN-yOJN-
tLPRREV9YsQOv2fSv1w1O7A/view?usp=sharing
2. Alamat url dari data-data penunjang
https://drive.google.com/file/d/1imc40SnT_hSmLMrFlFdY-
v018MR6VGpr/view?usp=sharing
Laporan Produk

BAB 2. KAJIAN TEORI


1. Media Pembelajaran
“Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan yang dituju”
(Sadiman, 2003: 6). Media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat menimbulkan
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi. Pada saat merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memanfaatkan media pembelajaran
(Djamarah & Zain, 2006). Media pembelajaran dibutuhkan guru untuk membuat
kegiatan pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif (Meirina, 2013). Media
pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik siswa dan materi
yang akan diajarkan sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai
(Djamarah & Zain, 2006). Perlu suatu media pembelajaran berbasis representasi
kimia agar mudah menghadirkan fenomena pada level submikroskopik (Farida,
2009; Mawarni et al., 2015).
2. Media Powtoon
Perkembangan pembelajaran pada peserta didik selalu diiringi dengan kecanggihan
teknologi untuk mengimbangi. Menurut WIlfridus Bambang Triadi Hanjaya (2008)
teknologi informasi memungkinan pada penciptaan teknik pengajaran yang baru,
yaitu dapat melalui media interaktif CD ataupun dalam bentuk video. Kemudahan
yang teknologi tawarkan dipercaya dapat mempermudah peserta didik dalam
belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Penggunaan media dalam
embelajaran sangat dibutuhkan oleh peserta didik sebagai media yang interaktif
karena dinilai dapat memberikan motivasi kuat bagi peserta didik dalam
pembelajaran.
Pada penelitian ini yang di lakukan di SMAN 12 Semarang pada kelas XI MIA
untuk materi kesetimbangan kimia digunakan media animasi Powtoon. Media
PowToon merupakan software online yang digunakan untuk membuat presentasi
animasi ataupun dalam bentuk video animasi. Media ini menyediakan tool untuk
mengembangkan animated clips maupun animated presentations untuk website,
pertemuan kantor, promosi penjualan, dan media pembelajaran. Dalam
penggunaanya setiap orang dapat setiap orang dapat membuat animasi yang
menakjubkan secara cepat dengan powtoon tanpa membutuhkan biaya maupun
kemampuan profesioanl dalam bidang animasi. Kekurangan pada media animasi
powtoon yaitu , ketergantungan ketersediaan dukungan saran teknologi,
membutuhkan SDM yag professional untuk mengoerasikannya, dan mengurangi
kreativitas dan invasi dari jenis media pembelajara lainnya.
Penggunaan media ini memiliki beberpa kelebihan dalam pengaplikasiannya pada
media pembelajaran yaitu, interaktif, mencakup segala aspek indera, penggunaanya
praktis, kolaboratif, lebih variatif, dapat memberikan feedback, dan dapat
memotivasi karena menarik tampilannya.
Adapun manfaat dari media pembelajaran powtoon antara lain :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas


2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera
3. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timeplase
atau high-speed photography
4. Konsep yang terlalu luar dapat divisualkan dalam bentuk film, gambar, dll
5. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan
lingkungan dan kenyataan

3. LKPD
Lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah salah satu media belajar yang berisi
ringkasan materi dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
(Abdurrohim et al., 2016). LKPD merupakan media pembelajaran, karena dapat
digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang
lain (Widjajanti, 2008). LKPD merupakan salah satu sarana untuk membantu dan
mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya LKPD maka akan
terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa (Arafah,et al., 2012).
Fungsi LKPD digunakan sebagai acuan untuk memandu pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan juga sebagai alat penilaian proses dalam pembelajaran.
Dari beberapa jenis inkuiri, inkuiri terbimbing adalah salah satu jenis inkuiri yang
dapat diterapkan kepada siswa, dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja
merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara
mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang,
guru hanya berperan sebagai fasilitator (Suyanti, 2010). LKPD berbasis inkuiri
menekankan pada pendekatan siswa dalam mencari pemahaman kimia yang
menitikberatkan pada aktivitas pemberian pengalaman belajar, ekplorasi
pengetahuan, serta mencari tahu jawaban atas pertanyaan ilmiah yang diajukan
siswa (Amelia & Antonius, 2015). LKPD berbasis inkuiri diharapkan dapat
memberikan variasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi aktif
siswa dan pemahaman terhadap materi ajar kimia. LKPD inkuiri membimbing
siswa untuk dapat peka terhadap aspek kimia dalam kehidupan sehari-hari dan
tidak hanya menerima fakta di sekitar mereka tetapi juga memicu mereka
melakukan pengamatan, bertanya, melakukan eksperimen, mengasosiasi, dan
mengomunikasikannya, selaras dengan Kurikulum 2013 . Pembelajaran dengan
pola penemuan yang dilakukan dengan diskusi dan berpikir kreatif yang intensif
mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan komunikasi dalam menyelesaikan
masalah (Marks & Eilks, 2009).

