Anda di halaman 1dari 8

Memuliakan Bulan Haram

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

Segala puji hanya milik Allah pencipta langit dan bumi, yang telah mengatur alam semesta
dengan penuh hikmah, mengatur perjalanan siang dan malam sesaui kehendakNya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallamyang telah membawa manusia dari gelapnya kesesatan menuju
cahaya hidayah.

Bertaqwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya ! Ketahuilah,


sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menciptakan semua makhlukNya dengan
kekuasaanya dan menjadikan berbagai macam yang akan mendukung kebaikan mahklukNya
dengan hikmah dan kasih sayang. Allah menciptakan semua yang ada dibumi untuk
kemaslahatan para hambaNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Dan Dia telah menundukkan bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar
(dalam orbitnya); dan Dia telah menundukkan malam dan siang bagimu. Dan Dia telah
memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya.
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat
Allah).[Ibrâhîm/14:33-34]

Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan matahari dan bulan untuk kemaslahatan kita baik
dunia ataupun agama. Allah Azza wa Jalla mengatur perjalanan dua makhlukNya dengan
penuh kesempurnaan. Keduanya tidak akan keluar dari garis edarnya kecuali dengan izin
Allah Subhanahu wa Ta’ala , tidak akan naik atau turun atau hilang kercuali dengan izin Allah
Subhanahu wa Ta’ala . Keduanya akan terus demikian sampai pada saatnya nanti, Allah
berkehendak matahari terbit dari arah barat. Saat itu keimanan seseorang tidak bermanfaat
kecuali dia telah beriman sebelumnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menundukkan matahari dan bulan dan menjadikannya sebagai
penentu waktu. Perjalanan matahari akan memunculkan siang dan malam serta musim-
musim. Kalau kita perhatikan, sejak matahri terbit, ketika matahari semakin tinggi, maka
suhu panas pun meningkat; Dan ketika matahari sudah mendekati tempat tengggelam, suhu
panas pun mulai menghilang. Perjalanan matahari ini, mulai terbit hingga tenggelam, semua
berjalan hanya dengan izin dari Allah Azza wa Jalla

Begitu halnya dengan bulan, Allah telah menentukan tempat-tempatnya. Pada setiap
malam, bulan berada disatu tempat yang berbeda dengan sinarnya yang berbeda pula. Pada
permulaan bulan, sinarnya masih redup dan bertambah sedikit demi sedikit sampai pada
pertengahan bulan yang sangat terang-benderang. Kemudian berkurang sedikit demi sedikit
sampai kembali seperti permulaan bulan. subhânallah

Semenjak Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan langit dan bumi, Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah menentukan jumlah bulan yaitu dua belas bulan; empat diantaranya adalah
bulan haram, tiga bulan berurutan yaitu Dzul qa’dah, Dzul hijjah, lalu Muharram serta satu
yang terpisah yaitu bulan Rajab. Ini merupakan bulan-bulan diagungkan, baik pada masa
jahiliyyah ataupun pada masa islam, Allah menghususkan larangan berbuat zhalim dibulan-
bulan tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di
waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan)
agama yang lurus, maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu. [at
Taubah/9:36]

Dalam ayat yang mulia ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang untuk berbuat zhalim pada
diri kita dengan segala bentuknya, terutama dibulan-bulan haram yang larangannya lebih
keras dibanding dengan bulan-bulan yang lain. oleh karena itu, kita wajib meghormati dan
mengagungkan bulan-bulan ini. Kita harus menjauhi perbuatan zhalim dengan segala
ragamnya, baik zhalim terhadap diri apalagi zhalim terhadap orang lain. Dengan demikian
kita akan menjadi orang yang berbahagia.

Diantara bentuk kezhaliman adalah meninggalkan apa yang diwajibkan oleh Allah ataupun
melakukan apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala . Ketahuilah wahai
saudara-saudaraku, jiwa ini merupakan amanah yang wajib kita jaga. Hendaklah kita
menjadikanjiwa kita menjadi jiwa yang selalu tunduk dan patuh kepada Khaliqnya. Gapailah
kebahagiaan yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan selalu membersihkan
jiwa dari noda dan dosa, sehingga jiwa kita menjadi jiwa yang diridhai oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala . Jadikanlah pergantian siang dan malam serta perjalanan matahari dan bulan
sebagai ibrah.

Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang
apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta
pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya [Asy Syams/91:1-10]

Salah satu bulan haram yang dimuliakan dan diagungkan oleh Allah Azza wa Jalla adalah
bulan Muharram. Karena keagungan bulan ini, terkadang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menisbatkannya kepada Allah. Pada bulan ini, seorang muslim disyariatkan untuk
melakukan berbagai macam ketaatan kepada Allah dan menjauhi segala corak perbuatan
zhalim. Pada bulan ini, seorang muslim disunatkan menjalankan puasa Asyûra yaitu pada
tanggal sembilan dan sepuluh. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram
[HR Muslim]

Juga sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, beliau
Radhiyallahu anhu mengatakan : “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di
Madinah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kaum Yahudi melakukan puasa Asyûra.
Beliau bertanya kepada mereka : ‘Mengapa mereka melakukan puasa pada hari itu ?’
Mereka menjawab: Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyelamatkan Nabi Musa Alaihissallam dan Bani Israil, oleh karena itu Musa Alaihissallam
melakukan puasa pada hari ini.” Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Sesungguhnya kami lebih berhak terhadap nabi Musa dibandingkan kalian.

Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kaum muslimin untuk


berpuasa pada hari itu. [HR Bukhâri dan Muslim]

Kemudian dikesempatan lain, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Insyaallah, tahun yang akan datang kita mulai bepuasa pada hari kesembilan.[HR Muslim]

Akan tetapi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam belum sempat melakukan ini, karena beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat sebelum bulan Muharram tahun berikutnya tiba. Saat
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang keutamaan puasa ini, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :

Puasa Asyura menghapuskan dosa satu tahun yang telah lewat.[HR Muslim]

Maka berpuasalah wahai kaum muslimin pada hari yang kesembilan dan kesepuluh agar
dosa-dosa kalian dihapuskan. Ikutilah nabi kalian agar kalian mendapatkan kemulyaan serta
pahala yang kalian harapkan. Orang yang bertekad dan berazam untuk melakukannya atau
sudah terbiasa melaksanakannya tapi kali ini terhalang sesuatu maka Insyaallah akan
dituliskan baginya pahala puasanya tanpa terkurangi sedikitpun. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
Apabila salah seorang hamba sakit atau dalam bepergian akan ditulis pahala amalannya
sebagai mana ketika dia meluakukannya ketrika dia sehat dan bermukim.[HR Bukhari]

Bulan Muharram menyimpan peristiwa besar serta tanda kekuasaan Allah, di bulan ini Allah
menyelamatkan Nabi Musa beserta kaumnya dari Firaun dan bala tentaranya. Ketika nabi
Musa mengajak Fir’aun untuk mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala , dengan penuh
kesombongan ia menolak seraya mengatakan : “Saya adalah tuhan kalian yang tinggi” Sejak
saat itu, Firaun mulai melakukan penekahan terhadap Bani Israil sampai pada akhirnya Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Nabi Musa Alaihssallam untuk keluar bersama
kaumnya menghindari kejahatan Fir’aun. Mereka terus berlari sampai ketepi laut merah
sementara Firaun beserta bala tentaranya berada dibelakang. ketika hampir tertangkap,
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan nabi Musa Alaihissallam agar memukulkan
tongkatnya kelaut tersebut. Seketika lautan terbelah dan menjadi jalan yang bisa mereka
lalui. Firaun terus mengejar dan mengikuti Bani Israil , ketika Musa dan pengikutnya sampai
kedaratan, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan nabi Musa untuk memukulkan
tongkatnya kembali. Seketika juga, jalan yang baru saja mereka lalui kembali menjadi lautan.
Akibatnya, Firaun beserta bala tentaranya tenggelam. Lihatlah ! Bagaimana Allah Subhanahu
wa Ta’ala menolong Nabi Musa Alaihissallam dan kaumnya. Sesungguhnya Allah maha
Kuasa untuk menolong siapa saja yang mau menolong agamanya dan berusaha mengikuti
ridhaNya. Itulah salah satu peristiwa besar yang terjadi di bulan muharram.

Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa bulan Muharram adalah bulan sial. Bulan yang
banyak mendatangkan bahaya sehingga sebagian mereka tidak berani melakukan transaksi
jual beli atau mengadakan pernikahan dan lain sebagainya. Keyakinan seperti ini adalah
keyakinan yang bathil serta kesesatan yang nyata. Ini merupakan tipu daya setan yang
menginginkan agar manusia jauh dari ajaran islam yang benar. Ini merupakan propaganda
musuh agar kaum muslimin meninggalkan amalan-amalan pada bulan ini.

Kaum muslimin bagaimana mungkin bulan yang diagungkan oleh Allah Azza wa Jalla, bulan
yang diagungkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membawa kesialan atau
membawa madharat. Sebaliknya bulan Muharram merupakan bulan kebaikan, maka isilah
bulan ini dengan amalan-amalan shalih dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
sehingga kita menjadi hamba-hambaNya yang mendapatkan keridhaanNya Subhanahu wa
Ta’ala.

Maraji’: Dyiaul lami’ min Khutabil Jawami’ Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin jilid 5
hal 397-401

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XIV/1432H/2011M. Diterbitkan Yayasan


Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183
Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647,
081575792961, Redaksi 08122589079]

Sumber: https://almanhaj.or.id/3753-memualiakan-bulan-haram.html
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender


lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus
sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari =
354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek
sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.

Penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan


pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai
pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah
hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya Matahari di tempat tersebut.

Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan


(visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau
ijtimak).

Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi
hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka
jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan
khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30
hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.

Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada jaman Khalifah Umar bin Khatab, yang
menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Kalender
Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari.
Ada Apa Di Bulan Haram? (4)

Mengenai keutamaan bulan-bulan haram telah disebutkan dalam firman Allah Ta’ala dalam
surat At-Taubah: 36. Allah Ta’ala berfirman:

“Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan (haram) yang empat itu“

Oleh karena itu, berbicara masalah keutamaan bulan-bulan haram, tidak bisa terlepas
dengan penjelasan tentang ayat yang agung di atas. Berikut ini penjelasan beberapa pakar
tafsir dari kalangan sahabat, tabi’in maupun ulama sesudahnya.

Penjelasan sahabat yang mulia, pakar tafsir, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menafsirkan ayat di atas,

‫ وج عل ل ذ ب‬، ‫ح رما‬ ‫ وع‬،‫ح ر ما‬ ‫ ث خ تص م ذل ك رب عة ش ر ج ع‬، ‫ك‬ ‫يف‬


. ‫ و ل ع ل ل صال ح و ألج ر ع‬، ‫ع‬

“(Janganlah kalian menganiaya diri kalian) dalam seluruh bulan. Kemudian Allah
mengkhususkan empat bulan sebagai bulan-bulan haram dan Allah pun mengagungkan
kemuliaannya. Allah juga menjadikan perbuatan dosa yang dilakukan didalamnya lebih
besar. Demikian pula, Allah pun menjadikan amalan shalih dan ganjaran yang didapatkan
didalamnya lebih besar pula” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/26).

Penjelasan pakar tafsir dari kalangan tabi’in, Qotadah rahimahullah

Adapun Qotadah rahimahullah menafsirkan ayat di atas,

‫ و كا ل‬,‫ا‬ ‫ا‬ ‫ م ل‬،‫ة وو ر‬ ‫خ‬ ‫يف ألش ر ل ر ع‬ ‫ل‬ ‫ ول‬،‫ع كل حا ع ا‬


‫ ع م مر ما شا‬.

“Karena kezhaliman yang dilakukan pada bulan-bulan haram lebih besar kesalahan dan
dosanya dari pada kezhaliman yang dilakukan pada bulan-bulan selainnya. Walaupun zhalim
dalam setiap keadaan itu (pada hakekatnya) perkara yang besar (terlarang), akan tetapi
Allah menetapkan besarnya sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.”

