Oleh:
MOCHAMMAD MUCHYIDIN
NIM. 14640010
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2017
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh :
Mochammad Muchyidin
NIM. 14640010
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Mochammad Muchyidin
NIM. 14640010
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan mata kuliah praktek kerja lapangan integratif (PKLI)
dengan judul “Perancangan Simulasi Sistem Kontrol Vakum Siklotron DECY-13
Menggunakan Software I-Trilogi dan Super PLC F2424”. Laporan praktek kerja
lapangan ini ditulis dengan tujuan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
mata kuliah PKLI di Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
PKLI merupakan mata kuliah pilihan yang bertujuan agar mahasiswa
mampu mengetahui kondisi lingkungan kerja dan dapat menerapkan ilmu yang
sedang diperoleh selama kuliah. Selain itu juga bertujuan untuk menyiapkan lulusan
Fisika yang siap terjun ke dunia kerja.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
pihak–pihak yang telah membimbing, memberi arahan, bantuan, dan saran dalam
penyusunan laporan praktek kerja lapangan Integratif (PKLI) ini kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan PKLI.
2. Bapak Dr. Susilo Widodo, selaku Kepala Pusat Sains dan Teknologi
Akselerator (PSTA) BATAN yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melaksanakan PKLI di PSTA BATAN.
3. Bapak Ir. Puradwi Ismu Wahyono, DEA, selaku Kepala BFP PSTA-BATAN
yang senantiasa memberikan semangat, arahan, serta bimbingan kepada
penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
4. Bapak Saminto, S.T, selaku pembimbing PKLI di BFP PSTA BATAN yang
senantiasa memberikan ilmu, arahan, motivasi serta bimbingan dalam
menyelesaikan laporan ini.
5. Drs. Abdul Basid, M.Si, selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
6. Dr. M.Tirono, M.Si, selaku pembimbing di Jurusan Fisika yang senantiasa
sabar dalam membimbing penulis.
iv
7. Teman seperjuangan selama PKLI dan teman–teman yang selalu memberi
semangat.
8. Semua pihak yang telah memberikan semangat selama PKLI.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan PKLI ini masih
banyak terdapat kesalahan, kekurangan, dan kelemahan. Penulis berharap semoga
laporan PKLI ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan seluruh
praktisi yang berhubungan dengan laporan PKLI ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
4.4 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 45
4.5 Diagram Alir Prinsip Kerja Sistem Vakum Siklotron ................................. 46
4.6 Proses Operasi Mesin Siklotron DECY-13 ................................................. 47
4.7 Perancangan Sistem Otomatisasi ................................................................. 48
4.7.1 Pembuatan Diagram Ladder Pada PLC ................................................ 48
4.7.2 Perancangan Perangkat Lunak (Software)............................................ 49
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................51
5.1 Otomatisasi Operasi Sistem Vakum Siklotron DECY-13 ........................... 51
5.1.1 Ladder Program Menjalankan Sistem Vakum Siklotron DECY-13 .... 52
5.1.2 Program Mematikan Sistem Vakum Siklotron DECY-13 ................... 56
5.1.3 Program EmergencySistem Vakum Siklotron DECY-13..................... 59
5.2 Uji Fungsi Otomatisasi Operasi Sistem Vakum Siklotron DECY-13 ......... 60
BAB VI PENUTUP ..............................................................................................63
6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 63
6.2 Saran ............................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Denah Lokasi BATAN Tampak dari Google Earth .......................21
Gambar 2.2 Denah Lokasi BATAN Tampak dari Google Maps .......................21
Gambar 3.1 Bagian kerja internal siklotron modern (Silakhuddin, 2014) .........23
Gambar 3.2 Kondisi Fisik Siklotron 13 MeV (Prior, 2004) ...............................24
Gambar 3.3 Efek Gaya Lorentz (Bryant, 2008) .................................................25