Daftar Pustaka
Amelia, B. & Antonius, T. W., 2015. Pemanfaatan model pltl berbantuan lks
berbasis inkuiri untuk meningkatkan kompetensi kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia (9), 1 hal. 1496 – 1505
Arafah, S. F., B. Priyono, dan S. Ridlo. 2012. Pengembangan LKS berbasis
berpikir kritis pada materi animalia. Unnes Journal of Biology Education. 1(1): 75-
81
Djamarah, S.B., & Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Marks, R. & Eilks, I. 2009. Promoting scientific literacy using a sociocritical and
problem oriented approach to chemistry teaching: concept, examples,
experiences. International Journal of Environmental & Science Education. 4 (3):
231-245
Rahma, P. T. & Kusumawati, D. 2017. Pengembangan lembar kerja siswa model
inkuiri terbimbing berbasis blended learning pada materi pokok kimia
unsur. UNESA Journal of Chemistry Education (6),3 hal. 476-481
Sadiman, A S. (2003). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suyanti, R. D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah yang disampaikan
dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dengan Judul “Pelatihan
Penyusunan LKS Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Bagi Guru SMK/MAK” Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA UNY.
Wilfridus Bambang Triadi Hanjaya. 2008. Memasuki DUNIA E-Leraning + CD.
Jakarta: Informatika

Lampiran
1. Jurnal-jurnal yang dirujuk

https://drive.google.com/open?id=14NCNexhL6uiACJWuOv-UENrRf99sGV4O
https://drive.google.com/open?id=1r8IMSvtsf6FP8FjM1Ojv3GdwS2ToqAqo
https://drive.google.com/open?id=1yEFwchuvsty1_foxJoagxdMQrGiUEB_Z
https://drive.google.com/open?id=1qwxORdzv7CRcgZdsriKhjJ9-dmBXPuf_
https://drive.google.com/open?id=1N-a7dhhq9q8kEiX4smEUPU4f9pI8UlC8
https://drive.google.com/open?id=19hLn7FQJI6Uo9Q3ymmwmR-JgEudAbNAd
https://drive.google.com/open?id=1u5CwCo3UeKVXiNDtQ9zCEXiyYJqvb6iz
https://drive.google.com/open?id=1GPm64x0DPmC5gI8rKPhQ0L0Rlxljrt3d
https://drive.google.com/open?id=17mhcMkd-Kl1SjM8s54eZMAyZi_C93gEp
2. Jurnal penunjang (materi)
https://drive.google.com/open?id=1m_L709YkXWruCji_0CmvjDfgHF6nrc1j

Laporan Produk

BAB 2. KAJIAN TEORI


A. Media Pembelajaran
“Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan yang dituju”
(Sadiman, 2003: 6). Media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat menimbulkan
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi.
Pada saat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, guru dituntut untuk
mampu memanfaatkan media pembelajaran (Djamarah & Zain, 2006). Media
pembelajaran dibutuhkan guru untuk membuat kegiatan pembelajaran di kelas
menjadi lebih efektif (Meirina, 2013). Media pembelajaran yang digunakan harus
sesuai dengan karakteristik siswa dan materi yang akan diajarkan sehingga
kompetensi yang diharapkan dapat tercapai (Djamarah & Zain, 2006).
Perlu suatu media pembelajaran berbasis representasi kimia agar mudah
menghadirkan fenomena pada level submikroskopik (Farida, 2009; Mawarni et al.,
2015). Media pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan simulasi
percobaan pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan kimia dan juga mampu memvisualisasikan interaksi antar partikel
yansg terlibat di dalam sistem kesetimbangan pada level submikroskopik adalah
media pembelajaran dalam bentuk media animasi (Meirina, 2013; Rahayu &
Narudin, 2014).

