OLEH:
DEWI HARTINA SARI
PEMBIMBING
Kedokteran Jiwa)
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Mahasiswa
Keterangan :
: Laki-laki : Cerai
: Perempuan : Meninggal
: Pasien
Hubungan dengan keluarga sebelum sakit baik. Pasien saat ini tinggal
sendiri. Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
F. Situasi Sekarang
Pasien seorang janda, tinggal sendiri, namun sesekali ada cucu
yang menemani dirumah. Pasien bekerja sebagai IRT dan petani.
G. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak sakit dan tidak membutuhkan obat
untuk mengobati dirinya.
III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI
A. Status Internus
TD: 90/60 mmHg
Nadi: 60x/menit
Pernapasan: 24x/menit
Suhu: 35.3°C
B. Status Neurologis
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Kepala : Normocephal
Fungsi motorik dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas
normal
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Eutimia
2. Afek : Terbatas
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan :
Sesuai tingkat pendidikan
2. Daya konsentrasi : Terganggu
3. Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
4. Daya ingat : tidak terganggu
5. Pikiran abstrak : Terganggu
6. Bakat kreatif : Tidak ada
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi auditorik ada, pasien sering kali
mendengar suara yang memberitahu dirinya
tentang calon gubernur yang akan menang
pada pemilihan nanti.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : cukup relevan, koheren
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi Pikiran
Preokupasi : Tidak ada
Gangguan isi pikiran :
o Waham kebesaran (+), pasien meyakini dirinya dapat
melihat masa depan.
o Waham persekutorik (+), pasien meyakini akan ada yang
meracuni dirinya.
F. Pengendalian Impuls : Terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (Insight)
Pasien tidak menyadari penyakitnya (Tilikan 1)
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu
menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping obat yang diberikan.
12 Mei 2018
S : Pasien tenang, tidur (+), makan (+), pasien mengatakan terkadang masih
mendengar suara bisikan.
O : Kontak mata (+), Verbal (+)
Psikomotor : Tenang
Verbalisasi : Spontan, lancar, intonasi kadang meningkat
Afek : Terbatas
Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik ada
Arus pikir : Cukup Relevan
Gangguan isi pikir : Waham kebesaran ada, waham persekutorik ada
A : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
P : Haloperidol 1,5 mg/12 jam/oral
Clozapine 25 mg/24 jam/oral
XI. PEMBAHASAN
Psikosis adalah kumpulan gejala yang terjadi bersama-sama selama
periode waktu. Kebanyakan gejala yang menonjol dari psikosis adalah delusi
dan halusinasi di mana seseorang kehilangan sentuh dengan realitas, dan
memiliki kesulitan mengatakan perbedaan antara apa yang nyata dan apa
yang tidak. Psikosis dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa dan
berperilaku[5].
Skizofrenia adalah gangguan psikotik menetap yang mencakup gangguan
pada perilaku, pikiran, emosi dan persepsi. Skizofrenia adalah gangguan
psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat menilai
realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk. Orang-orang dengan
Skizofrenia menunjukkan kemunduran yang jelas dalam fungsi pekerjaan dan
sosial. Mereka mungkin mengalami kesulitan mempertahankan pembicaraan,
membentuk pertemanan, mempertahankan pekerjaan, atau memperhatikan
kebersihan pribadi mereka. Namun demikian tidak ada satu pola perilaku
yang unik pada skizofrenia, demikian pula tidak ada satu pola perilaku yang
selalu muncul pada penderita skizofrenia.[1].
Penderita skizofrenia mungkin menunjukkan waham, masalah dalam
pikiran asosiatif, dan halusinasi, pada satu atau lain waktu, namun tidak selalu
semua tampil pada saat bersamaan. Dalam beberapa kasus, Skizofrenia
menyerang manusia usia muda antara 15 hingga 30 tahun, tetapi serangan
kebanyakan terjadi pada usia 40 tahun ke atas. Skizofrenia bisa menyerang
siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi.
Skizofrenia tidak bisa disembuhkan sampai sekarang. Tetapi dengan
bantuan Psikiater dan obat-obatan, skizofrenia dapat dikontrol. Pemulihan
memang kadang terjadi, tetapi tidak bisa diprediksikan. Dalam beberapa
kasus, penderita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Keringanan gejala
selalu nampak dalam 2 tahun pertama setelah penderita diobati, dan
berangsur-angsur menjadi jarang setelah 5 tahun pengobatan. Pada umur yang
lanjut, di atas 40 tahun, kehidupan penderita skizofrenia yang diobati akan
semakin baik, dosis obat yang diberikan akan semakin berkurang, dan
Prekuensi pengobatan akan semakin jarang. Peranan Psikolog juga sangat
penting dan mendukung penanganan penderita skizofrenia melalui
psikotherapy dengan CBT : Cognitive Behavior Therapy yang menggunakan
berbagai teknik.
Skizofrenia paranoid merupakan salah satu tipe dari enam jenis
Skizofrenia dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III
(PPDGJ-III) diberi kode diagnosis F20.0. Skizofrenia Paranoid merupakan
gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan yang khas
dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan
perilaku. Keyakinan irasional bahwa dirinya seorang yang penting (delusi
grandeur) atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang
jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud
mencelakainya. Para penderita Skizofrenia tipe paranoid secara mencolok
tampak berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan
kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak
mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Mereka
biasanya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan penderita tipe
Skizofrenia lainnya, Durand, dkk (2007).
Ciri utama skizofrenia tipe paranoid ini adalah adanya waham yang
mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif
dan afek yang relatif masih terjaga, sedangkan katatonik relatif tidak
menonjol. Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau
keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham cemburu,
keagamaan, atau somatisasi) mungkin juga muncul. Halusinasi juga biasanya
berkaitan dengan tema wahamnya.
Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia yaitu harus ada sedikitnya
satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih,
bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
1) “Thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya. “Thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal), dan “Thought broadcasting” = isi
pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
2) “Delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau “delusion of influence” = waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau “delusion of
passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
sesuatu kekuatan dari luar, (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh atau anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus). “Delusional perception”= pengalaman inderawi yang
tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik
atau mukjizat.
3) Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di
antara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau jenis
suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
4) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
5) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
6) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
7) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor.
8) Simptom “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala – gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermaniPestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri( self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Sebagai tambahan :
a. halusinasi atau waham harus menonjol :
suara-suara halusinasi yg mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik.
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
Waham hampir setiap jenis, seperti ; waham dikendalikan, waham kejar,
waham curiga yang paling khas.
b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak menonjol.
DAPTAR PUSTAKA