Gambar 3.4 Penampang Melintang Siklotron (Prior, 2004) ..............................26
Gambar 3.5 Penampang Membujur Siklotron (Bryant, 2008) ...........................27
Gambar 3.6 Struktur dari siklotron menunjukkan magnet, struktur'dee' dan
sumber ion (Silakhuddin, 2014) .....................................................28
Gambar 3.7 Vakum Siklotron DECY-13 (Tonny, 1993) ...................................31
Gambar 3.8 Proses terjadinya permeasi (Roth, 1990) ........................................32
Gambar 3.9 Sambungan dengan perapat viton (Roth, 1990) .............................33
Gambar 3.10 Fisik Pompa Difusi dan bagian - bagian di dalam Pompa Difusi
(Roth, 1990) ....................................................................................35
Gambar 3.11 Fisik Pompa Rotari dan bagian – bagian Pompa Rotari (Roth,
1990) ...............................................................................................36
Gambar 3.12 Fisik sensor pirani dan Skema rangkaian jembatan wheatstone ....37
Gambar 3.13 Grafik perubahan tekanan sensor pirani (Perdana, 2014) ..............38
Gambar 3.14 Fisik sensor penning dan skema rangkaian sensor penning
(Roth, 1990) ....................................................................................39
Gambar 3.15 Super PLC F2424 (TriAngle, 2009) ...............................................40
Gambar 3.16 Kabel Serial RS-232 (TriAngle, 2009) ...........................................41
Gambar 3.17 Tampilan perangkat lunak i-TRILOGI (TriAngle, 2009) ..............41
Gambar 3.18 Ladder Sederhana (TriAngle, 2009)...............................................42
Gambar 4.1 Diagram Penelitian .........................................................................45
Gambar 4.2 Flowchart sistem kerja mesin vakum siklotron DECY-13 ............46
Gambar 4.3 Input/output pada PLC sistem otomatisasi vakum .........................49
Gambar 5.1 Program otomatisasi sistem vakum Siklotron DECY-13 ...............51
Gambar 5.2 Operasi menjalankan sistem otomatisasi sistem vakum Siklotron
DECY-13 ........................................................................................52
Gambar 5.3 Program Ladder Menyalakan sistem Operasi 1 .............................53
Gambar 5.4 Program Ladder Menyalakan sistem Operasi 2 .............................53
Gambar 5.5 Program Ladder Menyalakan sistem Operasi 3 .............................54
Gambar 5.6 Program Ladder Menyalakan sistem Operasi 4 .............................54
Gambar 5.7 Program Ladder Menyalakan sistem Operasi 5 .............................55
Gambar 5.8 Program Ladder Menyalakan sistem Operasi 6 .............................55
Gambar 5.9 Ladder mematikan sistem operasi mesin vakum Siklotron
DECY-13 ........................................................................................56
Gambar 5.10 Program Ladder Mematikan sistem Operasi 1 ...............................57
Gambar 5.11 Program Ladder Mematikan sistem Operasi 2 ...............................57
Gambar 5.12 Program Ladder Mematikan sistem Operasi 3 ...............................57
Gambar 5.13 Program Ladder Mematikan sistem Operasi 4 ...............................58
Gambar 5.14 Program Ladder Mematikan sistem Operasi 5 ...............................59
Gambar 5.15 Program Ladder Emergency sistem Operasi 1 ...............................59
Gambar 5.16 Bentuk LCD, Tombol Inputan serta PLC F2424............................60
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
PET-CT mampu menghasilkan citra tentang anatomi dan fungsi biologis tubuh
untuk mengungkapkan kondisi penyakit yang memungkinkan dokter untuk lebih
melihat rincian structural, lokasi dan perubahan dalam jaringan tubuh (Silakhuddin,
2014).
Dengan semakin bertambahnya kasus kanker serta diagnosis menggunakan
PET-CT, maka kebutuhan akan siklotron yang digunakan untuk terapi proton dan
produksi isotop semakin meningkat. Negara maju di Asia seperti Korae Selatan
telah mengembangkan sklotron KIRAMS untuk aplikasi PET yang telah
dimanfaatkan di lebih dari 5 pusat di Korea (Kim dkk, 2004).