B. Media Animasi Powtoon


Perkembangan pembelajaran pada peserta didik selalu diiringi dengan kecanggihan
teknologi untuk mengimbangi. Teknologi informasi memungkinan pada
penciptaan teknik pengajaran yang baru, yaitu dapat melalui media interaktif CD
ataupun dalam bentuk video. Kemudahan yang teknologi tawarkan dipercaya dapat
mempermudah peserta didik dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar. Penggunaan media dalam pembelajaran sangat dibutuhkan oleh peserta
didik sebagai media yang interaktif karena dinilai dapat memberikan motivasi kuat
bagi peserta didik dalam pembelajaran. Pemakaian media dapat membantu peserta
didik dapat merangsang kegiatan belajar yang baik bahkan dapat membawa
pengaruh psikologis peserta didik tersebut. Ketepatan dalam memilih media
pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan seorang guru dalam mengajar.
Pada penelitian ini yang di lakukan di SMAN 12 Semarang pada kelas XI MIA
untuk materi kesetimbangan kimia digunakan media animasi Powtoon. Media
PowToon merupakan software online yang digunakan untuk membuat presentasi
animasi ataupun dalam bentuk video animasi. Penggunaan animasi dalam halnya
pembelajaran akan memperindah tampilan presentasi sehingga menarik minat
peserta didik, animasi juga dapat menjelaskan sesuatu yang rumit dalam hal ini
misalnya praktikum kesetimbangan yang dapat dijelaskan secara lengkap lewat
video animasi dan dengan mudah tanpa harus mempraktikan secara langsung.
Media ini menyediakan tool untuk mengembangkan animated clips maupun
animated presentations untuk website, pertemuan kantor, promosi penjualan, dan
media pembelajaran. Dalam penggunaanya setiap orang dapat setiap orang dapat
membuat animasi yang menakjubkan secara cepat dengan powtoon tanpa
membutuhkan biaya maupun kemampuan profesioanl dalam bidang animasi.
Kekurangan pada media animasi powtoon yaitu , ketergantungan ketersediaan
dukungan saran teknologi, membutuhkan SDM yag professional untuk
mengoerasikannya, dan mengurangi kreativitas dan invasi dari jenis media
pembelajara lainnya. Penggunaan media ini memiliki beberpa kelebihan dalam
pengaplikasiannya pada media pembelajaran yaitu, interaktif, mencakup segala
aspek indera, penggunaanya praktis, kolaboratif, lebih variatif, dapat memberikan
feedback, dan dapat memotivasi karena menarik tampilannya. Adapun pada media
ini, spesifikasi laptop atau PC yang dapat digunakan untuk menjalankan powtoon
adalah sebagai berikut:Processor : Quad Core Celeron atau diatasnya,RAM :
minimal 1GB,VGA : On Board, Koneksi internet stabil.
Manfaat dari media pembelajaran powtoon antara lain memperjelas penyajian
pesan agar tidak bersifat verbalitas, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya
indera, gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timeplase
atau high-speed photography, konsep yang terlalu luar dapat divisualkan dalam
bentuk film, gambar, dll, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara
peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan.

C. Media LKPD
Lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah salah satu media belajar yang berisi
ringkasan materi dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
(Abdurrohim et al., 2016). LKPD merupakan media pembelajaran, karena dapat
digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang
lain (Widjajanti, 2008). LKPD merupakan salah satu sarana untuk membantu dan
mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya LKPD maka akan
terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa (Arafah,et al., 2012).
Fungsi LKPD digunakan sebagai acuan untuk memandu pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan juga sebagai alat penilaian proses dalam pembelajaran.
LKPD dalam suatu pembelajaran merupakan media pembelajaran yang
berkedudukan penting karena dapat memfasilitasi siswa dalam memahami materi.
Pada dasarnya pemahaman siswa akan lebih bermakna apabila siswa mampu
menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan teori
konstruktivis, dimana siswa harus membangun sendiri pengetahuan yang
dimilikinya. Dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan atau mengembangkan
pengetahuan mereka. LKPD yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan
sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi
(Abdurrohim et al., 2016). Dalam membuat LKPD akan lebih baik bila
dikondisikan dengan karakter, kemampuan, dan pengalaman siswa, sehingga siswa
akan lebih mudah dalam menemukan konsep materi dan mengkonstruksi
pemahamannya terhadap materi tersebut (Rahma & Kusumawati, 2017). LKPD
yang digunakan harus disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yaitu inkuiri.
Dari beberapa jenis inkuiri, inkuiri terbimbing adalah salah satu jenis inkuiri yang
dapat diterapkan kepada siswa, dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja
merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara
mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang,
guru hanya berperan sebagai fasilitator (Suyanti, 2010). LKPD berbasis inkuiri
menekankan pada pendekatan siswa dalam mencari pemahaman kimia yang
menitikberatkan pada aktivitas pemberian pengalaman belajar, ekplorasi
pengetahuan, serta mencari tahu jawaban atas pertanyaan ilmiah yang diajukan
siswa (Amelia & Antonius, 2015). LKPD berbasis inkuiri diharapkan dapat
memberikan variasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi aktif
siswa dan pemahaman terhadap materi ajar kimia. LKPD inkuiri membimbing
siswa untuk dapat peka terhadap aspek kimia dalam kehidupan sehari-hari dan
tidak hanya menerima fakta di sekitar mereka tetapi juga memicu mereka
melakukan pengamatan, bertanya, melakukan eksperimen, mengasosiasi, dan
mengomunikasikannya, selaras dengan Kurikulum 2013 . Pembelajaran dengan
pola penemuan yang dilakukan dengan diskusi dan berpikir kreatif yang intensif
mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan komunikasi dalam menyelesaikan
masalah (Marks & Eilks, 2009). LKPD berbasisis inkuiri memungkinkan siswa
untuk belajar dengan penemuan secara mandiri maupun diskusi kelompok
sehingga hasil belajar kognitif mereka meningkat (Yuniyanti et.al., 2012).

