Anda di halaman 1dari 15

MENGATASI KORUPSI DI

INDONESIA

Dikerjakan oleh :
Yohan Alvin L (26411104)
Andrew Victory W (26411110)
Abdul Ro’uf F (26411158)
Ricky Fajar A (26411161)

UNIVERSITAS KRISTEN PETRA


SURABAYA
2014

1
Daftar Isi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kasus Korupsi Yang Terjadi Di Indonesia
2.1.1 Kasus Arlita Suryani
2.1.2 Kasus Gayus Tambunan
2.2 Fakta – Fakta Korupsi
2.2.1 Index Partai Yang Terlibat Korupsi
2.2.2 Data Dari Political Economic Risk Consultancy (PERC)
2.2.3 Rekapitulasi Penindakan Pidana Korupsi
2.2.4 Peringkat Indonesia Di Dunia
BAB III
PENUTUPAN
3.1 SOLUSI
3.2 KESIMPULAN
3.3 Saran

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Korupsi merupakan fokus yang terpenting pada suatu negara, bahkan tingkat korupsi
suatu negara dapat dijadikan tolak ukur apakah pemerintahan di negara tersebut berjalan
dengan berhasi atau tidak.
Korupsi di Indonesia sudah membudaya sejak dulu, sebelum dan sesudah
kemerdekaan, di era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih belum terlihat.
Bila kita pelajari lebih lanjut, korupsi adalah perilaku yang dilakukan oleh oknum
tertentu untuk melakukan perbuatan melawan hukum, penyalahgunaan kewenangan dan
sarana, memperkaya diri sendiri maupun orang lain, dan merugikan keuangan dan
perekonomian negara. Korupsi menjadi penyakit social dan membuat kerugian terhadap
kelangsungan hidup bangsa dari upaya mewujudkan keadilan social dan kemakmuran,
bahkan memenuhi hak – hak dasar kehidupan masyarakat. Korupsi dapat menurunkan
tingkat kesejahteraan masyarakat, kerusakan lingkungan sumber daya alam, mahalnya biaya
kebutuhan, menurunnya kualitas fasilitas masyarakat, dan hilangnya rasa percaya
masyarakat pada pemerintah.
Tindak korupsi di Indonesia saat ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat tinggi
Negara yang rakyat percayai untuk membantu mereka memajukan kesejahteraannya,
namun mereka malah merugikan Negara yang berdampak pada rakyat. Hal ini memang
sangat memprihatinkan untuk kelangsungan hidup rakyat, sehingga keadilan untuk rakyat
menjadi tidak teratur dan merugikan untuk rakyat banyak.
Indonesia sendiri saat ini mengupayakan agar korupsi dapat dicegah, dengan adanya
lembaga pemberatasan korupsi hingga perhitungan kekayaan pejabat – pejabat tinggi.
Dengan adanya lembaga pemberatasan korupsi difungsikan untuk melakukan penyidikan
dan memonitor penyelenggaraan suatu pemerintahan negara. Maka, di sini kami akan
membahas tentang korupsi yang terdapat di Indonesia dan upaya untuk mengatasinya.

3
1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui penyebab dan latar
belakang terjadinya korupsi dan solusi untuk mengatasi terjadinya korupsi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus Korupsi Yang Terjadi Di Indonesia


2.1.1 Kasus Arlita Suryani
Julukan “Ratu Suap” bagi Artalita Suryani alias Ayin tuntaslah sudah. Wanita
pengusaha yang mengaku levelnya sekelas dengan Djoko Tjandra itu Selasa kemarin
(29/7) dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan penyuapan
terhadap Urip Tri Gunawan sehingga diganjar hukuman maksimal, 5 tahun penjara
dan denda Rp 250 juta.
Vonis yang mulai dibacakan sekitar Pk 10.00 di Pengadilan Tipikor, Jl Rasuna
Said Kuningan Jakarta ini disaksikan oleh ratusan pendukung Artalyta, diliput oleh
ratusan media cetak maupun elektronik dan diamankan oleh sekitar seratus polisi .
Akibatnya ruang siding pun menjadi pengap dan penuh sesak.
Hukuman yang dijatuhkan majelis hakim Tipikor yang diketuai Mansyurdin
Chaniago ini conform dengan tuntutan jaksa KPK sebelumnya. Karena itu ketika
ditanya apakah jaksa akan banding, maka Sarjono Turin menyatakan tidak, karena
semua tuntutan jaksa sudah dipenuhi majelis hakim. Sebaliknya Artalyta Suryani dan
pengacaranya OC Kaligis menyatakan pikir-pikir.
Dalam pertimbangan hukumnya majelis hakim yang memabcakan putusan
secara bergantian menyatakan, berdasarkan fakta yang terungkap dalam persidangan
bahwa terbukti bahwa sebelum ditetapkannya SP3 terhadap kasus BLBI, Artalyta
Suryani telah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan Urip Trigunawan yang
pada saat itu menjadi Ketua Tim Penyidik kasus BLBI..

