Anda di halaman 1dari 30

11 kerajaan hindu budha

1. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai adalah Kerajaan Hindu tertua di


Indonesia. Kerajaan ini berdiri pada tahun 400-500 masehi.
Letaknya di tepi sungai mahakam Kalimantan Timur. Raja
pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Sedangkan raja
Kutai yang terkenal bernama Mulawarman.Sebagai pemeluk
Agama Hindu yang taat, Raja Mulawarman menyembah Dewa
Siwa. Diceritakan pula bahwa dalam suatu upacara Raja
Mulawarman menghadiahkan 20.000 ekor sapi kepada para
Brahmana. Untuk memperingati upacara itu maka didirikan
sebuah Yupa.Yupa adalah tiang batu yang menceritakan
Kerajaan Kutai. Dari beberapa prasasti yang ditemukan
dikatakan bahwa Raja mulawarman adalah seorang raja yang
baik budi. Pada masa pemerintahannya, rakyat hidup
sejahtera dan makmur.Peniggalan Kerajaan Kutai berupa
prasasti atau batu bertulis. Prasasti itu ditulis dengan huruf
Pallawa dan bahasa Sanskerta. Oleh karena itu, kerajaan kutai
dikenal dengan nama”Negri Tujuh Buah Yupa”.
Prasasti di Kutai juga menyebutkan adanya tempat suci
bernama baprakeswara atau tempat sucu memuja dewa
Trimurti. Setelah Mulawarman wafat tidak ada lagi keterangan
mengenai kerajaan kutai.
a. Bidang Sosial
Masyarakat kutai mengenal kasta-kasta karena pengaruh
agama Hindu. Keluarga Kudungga pernah melakukan upacara
vratyastima, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada
kasta ksatria. Di samping itu, berdasarkan berbagai
peninggalan kutai pada masa itu kehidupan masyarakatnya
suda sangat teratur, walaupun tidak jelas diungkapkan dalam
prasasti. Namun ada keterangan dalam prasasti yang
menjelaskan bahwa masyarakat Kutai masih menjalankan adat
istiadat dan kepercayaan asli mereka.
b. Bidang Ekonomi
Telah disebutkan bahwa raja Mulawarman menghadiahkan
20.000 ekor lembu. Hal ini berarti peternakan di Kerajaan
Kutai pada saat itu sudah maju. Demikian pula dalam bidang
pertaniaan karena kerajaan kutai terletak di tepi sungai.
c. Bidang Pemerintahan
Terdapat tiga nama penguasa Kutai. Kudungga adalah nama
asli Indonesia yang diyakini dipengaruhi agama Hindu.
Aswawarman dan Mulawarman adalah nama Hindu.
Penambahan nama ”warman” biasanya melalui upacara atau
penobatan raja secara agama Hindu. Perluasan kerajaan selain
dengan menaklukan kerajaa-kerajan di sekitarnya juga melalui
upacara pelepasan kuda, hal iniberartikan sejauh mana kuda
dapat berlari itulah daerah kekuasaannya.
Raja Mulawarman adalah raja termasyur dari kerajaan Kutai
d. Kepercayaan
Kerajan Kutai mempercayai agama Hindu yaitu Hindu Syiwa.
2. Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Hindu tertua di pulau jawa ialah Kerajaan