Daftar Pustaka
Amelia, B. & Antonius, T. W., 2015. Pemanfaatan model pltl berbantuan lks
berbasis inkuiri untuk meningkatkan kompetensi kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia (9), 1 hal. 1496 – 1505
Djamarah, S.B., & Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Marks, R. & Eilks, I. 2009. Promoting scientific literacy using a sociocritical and
problem oriented approach to chemistry teaching: concept, examples,
experiences. International Journal of Environmental & Science Education. 4 (3):
231-245
Rahma, P. T. & Kusumawati, D. 2017. Pengembangan lembar kerja siswa model
inkuiri terbimbing berbasis blended learning pada materi pokok kimia
unsur. UNESA Journal of Chemistry Education (6),3 hal. 476-481
Sadiman, A S. (2003). Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah yang disampaikan
dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dengan Judul “Pelatihan
Penyusunan LKS Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Bagi Guru SMK/MAK” Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA UNY.

Lampiran
1. Jurnal yang dirujuk
Jurnal media
Jurnal media 2
,Jurnal media 3
Jurnal powtoon
Jurnal powtoon 2
Jurnal powtoon 3
Jurnal lkpd
Jurnal lkpd 2
Jurnal lkpd 3
2. Jurnal penunjang lainnya

Materi kesetimbangan kimia

Laporan Produk
BAB 2. Kajian Teori

A. Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan yang dituju”
(Sadiman, 2003: 6). Media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat menimbulkan
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi. Media berperan dalam penyampaian informasi agar
lebih mudah.
Pada saat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, pendidk dituntut untuk
mampu memanfaatkan media pembelajaran (Djamarah & Zain, 2006). Media
pembelajaran diperlukan guru agar kegiatan pembelajaran di kelas menjadi lebih
efektif (Meirina, 2013). Media pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan
karakteristik siswa dan materi yang akan diajarkan sehingga kompetensi yang
diharapkan dapat tercapai (Djamarah & Zain, 2006). Media pembelajaran yang
digunakan harus memperhatikan tipe-tipe belajar yang disukai oleh siswa agar
siswa dapat lebih tertari terhadap pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Media pembelajaran juga harus menyesuaikan dengan materi yang
diajarkan, karena materi yang berbeda memerlukan media yang berbeda pula.
Pada pembelajaran kimia diperlukan suatu media pembelajaran berbasis
representasi kimia agar mudah menghadirkan fenomena pada level
submikroskopik (Farida, 2009; Mawarni et al., 2015). Media pembelajaran
diharapkan mampu memberikan simulasi percobaan pada materi faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran kesetimbangan kimia dan juga mampu
memvisualisasikan interaksi antar partikel yansg terlibat di dalam sistem
kesetimbangan pada level submikroskopik. Media pembelajaran yang sesuai untuk
kondisi tersebut adalah media pembelajaran dalam bentuk media animasi
(Meirina, 2013; Rahayu & Narudin, 2014).

B. Media Animasi Berbasis Powtoon


Media Powtoon merupakan software yang digunakan untuk membuat animasi
audiovisual yang dapat memudahkan guru dalam membuat animasi (Treena, Z. et
al., 2017). Gambar pada animasi merupakan kombinasi antara gerak, suara, musik
dan warna agar dapat menarik perhatian siswa. Selain membuat proses
pembelajaran lebih menyenangkan, animasi juga dapat membantu siswa dalam
mengingat materi lebih lama dengan memperhatikan gambar-gambar yang
ditampilkan (Julianingrum, I. R. et al., 2014). Penggunaan animasi dalam halnya
pembelajaran akan memperindah tampilan presentasi sehingga menarik minat
peserta didik, animasi juga dapat menjelaskan sesuatu yang rumit dalam hal ini
misalnya praktikum kesetimbangan yang dapat dijelaskan secara lengkap lewat
video animasi dan dengan mudah tanpa harus mempraktikan secara langsung.
Media ini menyediakan tool untuk mengembangkan animated clips maupun
animated presentations untuk website, pertemuan kantor, promosi penjualan, dan
media pembelajaran. Dalam penggunaanya setiap orang dapat setiap orang dapat
membuat animasi yang menakjubkan secara cepat dengan powtoon tanpa
membutuhkan biaya maupun kemampuan profesioanl dalam bidang animasi.
Media animasi berbasis Powtoon memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Julianingrum (2014) mengemukakan bahwa media animasi dapat digunakan
seterusnya untuk proses pembelajaran pada materi tersebut. Kelebihan lain yaitu
pada pengaplikasiannya dalam pembelajaran karena interaktif, mencakup segala
aspek indera, penggunaanya praktis, kolaboratif, lebih variatif, dapat memberikan
feedback, dan dapat memotivasi karena menarik tampilannya. Software Powtoon
juga memiliki kekurangan antara lain membutuhkan waktu yang lama, siswa
kurang dapat mengembangkan ide, dan tidak dapat diterapkan pada semua materi
(Julianingrum, I. R. et al., 2017). Adapun manfaat dari media pembelajaran
powtoon antara lain 1) memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas,
2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, gerak yang terlalu lambat
atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timeplase atau high-speed photography, 3)
konsep yang terlalu luar dapat divisualkan dalam bentuk film, gambar, dll, 4)
memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan
lingkungan dan kenyataan.

