Anda di halaman 1dari 4

2.

3 Penggunaan Kanabis dengan Skizofrenia

Kanabis adalah nama singkatan untuk tanaman Cannabis Sativa.


Tanaman ini rata-rata akan tumbuh 5-12 kaki tingginya tapi bahkan sampai
mencapai 20 kaki. Seluruh bagian tanaman mengandung kanabinoid psikoaktif,
yaitu delta 9 tetrahidrocannabinol (THC). Istilah kanabis umumnya mengacu
kepada pucuk daun, bunga dan batang dari tanaman yang dipotong, dikeringkan
dan dicacah dan biasanya dibentuk menjadi rokok. Nama lain untuk tanaman
kanabis adalah marijuana, grass, weed, pot, tea, Mary Jane, dan produknya hemp,
hashish, charas, bhang, ganja, dagga dan sinsemilla. Konsentrasi tertinggi dari
kanabinoid psikoaktif ditemukan pada puncak bunga dari kedua jenis tanaman
jantan (male) dan betina (female).

NEUROFARMAKOLOGI

Dosis THC yang diperlukan untuk memperoleh efek farmakologis pada


manusia dari menghisap sekitar 2-22 mg. THC larut dalam lemak dan dengan
cepat di absorbsi setelah inhalasi. Setelah dihisap atau dicerna, THC akan diubah
oleh hati menjadi lebih dari 60 zat metabolit, beberapa diantaranya juga berupa
psikoaktif. Mula-mula diubah menjadi bentuk aktif 11-hidroxy-THC dan dibentuk
tidak aktif 9-carboxy- THC. Metabolisme lebih lanjut dihati mengubah 1-hidroxy-
THC menjadi beberapa metabolit tidak aktif, termasuk 11-norcarboxy-THC yang
dapat dijumpai beberapa menit setelah penghisapan.

Efek kardiovaskular dan sistem saraf pusat (SSP) sebagai sifat yang
merubah mood, dimulai < 1 menit setelah inhalasi. Puncak efek klinik mungkin
terlambat 20-30 menit dan bertahan sedikitnya 2-3 jam. Puncak konsentrasi THC
dalam darah tercapai dengan cepat, 10 menit dengan menghisap dan berkurang
menjadi 10-15% dari jumlah awal dalam 1 jam. Waktu paruh bersihan sekitar 30
jam secara umum dapat diterima, meskipun beberapa laporan, waktu paruhnya
sekitar 4 hari. Sehingga THC bertahan ditubuh untuk beberapa hari bahkan
berminggu- minggu.

Efek farmakologis secara oral, pencernaan kanabis dimulai setelah 30


menit, puncaknya mencapai 2-3 jam dan bertahan 3-6 jam. Dosis oral sekitar 30
mg kanabis atau menghisap rokok mengandung sekitar 0,5-2% THC biasanya
menghasilkan intoksikasi. Kanabis dicerna secara oral akan memerlukan sekitar 3
kali sama jumlahnya dengan THC kanabis yang dihisap untuk menghasilkan efek
yang setara karena hanya 3-6% THC yang diserap.

Pada tahun 1990 Universitas John Hopkins, telah ditemukan reseptor di


otak yang bereaksi dengan spesifik terhadap THC kanabis. Pada tahun 1992
penemu dari NIDA mengumumkan penemuan anandamide, neurotransmiter alami
pada reseptor. Reseptor anandamide ditemukan di beberapa area sistem limbik
termasuk pusat reward- pleasure. Bagian otak lainnya dengan reseptor
anandamide mengatur hubungan dari pengalaman sensasi dengan emosi sama
baiknya mengontrol fungsi pembelajaran koordinasi motor dan beberapa fungsi
tubuh yang otomatis. Adanya reseptor Anandamide menunjukkan bahwa ada
daerah-daerah otak yang paling dipengaruhi kanabis.

PENGARUH TERHADAP KESEHATAN MENTAL

Interkoneksi antara kesehatan mental/emosi dan penggunaan zat adalah


begitu pervasif bahwa pemahaman ikatan ini memberi kita wawasan berharga
kedalam fungsi dari pikiran manusia pada setiap tingkatan. Alasan untuk ikatan
ini adalah neurotransmitter dipengaruhi oleh zat psikoaktif sama halnya
keterlibatan pada penyakit mental. Banyak orang dengan masalah mental tertarik
pada zat psikoaktif dalam usaha untuk mengembalikan kesetimbangan kimia
otak mereka dan mengkontrol agitasi, depresi, dan gangguan mental lainnya.
Begitu juga sebaliknya. Untuk beberapa orang dengan penyalahgunaan zat,
kimiawi otak mereka menjadi cukup tidak setimbang untuk mengaktifkan a
preexisting mental illnes, menimbulkan satu keadaan sakit mental, atau
menyerupai gejala dari salah satunya.
Kanabis dapat memengaruhi kerja otak dan organ tubuh, melalui inhalasi,
ganja masuk kedalam aliran darah melalui paru, mengalir bersama darah ia masuk
kedalam otak dan organ lainnya. Diterima oleh reseptor kanabinoid di otak,
masuk dalam system komunikasi otak (sistem endokanabinoid) dan memengaruhi
pusat kesenangan, memori, pikiran, konsentrasi, persepsi sensori dan waktu,
koordinasi gerak. Ia meningkatkan sistem endokanbinoid sehingga efek persepsi
sensori dan waktu meningkat, koordinasi motorik tergaggu, sulit berpikir dan
pemecahan problem, mengganggu proses memori dan belajar. Melalui jalur yang
dilaluinya ia mengganggu fungsi jantung-paru dan otak , berimbas pada proses
perasaan, sikap dan perilaku; suatu gangguan mental.
Gangguan mental dapat berupa psikotik, paranoia dan halusinasi dan
memperburuk schizophrenia bagi yang memilikinya. Selain gangguan psikotik,
ganja juga memunculkan masalah depresi, anxietas, ide bunuh diri, gangguan
kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA

1. J Vaucher, BJ Keating, AM Lasserre, etc. ORIGINAL ARTICLE,


Cannabis use and risk of schizophrenia: a Mendelian randomization study.
Oxford: 2017. Page 1-6.
2. Jonathan A. Pushpa-Rajah, Benjamin C. McLoughlin, Donna Gillies.
Cannabis and Schizophrenia. The University of Nottingham: 2014. Page
1-2.
3. Camellia V, MD. Gangguan Sehubungan Kanabis. Universitas Sumatera
Utara.

Universitas Tarumanagara 1

Anda mungkin juga menyukai