Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2018


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

OLEH:
DEWI HARTINA SARI

PEMBIMBING

dr. Ifa Tunisya, Sp.KJ

(Dibawakan dalam rangka tugas Kepanitraan Klinik pada Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : DEWI HARTINA SARI


NIM : 105420567 14
Judul Lapsus : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus dalam rangka kepanitraan klinik


Bagian Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Mei 2018

Pembimbing Mahasiswa

dr. Ifa Tunisya, Sp.KJ Dewi Hartina Sari


LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ tanggal Lahir : 1 Juli 1963
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Cerai hidup
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Petani
Tanggal pemeriksaan : 8 Mei 2018
Ruangan : Kenanga
Alloanamnesis diperoleh dari:
Nama : Tn. H
Hubungan dengan pasien : Saudara kandung

II. RIWAYAT PSIKIATRI


A. Keluhan Utama
Gelisah
B. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Keluhan dan Gejala
Seorang perempuan berusia 55 tahun dibawa ke UGD RSKD
Provinsi Sulawesi Selatan oleh adik laki-lakinya karena pasien jalan
terus, masuk ke rumah orang dan tidak dapat pulang sendiri ke rumah,
pasien harus dijemput oleh keluarga baru bisa pulang. Pasien bicara
normal, tidak lupa-lupa, tidak ngawur, tidak menangis dan tidak
tertawa tiba-tiba. Pasien tidak makan teratur dikarenakan pasien sering
keluar rumah jalan tak tentu arah, pasien kadang tidak bisa tidur
dimalam hari, pasien mandi teratur.
Awal perubahan perilaku pasien terjadi pada tahun 2013 dengan
penyebab yang tidak jelas. Pasien sering mengaku-ngaku barang milik
saudaranya sebagai miliknya, dan merasa saudaranya merampas dari
diri pasien. Pasien juga merasa bahwa hubungan dengan saudara-
saudaranya tidak baik. Serta pasien merasa cemburu dengan kakak-
kakaknya yang hidup bercukupan. Saat pasien masuk RSKD pada
tahun 2013 untuk yang pertama kalinya dan dirawat selama 3 bulan
lalu rawat jalan, tapi setelah pulang kerumah pasien tidak mau lagi
meminum obatnya.
b. Hendaya dan disfungsi
 Hendaya sosial (+)
 Hendaya pekerjaan (-)
 Hendaya waktu senggang (+)
c. Faktor stress psikososial
Kecemburuan pada kakak-kakaknya
d. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat fisik dan psikis
sebelumnya :
 Riwayat infeksi (-)
 Riwayat trauma (-)
 Riwayat kejang (-)
 Riwayat merokok (-)
 Riwayat alkohol (-)
 Riwayat NAPZA (-)
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat gangguan medis umum : tidak ada riwayat gangguan medis
umum
2. Riwayat penggunaan zat psikoaktif : tidak ada riwayat penggunaan zat
psikoaktif,
3. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya : (+) pada tahun 2013 masuk
RSKD dengan gejala yang sama.
D. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh dukun beranak,
pada tanggal 1 Juli 1963. Berat badan lahir tidak diketahui. Sejak pasien
dilahirkan pasien mendapatkan ASI selama 6 bulan. Pada saat bayi,
pasien tidak pernah mengalami demam tinggi maupun kejang.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien adalah anak keempat dari enam bersaudara (♂,♀,♂,♀,♂,♂).

Keterangan :
: Laki-laki : Cerai
: Perempuan : Meninggal
: Pasien

Hubungan dengan keluarga sebelum sakit baik. Pasien saat ini tinggal
sendiri. Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
F. Situasi Sekarang
Pasien seorang janda, tinggal sendiri, namun sesekali ada cucu
yang menemani dirumah. Pasien bekerja sebagai IRT dan petani.
G. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak sakit dan tidak membutuhkan obat
untuk mengobati dirinya.
III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI
A. Status Internus
TD: 90/60 mmHg
Nadi: 60x/menit
Pernapasan: 24x/menit
Suhu: 35.3°C
B. Status Neurologis
 Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
 Kepala : Normocephal
 Fungsi motorik dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas
normal