C. LKPD Berbasis Inkuiri Terbimbing


Lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah salah satu media belajar yang berisi
ringkasan materi dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
(Abdurrohim et al., 2016). LKPD merupakan media pembelajaran, karena dapat
digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang
lain (Widjajanti, 2008). LKPD merupakan salah satu sarana untuk membantu dan
mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya LKPD maka akan
terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa (Arafah,et al., 2012).
Fungsi LKPD digunakan sebagai acuan untuk memandu pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan juga sebagai alat penilaian proses dalam pembelajaran.
Abdurrohim (2016) mengemukakan bahwa penggunaan LKPD sebagai instrumen
penilaian proses dapat membantu guru dalam melakukan penilaian terhadap proses
kerja dan hasil kerja siswa, seperti hasil diskusi kelompok, kegiatan eksperimen,
evaluasi dan latihan mandiri. Dari hasil penilaian proses ini dapat membuktikan
bahwa siswa mampu memahami konsep dan mengkonstruksikan pengetahuannya
lebih mendalam.
LKPD dalam suatu pembelajaran merupakan media pembelajaran yang
berkedudukan penting karena dapat memfasilitasi siswa dalam memahami materi.
Pada dasarnya pemahaman siswa akan lebih bermakna apabila siswa mampu
menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan teori
konstruktivis, dimana siswa harus membangun sendiri pengetahuan yang
dimilikinya. Dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan atau mengembangkan
pengetahuan mereka. LKPD yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan
sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi
(Abdurrohim et al., 2016). Dalam membuat LKPD akan lebih baik bila
dikondisikan dengan karakter, kemampuan, dan pengalaman siswa, sehingga siswa
akan lebih mudah dalam menemukan konsep materi dan mengkonstruksi
pemahamannya terhadap materi tersebut (Rahma & Kusumawati, 2017). LKPD
yang digunakan harus disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yaitu inkuiri.
Dari beberapa jenis inkuiri, inkuiri terbimbing adalah salah satu jenis inkuiri yang
dapat diterapkan kepada siswa, dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja
merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara
mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang,
guru hanya berperan sebagai fasilitator (Suyanti, 2010). LKPD berbasis inkuiri
menekankan pada pendekatan siswa dalam mencari pemahaman kimia yang
menitikberatkan pada aktivitas pemberian pengalaman belajar, ekplorasi
pengetahuan, serta mencari tahu jawaban atas pertanyaan ilmiah yang diajukan
siswa (Amelia & Antonius, 2015). LKPD berbasis inkuiri diharapkan dapat
memberikan variasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi aktif
siswa dan pemahaman terhadap materi ajar kimia. LKPD inkuiri membimbing
siswa untuk dapat peka terhadap aspek kimia dalam kehidupan sehari-hari dan
tidak hanya menerima fakta di sekitar mereka tetapi juga memicu mereka
melakukan pengamatan, bertanya, melakukan eksperimen, mengasosiasi, dan
mengomunikasikannya, selaras dengan Kurikulum 2013 . Pembelajaran dengan
pola penemuan yang dilakukan dengan diskusi dan berpikir kreatif yang intensif
mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan komunikasi dalam menyelesaikan
masalah (Marks & Eilks, 2009). LKPD berbasisis inkuiri memungkinkan siswa
untuk belajar dengan penemuan secara mandiri maupun diskusi kelompok
sehingga hasil belajar kognitif mereka meningkat (Yuniyanti et.al., 2012).