Indonesia baru memiliki empat sklotron yang dioperasikan untukk
keperluan prosuksi radionuklida PET. Pertama adalah siklotron CS-30 buatan CTI
(Computer Technology and Imaging) dengan energi berkas partikel proton antara
24 MeV yang dimiliki BATAN, kedua adalah siklotron MINIntrace buatann GE
(General Electric) dengan energi berkas proton sebesar 9 MeV yang dimiliki
Rumah Sakit Gading Pluit, ketiga adalah siklotron Cyclone 18/9 buatan IBA
dengan energi berkas proton sebesar 18 MeV dan energi berkas deutron sebesar 9
MeV yang dimiliki Rumah Sakit Siloam dan Keempat adalah siklotron Eclipse 11
MeV buatan Simens yang dimiliki oleh Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Badan Tennaga Nuklir Nasional
(PSTA BATAN) sebagai lembaga pemerintah nondepartemen memiliki tugas dan
fungsi untuk melakukan penelitian dan pengembangan akselerator. Salah satu
kegiatan di PSTA BATAN Yogyakarta adalah melakukan perancangan dan
pengembangan Sikltron Proton 13 MeV utnuk produksi radioisotop yang diberi
nama Development Experiment Cyclotron Yogyakarta-13 MeV (DECY-13).
Siklotron bekerja dengan mempercepat ion positif maupun negatif secara
periodik menggunakan tegangan pemercepat bolak-balik yang dipaang pada dua
buah elektrode berongga dalam ruang yang divakumkan seehingga dapat dilintasi
oleh berkas ion. Sistem utama siklotron terdiri dari sistem magnet, pembangkit
radio frequency (RF), sistem vakum , sistem sumber ion, sistem kendali dan sistem
bantu (Tonny, 1993).
3
5
6
c) Biro Umum.
d) Biro Hukum, Humas dan Kerjasama.
3. Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir
Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir adalah unsur
pelaksana sebagian tugas dan fungsi BATAN di bidang penelitian dan
pengembangan sains dan aplikasi teknologi nuklir, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala. Deputi Bidang Sains dan Aplikasi
Teknologi Nuklir dipimpin oleh Deputi.
Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
penelitian dan pengembangan sains dan aplikasi teknologi nuklir.
Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir menyelenggarakan
fungsi:
a) Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang penelitian dan
pengembangan sains dan aplikasi teknologi nuklir.
b) Pengendalian terhadap kebijaksanaan teknis di bidang penelitian dan
pengembangan sains dan aplikasi teknologi nuklir.
c) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains dan aplikasi
teknologi nuklir dasar dan terapan sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Kepala.
d) Pembinaan dan pemberian bimbingan di di bidang penelitian dan
pengembangan sains dan aplikasi teknologi nuklir.
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala.
Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir terdiri dari:
a) Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju.
b) Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan.
c) Pusat Sains dan Teknologi Akselerator.
d) Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi.
e) Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi.
4. Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir
11
3.1 Akselerator
Akselerator merupakan alat untuk mempelajari struktur dari dasar materi.
Dalam eksperimen fisika, partikel seperti proton dan elektron dipercipat hingga
puluhan sampai ratusan GeV dan bertabrakan satu sama lain. Partikel baru
diciptakan dari tabrakan energi yang sangat tinggi dan interaksi, sifat mereka diteliti
dengan menggunakan detektor canggih. Untuk mempercepat partikel ini diperlukan
sebuah medan listrik atau medan magnet. Akselelator dibagi menjadi 2 jenis
menurut dari gerakan partikel yaitu akselelator dengan gerak partikel lurus
(akselelator linier) dan gerak partikel melingkar (akselelator magnetik).