Tarumanegara. Kerajaan ini berdiri pada tahun 450 masehi.
Letaknya di sekitar Bogor, Jawa Barat. Rajanya yang terkenal
bernama Purnawarman. Beliau memeluk Agama Hindu,
menyembah Dewa Wisnu.
Mata pencaharian penduduk Kerajaan Tarumanegara
diantaranya adalah pertanian, peternakan, perburuan,
perikanan, nelayan, dan perniagaan. Pada masa pemerintahan
Purnawarman, Kerajaan tarumanegara berhasil membuat
saluran air untuk mengairi lahan – lahan pertanian dan untuk
mencegah banjir yang bisa menyerang lahan pertanian.
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara berupa 7 prasasti yang
ditemukan di daerah Jawa Barat. Pada umumnya prasasti itu
ditulis dalam bahasa sanskerta dan mnenggunakan huruf
pallawa. Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara ialah
Prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi , Tugu, Lebak, jambu, Pasir Awi,
dan Muara Cianten.
1 Bidang Sosial
Kehidupan rakyat aman dan tentram. Golongan brahmana
merupakn kelompok yang bertugas mengatur tugas
keagamaan. Kaum kesatria merupakan golongan bangsawan
yang mencangkup raja beserta kerabatnya. Sedangkan
golongan terbesar meliputi para petani, peternak, pemburu,
pelaut dan nelayan.
2 Bidang Ekonomi
Pertanian merupakan mata pencarian yang pokok, disamping
perikanan. Perdagangan memegang peranan penting dalam
perekonomian Tarumanegara.
3 Bidang pemerintahan
Sejarah berupa ketujuh prasasti yang ditemukan mengenai
kerajaan Tarumanegara hanya memberikan gambaran
kerajaan Trumanegara pada masa Punawarman, prasasti tugu
menyebutkan bahwa Punawarman bukanlah raja pertama.
Selanjutnya perkembangan kerajaan Tarumanegara tidak
diketahui, para ahli sejarah memperkirakan sekitar abad ke-7
kerajaan tarumanegara ini di kuasai oleh Sriwijaya. Salah satu
prasasti Sriwijaya menjelaskan bahwa Sriwijaya terpaksa
berperang dengan Tarumanegara.
4 Kepercayaan
Kerajaan Tarumanegara menganut agama hindu. Yaitu hindu
Wisnu.

3. Kerajaan Mataram

Kerajaan Mataram mulai dikenal dari sebuah Prasasti yang


ditemukan di desa Canggal ( sebelah barat Magelang ).
Prasasti ini berangka tahun 732 masehi. Ditulis dengan huruf
pallawa dan bahasa sanskerta. Isi prasasti inimenceritakan
tentang didirikannya sebuah lingga (lambang Siwa) di atas di
atas sebuah bukit di daerah Kunjarakunja oleh Sanjaya.
Daerah ini terletak di sebuah pulau yang kaya dengan hasil
bumi, terutama padi, dan disebut Yawadwipa.
Kerajaan Mataram mula – mula diperintah oleh Raja Sanna.
Raja Sanna memerintah dengan bijaksana. Setelah Raja Sanna
wafat ia digantikan oleh Sanjaya. Raja Sanjaya ahli dalam
kitab – kitab suci dan keprajuritan. Pada masa pemerintahan
Sanjaya, Mataram memperluas wilayahnya dengan
menaklukan beberapa daerah sekitarnya seperti Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Bali. Kerajaan ini mempunai peninggalan
yang bercorak hindu seperti candi yang dibangun oleh
wangsa sanjaya seperti candi prambanan, gedong sanga,
candi dieng dn candi yng lainnya, ini adalah kerajaan Mataram
bercorak hindu lain lagi dengan kerajaan mataram bercorak
budha.
Kerajaan mataram yang bercorak budha dipimpin oleh dinati
syailendra dengan raja pertamanya adalah raja Sailendra.
Pada akhir abad ke-8 dinasti sanjaya mulai terdesak oleh
dinasti syailendra, syailndra mendesak kedudukan sanjaya
pada masa pemerintahan raja wisnu.puncak kejayaan dinasti
syailendra ada pada masa pemerintahan raja Indra. Dalam
desakan-desakan yang dilakukan dinasti syailendra itu
akhirnya berhasil dan tampuk kekuasaan berpindah dari
dinasti sanjaya kepada dinasti syailendra, namun bukan
berarti dinasti sanjaya hilang atau habis hanya sudah kurang
dominan. Dinasti syailendra mengalami kemunduran pada
masa raja samaratungga, untuk menyelamatkan
kedudukannya Samaratungga mengadakan perkawinan politik
antara Pramodhawardhani dengan rakai pikatan. Perkawinan
ini mendapatkan tantangan keras dari Balaputra dewa yang
mengakibatkan perang saudara, dan dimenangkan
Balaputradewa akhirnya kalah dia pun melarikan diri dan
mendirikan kerajaan yang besar di Surabaya yaitu Sriwijaya.
1 Bidang Sosial
Berdasarkan sumber-sumber prasasti. Diketahui mengenai
kehidupan masyarakat di Mataram kuno pada abad ke-7
sampai abad ke-10.
Berdasarkan prasasti wurudu kidul, diketahui bahwa penduk
pribumi dan asing dibedakan dalam membayar pajak. Ibu
kota kerajaan di dalamsana terdapat istana yang di kelilingi
dinding dari batu bata dan kayu, didalam lingkungan dinding
kota terdapat tempat tinggal pejabat tinggi kerajaan termasuk
para rakyat.
2 Bidang Ekonomi
Kerajaan Mataram merupakan kerajaan agraris. Sebagian
besar rakyatnya hidup dari bercocok tanam, selain itu juga
berternak. Selain itu mereka juga mengenal orang yang hidup
sebagai buruh atau budak. Menurut prasasti purworejo (900
M) pasar diadakan menurut hari jawa.
3 Bidang pemerintahan
Kerajaan Mataram kuno dipimpin dari dua dinasti yang
bergantian dinasti Sanjaya dan Syailendra yang bercorak
Budha dan Hindu.
4 Agama Kepercayan
Kerajaan ini menganut agama Hindu-Budha.
4. Kerajaan Kediri