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Tampak seorang perempuan, wajah tampak lebih tua dari umur (55
tahun), perawakan tubuh kurus, kecil, kulit sawo matang,
menggunakan baju gamis lengan panjang warna putih, jilbab cokelat,
rok panjang warna biru tua, tas warna coklat, perawatan diri cukup.
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat wawancara, pasien tenang.
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif

B. Keadaan Afektif
1. Mood : Eutimia
2. Afek : Terbatas
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan :
Sesuai tingkat pendidikan
2. Daya konsentrasi : Terganggu
3. Orientasi
 Waktu : Baik
 Tempat : Baik
 Orang : Baik
4. Daya ingat : tidak terganggu
5. Pikiran abstrak : Terganggu
6. Bakat kreatif : Tidak ada
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi auditorik ada, pasien sering kali
mendengar suara yang memberitahu dirinya
tentang calon gubernur yang akan menang
pada pemilihan nanti.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
 Produktivitas : Cukup
 Kontinuitas : cukup relevan, koheren
 Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi Pikiran
 Preokupasi : Tidak ada
 Gangguan isi pikiran :
o Waham kebesaran (+), pasien meyakini dirinya dapat
melihat masa depan.
o Waham persekutorik (+), pasien meyakini akan ada yang
meracuni dirinya.
F. Pengendalian Impuls : Terganggu
G. Daya Nilai
1. Norma sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (Insight)
Pasien tidak menyadari penyakitnya (Tilikan 1)
I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang perempuan berumur 55 tahun dibawa ke UGD RSKD Provinsi
Sulawesi Selatan oleh adik laki-lakinya karena pasien jalan terus, masuk ke
rumah orang dan tidak dapat pulang sendiri ke rumah, pasien harus dijemput
oleh keluarga baru bisa pulang. Pasien bicara normal, tidak lupa-lupa, tidak
ngawur, tidak menangis dan tidak tertawa tiba-tiba. Pasien tidak makan
teratur dikarenakan pasien sering keluar rumah jalan tak tentu arah, pasien
kadang tidak bisa tidur dimalam hari, pasien mandi teratur.
Awal perubahan perilaku pasien terjadi pada tahun 2013 dengan penyebab
yang tidak jelas. Pasien sering mengaku-ngaku barang milik saudaranya
sebagai miliknya, dan merasa saudaranya merampas dari diri pasien. Pasien
juga merasa bahwa hubungan dengan saudara-saudaranya tidak baik. Serta
pasien merasa cemburu dengan kakak-kakaknya yang hidup bercukupan. Saat
pasien masuk RSKD pada tahun 2013 untuk yang pertama kalinya dirawat
selama 3bulan lalu rawat jalan, tapi setelah pulang kerumah pasien tidak mau
lagi meminum obatnya. Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi
berupa halusinasi auditorik, waham kebesaran & waham persekutorik.
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL (SESUAI PPDGJ III)
1. Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis yang didapatkan,
gejala umum yang bermakna yaitu pasien gelisah, bicara sendiri, sulit
tidur. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada diri dan
keluarganya serta terdapat hendaya (disability) pada fungsi psikososial
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam
menilai realita, dimana pasien tidak mengalami keadaannya yang sakit
dan merasa tidak membutuhkan pertolongan. Hendaya berat berupa
halusinasi auditorik, waham kebesaran, waham persekutorik dan
hendaya berat dalam fungsi sosial berupa ketidakmampuan membina
relasi dengan keluarga dan orang lain sehingga di golongkan menjadi
gangguan jiwa psikotik. Dari pemeriksaan interna dan neurologi tidak
ditemukan kelainan organik yang secara langsung mempengaruhi
fungsi otak sehingga digolongkan sebagai gangguan jiwa psikotik non
organik.
Pada pasien ini terdapat halusinasi audiotorik yaitu suara-suara
bisikan yang memberitahu bakal pemenang calon gubernur pada
pemiliahan nanti, waham kebesaran dimana pasien merasa dapat
mengetahui masa depan serta waham persekutorik yakni pasien merasa
ingin diracuni sehingga memenuhi gejala Skizofrenia paranoid,
sehingga pasien ini dapat didiagnosis berdasarkan PPDGJ III sebagai
Skizofrenia paranoid (F20.0)
2. Aksis II
Sebelum sakit, pasien dikenal sebagai orang yang ramah.
3. Aksis III
Tidak ada diagnosis.
4. Aksis IV
Stressor psikososial: Kecemburuan pada kakak-kakaknya.
5. Aksis V
GAF Scale 50-41 (Gejala berat, disabilitas berat).
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik :
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka pasien memerlukan
farmakoterapi.
2. Psikologi :
Ditemukan adanya masalah psikologi berupa waham dan halusinasi
sehingga memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik :
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang social dan penggunaan waktu
senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.