Fungsi dari akselelator yaitu untuk memasok energi untuk partikel yang
bermuatan dan energi ini disediakan dalam sebagian besar kasus kecuali akselelator
saat ini dan induksi langusng. Akselelator ini mempercepat rongga atau
mempercepat struktur dasarn yang terdiri dari satu atau lebih yang membercepat sel
dimana medan elektromagnetik dapat mengirimkan energi untuk partikel.
Dalam bidang kedokteran, akselelator ini digunakan sebagai diagnostik dan
terapi. Sebagai diagnostik akselelator digunakan untuk memproduksi radiofarmaka,
akselelator yang dipakai antara lain Siklotron, Betatron, Synchorotron dengan
energi proton sampai dengan 40 MeV dan arus 50 – 400 miko ampere, bisa juga
digunakan di Van De Graff dengan energi lebih besar 10 MeV. Untuk terapi
digunakan akselelator elektron linac sampai dengan 200 Mev dan sekarang juga
sudah dimulai terapi menggunakan ion ringan (Darsono, 2013).
Dalam kedokteran nuklir, untuk diagnostik fungsi badan dan metabolisme
digunakan obat radioaktif dengan cara menyuntikan di pasien, obat radioaktif ini
digunakan sebagai perunut. Distribusi sinar gamma yang dihasilkan dideteksi
dengan teknik gamma kamera maupun posutrin emission tomografi (PET). Sinyal
yang dihasilkan detektor gamma berasal dari bagian badan yang dibuat bayangan
tomografi dengan bantuan komputer. PET bisa menentukan parameter biokimia
(aliran darah, asam lemak, metabolisme oksigen, transportasi asam amino,
22
23
kerapatan penerimaan dan penempatan dalam otak dan organ lain), fisiologi tisu
dan organ (Darsono, 2013).
Radiasi dari akselelerator (n, sinar-x, partikel bermuatan) pada dosis tertentu
digunakan untuk merediasi tumor atau kanker yang sangat berbahaya jika dilakukan
operasi. Sinar-x dihasilkan dari akselelator elektron linear dengan cara
menembakan elektron pada suatu target (Darsono, 2013).
3.2 Siklotron
Siklotron merupakan perangkat yang digunakan untuk mempercepat
partikel energi reaksi nuklir. Siklotron pertama kali digunakan untuk keperluan
medis di Whashington University pada tahun 1941 untuk memproduksi isotop,
fosfor, zat besi dan belerang. Pada pertengahan tahun 1950, rumah sakit
Hammersmith. London mengoperasikan Siklotron untuk memproduksi
radionuklida. (Lairict, 2014)
Pada bidang kedokteran telah berkembang akselelator siklotron ion positif
dan negatif yang ditujukan untuk keperluan produksi radionuklida. Inovasi dari
Siklotron sendiri ini terdiri dari beberapa jenis seperti Siklotron Superkonduktor,
Tandem Akselelator, Kaskade dan Linacs Energi Rendah (Lairict, 2014).
Komponen utama siklotron adalah sumber ion beserta central region, sistem
vakum tinggi, sistem pemercepat dan osilasi, sustem transpor berkas dan sistem
target. Beberapa dekade terakhir ini, siklotron menjadi sumber energi tinggi untuk
eksperimen nuklir. Siklotron digunakan untuk jenis penelitian dalam bidang fisika,
dan pada umumnya, mesin siklotron dapat digunakan untuk radioisotop, analisis
material dan studi fisika nuklir (Wikipedia, diakses 2017).
Dalam teknologi akselerator, partikel bermuatan yang bergerak dan
mengalami percepatan gerakan dapat menghasilkan peningkatan energi kinetik
yang cukup besar. Siklotron merupakan salah satu piranti dalam teknologi
akselelator yang dapat digunakan untuk meningkatkan energi kinetik partikel
bermuatan. Partikel tersebut dapat berupa proton, deuteron maupun partikel α.
Energi yang dihasilkan siklotron dapat dimanfaatkan dalam bidang terapi radiasi,
rekayasa bahan, sterilisasi dan masih banyak pemanfaatan lainya (Prior, 2004).
