Anda di halaman 1dari 4

JENIS KELAMIN DAN UMUR

Jenis kelamin merupakan tanda-tanda seks sekunder yang diperlihatkan oleh seseorang.
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pada usia muda dibawah 60
tahun, pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita. Pria diduga memiliki
gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibanding wanita. Namun setelah
memasuki menepouse, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat.

Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan
dengan pria yang diduga diakibatkan oleh faktor hormonal. Hal tersebut dikarenakan adanya
pengaruh hormon estrogen yang dapat melindungi wanita dari penyakit kardiovaskuler. Kadar
hormon ini akan menurun setelah menepouse. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni dan Eksanoto (2013), perempuan cenderung
menderita hipertensi daripada laki-laki. Pada penelitian tersebut sebanyak 27,5% perempuan
mengalami hipertensi, sedangkan untuk laki-laki hanya sebesar 5,8%.

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Umur berkaitan
dengan tekanan darah tinggi (hipertensi). Semakin tua seseorang maka semakin besar resiko
terserang hipertensi (Khomsan, 2003). Penelitian Hasurungan dalam Rahajeng dan Tuminah
(2009) menemukan bahwa pada lansia dibanding umur 55-59 tahun dengan umur 60-64 tahun
terjadi peningkatan risiko hipertesi sebesar 2,18 kali, umur 65-69 tahun 2,45 kali dan umur >70
tahun 2,97 kali. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya dan
menjadi kaku karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah
yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah (Sigarlaki, 2006).
ANALISA

Karakteristik Kategori n Persentase (%)


Umur (tahun) 55-59 11 19
60-64 13 23
65-69 15 26
>70 17 30
Jenis kelamin Laki-laki 15 27
Perempuan 41 73

Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa peserta dengan jenis kelamin perempuan
lebih banyak yaitu 41 peserta (73%) dibandingkan peserta yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 15
peserta (27%). Hasil serupa juga terjadi pada penelitian Wahyuni dan Eksanoto (2013), dimana
perempuan cenderung lebih banyak menderita hipertensi daripada laki-laki yaitu sebanyak 27,5%
perempuan mengalami hipertensi, sedangkan untuk laki-laki hanya sebesar 5,8%.

Tabel diatas juga menunjukkan jumlah peserta dengan umur 55-59 tahun sebanyak 11
peserta (19%), 60-64 tahun sebanyak 13 peserta (23%), 65-69 tahun sebanyak 15 peserta (26%)
dan terbanyak yaitu dengan umur lebih dari 70 tahun sebanyak 17 peserta (30%).Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi dkk (2011) yaitu ada hubungan yang bermakna antara
umur lansia (60-90 tahun) dengan tekanan darah. Tingginya hipertensi sejalan dengan
bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar,
sehingga pembuluh darah menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku,
sebagai akibatnya adalah meningkatnya tekanan darah sistolik (Rahajeng dan Tuminah, 2009).

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian hipertensi adalah
dengan melakukan program gaya hidup sehat seperti: tidak merokok, olah raga teratur, mengurangi
asupan garam natrium, lemak, banyak konsumsi buah dan sayur, mengontrol berat badan,
menciptakan suasana rileks dan lain-lain. Selain itu, untuk mengendalikan agar seseorang yang
terdiagnosis hipertensi diperlukan pengobatan hipertensi dalam mengurangi morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular akibat dampak kelanjutan dari tekanan darah tinggi. Perubahan gaya
hidup juga diperlukan terutama diet rendah garam. Akibat yang ditimbulkan dari seseorang yang
menderita hipertensi baik pada lansia maupun orang dewasa muda adalah sama. Namun, pada
lansia risiko terjadinya komplikasi lebih besar. Dalam Gray (2005) dan Suhardjono (2006)
diketahui bahwa hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Selain itu, efek dari penurunan tekanan darah
dapat mencegah demensia dan penurunan kognitif serta terjadinya kerusakan organ yang berkaitan
dengan derajat keparahan dari penyakit hipertensi tersebut, seperti penyakit jantung, gagal ginjal,
stroke, penyakit mata dan pembuluh darah.

SARAN

Masih banyak masyarakat yang menganggap sepele tentang bahaya hipertensi. Maka dari
itu pihak Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan yang terjun langsung ke masyarakat diharapkan
lebih intensif lagi memberikan informasi tentang tekanan darah pada lansia misalnya dengan lebih
banyak lagi melakukan sosialisasi tentang hipertensi pada lansia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya serta dampak buruk dari hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggara, FHD., dan Prayitno, N. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012 . Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1):20-25.

Anggraini, AD., Waren, S., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan, SS. 2009. Faktor--
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik
Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008.Fakultas Kesehatan.
Universitas Riau. Files of DrsMed-FK UNRI : 1-41

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8. EGC : Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Diakses:23 Januari 2014.
http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013 .pdf

Lewa, FA., Pramantara, PDI., dan Baning, RBTh. 2010. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
Sistolik Terisolasi Pada Lanjut Usia. Berita Kedokteran Masyarakat. 26(4) : 171-178

New Jersey: Prentice Hall. 12. Rahajeng, E., Tuminah, S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan
Determinannya di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. 59(12):580587

Sarasaty, RF. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Kelompok
Lanjut Usia di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Sigarlaki, HJO. 2006. Karakteristik Dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi Di Desa
Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006. Makara,
Kesehatan. 10 (2): 78-88

Singalingging, G. 2011. Karakteristik Penderita Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Herna


Medan 2011. Medan : 1-6.

Anda mungkin juga menyukai