VIII. RENCANA TERAPI


1. Farmakoterapi :
Haloperidol tab 1,5 mg 12 jam/oral
Clozapine tab 25 mg 0-0-1
Trihexyphenidil tab 2 mg 12 jam/oral (Bila EPS)
Lodomer Inj 1 amp/extra/IM (Bila gelisah dan menolak oral)
2. Psikoterapi
Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega.
3. Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar memahami
penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya.
4. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-
orang di sekitarnya. Sehingga dapat menerima dan menciptakan
suasana lingkungan yang mendukung.
IX. PROGNOSIS
a. Faktor pendukung
 Tidak terdapat kelainan organik
 Stressor yang diketahui
b. Faktor penghambat
 Onset di usia tua

X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu
menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping obat yang diberikan.
12 Mei 2018
S : Pasien tenang, tidur (+), makan (+), pasien mengatakan terkadang masih
mendengar suara bisikan.
O : Kontak mata (+), Verbal (+)
Psikomotor : Tenang
Verbalisasi : Spontan, lancar, intonasi kadang meningkat
Afek : Terbatas
Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik ada
Arus pikir : Cukup Relevan
Gangguan isi pikir : Waham kebesaran ada, waham persekutorik ada
A : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
P : Haloperidol 1,5 mg/12 jam/oral
Clozapine 25 mg/24 jam/oral

