Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan
Nasional yang berkesinambungan (Depkes RI, 2005).

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang


diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan optimal yaitu
dimana keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (Bina Depnakes, 2003).

Upaya kesehatan semula hanya berupa penyembuhan saja, secara berangsur-angsur


berkembang sehingga mencakup upaya peningkatan (promotif), upaya pencegahan (preventif),
upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang bersifat menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan dengan melibatkan peran serta masyarakat (Paradigma Sehat,
2000).

Dalam kehidupan manusia sering ditemukan beragam penyakit yang disebabkan oleh
traumatik. Trauma merupakan keadaan dimana seseorang mengalami cidera oleh salah satu
sebab. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olah raga dan rumah
tangga. Salah satu penyakit yang dapat terjadi karena trauma yaitu dislokasi.

Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera (David,


2002). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligament-ligamennya biasanya menjadi
longgar . Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu
disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit.
Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya. Tetapi
apabila setelah dikirim ke rumah sakit dengan sendi yang cedera sudah dibidai. Traksi adalah
suatu metode pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh yang dipakai untuk mempertahankan
reduksi ekstremitas yang mengalami dislokasi (anonim,2009).

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang


berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

B. TUJUAN

Tujuan umum

Untuk menganalisis kasus atau permasalahan dalam ruang lingkup praktik klinik
dan berhubungan dengan penerapan aspek legal etik pada kasus “DISLOKASI” system
musculoskeletal.

Tujuan khusus

Untuk mengetahui secara spesifik asuhan keperawatan menurut kasus


“DISLOKASI” dan penerapan intervensi keperawatan klinis.
BAB II

WOC (WEB OF CAUSATION)

Kelainan traumatik Patologik


kongenital
Cedera Trauma Virus Bakteri
olahraga kecelakaan
Mengakibatkan
kekenduran Pertumbuhan
ligamen yang terkontrol
Terlepas kompresi
jaringan tulang dari
kesatuan sendi Peradangan
Penurunan
pada sendi
stabilitas sendi
Merusak struktur
sendi ligamen Terjadi perubahan
struktur sendi

Kompresi jaringan
tulang yang terdorong
kedepan

Merobek kapsul /
menyebabkan tepi
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Ligamen
memberikan jalan

Tulang berpindah dari


posisi yang normal

DISLOKASI SENDI
BAB III

GAMBARAN KASUS

Tn.j berumur 20 tahun seorang wiraswasta mengeluh panggul kiri belakang terasa linu
atau nyeri dengan skala 5 dan pasien juga mengalami kesulitan saat berjalan secara normal.
Keluhan nyeri timbul setelah tiga bulan yang lalu pasien mengalami kecelakaan antara motor
dengan motor dan keduanya saling bertabrakan dengan kecepatan tinggi ± 80 km/jam. Pasien
mengaku terpental ke kiri sejauh 3m hingga jatuh ke selokan dengan panggul kiri menghantam
dinding selokan . Pasien merasakan ada pembengkakan di panggul kiri belakang. Pasien
mengaku tidak hilang kesadaran saat kecelakaan.

Sesaat setelah terjatuh pasien mencoba berdiri namun tidak sanggup karena merasa nyeri
pada panggul kiri belakangnya. Setelah kecelakaan di bawa ke tukang urut hingga belasan kali
dan berhenti pergi ke tukang urut sejak 1 bulan yang lalu karena masih merasa ada benjolan pada
panggul kiri belakang yang terasa nyeri disekitarnya dan terpincang-pincang saat berjalan. Hal
ini yang kemudian membawa pasien datang berobat ke RS.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan data kesadaran : komposmentis, TD: 120/70 mmHg,
Nadi: 80x/mnt, RR : 20 x/mnt, Suhu : 36,8 o C pemeriksaan ekstremitas ditemukan Pemendekan
pada tungkai kiri, Tungkai atas kiri nampak flexi, serta keseluruhan tungkai kiri tampak adduksi
dan endorotasi, Warna kulit sama dengan daerah sekitar, Terdapat benjolan pada panggul kiri
belakang yang keras.