4
"Percakapan tersebut tidak menyebut-nyebub bengkel tapi justru
penyelidikan BLBI. Artalyta telah mendapat info terkait penyelidikan Sjamsul
Nursalim, padahal informasi itu harusnya bersifat rahasia," ujarnya.
Bahkan dari rangkaian keterangan saksi dan bukti yang diajukan ke muka
persidangan majelis menyatakan telah terbukti bahwa Artalyta dan Jaksa Urip Tri
Gunawan telah mengatur setrategi agar Sjamsul Nursalim tidak dihadirkan dalam
pemeriksaan dengan alasan sakit.
Dengan pertimbangan tersebut maka Artalyta telah terbukti , melanggar pasal
5 ayat 1 huruf a dan b UU 31/1999 sebagaimana diubah UU 20/2001 tentang Tipikor
sebagiman diuraikan dalam dakwaan primer jaksa penuntut umum. Karena jaksa
menyusun tuntutannya secara alternatif, maka majelis tidak mempertimbangan
dakwaan subsider.

2.1.2 Kasus Gayus Tambunan


Nama yang akhir-akhir ini mencuat karena namanya disebut oleh mantan
Kabareskrim Komjen Susno Duadji memiliki uang sebesar Rp 25 miliar dalam rekening
pribadinya. Hal tersebut sangat mencuri perhatian karena Gayus Tambunan hanyalah
seorang PNS golongan III A yang mempunyai gaji berkisar antara 1,6-1,9 juta rupiah saja.
Lelaki yang memiliki nama lengkap Gayus Halomoan Tambunan ini bekerja di kantor
pusat pajak dengan menjabat bagian Penelaah Keberatan Direktorat Jenderal Pajak. Posisi
yang sangat strategis, sehingga ia dituduh bermain sebagai makelar kasus (markus). Kasus
pun berlanjut karena di duga banyak pejabat tinggi Polri yang terlibat dalam kasus Gayus.
Gayus dijadikan tersangka oleh Polri pada November 2009 terkait kepemilikan uang yang
mencurigakan di rekeningnya mencapai Rp 25 miliar. Gayus terindikasi melakukan pidana
korupsi, pencucian uang, dan penggelapan senilai Rp 395 juta.
Namun di persidangan, jaksa hanya menjerat pasal penggelapan saja, dengan alasan
uang yang diduga hasil korupsi telah dikembalikan. Sisa uang Rp 24,6 miliar, atas perintah
jaksa, blokirnya dibuka. Hakim pun memutuskan Gayus divonis 6 bulan penjara dan masa
percobaan setahun
Setelah dilakukan pemeriksaan, dari uang total Rp 25 miliar, uang sejumlah Rp 395
juta disita, dan sisanya sebesar Rp 24,6 miliar pun hilang entah kemana dan tidak ada