Siklotron pada dasarnya digunakan untuk meningkatkan energi gerak suatu
partikel. Dalam ruang siklotron, terdapat medan listrik dan medan magnet. Sebuah
partikel yang ditembakkan ke dalam ruang siklotron akan mengalami gaya akibat
pengaruh medan tersebut. Sesuai konsep dasar hukum Lorentz, gaya magnetik
dapat terjadi akibat interaksi antara medan magnet dan arus listrik. Gaya magnetik
akan membelokkan arah gerak partikel, sehingga mengakibatkan partikel bergerak
dengan lintasan melingkar (Prior, 2004).
𝑚𝑣
𝜌= 𝑒𝐵
(3.1)
Partikel yang dihasilkan oleh sumber ion, akan bergerak memutar seluas
penampang siklotron hingga akhirnya keluar dengan energi yang telah meningkat.
Deflektor bertindak sebagai saluran keluaran partikel yang telah dipercepat.
27
magnetik karena pengaruh suatu arus listrik. Spool atau kumparan adalah sebagai
penghasil induksi magnetik.
Siklotron terdiri dari empat sistem yaitu :
1. Magnet resistif yang dapat menciptakan medan magnet.
2. Sistem vakum 10 – 5 Pa.
3. Sistem frekuensi tinggi (sekitar 40 Mhz) menyediakan tegangan dengan
nilai puncak sekitar 40 kV.
4. Sumber ion.
Siklotron menggunakan teori termodinamika untuk menghasilkan partikel
berenergi yang cukup tinggi dalam ruang yang relatif terbatas. Teori termodinamika
menyatakan bahwa frekuensi rotasi suatu partikel bermuatan bergerak dalam medan
magnet dari radius orbitnya. Energi partikel meningkat sebagai akibat untuk
meningkatkan kecepatan partikel. Percepatan ruang sikotron ditempatkan di antara
kutub medan magnet homogen (Lairict, 2014).
Gambar 3.6 Struktur dari siklotron menunjukkan magnet, struktur'dee' dan sumber
ion (Silakhuddin, 2014)
ke arah selanjutnya melalui celah antara dee. Karena frekuensi rotasi partikel
konstan, maka akibar dari energi partikel yang meningkat, diameter orbit meningkat
sampai partikel dapat diekstraksi dari tepi luar mesin. Batas energi partikel dapat
ditentukan secara langsung dengan menggunakan diameter pada muka kutub
magnet. Siklotron energi tinggi ini telah dibangun, tetapi untuk sebagian besar
energi proton masih kurang dari 70 MeV (Lairict, 2014).
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇 = 𝑁 𝑘 𝑇 (3.2)
Sistem vakum pada siklotron dibagi menjadi tiga sistem yaitu sistem vakum
untuk ruang pemercepat partikel (accelerating chamber), saluran berkas (beam
line) dan ruang iradiasi (irradiation chamber). Ketiga sistem ini dilengkapi dengan
pompa vakum difusi, katup – katup electropneumatic valve dan sensor vakum.
Batas minimum kevakuman tangki siklotron yang disyaratkan adalah 2 x
10−6 Torr. Untuk mencapai tingkat kevakuman tersebut sistem harus dipompa
secara bertahap dengan menggunakan pompa rotari dan pompa difusi. Tahap
pertama sistem divakumkan dari tekanan atmosfir sampai tekanan 2 x 10−2 Torr
menggunakan pompa rotary. Tahap kedua sistem divakumkan dari tekanan 2 x
10−2 Torr sampai tekanan 3 x 10−6 Torr dengan menggunakan pompa difusi.
Selanjutnya tngkat kevakuman dijaga tidak kurang dari batas operasi nominal
dengan tetap menghidupkan pompa rotari dan pompa difusi secara bersama – sama
(Tonny, 1993).