Pemeriksaan darah

Hb : 15,5g/dL (13,5 – 18 g/dL)

LED : 5 mm/jam (0-10 mm/jam)

Leukosit : 9.100 (4.500-10.700)

Trombosit : 253.000 (150.000-400.000)

Hitung jenis

Basofil : 0 (0-1 %)

Eosinofil : 1(1-3%)
Batang : 0 (2-6%)

Segmen : 56(50-70%)

Limfosit :37 (20-40%)

Monosit :6 (2-8%)

Masa perdarahan :2’ (1-7 menit)

Masa pembekuan :10’ (9-15 menit)

Kimia darah

Ureum : 14(10-40 mg/dL)

Kreatinin : 0,8(0,7-1,3 mg/dL)

SGOT : 46(6-30 U/L)

SGPT : 79(6-45 U/L)

Glukosa darah sewaktu : 100 mg/dL (70-200 mg/dL)

Urin Lengkap

Warna : Kuning (Kuning)

Jernih : Jernih (Jernih)

Berat Jenis : 1.020 (1.005-1.030)

pH : 6 (5-8), Leukosit : 100/uL (-)

Protein : 25 mg/dl

pemeriksaan Radiologi didapatkan, Nampak adanya dislokasi caput femoris sinistra


posterosuperior. Dokter mendiagnosis bahwa Tn. J menderita Dislokasi caput femur posterior
sinistra. Pasien diberikan antibiotic dan analgesic dan Terpasang traksi dengan beban 10 kg pada
femur distal sinistra.
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.J

Umur : 20 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Surabaya

Agama : Islam

2. ANAMNESA

A. KELUHAN UTAMA

Pasien mengeluh Panggul kiri belakang terasa linu dan nyeri.

B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Pasien mengeluh panggul kiri belakang terasa linu atau nyeri dengan skala 5 dan
jpasien juga mengalami kesulitan saat berjalan secara normal. Keluhan nyeri timbul
setelah tiga bulan yang lalu pasien mengalami kecelakaan antara motor dengan motor dan
keduanya saling bertabrakan dengan kecepatan tinggi ± 80 km/jam. Pasien mengaku
terpental ke kiri sejauh 3m hingga jatuh ke selokan dengan panggul kiri menghantam
dinding selokan . Pasien merasakan ada pembengkakan di panggul kiri belakang. Pasien
mengaku tidak hilang kesadaran saat kecelakaan.

C.RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Tidak ada
D.RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada anggota keluarga yang menderita gangguan perdarahan, hipertensi dan
diabetes mellitus.

E.PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Present

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : komposmentis

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 80x/mnt

RR : 20 x/mnt

Suhu : 36,8 o C

B. Status Generalis

1. Kepala

Bentuk : Normal

Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut

Mata : Isokor, refleks pupil (+), sklera tidak kuning, konjungtiva palpebral

tidak tampak pucat, palpebra tak tampak bengkak

Telinga : Simetris, liang lapang, sekret (-)

Mulut : Bibir tidak pucat, tidak kering, gusi tak berdarah, lidah tak nampak kotor

2. Leher

Inspeksi : Simetris, tak tampak benjolan, JVP tak tampak.

Palpasi : trakea di tengah, tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid
3. Thoraks

Inspeksi : Bentuk simetris

Palpasi : Tidak ada pembesaran KGB supraklavikula dan aksila

4. Paru-Paru

Inspeksi : Pernafasan simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan abnormal,

Palpasi : Fremitus vokal kanan = kiri, KGB aksila tak ada pembesaran.

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : suara vesikuler normal, suara nafas tambahan (-)

5. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat

Palpasi : Ictus tak teraba

Perkusi : Batas kanan : ICS 4, sternal kanan

Batas kiri : ICS 5, midklafikula kiri

Auskultasi : Bunyi jantung murni, frekuensi normal, regular, bunyi jantung

tambahan (-)

6. Abdomen

Inspeksi : Perut datar, simetris.

Palpasi : Hepar tak teraba, lien tidak teraba, ginjal tak teraba nyeri tekan (-), KGB

inguinal tak ada pembesaran.