5
pembahasan lanjut mengenai uang sebesar itu. Dalam kasus ini, Gayus dijerat 3 pasal
sekaligus, yakni Korupsi, Pengelapan Uang dan Pencucian Uang. Tetapi pada persidangan ia
hanya didakwa kasus Penggelapan Uang saja. Alhasil, hukuman sangat ringan pun ia
dapatkan, yaitu 1 tahun. Tetapi, tak lama kemudian, Gayus pun malah dibebaskan.
Dikarenakan ada penghapusan pasal yang dilakukan jaksa, yakni menghilangkan pasal
korupsi dan pencucian uang dan hanya mengenakan pasal penggelapan,
Berita terakhir menyebutkan bahwa Gayus Tambunan sudah tertangkap. Gayus di vonis
hanya 6 bulan dengan masa percobaan 1 tahun. Gayus Tambunan (GT) ternyata telah
dijatuhi hukuman melalui vonis di Pengadilan Negeri Tangerang hanya selama 6 bulan
dengan masa percobaan 1 tahun. Vonis itu lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum
1 tahun penjara dengan masa percobaan 1 tahun.Proses hukumnya berlangsung 23 Februari
2010 dimana Gayus tambunan dituntut hukuman 6 bulan dengan percobaan hukuman 1
tahun oleh JPU. saat naik di Kejaksaan Negeri, tuntutan berubah menjadi 1 tahun penjara
dengan masa percobaan 1 tahun.
a. Kronologi Kasus Terdakwa Gayus
Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) terdakwa Gayus Halomoan
Tambunan dikirim ke Kejaksaan Agung (Kejagung) oleh tim penyidik Mabes Polri.
Kemudian pihak Kejagung menunjuk 4 jaksa untuk mengikuti perkembangan
penyidikan tersebut. Mereka adalah Cirus Sinaga, Fadil Regan, Eka Kurnia dan Ika
Syafitri. Berkas perkara tersebut dikirim pada 7 Oktober 2009.
Di dalam SPDP, tersangka Gayus diduga melakukan money laundring, tindak
pidana korupsi dan penggelapan. Analisa yang dibangun oleh Jaksa Peneliti melihat
pada status Gayus yang merupakan seorang PNS pada Direktorat Keberatan dan
Banding Dirjen Pajak kecil kemungkinan memiliki dana atau uang sejumlah Rp 25
Miliar pada Bank Panin, Jakarta.
Setelah Jaksa Peneliti menelusuri alat bukti perkara yang terdiri dari saksi-saksi,
keterangan tersangka dari dokumen-dokumen dan barang bukti, ternyata berkas
tersebut belum lengkap.

b. Kronologi Kasus Pajak Gayus Versi Kejaksaan


Dalam berkas Gayus dijerat 3 pasal yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan
penggelapan.Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Komisaris Jenderal Susno
6
Duadji membongkar makelar kasus di intitusinya. Jaksa peneliti, Cyrus Sinaga
membeberkan kronologi kasus tersebut.Dia menjelaskan kasus ini awalnya jaksa
menerima berkas perkara pada 7 Oktober 2009, setelah diteliti jaksa menyatakan
berkas tersebut belum lengkap.
Dikarenakan Gayus seorang pegawai negeri dan memiliki dana Rp 25 miliar di
Bank Panin. Bahkan jaksa Cyrus Sinaga mengungkapkan alasan mengapa pada
awalnya Gayus dijerat tiga pasal tersebut. Menurut Jaksa Cyrus Sinaga, uang Rp 25
miliar milik Andi Kosasih, seorang pengusaha asal Batam. Jaksa menjelaskan antara
Gayus dan Andi terjalin perjanjian bisnis. Dan Andi menggunakan jasa pihak kedua
untuk melakukan pengadaan tanah.
Diketahui bahwa pengiriman Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) kasus
Gayus ternyata tidak sesuai prosedur yang ada.