32
Besar kecilnya ruangan yang akan divakumkan berkaitan dengan jumlah gas
yang harus dipompa dan merupakan beban pompa. Untuk pemompaan awal, beban
pompa ditentukan oleh volume gas yang ada dalam ruangan tangki vakum. Setelah
pemompaan dimulai hingga mencapai kondisi bagus (steady state), beban pompa
tergantung dari gas akibat kebocoran dan yang dilepaskan oleh komponen –
komponen vakum. Beban pompa ini terdir dari permeasi, pelepasan gas (difusi dan
desorpsi), penguapan serta kebocoran (Roth, 1990).
1. Permeasi
Permeasi merupakan proses masuknya molekul – molekul atau atom – atom
gas dari permukaan luar (tekanan atmosfir) ke permukaan dalam ruang yang
divakumkan.
dilepas. Sambungan tidak dapat dilepas yaitu sambungan dengan las. Pada
sambungan ini kebocoran yang terjadi sangat sulit ditemukan karena tergantung
dari kualitas sambungan tersebut. Untuk sambungan dapat dilepas yaitu sambunga
dengan perapat (seal) logam atau viton.
Dalam suatu sistem vakum perlu ditentukan batasan tentang ukuran dari
kecepatan aliran gas. Besarnya kecepatan aliran gas dalam suatu sistem sebanding
dengan diferensial pV terhadap waktu, yaitu besaran :
q = -d(pV)/dt (3.3)
yang disebut dengan (lewatan). Pada suatu titik di dalam sistem dimana pada
tekanan saat itu adalah p, maka q = -pdV/dt. Lewatan diukur berdasarkan kecepatan
aliran dari volume gas (diukur pada tekanan p) yang melalui titik tersebut. Maka
dV/dt disebut laju S pada suatu titik dan besarnya lewatan adalah :
q = S.p (3.4)
Gambar 3.10 Fisik Pompa Difusi dan bagian - bagian di dalam Pompa Difusi
(Roth, 1990)
𝑆 𝑏 > 𝑞 𝑏 / 𝑝𝑏 (3.5)
Gambar 3.11 Fisik Pompa Rotari dan bagian – bagian Pompa Rotari (Roth, 1990)
naik maka suhu filamen akan naik menyebabkan hambatan listrik filamen naik
(Roth, 1990).
Gambar 3.12 Fisik sensor pirani dan Skema rangkaian jembatan wheatstone
(Roth, 1990)
Pada gambar yang tertera diatas menunjukan filamen pada kepala sensor
(gauge head) yang merupakan salah satu bagian dari rangkaian jembatan
wheatstone, di mana seimbang pada tekanan atmosfer dan akan menjadi tidak
seimbang pada tekanan rendah atau kevakuman tinggi. Pada rangkaian, 𝑅2 dan 𝑅4
adalah resistor tetap, sedangkan 𝑅3 dan 𝑅𝑝 adalah resistor variabel, sehingga
tegangan keliaran dapat dirumuskan oleh persamaan berikut :
𝑅𝑝 𝑅3
𝑉𝐺 = 𝑉𝑐𝑐 (𝑅 − ) (3.6)
2 +𝑅𝑝 𝑅4 +𝑅3
𝑉
𝑃 = 𝑃𝑂 + 𝑚 𝑒𝑥𝑝 (𝑏 ) (3.7)
𝑑𝑃 𝑉𝑚 𝑉
𝑑𝑉
= 𝑏
exp( 𝑏) (3.8)
Gambar 3.14 Fisik sensor penning dan skema rangkaian sensor penning (Roth,
1990)
pada komputer pribadi dengan kabel berkualitas tinggi sehinga jarak maksimum
dapat ditingkatkan (Kaushal, 2011).
Garis vertikal sebelah kiri dalam diagram ladder adalah "Power". Arus
harus mengalir melalui kontak "Switch" untuk membuat "Lamp" menjadi ON.
(Bahkan harus ada baris vertikal kedua di ujung kanan diagram tangga untuk
memberikan jalan kembali bagi arus yang sedang mengalir, tetapi ini diabaikan
untuk menyederhanakan diagram).