Perkusi : Suara timpani

Auskultasi : Bising usus normal


7. Ekstremitas

Superior : Oedem (-)

Inferior : Oedem (-)

ROM : Aktif (+)200

Pasif (+) 400

8. Neurovaskuler

Sensibilitas : Rangsangan raba (+)

A.dorsalis pedis : Teraba (+)

F.PEMERIKSAAN PENDUKUNG

A. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

NO. JENIS JUMLAH NILAI NORMAL


1. DARAH RUTIN
Hb 15,5g/dL 13,5 – 18 g/dL
LED 5 mm/jam 0-10 mm/jam
Leukosit 9.100 4.500-10.700
Trombosit 253.000 150.000-400.000
2. HITUNG JENIS
Basophil 0% 0-1 %
Eusonofil 1% 1-3%
Batang 0% 2-6%
Segmen 56% 50-70%
Limfosit 37 % 20-40%
Monosit 6% 2-8%
Masa Pendarahan 2 menit 1-7 menit
Masa Pembekuan 10 menit 9-15 menit
3. KIMIA DARAH
Ureum 14mg/dL 10-40 mg/dL
Kreatinin 0,8mg/dL 0,7-1,3 mg/dL
SGOT 46U/L 6-30 U/L
SGPT 79U/L 6-45 U/L
Glukosa darah sewaktu 100 mg/dL 70-200 mg/dL
4. URIN LENGKAP
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.020 1.005-1.030
Ph 6 5-8
Leukosit 100/uL
Protein 25 mg/dl

B. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pemeriksaan menunjukkan caput os femur berada di bawah acetabulum pada region


foramen obturator, foto oblik dapat menunjukkan bahwa letak caput os femur berada di anterior.
B. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI PROBLEM


Ds: - pasien mengeluh Dislokasi sendi Nyeri Akut
panggul kiri belakang terasa
linu Deformitas tulang
- Sesaat setelah terjatuh
pasien mencoba berdiri Gangguan bentuk dan
namun tidak sanggup pergerakan
karena merasa nyeri pada
panggul kiri belakangnya. gg. rasa nyaman karena
inflamasi
Do:
cidera jaringan lunak

spasme otot

nyeri

Ds: - Sesaat setelah terjatuh Dislokasi sendi Hambatan mobilitas fisik


pasien mencoba berdiri namun
tidak sanggup karena merasa Deformitas tulang
nyeri pada panggul kiri
belakangnya Gangguan bentuk dan
- Setelah kecelakaan di pergerakan
bawa ke tukang urut
hingga belasan kali Kesulitan dalam mengerakkan
dan berhenti pergi ke sendi
tukang urut sejak 1
bulan yang lalu karena Mengalami gangguan fungsi
masih merasa ada ekstermitas
benjolan pada panggul
kiri belakang yang Hambatan mobilitas fisik
terasa nyeri
disekitarnya dan
terpincang-pincang
saat berjalan

Do:
Ds: Dislokasi sendi Gangguan Citra Tubuh

Deformitas tulang

Gangguan bentuk dan


pergerakan
Ketidaknyamanan akibat
bentuk yang tidak normal

Pengungkapan secara verbal


merasa malu, cemas & takut &
tidak terima

Gg. Citra tubuh

C.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d
2. Gangguan mobilitas fisik b.d
3. Gangguan citra tubuh b.d

D.INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah 1. intensitas nyeri Observasi Mengetahui
berhubungan dilakukan berkurang dengan tanda-tanda perkembangan
dengan intervensi pasien tampak vital kesehatan
adanya luka keperawatan tenang dan tidak (TD,S,N,RR) pasien, sehingga
operasi, 1x6 jam rewel. . bila ada
ditandai intensitas 2. Skala nyeri kelainan dapat
dengan: nyeri klien berkurang dari 5 segera teratasi.
Data berkurang menjadi 3.
Subyektif: 3. Tanda-tanda vital Observasi Membantu
Orang tua dalam batas normal. dan catat membedakan
klien
keluhan penyebab nyeri
mengatakan
lokasi dan
klien rewel
beratnya memberikan
dan banyak
(skala 0-10) informasi
menangis.
Data Obyektif:
dan efek tentang

Ekspresi wajah yang kemajuan atau


klien ditimbulkan perbaikan
tampak oleh nyeri. penyakit.
kesakitan. Jelaskan pada Pemahaman
Klien post pasien pasien tentang
operasi tutup tentang penyebab nyeri
kolostomi hari
sebab-sebab terjadi akan
ke 1
timbulnya mengurangi
Ada luka
nyeri ketegangan
operasi di
pasien dan
abomen kanan
bawah,tidak
memudahkan

tampak pasien untuk


perdarahan. diajak
Klien belum kerjasama
diberikan dalam
analgetik. melakukan
Nadi 100 tindakan.
x/menit,
pernapasan
Ajarkan Membantu atau
24x/menit.
untuk mengontrol
menggunaka mengalihkan
n teknik rasa nyeri.
relaksasi
(tarik nafas
dalam)
Rangsangan
Ciptakan yang berlebihan
lingkungan dan lingkungan
yang tenang. akan
memperberat
rasa nyeri.