c. Sejumlah Orang Yang Terlibat


Seperti yang kita tahu bahwa dalam kasus pajak ini bukan hanya gayus saja yang
bekeja sendiri tetapi ia juga mempunyai jaringan.sebelum Gayus Tambunan pergi ke
Singapura ia pernah memberi pengakuan ke Satgas Pemberantasan Mafia Hukum
bahwa bukan hanya dirinya yang bertugas tetapi ada orang lain.
Selain sejumlah petinggi negara yang terlibat istri Gayus(Milana Anggraeni) juga
ditetapkan sebagai tersangka karena ia diketahui menerima dana dari suaminya
(Gayus Tambunan) sebesar 3,6 miliar .Andi kosasih juga menerima dana dari Gayus
tambunan Sebesar Rp 1,9 miliar,masuk ke rekening Gayus Rp 10 miliar dan tabungan
Gayus Rp 1 miliar. Jaksa Agung Muda Pengawasan (Jamwas), Hamzah Tadja
mencurigai adanya itikad tidak baik dari Cirus Sinaga selaku jaksa peneliti berkas
perkara Gayus Tambunan. Memang ada informasi bahwa SPDP tersebut diambil
sendiri oleh Cirus ke Mabes Polri. Namun, pihaknya belum bisa memastikan
kebenarannya karena masih harus mengkonfirmasikan dengan pihak Mabes. Cirus
sendirilah yang mengantarkan SPDP tersebut langsung kepada Direktur
Prapenuntutan Jampidum saat itu, Poltak Manullang. Semestinya SPDP masuk dari
Mabes Polri langsung ke Kabbag TU Jampidum. Setelah itu diproses untuk diberikan
kepada Jampidum supaya ditunjuk jaksanya.

7
2.2 Fakta – Fakta Korupsi
2.2.1 Index Partai Yang Terlibat Korupsi
Di Indonesia saat ini, banyak tindakan – tindakan korupsi yang sedang merajalela,
diantaranya korupsi yang dilakukan tidak hanya perorangan yang melakukan korupsi, namun
ada beberapa fakta bahwa korupsi melibatkan beberapa partai politk. Seperti pada gambar
berikut :

8
Pada gambar diatas, di jelaskan bahwa partai PDI Perjuangan menempati posisi
pertama partai yang anggotanya paling banyak melkakuan tindak korupsi, diikuti oleh partai
PAN, GOLKAR, dsb.

2.2.2 Data Dari Political Economic Risk Consultancy (PERC)


Pada data yang dirilis oleh PERC pada 1997 sampai 2010 di wilayah Asean, Indonesia
menempati juara pertama rata – rata tingkat masalah korupsi. Dan pada tahun 2010,
Indonesia memperoleh skor 8,32 atau lebih buruk jika dibandingkan dengan Thailand (7,63).

9
10
2.2.3 Rekapitulasi Penindakan Pidana Korupsi

Pada data yang dirilisk KPK

Per 31 Juli 2014, KPK melakukan penyelidikan 58 perkara, penyidikan 35 perkara,


penuntutan 23 perkara, inkracht 27 perkara, dan eksekusi 31 perkara. Dan dengan demikian,
maka total penanganan perkara tindak pidana korupsi dari tahun 2004-2014 adalah
penyelidikan 643 perkara, penyidikan 388 perkara, penuntutan 300 perkara, inkracht 270
perkara, dan eksekusi 278 perkara.

Tabulasi Data Penanganan Korupsi (oleh KPK) Tahun 2004-2014 (per 31 Juli 2014)

Penindakan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah

Penyelidikan 23 29 36 70 70 67 54 78 77 81 58 643

Penyidikan 2 19 27 24 47 37 40 39 48 70 35 388

Penuntutan 2 17 23 19 35 32 32 40 36 41 23 300

Inkracht 0 5 17 23 23 39 34 34 28 40 27 270

Eksekusi 0 4 13 23 24 37 36 34 32 44 31 278

2.2.4 Peringkat Indonesia Di Dunia


Dari data yang dirilis oleh Corruption Perceptions Index (CPI) 2013, di dapatkan
bahwa Indonesia menempati posisi 114 sebagai negara terkorup di dunia. Pada 2013 ini
posisi Indonesia membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

