Anda di halaman 1dari 7

1.

Penjelasan Ayat
a. Ayat 12
Ayat ini menerangkan bahwa Allah menganugerahkan kepada Lukman
hikmah, yaitu perasaan halus, akal pikiran, dan kearifan yang dapat
menyampaikannya kepada pengetahuan yang hakiki dan jalan yang benar menuju
kebahagiaan abadi. Oleh karena itu, ia bersyukur kepada Allah yang telah
memberinya nikmat itu. Hal itu menunjukkan bahwa pengetahuan dan ajaran-
ajaran yang disampaikan Lukman itu bukanlah berasal dari wahyu yang
diturunkan Allah kepadanya, tetapi semata-mata berdasarkan ilmu dan hikmah
yang telah dianugerahkan Allah kepadanya.1
Selain itu, dalam buku lain dijelaskan pula bahwa dalam ayat ini Allah
telah memberikan hikmah kepada Lukman, yaitu ia selalu bersyukur dan memuji
kepada-Nya atas apa yang telah diberikan kepadanya dari karunia-Nya, karena
seungguhnya hanya Dia-lah yang patut untuk mendapat puji dan syukut itu. Di
samping itu, Lukman selalu mencintai kebaikan untuk manusia serta
mengarahkan semua anggota tubuhnya sesuai dengan bakat yang diciptakan
untuknnya.2

1 Ibid . hlm 548


2 Mustafa Al Maragi, Ahmad. Tafsir Al Maragi. ( Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1989),
hlm. 147

1
Para ulama Salaf berpendapat tentang Lukman, apakah dia seorang Nabi atau
seorang hamba yang shalih yang bukan Nabi? Dalam hal ini terdapat dua
pendapat dan mayoritas berpendapat dengan pendapat kedua. Ibnu Jarir berkata
bahwa Ibnu Khalid ar-Rab’i berkata: “Lukman adalah seorang hamba (budak)
dari Habsyi (Ethiopia) dan tukang kayu.3 Terlepas dari semua pendapat diatas,
apakah Lukman itu seorang Nabi atau bukan, apakah dia seorang Sudan atau
keturunan Bani israil, maka yang jelas dan diyakini ialah Lukman adalah seoarng
hamba Allah yang telah dianugerahi hikmah, mempunyai aqidah yang besar,
memahami dasar-dasar agama Allah, dan mengetahui akhlak yang
mulia.didalamnya, ‘Hai anak Adam, apakah gerangan yang membuatmu lalai
kepadaku? Tidakkah kamu mengetahui bahwa aku adalah rumah terasing? Dan
tidakkah kamu mengetahui bahwa aku adalah rumah yang haq (pasti)? Hai anak
Adam, apakah gerangan yang membuat kamu lalai kepadaku? Sesunguhnya
kamu dahulu berjalan disekitarku dengan sikap yang angkuh dan sombong!”4
1. Dan berjalanlah dengan langkah yang sederhana, yakni tidak terlalu
lambat dan juga tidak terlalu cepat, akan tetapi berjalanlah secara wajar dan
tidak dibuat-buat dan juga tanpa pamer menonjolkan sikap sikap rendah diri
atau tawadhu’.
2. Kurangilah tingkat kekerasan suaramu, dan perpendeklah cara
berbicaramu, dan janganlah kamu mengangkat suaramu bilamana tidak
diperlukan sekali. Karena sesungguhnya sikap yang demikian itulebih
berwibawa bagi yang melakukannya, dan lebih mudah diterima oleh jiwa
pendengarannya serta lebih gampang untuk dimengerti.5 Dan lemah lembut
dalam berbicara, sehingga orang yang melihat dan mendengarnya merasa
senang dan tentram hatinya. Berbicara dengan sikap keras, angkuh, dan
sombong dilarang Allah karena gaya bicara yang semacam itu tidak enak di

3 Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7. (Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2008),
hlm. 251
4 Mustafa Al Maragi, Ahmad. Tafsir Al Maragi. ( Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1989),
hlm. 161
5 Ibid hlm. 162

1
dengar, menyakitkan hati dan telinga. Hal itu diibaratkan Allah dengan suara
keledai yang tidak enka di dengar.
C. Hadits Yang Berkenaan Tentang Materi Pendidikan