Memberikan
kesempatan
pada otot untuk
Atur posisi
senyaman relaksasi
mungkin. semaksimal
mngkin.

Obat antipiretik
akan dengan
segera
mencapai pusat
Kolaborasi rasa sakit,
untuk menimbulkan
pemberian
obat antipiretik penghilangan
yang
lebih efektif
dengan obat
dosis kecil.
2 Gangguan Setelah 1. Tidak terjadi Observasi Mengetahui
mobilitas dilakukan kontraksi sendi tanda-tanda perkembangan
fisik tindakan 2. Bertambahnya vital kesehatan
keperawatan kekuatan otot pasien sehingga
3x24 jam 3. Pasien mampu bila ada
pasien menunjukkan kelainan dapat
mampu tindakan untuk segera teratasi.
melakukan meningkatkan
aktifitas fisik mobilitas Bantu pasien Gerakan aktif
sesuai untuk memberikan
dengan melakukan massa, tonus
kemampuann latihan dan kekuatan
ya rentang gerak otot, serta
aktif pada memperbaiki
ekstermitas fungsi jantung
yang tidak dan pernafasan,
sakit dan untuk gerakan
gerak pasif pasif, otot
pada volunter akan
ekstermitas kehilangan
yang sakit. tonus dan
kekuatannya
bila tidak dilatih
digerakkan.
Berikan Menurunkan
penguatan resiko
positif selama terjadinya
aktifitas. iskemia jaringan
akibat sirkulasi
darah yang jelek
pada daerah
yang tertekan.

Sarankan Keterlibatan
keluarga keluarga sangat
untuk berati bagi
mendampingi pasien.
saat latihan
rentang gerak
pasif maupun
aktif.

Ajarkan dan Untuk


pantau pasien memperlancar
untuk aktivitas.
penggunaan
alat bantu
mobilitas.

Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi
untuk latihan
fisik pasien.
3 Gangguan Setelah 1. Pasien mampu Diskusikan Diharapkan
citra tubuh dilakukan mengidentifikasi persepsi pasien
tindakan citra tubuhnya. pasien
keperawatan
2. Pasien mempu tentang citra
1x30 menit
pasien meningkatkan tubuhnya
menerima penerimaan dahulu dan
keadaannya terhadap citra saat ini,
saat ini. tubuh. perasaaan,
3. Pasien mampu dan harapan
mengidentifkasi terhadap citra
aspek positif diri. tubuhnya saat
4. Pasien mampu ini.
mengetahui cara
untuk Motivasi
meningkatkan citra pasien untuk
tubuh. melihat
5. Pasien mampu bagian tubuh
melakukan cara yang hilang
untuk secara
meningkatkan citra bertahap,
tubuh. bantu pasien
6. Pasien mampu menyentuh
berinteraksi bagian
dengan orang lain tersebut.
tanpa terganggu.
Diskusiakan
aspek positif
diri.

Bantu pasien
untuk
meningkatka
n fungsi
bagian tubuh
yang
terganggu.

Ajarkan
pasien untuk
meningkatka
n citra tubuh
dengan cara
sebagai
berikut :
Gunakan
prosthesis,
kosmetik,
atau alat lain
sesegera
mungkin
gunakan
pasien yang
baru. Motvasi
pasien untuk
melakukan
aktivitas yang
mengarah
pada
pembentukan
tubuh yang
ideal.

Lakukan
interaksi
secara
bertahap
dengan cara
sebagai
berikut :
Susun jadwal
kegiatan
sehari-hari,
Motivasi
pasien untuk
melakukan
aktivitas
sehari-hari
dan terlibat
dalam
aktivitas
social dan
keluarga,
Motivasi
pasien untuk
mengunjungi
teman atau
orang lain
yang berarti
atau
mempunyai
peran penting
bagi dirinya,
Beri pujian
terhadap
keberhasilan
pasien dalam
melakukan
interaksi
BAB V

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai