Kebijakan Terpilih
Kebijakan Terpilih
Leave a reply
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok
atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau.
merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena
lingkungan tercemar asap rokok.Penetapan Kawasan Tanpa Rokok in iperlu diselenggarakan di fasilitas
pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah,
angkutanumum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan,untuk melindungi
masyarakat yang ada dari asap rokok.
LANDASAN HUKUM
Instruksi Menteri Pedidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997tentang Lingkungan Sekolah Bebas
Rokok
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencema Udara.
Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat
untuk hidup sehat.
Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok.
Pasien.
Pengunjung.
Peserta didik/siswa.
Jemaah.
Karyawan.
Penumpang.
Staf/pegawai/karyawan.
Tamu.
Karyawan.
badan hukum atau badan usaha dikenakan sanksi administratif dan/atau denda.
Indonesia menempati urutan ke-7 terbesar dalam jumlah kematian yang disebabkan oleh kanker yakni
sebanyak 188.100 orang. Kematian yang disebabkan oleh penyakit system pembuluh darah di Indonesia
berjumlah 468.700 orang atau menempati urutan ke-6 terbesar dari seluruh negara-negara kelompok
WHO. Kematian yang disebabkan oleh penyakit sistem pernafasan adalahpenyakit Chronic
ObstructivePulmonary Diseases (COPD) yakni sebesar 73.100 orang (66,6%) sedangkan Asma sebesar
13.690orang (13,7%). Kematian akibat penyakit Tuberkulosis sebesar 127.00orang yang merupakan
terbesar ke-3 setelah negara India dan China.
Berbagai evidence based menyatakan bahwa mengonsumsi tembakau dapat menimbulkan penyakit
kanker (Mulut,Pharinx, Larinx, Oesophagus, Paru,Pankreas, dan kandung kemih),penyakit sistem
pembuluh darah(Jantung Koroner, Aneurisme Aorta,pembuluh darah perifer,Arteriosklerosis, gangguan
pembuluhdarah otak) dan sistem pernafasan(Bronchitis, Chronis, Emfisema, ParuObstruktif Kronik,
Tuberkulosis Paru,Asma, Radang Paru, dan penyakitsaluran nafas lainnya)
• 1,7% perokok mulai merokok padausia 5-9 tahun dan tertinggi mulaimerokok padakelompok umur 15-
19tahun (43,3%).
• Persentase nasional pendudukberumur 15 tahun ke atas yangmerokok setiap hari sebesar 28,2%.
• Persentase merokok pendudukmerokok tiap hari tampak tinggi padakelompok umur produktif (25-
64tahun) dengan rentang 30,7%-32,2%
• Terjadi peningkatan prevalensi perokokyang merokok setiap hari untuk umur25-34 tahun dari 29,0%
(2007)menjadi 31,1% (2010). Peningkatanterjadi pada kelompok umur 15-24tahun dari 17,3% (2007)
menjadi18,6% (2010).
• Lebih dari separuh (54,1%) penduduklaki-laki berumur 15 tahun ke atasmerupakan perokok tiap hari.
Melihat fakta diatas maka perlu membuat kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu
kebijakan yang terpilih adalan kawasan tanpa rokok. Dengan adanya kebijakan tersebut paling tidak bisa
melindungi perokok pasif dari bahaya akibat rokok.
Alternative kebijakan yang bisa dibuat yaitu menaikan premi untuk rokok ,dengan pajak yang besar
maka kemungkinan juga akan berdampak pada harga rokok yang akan naik sehingga dirasa mahal oleh
konsumen. Namun faktanya para perokok tidak memperdulikan berapapun harga rokok walaupun
mereka dari kelas ekonomi rendah, Biaya rata-rata yang dibelanjakan oleh individu perokok untuk
membeli tembakau dalam satu bulan adalahRp.216.000 dan itu jumlah yang cukup besar bagi orang-
orang kelas ekonomi rendah sehingga kebijakan ini juga tidak terlalu berdampak signifikan untuk
mengurangi jumlah perokok. Kebijakan alternative lainya yaitu melarang iklan merokok baik dimedia
cetak maupun elektronik. Diharapkan dengan adanya larangan ini maka paparan informasi tentang
rokok akan berkurang sehingga paling tidak generasi muda tidak sedini mungkin terpapar rokok karena
faktanya perokok pada remaja juga cukup tinggi.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebenarnya selama ini telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak
baik lembaga/institusi pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Namun pada kenyataannya upaya
yang telah dilakukan tersebut jauh tertinggal dibandingkan dengan penjualan,periklanan/promosi dan
atau penggunaan rokok.Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok pun menjadi alasan
sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan pada pelaksanaan kebijakan kawasan tanpa rokok
belum secara tegas menerapkan sangsi kepada pelanggarnya sehingga akar masalahnya belum bisa
teratasi sepenuhnya.
Advertisements