XI. PEMBAHASAN
Psikosis adalah kumpulan gejala yang terjadi bersama-sama selama
periode waktu. Kebanyakan gejala yang menonjol dari psikosis adalah delusi
dan halusinasi di mana seseorang kehilangan sentuh dengan realitas, dan
memiliki kesulitan mengatakan perbedaan antara apa yang nyata dan apa
yang tidak. Psikosis dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa dan
berperilaku[5].
Skizofrenia adalah gangguan psikotik menetap yang mencakup gangguan
pada perilaku, pikiran, emosi dan persepsi. Skizofrenia adalah gangguan
psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat menilai
realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk. Orang-orang dengan
Skizofrenia menunjukkan kemunduran yang jelas dalam fungsi pekerjaan dan
sosial. Mereka mungkin mengalami kesulitan mempertahankan pembicaraan,
membentuk pertemanan, mempertahankan pekerjaan, atau memperhatikan
kebersihan pribadi mereka. Namun demikian tidak ada satu pola perilaku
yang unik pada skizofrenia, demikian pula tidak ada satu pola perilaku yang
selalu muncul pada penderita skizofrenia.[1].
Penderita skizofrenia mungkin menunjukkan waham, masalah dalam
pikiran asosiatif, dan halusinasi, pada satu atau lain waktu, namun tidak selalu
semua tampil pada saat bersamaan. Dalam beberapa kasus, Skizofrenia
menyerang manusia usia muda antara 15 hingga 30 tahun, tetapi serangan
kebanyakan terjadi pada usia 40 tahun ke atas. Skizofrenia bisa menyerang
siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi.
Skizofrenia tidak bisa disembuhkan sampai sekarang. Tetapi dengan
bantuan Psikiater dan obat-obatan, skizofrenia dapat dikontrol. Pemulihan
memang kadang terjadi, tetapi tidak bisa diprediksikan. Dalam beberapa
kasus, penderita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Keringanan gejala
selalu nampak dalam 2 tahun pertama setelah penderita diobati, dan
berangsur-angsur menjadi jarang setelah 5 tahun pengobatan. Pada umur yang
lanjut, di atas 40 tahun, kehidupan penderita skizofrenia yang diobati akan
semakin baik, dosis obat yang diberikan akan semakin berkurang, dan
Prekuensi pengobatan akan semakin jarang. Peranan Psikolog juga sangat
penting dan mendukung penanganan penderita skizofrenia melalui
psikotherapy dengan CBT : Cognitive Behavior Therapy yang menggunakan
berbagai teknik.
Skizofrenia paranoid merupakan salah satu tipe dari enam jenis
Skizofrenia dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III
(PPDGJ-III) diberi kode diagnosis F20.0. Skizofrenia Paranoid merupakan
gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan yang khas
dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan
perilaku. Keyakinan irasional bahwa dirinya seorang yang penting (delusi
grandeur) atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang
jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud
mencelakainya. Para penderita Skizofrenia tipe paranoid secara mencolok
tampak berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan
kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak
mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Mereka
biasanya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan penderita tipe
Skizofrenia lainnya, Durand, dkk (2007).
Ciri utama skizofrenia tipe paranoid ini adalah adanya waham yang
mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif
dan afek yang relatif masih terjaga, sedangkan katatonik relatif tidak
menonjol. Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau
keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham cemburu,
keagamaan, atau somatisasi) mungkin juga muncul. Halusinasi juga biasanya
berkaitan dengan tema wahamnya.
Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia yaitu harus ada sedikitnya
satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih,
bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
1) “Thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya. “Thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal), dan “Thought broadcasting” = isi
pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
2) “Delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau “delusion of influence” = waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau “delusion of
passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
sesuatu kekuatan dari luar, (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh atau anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus). “Delusional perception”= pengalaman inderawi yang
tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik
atau mukjizat.
3) Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di
antara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau jenis
suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
4) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
5) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
6) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
7) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor.
8) Simptom “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala – gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermaniPestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri( self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Sebagai tambahan :
a. halusinasi atau waham harus menonjol :
 suara-suara halusinasi yg mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik.
 Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
 Waham hampir setiap jenis, seperti ; waham dikendalikan, waham kejar,
waham curiga yang paling khas.
b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak menonjol.
DAPTAR PUSTAKA

1. Kaplan,H.,Sadock.. 2014. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta.


EGC
2. Elvira, D Sylvia.2014. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta; Badan
Penerbit. PKUI
3. American Psychiatric Association. (2013) Diagnostic and statistical
manual oP mentaldisorders, (5th ed.). Washington, DC: Author.
4. Ciorney,A. Bumbu, C. Stres and BriePPsikotic Disorder. 2011. Clinical
Hospital oP Psychiatry “ProPDr. Alex Obregia” Bucharest, Romania
5. Mills, K. Christina Marel, C. Bakar, A. Psychosis + Substance use.2011.
National Drug and Alcohol Research Centre.
Sabtu 12/05/2018
Wawancara pasien
DM : Assalamu’alaikum bu, perkenalkan saya dokter muda Dewi. Ibu boleh
saya tanya-tanyaki sebentar?
P : Iye, boleh dok.
DM : Siapa namata?
P : Ibu Maryam
DM : Ibu Maryam tau dimana ini bu?
P : Di RS. Dadi, dok.
DM : Ibu Maryam tahu kenapa dibawa kesini bu?
P : Saya juga tidak tahu, dok. Bukan saya yang sakit tapi adekku.
DM : Apa ibu Maryam bikin dirumah sampai dibawaki ke sini ?
P : Tidak ada ji dok, mau na ambil mobilku itu adekku, itumi mungkin na
bawaka kesini adekku supaya bisa na ambil mobilku.
DM : Kenapa bisa ibu maryam berpikir kalau mau na ambil adekta mobil ta.?
P : Karena na bawaka kesini, baru saya tidak sakitji dok, mauka pulang dok
banyak kerjaanku dirumah
DM : Apa kerja ta dirumah.?
P : Petani dok.
DM : Masih kuatki bertani bu?
P : Iye dok, selama ini sendirija bertani hasilku itu 50 karung setiap kali
panen padi.
DM : Oh iye. Ibu Maryam, pernahki lihat bayangan-bayangan bu?
P : Tidak pernah dok.
DM : kalau suara bisikan atau kayak suara yang tanyaki sesuatu, pernah bu?
P : itu dok saya ada ilmuku, bisaka tau siapa nanti yang menang dipemilihan
gubernur.
DM : dari manaki tau ibuk, ada yang tanyaki ?
P : iye dok, ada suara tanyaka kalau no.1 dan 4 nanti dipemilihan gubernur
yang akan menang.
DM : Suara laki-laki atau perempuaan yang kita dengar bu?
P : kadang perempuan kadang laki-laki.
DM : itu yang tanyaki ada kita lihat orangnya atau hanya suranya ?
P : suara ji dok. Saya juga bisa tau masa depannya orang
DM : bagaimana caranya kita tau masa depannya orang bu?
P : dari ilmu yang kumiliki dok.
DM : ilmu apa itu ibu?
P : ada memang saya ilmuku dok, saya harus puasa setiap hari jumat.
DM : kalau puasaki hari jumat berarti puasaki juga dihari sabtu atau kamis,?
Karena haram itu hukumnya ibu puasa dihari jumat saja.
P : tidak dok, ilmuku itu wajib puasa di hari jumat.
DM : oh iye buk. Sudah maki makan ibu.?
P : belum dok
DM : kenapa belum.?
P : jijikka dok, busuk baunya itu didalam kamar, tidak saya suka dok, biar
jelek rumahku tapi tidak busuk ji dok seperti itu kamar didalam.
DM : haruski makan ibu, supaya tidak lemaski.
P : tidak mauja dok, mauka pulang dirumahku.
DM : ibu maryam kita tidak mau makan karena busuk bau kamarta atau merasa
ki ada yang kasi racun makanan ta.?
P : iye dok sebenarnya takutka ada nanti racunnya itu makanan yang
dikasika.
DM : bu maryam ini makanan dokter yang bikin jadi pasti tidak adaji racunnya
bu, haruski makan supaya tidak lemas.
P : oh, dokter yang bikin itu makanan dok.?
DM : iye ibu. Tidak akan adaji racunnya Jadi haruski makan bu
P : oh iye dok.
DM : kalau malam tidurta ibu bagaimana.?
P : tidak bisaka tidur dok.
DM : kenapa ibu.?
P : ribut sekali itu teriak-teriak yang dikamar , banyak juga nyamuk yang
gigitka dok.
DM : oh iye bu nanti ditanya teman kamarnya supaya tidak ribut yah.
P : iye dok.
DM : Kita tau apa bedanya apel denganjeruk?
P : Tau dok Jeruk warna kuning, apel merah
DM : Bu Maryam, kalau ada dompet kita dapat dijalan, apa kita bikin?
P : Kusimpanki siapa tau ada orangnya yang mau ambil
DM : Oiye
P : mauka pulang dok.
DM : harus ada keluarga ta yang jemput baru boleh pulang, bu.
P : telponkan ka adekku dok, suruh jemputka.
DM : oh iye ibu nanti saya telponkan ki, masuk maki dulu ke kamarta dan
haruski makan nah.
P : iye dok, tapi tidak adaji racunnya nasiku dok.?
DM : iye ibu tidak adaji racunnya.
P : iye dok.
DM : Terimakasih ibu sudah mau saya tanya-tanya.
P : Iye dok, sama-sama. Masuk ma dok

Anda mungkin juga menyukai