Kerajaan yang bercorak Hindu di Jawa Timur ialah


Kerajaan Kediri. Letaknya di sekitar Kali Berantas, Kabupaten
Kediri, Jawa Timur. Kerajaan Kediri mulai dikenal pada masa
pemerintahan Raja Kameswara tahun 1117.
Baginda bergelar Sri Maharaja Sirikan Sri Kameswara. Raja
Kameswara wafat pada tahun 1130, dan beliau digantikan
oleh Jayabaya. Jayabaya adalah Raja Kediri terbesar.
Ia juga dikenal dengan ramalannya yang disebut Jangka
Jayabaya. Ramalan Jayabaya itu oleh sebagian orang diyakini
memuat masa depan bangsa Indonesia.
Raja Kediri terakhir ialah Kertajaya. Beliau memerintah
sampai dengan tahun 1222. Pda tahun 1222, Kertajaya
dikalahkan oleh Ken Arok dari Desa Ganter, dekat Malang.
Kekalahan itu menandai berakhirnya Kerajaan Kediri di Jawa
Timur .

5. Kerajaan Singosari

Kerajaan Sigosari terletak di sekitar Singosari, Jawa Timur.


Luas wilayahnya meliputi wilayah Malang sekarang. Kerajaan
Singosari ini mempunyai hubungan erat dengan munculnya
Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Singosari pertama kali didirikan oleh Ken Arok
tahun 1222. Beliau memerintah dari tahun 1222 sampai
dengan tahun 1227. Setelah Ken Arok meninggal, beliau
digantikan oleh Anusapati, yang memerintah dari tahun 1227
sampai 1248. Raja Singosari setelah Anusapati ialah Panji
Tohjaya. Antara tahun 1248 sampai 1268 Kerajaan Singosari
diperintah oleh Ranggawuni. Pada masa pemerintahannya
Kerajaan Singosari mencapai keadaan yang aman dan
tenteram.Dari tahun 1268 sampai 1292 Singosari diperintah
oleh seorang raja yang bernama Kertanegara. Beliau adalah
raja Singosari yang terkenal. Pada masa pemerintahannya,
Singosari mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaan
Singosari hampir mencapai seluruh nusantara. Pada masa
pemerintahan Kertanegara, Raja Cina, Kubilai Khan menuntut
agar Singosari tunduk mengakui kekuasaan Cina. Kubilai Khan
mengirim utusan ke Singosari. Kertanegara menolak untuk
tunduk kepada Kubilai Khan. Utusan Kubilai Khan sempat
dipermalukan oleh Kertanegara. Kubilai Khan tersinggung. Ia
memerintahkan pasukannya untuk menyerbu Singosari.
Dalam rangka membendung serbuan tentara Cina,
Kertanegara bercita – cita mempersatukan nusantara. Ia
mengirim pasukan khusus ke Sumatera untuk mengakui
Singosari. Tetapi, sebelum ekspedisi (pengiriman) pasukan
sepenuhnya berhasil, Kertanegara tewas dalam serangan
sengit Raja Jayakatwang. Tamatlah riwayat Kerajaan Singosari.
sebelum meninggal, Kertanegara berhasil menguasai Bali,
Pahang ( di Malaysia ), Kerajaan Melayu, Kalimantan Barat,
dan Maluku.
1 Bidang sosial
Berdasarkan kitab pararaton dan negara kertagama
diterangkan bahwa masyarakat singasari terbagi dalam kelas
atas dan kelas bawah. Kelas atas meliputi keluarga raja dan
kaum bangsawan kelas bawah adalah rakyat.
2 Bidang Ekonomi
Kehidupan masyarakat singasari sebagian besar bekerja
dengan bertani, perdagangan dan karajinan. Umumnya hidup
dengan cara bertani.
3 Bidang Pemerintahan
Pemerintahan yang hamper semua rajanya membunuh raja
sebelumnya karna ingin menjadi raja di singasari dan factor
dendam.
4 Agama Kepercayaan
Menganut agama hindu.

6. Kerajaan Majapahit

Kejayaan Majapahit dan Peranan Gajah Mada dalam


mempersatukan Nusantara
Berdirinya Majapahit
Pada tahun 1292, Kerajaan Singosari diserang oleh raja
Jayakatwang dari Kerajaan Kediri. Akibat dari serangan itu
Raja Singosari Kertanegara tewas. Raden Wijaya, seorang
keturunan penguasa Singosari bersama istrinya berhasil
meloloskan diri. Ia menyeberang ke Madura dan minta
bantuan kepada Wiraraja. Atas bantuan Wiraraja, Raden
Wijaya dianjurkan kembali ke Kediri untuk pura – pura
mengabdikan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan Wiraraja,
Jayakatwang menerima pengabdian Raden Wijaya dan
dihadiahi tanah di Hutan Tarik. Dengan bantuan pengikutnya,
Raden Wijaya membangun daerah tersebut. Ketika sedang
bekerja, salah seorang di antara mereka menemukan buah
maja, kemudian dimakannya. ternyata rasanya pahit. Sejak
saat itu daerah itu disebut Majapahit.
Sementara itu tentara Cina sebanyak 20.000 orang yang
dikirim oleh raja Kubilai Khan mendarat di Tuban. Tujuan
kedatangan tentara Cina, ialah menghukum Kertanegara dari
Singosari yang telah menghina utusan dari Kubilai Khan. Pada
saat tentara cina datang, raja Kertanegara telah lama
meninggal dunia. Raja yang berkuasa ketika itu ialah
Jayakatwang.
Kedatangan tentara Cina merupakan kesempatan yang baik
bagi Raden Wijaya untuk membalas dendam terhadap
Jayakatwang. Raden Wijaya bergabung dengan tentara Cina.
Pertempuran sengit pun terjadi. Tentara Kediri dapat
dikalahkan dan Jayakatwang gugur dalam pertempuran itu.
Setelah mengalahkan pasukan Jayakatwang, Raden Wijaya
mengatur siasat untuk mengusir tentara Cina. Raden Wijaya
mengadakan pesta perayaan kemenangan secara besar –
besaran. Ketika tentara Cina sedang terlena dan mabuk –
mabukan, Raden Wijaya memerintahkan pasukannya untuk
menyerang mereka. Mendapat serangan yang mendadak,
tentara Cina tidak berdaya. Banyak antara mereka yang tewas
seketika. Sebagian yang dapat menyelamatkan diri kembali ke
negeri asalnya. Setelah keadaan aman, pada tahun 1293,
Raden Wijaya naik tahta menjadi raja Majapahit pertama
dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
` Raden Wijaya memerintah dengan tegas dan
bijaksana. Keadaan negara pada masa pemerintahannya
menjadi tenang dan aman. Raden Wijaya wafat pada tahun
1309, dengan meninggalkan 3 orang anak. Dua orang
perempuan dari Gayatri yaitu Bhre Kahuripan dan Bhre
Daha, dan satu anak laki – laki dari parameswari yaitu
Jayanegara.
Setelah Raden Wijaya meninggal, ia digantikan oleh
puteranya bernama Jayanegara. Pada masa pemerintahan
Jayanegara, keadaan dalam negeri Majapahit mengalami
kekacauan. Sering terjadi pemberontakan – pemberontakan.
Seperti pemberontakan Ranggalawe (1309), pemberontakan
Sora (1311), pemberontakan Nambi (1316), dan
pemberontakan Kuti (1319).
Peranan Gajah Mada dalam upaya mempersatukan
nusantara
Karena sering terjadi pemberontakan itu maka
keadaan negara menjadi tidak aman. Rakyat hidup dalam
ketakutan dan keraguan.
Di antara pemberontakan itu yang paling berbahaya ialah
pemberontakan Kuti tahun 1319. Mulanya, Kuti adalah
seorang Dharmaputera, yaitu pejabat kerajaan yang bertugas
mempertahankan kelangsungan mahkota kerajaan. Ketika
memberontak, Kuti berhasil menduduki ibukota kerajaan
Majapahit. karena keadaan kerajaan sangat gawat, raja
Jayanegara, terpaksa menyingkir ke Desa Badander. Raja
dikawal pasukan Bhayangkari yang dipimpin oleh seorang
perwira bernama Gajah Mada.
Di bawah pimpinan Gajah Mada, pasukan Majapahit
berhasil menumpas pemberontakan Kuti. Setelah keadaan
aman, raja Jayanegara kembali ke istana, untuk melanjutkan
pemerintahan. Atas keahlianny, Gajah Mada diangkat menjadi
Patih Kahuripan. Kemudian diangkat menjadi Patih Kediri.
Pada tahun 1328, raja Jayanegara wafat, dengan tidak
meninggalkan seorang putra pun. Beliau digantikan oleh Bhre
Kahuripan, anak Raden Wijaya dari Gayatri yang telah
meninggalkan hidup keduniawian sebagai bhiksuni. Setelah
menjadi raja Bhre Kahuripan, bergelar
Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani.
Pada tahun 1331, timbullah pemberontakan Sadeng.
Perdana menteri Majapahit bernama Arya Tadah pada waktu
itu sedang sakit. Gajah Mada diangkat sebagai perdana
menteri Majapahit. Ia ditugaskan memimpin pasukan
Majapahit menumpas pemberontakan Sadeng. Pasukan
Majapahit di bawah pimpinan Gajah Mada berhasil
menumpas pemberontakan itu.
Sebagai penghargaan atas jasa dan keahliannya itu Gajah
Mada diangkat sebagai perdana menteri Majapahit,
menggantikan Arya Tadah. Pada saat pelantikannya sebagai
perdana menteri, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang
terkenal ”Sumpah Palapa”. Iai sumpah palapa ialah cita –
cita Gajah Mada mempersatukan nusantara di bawah
kekuasaan Majapahit.
Untuk mewujudkan cita – citanya, Gajah Mada membangun
angkatan laut yang kuat. Armada angkatan laut Majapahit
dipimpin oleh Mpu Nala. Dengan kekuatan armada laut,
Majapahit mulai memperluas wilayah kekuasaan. Tahun 1340.
Dompo dapat ditaklukan, menyusul Bali tahun 1343. Raja Bali
bernama Baduhulu, tewas dalam pertempuran itu.
Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk
Pada tahu 1350, Tribhuwanatunggadewi, turun tahta
dan menyerahkannya kepada anaknya yang bernama Hayam
Wuruk. Ketika itu Hayam Wuruk baru berusia 16 tahun. Jadi
Hayam Wuruk menjadi raja dalam usia yang masih sangat
muda.
Setelah naik tahta menjadi raja, Hayam Wuruk bergelar
Rajasanegara. Hayam Wuruk adalah raja Majapahit terbesar.
Pada masa pemerintahannya Kerajaan Majapahit mencapai
puncak kejayaannya.
Degan bantuan Gajah Mada sebagai perdana menteri,
Majapahit terus memperluas wilayah kekuasaanya. Wilayah
kekuasaan Majapahit adalah seluruh wilayah nusantara
sekarang, ditambah Tumasik ( Singapura ) dan semenanjung
Melayu. Hubungan atau persahabatan dengan kerajaan –
kerajaan tetangga seperti Thailand, Myanmar, Kamboja, India,
dan Cina berjalan dengan baik.
Pelabuhan – pelabuhan Majpahit ramai dikunjungi oleh para
pedagang dari Cina, India, dan Persia. Pada waktu itu
pelabuhan yang terkenal ialah Ujung Galuh di muara Sungai
Berantas, Tuban, Gresik dan Pasuruan.
Rakyat yang tinggal di daerah pedalaman giat melakukan
pertanian. Untuk meningkatkan hasil pertanian, Hayam Wuruk
memerintahkan untuk membuat bendungan, tanggul dan
saluran air untuk irigasi. Dengan demikian, majapahitsellain
sebagai kerajaan maritim juga sebagai kerajaan agraris.
Selain sebagai seorang prajurit yang gagah berani, Gajah
Mada terkenal pula sebagai seorang ahli hukum. Kitab
hukumyang disusunnya ialah Katuramanawa yang dipakai
sebagai dasar hukum Kerajaan Majapahit.
Gajah Mada meninggal pada tahun 1364. Setelah
meninggalnya Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mengalami
kesulitan untuk mencari penggantinya. Sejak saat itu
Majapahit sedikit demi sedikit mengalami kemunduran.
Apalagi setelah Raja Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389,
keadaan Majapahit semakin tidak menentu.