‫ت ْيعل ذومم ْااذذ ْطعلعلعع‬ ‫ا‬


‫صلللىّ ْالللهه ْععلعذيله ْعوعسللعم ْذا ع‬
‫ا‬ ‫ا‬
‫ععذن ْعهعمعر ْبذان ْالععطاَب ْعقاَعل ْبعذليلنععملاَ ْ عذنلهن ْعذنلعد ْعرهسلذوعل ْاللله ْ ع‬
‫ب ْعشاديذهد ْثَعلعوااد ْاللشذعار ْعل ْيلهعرىَ ْععلعذياه ْأعثَعلهر ْاللسعفار ْعوعل ْيعلذعارفِهلههلهه ْامنلللاَ ْاععحلدد‬ ‫ض ْالثلياَ ا‬ ‫ا‬
‫عععذليلنعاَ ْعرهجدل ْعشديذدد ْبعلعياَ ه ع‬
‫ضلعع ْعكلفذيلاه ْ ْععلعلىّ ْفِعذخلعذيذاه‬ ‫ا‬ ‫اا‬ ‫ا‬ ‫حلت ْجلع ا‬
‫صللىّ ْاللهه ْععلعذيه ْعوعسللم ْفِعاَعذسنععد ْهرذكبعتَعلذيه ْاعلل ْهرذكبعتَعلذيله ْعوعو ع‬ ‫س ْالعىىّ ْالنلباثب ْ ع‬
‫ع ع ع‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫صلللىّ ْالللهه ْععلعذيله ْعوعسللعم ْأعذن ْتعذشلعهعد ْأعذن ْعلالعلهع‬ ‫عوعقاَعل ْعياَ ْهمعلمدد ْ ْأعذخا ذبانل ْععلان ْاالذسللعم ْفِعلعقلاَعل ْعرهسلذوعل ْاللله ْ ع‬
‫ص للىّ ْالللهه ْععلعذيلاه ْعوعس لعم ْعوتهاقذي عم ْال ل‬ ‫ا‬
‫ضلاَعن‬ ‫صلذوهم ْعرعم ع‬ ‫صلعلعة ْعوتهلذؤتعىّ ْاللزعكلاَعة ْعوتع ه‬ ‫اللالهل ْعوأعلن ْهمعلملددا ْعرهسلذوعل ْاللله ْ ع‬
‫وعتل للج ْالبليل لت ْإاان ْاسل لتَعطعع ا ا‬
‫صل لثدذقههه ْقعللاَعل‬ ‫جبلنع للاَ ْلعل لده ْيعذسل لأعلههه ْعويع ع‬
‫ت ْقعللاَعل ْفِعلعع ع ذ‬ ‫ُا ْقعللاَعل ْ ع‬.‫ت ْالعذيل له ْعسل لباذيله‬
‫صل للدقذ ع‬ ‫ذ ذ ع‬ ‫ع ه عذ ع‬
‫فِعاَعخابان ْعان ْاال ذعياَان ْقعلاَعل ْأعذن ْتهلؤامن ْبالاَللاه ْومعلئاعكتَالاه ْودكتَدبالاه ْورسللااه ْواذلي لوام ْالعاخلار ْوتهلؤامن ْاباَلذعقلذدارخ ايها‬
‫عذ‬ ‫ع ذ ع‬ ‫ع عه ه ع ع ذ‬ ‫عع‬ ‫ذ ع‬ ‫ذذ ع‬
‫ا‬
‫ت ْقعاَعل ْفِعأعذخا ذبان ْععان ْاالذحعساَن ْعقاَعل ْأعذن ْتعلذعبهعداللعه ْعكأعنل ع‬
‫ك ْتعلعراهه ْفِعاإلن ْ عذل ْتعهكذن ْتعلعراده ْفِعلاإنلهه‬ ‫صلدقذ ع‬ ‫عوعشثراه ْعقاَعل ْ ع‬
‫يعلعراعك‬

Artinya: ““Umar ibn al-Khatthâb meriwayatkan: pada suatu hari ketika kami
berada di dekat Rasulullah saw., tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki
yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak terlihat padanya
tanda-tanda dalam perjalanan dan tidak seorang pun di antara kami yang
mengenalnya. Sampai ia duduk di dekat Nabi SAW. lalu ia menyandarkan kedua
lututnya pada kedua lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas paha Nabi,
lantas berkata, "Hai Muhammad! Beritahukan kepada saya tentang Islam!
Rasulullah saw. bersabda: Islam itu adalah pengakuan bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, membayarkan
zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, dan menunaikan haji bagi orang yang
sanggup. Lelaki itu berkata: Engkau benar. Umar berkata, 'kami tercengang
melihatnya, ia bertanya dan ia pula yang membenarkannya'. Selanjutnya laki-laki
itu berkata lagi: Beritahukan kepada saya tentang iman! Rasulullah saw.
menjawab: Iman itu adalah keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat dan qadar baik dan buruk. Laki-laki itu berkata:
Engkau benar. Selanjutnya, ia berkata lagi: Beritahukan kepada saya tentang ihsan!
Rasulullah saw. menjawab: ihsan itu adalah Engkau menyembah Allah seakan-akan