Daftar Pustaka
Abdurrohim, Tonih, F., Evi, S. B. 2016. Pengembangan lembar kegiatan siswa
(lks) berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam. Jurnal Penelitian
dan Pembelajaran IPA (2), 2 hal.197-212
Amelia, B. & Antonius, T. W., 2015. Pemanfaatan model pltl berbantuan lks
berbasis inkuiri untuk meningkatkan kompetensi kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia (9), 1 hal. 1496 – 1505
Arafah, S. F., B. Priyono, dan S. Ridlo. 2012. Pengembangan LKS berbasis
berpikir kritis pada materi animalia. Unnes Journal of Biology Education. 1(1): 75-
81
Djamarah, S.B., & Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Julianingrum, I. R., Binti, M., dan Wahyu, A. 2017. Model pembelajaran artikulasi dengan
media animasi powtoon untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi
keuangan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Akuntansi dan Keuangan, hal. 494-504
Marks, R. & Eilks, I. 2009. Promoting scientific literacy using a sociocritical and
problem oriented approach to chemistry teaching: concept, examples,
experiences.International Journal of Environmental & Science Education. 4 (3):
231-245
Meirina, A.M. 2012. Animation me-dia depelopment based mul-tiple
representation on material factors affecting chemical equilibrium. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, 2(2) hal. 1-12
Rahma, P. T. & Kusumawati, D. 2017. Pengembangan lembar kerja siswa model
inkuiri terbimbing berbasis blended learning pada materi pokok kimia
unsur. UNESA Journal of Chemistry Education (6),3 hal. 476-481
Sadiman, A S. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suyanti, R. D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Trina, Z., Thamrin, K., dan Dyah, R., 2017. Penerapan media animasi audio visual
menggunakan software powtoon untuk meningkatkan hasil belajar ips smp negeri 16 banda
aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah, (2) 2 hal. 156-169
Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah yang disampaikan
dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dengan Judul “Pelatihan
Penyusunan LKS Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Bagi Guru SMK/MAK” Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA UNY.
Yuniyanti, E.D., Widha, S., & Haryono. 2012. Pembelajaran kimia menggunakan
inkuiri terbimbing dengan media modul e-learning ditinjau dari kemampuan
pemahaman membaca dan kemampuan berpikir abstrak. Jurnal Pasca UNS. 1 (2)
: 112-120
Lampiran
https://drive.google.com/open?id=1zou9Qkotbk9Q3iFFAVN47hUDyB6JJzKo\
https://drive.google.com/open?id=1Anl1R_5IsBTJioIlqbUQjmaU2cuNQNeI
https://drive.google.com/open?id=1HXYQc8d5RauI3QnrBYXGCBpcyGvUXdT7
https://drive.google.com/open?id=1Xa-EgZO3NTkhJs4dRB9qKbDasWHcs1Xm
https://drive.google.com/open?id=1g89O1K7LfsO87tpSF-07knjQGiL6YRL0
https://drive.google.com/open?id=1IdGQH0ndG4x6YKAZZ3f4mC-mrbSWgXuD
https://drive.google.com/open?id=10FZWXldPhfwMtBp3_6IyKcmetIJcFsE7
https://drive.google.com/open?id=1svNBQBerAeghOw9tkguw1_hNTYnoMmwM
https://drive.google.com/open?id=1EKa1ucK0XNCyJjmNva5efT1CvXpNlcEq

Laporan Produk

BAB 2. KAJIAN TEORI


A. Hakikat Pembelajaran
Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
berkembang berdasarkan pada pengamatan terhadap fenomena alam. Sebagian
besar materi kimia dapat didekati dari kondisi atau masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, namun masih belum optimal dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Materi-materi kimia lebih dikondisikan untuk dihafal oleh siswa, hal
ini terlihat dari berbagai buku teks pelajaran kimia yang dibuat sebagai kumpulan
konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa, tanpa mengedepankan proses
pembelajaran yang sesuai. Akibatnya siswa mengalami kesulitan untuk
menghubungkan teori yang telah diberikan oleh guru dengan apa yang terjadi di
lingkungan sekitarnya dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut.
(Fadiawati dan Diawati, 2011).
Salah satu masalah yang dihadapi didunia pendidikan sekarang ini yaitu masalah
kelemahan selama proses pembelajaran. Dalam prosesnya, siswa kurang mendapat
dorongan yang khusus untuk mengembangkan kemampuan berifikirnya
dikarenakan proses pembelajaran di dalam kelas lebih ditujukan kepada
kemampuan siswa untuk menghafal informasi. (Pratiwi, 2015). Karakteristik siswa
adalah salah satu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran kimia.
Di Indonesia, siswa mempelajari kimia mulai dari SMP namun hanya sebatas
pengetahuan umum saja, sedangkan ketika masuk ke jenjang SMA pelajaran kimia
akan semakin dalam dan mungkin menurut siswa akan jauh lebih sulit dibanding
ketika mereka mempelajari pada waktu SMP. Siswa merasa membutuhkan suatu
media sebagai penyalur dari teori ke prakteknya sendiri. Siswa juga memerlukan
media untuk menuntun melakukan suatu percobaan secara mandiri. Siswa merasa
belum cukup jika hanya diberi materi saja oleh gurunya namun tidak dilaksanakan
secara langsung.