43
44
45
ROUGHING
VALVE
ISOLATION
VALVE
START BACKING
VALVE
VENTING
STOP PLC
VALVE
HEATER
EMERGENCY
COOLING
SAFETY
COOLING
51
52
setlcd 0,0,chr$(1)
setlcd 1,1,"VACCUM CYCLOTRON"
setlcd 2,2, "DECY-13"
delay 2000
setlcd 3,2, "BACKING VALVE OFF"
delay 2000
setlcd 3,2, "ROUGHING VALVE OFF"
delay 2000
setlcd 3,2, "ISOLATION VALVE OFF"
delay 2000
setlcd 3,2, "VENTING VALVE OFF"
delay 2000
Pada saat tomboll start ditekan, backing (out 2 OFF), roughing (out 1 OFF),
venting (out 10 OFF) dan isolation valve (out 6 OFF) akan dimatikan terlebih
dahulu untuk mencegah terjadinya kebocoran.
setlcd 0,0,chr$(1)
setlcd 2,2,"POMPA ROTARION"
delay 2000
54
setlcd 0,0,chr$(1)
setlcd 2,3, "ROUGHING VALVE ON"
delay 2000
Dalam selang waktu beberapa menit akan dinyakan pompa rotari dan
Roughing valve (out 1 ON)juga dinyalakan. Pompa rotari akan mengeluarkan udara
melalui Roughing valve pada vakum sampai tercapai tingkat kevakuman 10−2 atau
10−3. Jika sudah tercapai akan memasuki fungsi otomatisasi berikutnya.
setlcd 0,0,chr$(1)
setlcd 2,2,"ROUGHING VALVE OFF"
delay 2000
setlcd 2,2, "BACKING VALVE ON"
delay 2000
setlcd 2,2, “POMPA ROTARI OFF”
delay 2000
setlcd 0,0,chr$(1)
setlcd 2,2,"HEATER ON"
delay 1500
setlcd 2,2, "COOLING ON"
delay 1500
setlcd 2,2, "SAFETY COOLING ON"
delay 1500
setlcd 2,2, "POMPA DIFUSI ON"
delay 1500
setlcd 0,0,chr$(1)
setlcd 2,2,"ISOLATION VALVE ON"
delay 1500
setlcd 2,2, " VACCUM CYCLOTRON "
56
Ketika pompa difusi terus berjalan, isolation valve akan dinyalakan untuk
mempercepat penuruhan tingkat kevakumannya, dalam penurunan tingkat
kevakuman dari 10−3 sampai 10−6/10−7 memerlukan waktu yang sangat lama
untuk mencapai tingkat kevakuman yang baik dan tingkat kevakuman yang siap
digunakan untuk alat Siklotron DECY-13. Jika tingkat kevakuman telah mencapat
10−6 Torr, maka sistem vakum dinyatakan telah siap digunakan.
Gambar 5.9 Ladder mematikan sistem operasi mesin vakum Siklotron DECY-13
57
setlcd 0,0,chr$(1)
setlcd 2,2,"STOPPED VACCUM"
delay 2000
setlcd 0,0,chr$(1)
setlcd 2,2,"ISOLATION VALVE OFF"
delay 1000
setlcd 0,0,chr$(1)
setlcd 2,2,"HEATER OFF"
delay 1000
setlcd 0,0,chr$(1)
setlcd 2,2,"BACKING VALVE OFF"
delay 1000
setlcd 2,2, "COOLING OFF"
delay 1000
setlcd 2,2, "SAFETY COOLING OFF"
delay 1000
setlcd 2,2, "POMPA DIFUSI OFF"
delay 1000
setlcd 2,2, "POMPA ROTARY OFF"
delay 1000
setlcd 2,2, "VENTING VALVE ON"
delay 1000
setlcd 0,0,chr$(1)
setlcd 2,2,"VACCUM CYCLOTRON"
setlcd 3,2,"OFF"
delay 2000
Jika semua sistem telah dimatikan, dan vakum telah mendapatkan titik
kevakuman yang baik, maka tampilan LCD akan mengeluarkan pembacaan
“Vaccum Cyclotron Off”, menandakan sistem vakum dalam kondisi tidak
beroperasi sehingga tidak boleh sistem yang lain dioperasikan apabila sistem
vakum belum siap.
Reset
1 760 Tutup Tutup Tutup Tutup off off off off off on
2 < 2x10-2 Buka Tutup Tutup Tutup off off on off off on
3 < 2x10-2 Tutup Buka Tutup Tutup off off on off off on
Keterangan :
RV : Roughing Valve CP : Cooling Pump
BV : Backing Valve HP : Heater Pump
IV : Isolation Valve RP : Rotary Pump
VV : Venting Valve DF : Difussi Pump
backing valve dalam posisi tertutup dan sebaliknya backing valve dapat dibuka
jika roughing valve dalam posisi tertutup. Hal tersebut terlihat pada tabel uji
fungsi nomor 2 dan nomor 3.
Pompa difusi dapat dioperasikan jika posisi roughing valve tertutup,
backing valve terbuka, Isolation vale terbuka, pompa rotari dalam kondisi ON,
aliran pendingin pompa difusi dalam kondisi ON, Heater dalam posisi ON dan
tingkat kevakuman < 1,8x10-4 Torr. Hal ini dapat dilihat dari tabel data uji fungsi
nomor 5.
Perangkat vakum dinyatakan siap (READY) jika tingkat kevakuman
telah mencapai < 3x10-6 Torr sehingga syarat magnet power supply siap
beroperasi sudah terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari tabel data uji fungsi nomor
7. Perangkat vakum dinyatakan dalam kondisi TRIP jika tingkat kevakuman
belum mencapai ≥ 5x10-5 Torr, karena tingkat kevakuman tersebut merupakan
batas minimum dalam pengoperasian siklotron. Semakin tinggi tingkat
kevakuman dalam tangki vakum siklotron berarti semakin kecil kerapatan
molekulnya sehingga tumbukan partikel proton yang dipercepat dengan molekul-
molekul gas dan udara dapat dikurangi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan tentang perancangan simulasi
otomatisasi sistem kontrol vakum Siklotron DECY-13 menggunakan software I-
TRILOGI super plc f2424 dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Telah dibuat dan dilakukan pengujian program otomatisasi sistem vakum
Siklotron DECY-13 dengan menggunakan PLC dalam software I-TRILOGI,
PLC bertindak sebagai pengendali otomatisasi untuk operasi perangkat
vakum sesuai dengan sistem kerja yang telah ditetapkan untuk vakum. PLC
berfungsi untuk menghidupkan, mematikan dan mematikan secara mendadak
(Emergency) perangkat vakum yang meliputi, katup vakum (Roughing valve,
Backing valve, Isolation valve, Venting valve), pompa rotari, pompa difusi,
aliran pendingan, sistem keamaan pendingin dan pemanas dari pompa difusi.
2. Telah dilakukan pengujian simulasi otomatisasi menggunakan PLC dan
LCD untuk menampilkan perintah – perintah yang sudah diprogram dalam
software i-TRILOGI dan simulasi ini telah berhasil untuk mematikan dan
menghidupkan pompa – pompa dalam vakum melalui LED yang terlihat
pada PLC F2424.
6.2 Saran
Pada perancangan simulasi otomatisasi sistem kontrol vakum pada
Siklotron DECY-13 ini masih banyaknya kekurangan yang terjadi serta perlunya
pengembangan agar nantinya dapat dipelajari dan diperbaiki lebih lanjut, baik
secara teoritis dan praktis. Perbaikan – perbaikan dan pengembangan yang harus
perlu dilakukan antara lain :
1. Pembuatan program kendali otomatisasi bisa lebih menyeluruh dan lebih baik
lagi dengan menggunakan perangkat lunak LabView, agar data pengukuran
lebih akurat sehingga tingkat kevakuman dapat disimpan dalam database.
63
64
Merangkai Alat