2
Engkau melihatnya. Jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka rasakanlah bahwa Dia
melihatmu.” (H.R. Al-Bukhari, Muslim. Abu Dawud, dan An-Nasa’i).” 6
Dari hadis dapat di ambil beberapa pelajaran penting mengenai
pendidikan, yaitu sebagai berikut:
a. Dalam hadits di atas dinyatakan bahwa Jibril datang mengajarkan agama
kepada sahabat Nabi. Dalam proses ini, Jibril berfungsi sebagai guru, Nabi
sebagai narasumber, dan para sahabat sebagai peserta didik.
b. Dalam proses pembelajaran, Jibril sebagai guru menggunakan metode
Tanya-jawab. Metode ini efektif untuk menarik minat dan memusatkan
perhatian para peserta didik.
c. Materi pengajaran agama islam dalam hadis tersebut meliputi aspek-aspek
pokok dalam ajaran agama Islam, yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Dari
ketiganya, aspek yang di dahulukan adalah akidah. Ajaran Islam diajarkan
secara integral, tidak secara parsial.
D. Hubungan Surah Luqman Dengan Materi Pendidikan
Dari uraian tafsir surah Lukman sebelumnya sudah terlihat jelas
hubungan antara surah Lukman dengan Materi Pendidikan. Didalam ayat 12,
Allah menjelaskan bahwa Lukman adalah hamba Allah yang diberi anugerah
Al-Hikmah dari-Nya. Dengan Al-Hikmah tersebut Lukman mendidik anaknya
menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur.
Kemudian di ayat-ayat selanjutnya, Lukman memberikan berbagai
nasihat yang mencakup pokok-pokok tuntutan agama. Nasihat petama yang
diberikan dia kepada anaknya adalaha agar anaknya mengesakan Allah dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan yang lain, kemudian dilanjutkan dengan
menasihatinya agar berbakti kepada orang tua sepanjang keduanya tidak
menyuruh berbuat maksiatkepada Allah. Di antara hal yang menarik dari pesan-
pesan ayat ini dan ayat sebelumnya bahwa masing-masing pesan ini disertai
dengan argumennya: “jangan mempersektukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan-Nya adalah penganiyaan yang besar.” Sedang ketika
mewasiati anak menyangkut orang tuanya ditekankannya nahwa “Ibunya telah
mengandungnya dalam keadan kelemahan dan penyapihannya didalam dua
tahun.” Demikianlah seharusnya materi petunjuk atau materi pendidikan yang
6 Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 39

3
disajikan. Materi pendidikan yang dapat dibuktikan kebenarannya dengan
argumen yang dipaparkan atau yang dapat dibuktikan oleh manusia melalui
penalaran akalnya. Metode ini bertujuan agar manusia merasa bahwa ia ikut
berperan dalam menemukan kebenaran, dan dengan demikian, ia merasa
memilikinya serta bertanggung jawab dalam mempertahannkannya. Dari ayat 13
surah Lukman ini dapat kita ambil juga hubungan nya dengan materi pendidikan,
yaitu hendaknya materi pendidikan yang disajikan mengandung unsur Akidah.
Pada ayat selanjutnya Lukman memberikan nasihat lagi kepada anaknya
agar dia beramal saleh, selalu mendirikan shalat dan mengajak manusia untuk
berbuat makruf dan mecegah dari perbuatan mungkar. Hal ini dapat terlihat bahwa
Lukman menginginkan anaknya tidak hanya diberikan bekal ilmu Akidah, dia
juga mengharapkan anaknya dapat menjalankan syariatnya sebagai makhluk
Allah. Hal tersebut menunjukkan bahwa didalam surah Lukman ini juga
terhadapat hubungan dengan materi pendidikan bahwa hendaknya di dalam materi
pendidikan ini tidak hanya terdapat materi tentang akidah, melaikan juga
hendaknya terdapat materi tentang syariat.
Kemudian nasihat lukman yang terakhir berkaitan dengan akhlak dan
sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran akidah,
syariat, beliau selingi dengan materi pelajaran akhlak, bukan saja agar peserta
didik tidak jenuh dengan satu materi, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa
ajaran akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Demikian Lukman al-Hakim mengakhiri nasihat yang mencakup pokok-pokok
tuntutan agama. Disana ada aqidah, syariat dan akhlak, tiga unsur ajaran Al-
Qur’an. Disana ada akhlak terhadap Allah, terhadap pihak lain, dan terhadap diri
sendiri. Ada juga perintah moderasi yang merupakan ciri dari segala macam
kebijakan serta perintah bersabar, yang merupakan syarat mutlak meraih sukses,
duniawi dan ukhrawi. Demikian Lukman Al-Hakim mendidik anaknya bahkan
memberi tuntutan kepada siapapun yang ingin menelususri jalan kebajikan.

4
5
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman saleh.1994. Teori-Teori Pendidikan berdasarkan


Al-Qur’an. ( Jakarta : RINEKA CIPTA)
Abdullah bin Muhammad. 2008. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7. (Jakarta : Pustaka Imam
Asy-Syafi’i)
Asy-Syaukani, Al Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad. 2011. Tafsir Fathul
Qadir. (Jakarta : Pustaka Azzam)
Kementrian Agama RI. 2010. Alquran dan Tafsirnya. ( Jakarta : Lentera Abadi)
Mustafa Al Maragi, Ahmad. 1989. Tafsir Al Maragi. ( Semarang : CV. Toha Putra
Semarang)
Shihab, M. Quraish. 2009. Tafsir Al Mishab. (Jakarta : Lentera Hati)
Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi. Jakarta: Amzah

Anda mungkin juga menyukai