B. Pengertian media pembelajaran

Media pembelajaran adalah perantara yang membawa pesan atau informasi antara
sumber dan penerima. Media pembelajaran atau materi pembelajaran secara garis
besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari oleh
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan
(Depdiknas, 2006:4). Satu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media
pembelajaran adalah istilah sumber belajar. Sumber belajar memiliki cakupan yang
lebih luas daripada media belajar. Sumber belajar bisa berupa pesan, orang, bahan,
alat, teknik clan latar/lingkungan. Apa yang dinamakan media sebenarnya adalah
bahan dan alat belajar tersebut. Bahan sering disebut perangkat lunak software,
sedangkan alat juga disebut sebagi perangkat keras hardware. Transparansi,
program kaset audio dan program video adalah beberapa contoh bahan belajar.
Bahan belajar tersebut hanya bisa disajikan jika ada alat, misalnya berupa OHP,
Radio kaset clan Video player. Jadi salah satu atau kombinasi perangkat lunak
(bahan) dan perangkat keras (alat) bersama sama dinamakan media. Dengan
demikian, jelaslah bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari sumber
belajar.

Kehadiran media dalam pembelajaran sains khususnya kimia memiliki peran yang
sangat penting. Materi kimia yang sulit ditunjukkan secara nyata, bersifat abstrak,
dan sulit disampaikan dengan kata-kata akan menjadi mudah disampaikan dan
menarik bagi siswa. Penggunaan media untuk mendapatkan pengalaman langsung
dapat dilakukan menggunakan obyek sebenarnya, atau penggunaan alat-alat
praktikum dalam kegiatan laboratorium riil. Pengalaman belajar juga dapat
diperoleh dengan memanfaatkan media berupa obyek tiruan yang menyerupai
benda aslinya, misalnya menggunakan alat peraga, gambar, video dan simulasi
komputer melalui laboratorium virtuil. Pentingnya media dalam pembelajaran
adalah untuk membantu guru dalam menyampaikan materi kimia yang akan
diajarkan kepada siswa dan memudahkan siswa untuk menerima materi yang
disampaikan guru. LKS eksperimen merupakan suatu media pembelajaran yang
tersusun secara kronologis yang berisi prosedur kerja, hasil pengamatan, soal-soal
yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang dapat membantu siswa dalam
menemukan kon-sep klasifikasi zat, serta kesimpulan akhir dari praktikum yang
dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan.

C. Pengertian LKS

Dalam kurikulum 2013, pendekatan pembelajaran yang diterapkan adalah


pendekatan ilmiah (scientific approach). Dengan pendekatan ilmiah siswa akan
mempelajari ilmu kimia berdasarkan fakta, tidak hanya didasarkan pada khayalan
yang abstrak. Hal ini karena banyak konsep-konsep kimia yang kompleks dan
abstrak sehingga mengakibatkan kimia menjadi sangat sulit untuk dimengerti oleh
sebagian besar siswa. (Wang, 2007). Artinya untuk mempermudah siswa dalam
memahami konsep yang kompleks dan abstrak tersebut, siswa akan mulai belajar
kimia dengan mengamati fenomena atau fakta yang terjadi di lingkungan sekitar.
Dengan demikian Keterampilan Proses Sains (KPS) dibutuhkan untuk memahami
dan menggunakan sains, termasuk ilmu kimia (Hartono, 2007).
Keterampilan Proses Sains memberikan kesempatan siswa untuk secara nyata
bertindak sebagai seorang ilmuan. (Dimyati, 2006: 139). Dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis keterampilan proses maka diperlukan adanya bahan ajar
yang dapat menunjang proses pembelajaran tersebut misalnya Lembar kegiatan
Siswa (LKS). Menurut Susiwi (2009: 32) Keterampilan proses terdiri dari aspek
proses mengamati, mengklasifikasikan, memprediksi, mengkomunikasikan,
mengukur, menyimpulkan. Dengan menggunakan LKS berbasis Keterampilan
Proses, siswa akan melakukan tahapan belajar sesuai dengan ketrampilan proses
sains. Keterampilan proses digunakan untuk menyatakan prosedur, proses dan
metode paling penting yang digunakan para ilmuan ketika menyelesaikan
persoalan experimental. (Mulyono, 2012: 44). Dengan LKS berbasis Keterampilan
proses diharapkan dalam belajar siswa merasa tertarik sehingga tidak ada unsur
keterpaksaan dalam melakukannya dan mencapai tujuan pembelajaran dengan
baik.

Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran
di sekolah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Widodo
(2013) yang menyatakan bahwa peningkatan penguasaan materi siswa yang
mendapatkan pembelajaran menggunakan media LKS lebih baik daripada
peningkatan penguasaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa
media LKS. (Putra, et al.2015). Dengan demikian guru perlu membuat suatu LKS
yang berbasis KPS guna membantu siswa dalam menemukan konsep kimia
berdasarkan fenomena-fenomena yang ada dengan syarat didaktik, konstruksi, dan
teknik. Salah satu konsep ilmu kimia yang dianggap sulit dan sering menyebabkan
miskonsepsi adalah stoikiometri (Fach, et al. 2007). Stoikiometri merupakan ilmu
yang mempelajari aspek kuantitatif dari kimia. (Chang & Overby, 2011;
Silberberg, 2010). Sehingga keberadaan LKS sangat diperlukan untuk membantu
siswa dalam penguasaan konsep pada materi ini.