11
12
BAB III

PENUTUPAN

3.1 SOLUSI
Korupsi tidak boleh dibiarkan, oleh karena itu perlu ditanggulangi dengan seksama. Solusi
untuk menanggulangi korupsi dari dilihat dari dua sisi yaitu :
a. Preventif
Upaya ini bersifat mencegah agar jangan sampai terjadi korupsi atau untuk
meminimalkan penyebab korupsi. Upaya preventif yang dapat dilakukan yaitu :
1. Keteladanan orang tua dalam keluarga (tidak melakukan korupsi).
2. Penerapan pendidikan anti korupsi dalam pendidikan karakter disekolah dan
mata kuliah Korupsi Perguruan Tnggi.
3. Siraman Rohani oleh tokoh agama mengenai Korupsi.
4. Para tokoh agama dalam khotbah ibadah kepada umatnya menjelaskan bahwa
korupsi adalah dosa dan hukuman berat.
5. Sosialisasi mengenai korupsi dimedia massa maupun media sosial (internet).
6. Membuat sistem kontrol korupsi dan SOP yang jelas di perusahaan swasta dan
instansi pemerintah (birokrat).
7. Penerapan budaya malu bila korupsi.
8. Keteladanan Pemimpin, tokoh masyarakat dan wakil rakyat.
9. Menerapkan sistem renumerasi yang layak di perusahaan swasta dan instansi
pemerintah.
10. Menerapkan Transparansi dan Akuntabilitas laporan keuangan sektor
pemerintah.
11. Usaha preventif lainnya dengan melakukan perencanaan dan monitoring secara
terus menerus.

b. Represif
Upaya ini bersifat menekan, menahan atau mengekang korupsi. Usaha Represif ini
merupakan strategi yang diarahkan agar setiap korupsi yang diindentifikasi dapat
diperiksa dan disidik secara tepat dan akurat sehingga diketahui duduk persoalan

13
sebenarnya, untuk memudian diberikan sanksi yang tepat dengan mengikuti
prosedur yang berlaku. Upaya Represif yang dapat dilakukan yaitu :
1. Memberitakan dan menanyangkan wajah koruptor dimedia massa, media
elektronik maupun media sosial (internet)
2. Mendorong partisipasi masyarakat pada gerakan anti korupsi.
3. Penegakan hukum yang tegas
4. Penerapan Sanksi (hukuman) yang berat kepada koruptor.
5. Kerjasama aktif antara LSM, para pengiat anti korupsi dan civil society
dengan KPK dalam memerangi korupsi
6. Memberikan kesempatan KPK untuk bekerja Independen dibawah
pengawasan masyarakat.
7. Penerapan aturan larangan menerima hadiah, grafitikasi, suap dan
pemerasan.
8. Pelaporan terhadap kekayaan pejabat.
9. Memberikan reward (award) bagi pelapor tindak korupsi dan pengiat anti
korupsi
c. System penggajian yang layak
Dengan adanya system penggajian yang layak, maka penggajian akan adil sesuai
dengan pekerjaan yang telah dilakukan.
d. Perhitungan kekayaan pejabat dan pembuktian
Orang yang melakukan korupsi, tentu jumlah kekayaannya akan bertambah dengan
cepat. Meski tidak selalu orang yang cepat kaya pasti karena telah melakukan
korupsi. Dengan adanya perhitungan kekayaan ini, memungkinkan oknum – oknum
yang terlibat korupsi akan mudah untuk diseilidiki
e. Hukuman yang berat
Dengan adanya hukuman yang berat, maka akan merubah pemikiran seseorang
untuk melakukan tindak pidana korupsi. Jika seseorang akan melakukan korupsi,
maka dia akan berpikir dulu dengan adanya hukuman yang berat.
f. Teladan dari pemimpin
Dengan adanya pemimpin yang jujur, maka orang – orang dibawahnya akan meniru
tingkah lakunya. Namun, jika pemimpin mengajarkan tindakan yang kurang baik,
maka hal tersebut akan ditiru juga oleh bawahanya.

3.2 KESIMPULAN
Melihat dari pembahasan mengenai kasus dan fakta korupsi, tidak dapat dipungkiri bahwa
korupsi di Indonesia memang benar – benar telah menjadi masalah yang berat dalam
14
kehidupan bangsa dan negara. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya mengatasi
tindak korusi di Indonesia :
1. Indonesia akan maju jika didukung oleh system pemerintahan yang teratur
dan berjalan baik.
2. Dengan adanya korupsi maka akan mempengaruhi kesejahteraan rakyat.
3. Diperlukan sikap hukum yang tegas agar mampu memberantas korupsi.

3.3 Saran
Dengan adanya tindak pidana korupsi ini, seharusnya system pemerintahan dibuat lebih
transparan, dan hukum di Indonesia harus lebih tegas lagi dengan memanfaatkan system
perundang – undangan sebaik – baiknya.

15

Anda mungkin juga menyukai