Beliau juga mengatakan,

‫م‬ ‫ و‬, ‫ذكر‬ ‫م ل‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ة ر وم ل ا‬ ‫م ل‬ ، ‫اام خ‬


‫م ل ا ي ألرض ل‬ ‫ و‬,‫لج عة‬ ‫م أل ا‬ ‫ و‬, ‫م ل ر رم ا و ألش ر ل ر‬ ‫ و‬, ‫اج‬
‫و ل لع ل‬ ‫ل ل‬ ‫ألم ر ب ا ع ا ع‬ ‫ا ع‬ , ‫ما ع‬ ‫ ع‬,‫ل ة ل ر‬.
“Sesungguhnya Allah telah memilih diantara makhluk-Nya, hamba-hamba pilihan-Nya,
memilih para utusan dari kalangan malaikat dan dari kalangan manusia. Dia memilih suatu
firman (agar hamba-Nya bisa) mengingat-Nya, memilih tempat dari wilayah bumi untuk
digunakan melakukan shalat/sujud.

Diantara bulan-bulan (yang ada), Allah pun telah memilih Ramadhan dan bulan-bulan
haram. Dia memilih hari Jum’at diantara hari-hari yang lainnya, memilih malam Lailatul
Qadar diantara malam-malam yang ada. Maka agungkanlah segala yang diagungkan oleh
Allah , karena menurut pandangan orang yang memiliki pemahaman dan akal yang baik
bahwa sesuatu itu menjadi agung dengan diagungkan oleh Allah!”
(http://Quran.ksu.edu.sa/tafseer/tabary/sura9-aya36.html#tabary).

Penjelasan seorang mufassir, Ibnu Katsir rahimahullah

Beliau berkata,

: ‫عا‬ ‫هيف لظت لف { وق ا‬ ‫آك و ب غ } كسف‬ ‫رمة ؛ أل‬ ‫رل‬ ‫ذ أل ش‬ ‫ يف‬: ‫ي‬
: ‫عا‬ ‫ ل ل‬، ‫اعف‬ ‫عاص يف ل ب ل ر‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ، ‫غ ري ا‬ ‫م‬ ‫{ يف ؤلث‬ ‫دري‬
‫ن‬ ‫د ب ظ لم ن ذق‬ ‫ب‬ {‫م‬ ‫ جح * عذ ب‬: 25 + ‫ش ك ذكو‬ ‫ر‬ ‫يف ظ غت رح‬
‫ وك ذ يف‬، ‫ وط ا ة ك ث رية م ل ع ا‬، ‫ل ة يف مذ ب ل ا يع‬ ‫ظ‬ ‫آلث ا ؛ ول ذ غ‬
. ‫و ق تل ذ م ر‬ ‫ر‬ ‫حق م ق تل يف ل‬

“Allah Ta’ala berfirman maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan (haram)
yang empat itu. Maksudnya pada bulan-bulan haram ini, karena dosa (pada bulan-bulan
tersebut) lebih kuat dan lebih parah dibandingkan pada bulan-bulan selainnya, sebagaimana
kemaksiatan di tanah suci (Makkah dan Madinah) dilipatgandakan (dalam masalah besarnya
dosa), berdasarkan firman Allah Ta’ala Dan barangiapa yang bermaksud di dalamnya
melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian
siksa yang pedih (Al-Hajj:25) Demikian pula kemaksiatan (yang dilakukan) pada bulan-bulan
haram, (juga) bertambah berat kadar dosa-dosa (yang dilakukan). Oleh karena itu, menurut
madzab Syafi’iyyah dan banyak ulama memandang bahwa tebusan (diyat) (juga) bertambah
besarnya pada bulan-bulan haram. Demikian pula orang yang melakukan pembunuhan di
tanah suci atau membunuh saudara yang masih ada hubungan mahram dengannya” (Tafsir
Ibnu Katsir: 3/26)

Penjelasan seorang ulama pemilik kitab tafsir Taisiril Karimir Rahman, Syaikh Abdur Rahman As-
Sa’di rahimahullah

Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menafsirkan surat At-Taubah: sebagai


berikut, “Allah Ta’ala berfirman sesungguhnya bilangan bulan disisi Allah, maksudnya di
dalam ketetapan dan taqdir-Nya, ialah dua belas bulan, yaitu bulan-bulan yang sudah
dikenal tersebut, dalam ketetapan Allah, maksudnya adalah di dalam hukum- kauni-Nya
(taqdir) di waktu Dia menciptakan langit dan bumi dan memperjalankan malam serta
siangnya, menetapkan waktu-waktunya, lalu membagi-baginya dalam dua belas bulan ini di
antaranya ada empat bulan haram, yaitu Rajab yang disebutkan menyendiri (tidak urut
dengan ketiga bulan lainnya, pent.), Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Al-Muharram dinamakan
bulan Haram karena kemuliaannya yang lebih dan dilarangnya melakukan perang di
dalamnya.maka janganlah kalian menganiaya diri kalian di dalamnya kemungkinan
maknanya adalah kata ganti ‘nya’ kembali kepada dua belas bulan dan Allah Ta’ala telah
menjelaskan bahwa Dia menjadikan dua belas bulan tersebut sebagai sesuatu yang bernilai
bagi hamba-hamba-Nya, (mereka tertuntut) untuk memakmurkannya dengan ketaatan,
bersyukur kepada Allah Ta’ala atas anugerah-Nya tersebut dan atas kemanfaatannya untuk
kemaslahatan hamba. Maka jagalah diri kalian dari menganiaya diri kalian di dua
belas bulan-bulan tersebut! Kemungkinan (kedua) maknanya adalah kata ganti
‘nya’ kembali kepada empat bulan Haram, dan ini berarti larangan bagi mereka untuk
berbuat aniaya (zhalim) di dalam empat bulan Haram tersebut secara khusus, karena
kemuliaan empat bulan tersebut lebih tinggi dan karena kezhaliman yang dilakukan di dalam
empat bulan tersebut lebih berat (pelanggarannya) dibandingkan dengan (jika kezhaliman
tersebut) dilakukan pada bulan-bulan selainnya. Diiringi dengan larangan berbuat aniaya
(zhalim) di setiap waktu. Termasuk kedalam larangan berbuat aniaya (zhalim) itu adalah
larangan berperang di empat bulan Haram tersebut, (ini) menurut pendapat orang yang
mengatakan bahwa perang di bulan-bulan Haram itu tidaklah dihapus pengharamannya,
karena mengamalkan dalil-dalil umum yang menunjukkan pengharaman perang di dalam
bulan-bulan Haram tersebut” (Taisiril Karimir Rahman, hal. 372-373).

Kesimpulan

Di antara keutamaan yang telah Allah tetapkan bagi bulan-bulan haram ini adalah
dilipatgandakannya pahala bagi seorang yang mengerjakan amalan shalih, sehingga seorang
hamba akan lebih giat melakukan amalan kebaikan pada bulan-bulan tersebut. Begitu pula,
perbuatan dosa yang dilakukan di dalamnya menjadi lebih besar di sisi Allah, sehingga
seorang hamba bisa meraih ketakwaan yang lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya,
dengan semakin menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan. Dengan demikian, kebahagiaan,
ketentraman, dan keselamatan di dunia dan akhirat bisa terwujud.

Di dunia, selamat dengan meniti jalan yang lurus (Ash-Shiraath Al-Mustaqiim). Di akhirat,
selamat ketika meniti jembatan (Ash-Shirath) yang dibentangkan di atas neraka Jahannam,
sehingga masuk ke dalam Surga Allah, bisa berjumpa dengan-Nya dan melihat wajah-Nya.
Kita memohon kepada Allah, agar Dia menganugerahkan kepada kita kenikmatan yang
terbesar, yaitu: bisa melihat Wajah-Nya.

***

Penulis: Ust Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

[serialposts]

Anda mungkin juga menyukai