Lembar kerja siswa adalah salah satu sumber belajar penunjang berbentuk cetak,
didalamnya berisi lembaran langkah kegiatan untuk menyelesaikan suatu tugas
yang harus dikerjakan siswa oleh siswa (Prastowo, 2011). Pelaksanaan kegiatan
laboratorium harus ditunjang dengan LKS khusus yang memungkinkan siswa
merancang kegiatan laboratorium secara mandiri. Siswa yang merancang sendiri
penyelidikannya diharapkan memiliki pengalaman langsung melalui keterampilan
dan sikapnya dalam menemukan konsep pengetahuan, sehingga dapat
meningkatkan seluruh kompetensi mereka. Penelitian Kurniawati et al. (2016) dan
Bridges (2015) menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan LKS berbasis
inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hukum dasar kimia
dan stoikiometri. Stoikiometri adalah hubungan kuantitatif antara reaktan dan
produk dalam reaksi. Juga perbandingan banyaknya zat yang bereaksi dan zat-zat
hasil reaksi dalam suatu reaksi kimia, atau perbandingan bobot unsur-unsur yang
bersenyawa.
Eksperimen adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran kimia. Kegiatan eksperimen merupakan pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam bentuk kegiatan praktikum dari suatu percobaan dengan
bantuan LKS, sehingga dalam pembelajaran sangat diperlukan LKS yang bisa
membuat siswa aktif dalam belajar. Guru mengungkapkan sudah sering melakukan
kegiatan praktikum namun jarang menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Ketika
menggunakan LKS masih banyak siswa yang kurang memahami lembar kerja yang
diberikan guru, sehingga siswa kebingungan dengan apa yang harus dilakukan
pada saat praktikum. Guru juga mengatakan keterampilan siswa dalam
menggunakan alat seperti pipet tetes masih kurang, siswa juga kebingungan ketika
mengamati hasil percobaan, pada saat menjelaskan siswa juga tidak bisa
mengaitkan antara hasil percobaan dengan teori, dan siswa masih belum terampil
dalam membuat kesimpulan. Guru sudah berusaha untuk membuat LKS praktikum
yang mudah dipahami oleh siswa melalui pembuatan lembar kerja siswa yang lebih
sederhana dan penggunaan bahasa yang lebih mudah dipahami, namun hanya
beberapa siswa saja yang bisa memahami dan terampil dalam melakukan kegiatan
praktikum. Sedangkan siswa yang lain masih kebingungan dan kurang terampil.

Daftar Pustaka
Ardiyanti, F. dan Winarti. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Fenomena Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan, 9 (2): 27-33.

Bridges, C.D. 2015. Experiences Teaching Stoichiometry to Students in Grades 10


and 11.Dissertation. Walden University: Atlanta.

Chang, R. & Overby, J. 2011. General Chemistry: The Essential Concept. New
York: Mc-Graw Hill.
Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta

Fach, M., de Boer, T. and Parchmann, I. 2007. Results of Interview Study as Basic
for the Development of Stepped Supporting Tools for Stoichiometric
Problems. Chem. Educ. Res. Prac., 8 (1): 14.

Fadiawati, N. dan C. Diawati. 2011. The Problem-Based Learning Model to


Increase Students’Skills in Communication, Classification, and Comprehension of
Acid-Base Concepts.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA Unila.

Hartono. 2007. Profil KPS Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD
Universitas Sriwijaya. Proceeding of The First International Seminar on Science
Education, 27 Oktober 2007. Bandung, hal:13-14.
Kurniawati, D., Mohammad M., & Sulistyo S. 2016. Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dilengkapi dengan LKS untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains dan Pretasi Belajar pada Materi Pokok Hukum Dasar
Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia, 6(1): 88-95.

Mulyono, Y., Bintari, S. H., Rahayu, E. S., dan Widiyaningrum, P. 2012.


Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan Pendekatan Scientific Skill
Teknologi Fermentasi Berbasis Masalah Lingkungan. Journal of Education
research. Vol . 41 (1) : 19-27
Putra, E., Fadiawati N., Kadaritna, N., 2015. Pengembangan LKS Berbasis
Keterampilan proses Sains pada Materi Stoikiometri. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia, Vol. 4 (1) :339-350

Prastowo, A. 2011. Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA Press.

Susiwi. 2009. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada “Model
Pembelajaran Praktikum D. Ei. Hd.” Jurnal Pengajaran MIPA. Vol. 3 (1): 33-37

Wang, C.Y., 2007. The Role of Mental-Modeling Ability, Content Knowlwdge,


and Mental Models in General Chemistry Students’ Understanding about
Molecular Polari. Dissertation for the Doctor Degree of Philosophy in the
Graduate School of the University of Missouri. Columbia.

Widodo, A. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis KPS Pada Materi
Asam Basa.Skripsi (tidak diterbitkan). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai