Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Skenario

Seorang pasien laki-laki, 56 tahun, datang ke poliklinik mata


dengan penurunan ketajaman penglihatan. Tidak ada kelainan refraksi,
tidak ada riwayat mata merah dan trauma sebelumnya.

I.2 Key Word

• Laki-laki 56 tahun

• Penurunan pentajaman penglihatan

• Tidak ada kelainan refraksi

• Tidak ada mata merah dan trauma

1.3. Pertanyaan

1. Jelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi dari organ penglihatan!

2. Jelaskan mekanisme penglihatan normal!

3. Apa saja penyebab penurunan penglihatan?

4. Bagaimana hubungan penurunan tajam penglihatan dengan faktor usia?

5. Apa saja pemeriksaan untuk menilai tajam penglihatan?

6. Apa saja perubahan yang terjadi pada mata dan penglihatan pada penuaan?

7. DD!
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Definisi
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang
sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan
dengan penuaan.
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.Biasanya terjadi
akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital).
Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang,
penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, atau
kelainan mata yang lain.

2.2 Jenis Katarak


Jenis – jenis Katarak
Jenis- jenis katarak menurut terbagi atas :

1. Katarak terkait usia (katarak senilis)


Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satusatunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.Banyak
katarak
kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat
faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau
beerkaitan dengan berbagai sindrom.
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-
sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul
maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis,infeksi mata didapat, diabetes
dan obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa
atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah
masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor
aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.

4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada
fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya
mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan
dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis
pigmentosa dan pelepasan
retina.
5. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut:
diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik,
galaktosemia, dan
syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai
akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu
makan).
Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun
dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak
traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak
ekstrakapsular.
2.3.Epidemiologi dan Etiologi
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan
menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya,sehingga
kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada
usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada usia
60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh.
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain
dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa sepertidiabetes
melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari, efek racun dari
merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola
mata. Obat tertentu dapat mempercepat
timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin,
indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit
infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya
kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.

2.4.Patogenesis
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna, nampak
seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier
ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan
mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya
ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
2.5.Gejala klinis

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien


melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan
tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah
menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau
redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-
abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan
ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan
mampu memperbaiki penglihatan.

2.6. Stadium

Stadium katarak senilis dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Katarak insipien

Pada stadium ini kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk gerigi menuju
korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior,
dimana kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk
antara serat lensa dan korteks jaringan berisi jaringan degeneratif (benda morgagni)
pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang
menetap dalam waktu yang lama. Pemeriksaan shadow test negatif.

 Katarak intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif


menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengaakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikuler. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, sehingga memberikan miopisasi. Pada pemeriksan slit lamp terlihat
vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

 Katarak imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa bertambah
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi
glaukoma sekunder. Pemeriksaan shadow test positif.

 Katarak matur

Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa. Kekeruhan
ini terjadi akibat deposit ion Ca yang menyeluruh. Cairan lensa akan keluar sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang
bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
normal kembali. Pemeriksaan shadow test negatif.

 Katarak hipermatur

Stadium ini telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau
lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan
dengan slit lamp terlihat bilik mata dalam dan adanya lipatan kapsul lensa. Bila
proses katarak progresif disertai dengan kapsul lensa yang tebal maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan
bentuk seperti kantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam
korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni.

2.7.Diagnosa

Diagnosa dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan harus dilakukan
untuk menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap mata dan
perkembangan katarak.

 Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan


ketajaman penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika
pasien mengeluh silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.
 Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan
petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.
Pemeriksaan yang sangat penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat
mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferent relatif yang
mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan difus makula

 Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa.
Tapi dapat juga struktur okular lain( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan).

- Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa
hati-hati

- Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian
dilator pupil

- Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan
metabolik, atau katarak hipermatur

 Kepentingan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas


bagian belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat
menilai gangguan penglihatan.

2.8.Penatalaksanaan

Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Beberapa tahun
terakhir bermacam-macam teknik operasi telah dikembangkan dari tulisan teknik
kuno sampai teknik terbaru fakoemulsi. Berdasarkan integritas dari capsula posterior
lensa, 2 tipe utama bedah lensa adalah intracapsular catarak extraction (ICCE) dan
extracapsular cataract extraction ( ECCE).

 Ekstraksi katarak intrakapsular


Sebelum adanya instrumen bedah mikro yang lebih modern dan IOL yang baik,
ICCE merupakan metode yang lebih disukai untuk pengangkatan katarak. Teknik ini
melibatkan mengangkat seluruh lensa termasuk kapsula posterior. Dalam melakukan
teknik ini tidak perlu khawatir terhadap perkembangan selanjutnya dan penanganan
dari opasitas kapsul. Teknik ini dapat dilakukan dengan alat – alat yang sedikit
canggih dan di daerah dimana tidak terdapat mikroskop operasi dan sistem origasi.

 Extracapsular Cataract Extraction

Berbeda dengan ICCE, ECCE melibatkan pengangkatan nukleus lensa dengan


membuka kapsula anterior dan meninggalkan kapsula posterior. ECCE mempunyai
sejumlah keuntungan dibandingkan ICCE, yang berhubungan dengan intaknya
kapsula posterior, yaitu :

- Insisi yang kecil pada ECCE dan sedikit trauma dari endotel kornea

- Komplikasi cepat dan lambat dari vitreus sampai kornea, iris dapat
diminimalisasi atau dieliminasi

- Tempat anatomi yang baik terhadap IOL bila kapsula posterior masih intak

- Sebaliknya, kapsula yang intak menyebabkan masuknya bakteri dan


mikroorganisme lain ke dalam kamera okuli anterior selama proses pembedahan,
yang bisa mencapai rongga vitreus posterior dan dapat menyebabkan endoptalmitis

2.9.Prognosis

Saat operasi tidak disertai dengan penyakit mata lain sebelumnya, yang akan
mempengaruhi hasil secara signifikan seperti degenerasi makula atau atropi saraf
optik, standar ECCE yang berhasil tanpa komplikasi atau fakoemulsifikasi
memberikan prognosis penglihatan yang sangat menjanjikan mencapai sekurang-
kurangnya 2 baris snellen chart. Penyebab. Faktor risiko utama yang mempengaruhi
prognosis visual adalah adanya diabetes melitus dan retinopati diabetik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan. General opthalmologi. 14 ed. Widya Medika: Jakarta; 2003.


2. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. Ed 4. Publishing for one word. New
delhi.
3. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;
2011.204-16.
4. Galloway NR, Galloway PH, Browning AC, editors.Common Eye Disease and
Their management . 3rd Edition. London: Springer; 2006.p.81-90.
5. Khaw PT, Shah P, Elkinhton AR, editors.ABC of Eyes. 4th Edition. London: BMJ
Books;2004.p.42-51.
LAPORAN INDIVIDU MODUL 1
2 Desember 2013

PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN


“KATARAK”

NAMA : Nazwa alhadar

STAMBUK : 11 777 015

KELOMPOK : II

TUTOR : dr. Santy Kusumawaty, Sp.M, M.kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT

UNISA PALU

2013

Anda mungkin juga menyukai