7. Kerajaan Sriwijaya

PENGETAHUAN mengenai sejarah Sriwijaya baru lahir pada


permulaan abad ke-20 M, ketika George Coedes menulis
karangannya berjudul Le Royaume de Crivijaya pada tahun
1918 M. Sebenarnya, lima tahun sebelum itu, yaitu pada tahun
1913 M, Kern telah menerbitkan Prasasti Kota Kapur, sebuah
prasasti peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau
Bangka. Namun, saat itu, Kern masih menganggap nama
Sriwijaya yang tercantum pada prasasti tersebut sebagai nama
seorang raja, karena Cri biasanya digunakan sebagai sebutan
atau gelar raja.
Pada tahun 1896 M, sarjana Jepang Takakusu menerjemahkan
karya I-tsing, Nan-hai-chi-kuei-nai fa-ch‘uan ke dalam bahasa
Inggris dengan judul A Record of the Budhist Religion as
Practised in India and the Malay Archipelago. Namun, dalam
buku tersebut tidak terdapat nama Sriwijaya, yang ada hanya
Shih-li-fo-shih. Dari terjemahan prasasti Kota Kapur yang
memuat nama Sriwijaya dan karya I-Tsing yang memuat nama
Shih-li-fo-shih, Coedes kemudian menetapkan bahwa,
Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan.
Lebih lanjut, Coedes juga menetapkan bahwa, letak ibukota
Sriwijaya adalah Palembang, dengan bersandar pada
anggapan Groeneveldt dalam karangannya, Notes on the
Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese
Source, yang menyatakan bahwa, San-fo-ts‘I adalah
Palembang. Sumber lain, yaitu Beal mengemukakan
pendapatnya pada tahun 1886 bahwa, Shih-li-fo-shih
merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi,
dekat kota Palembang sekarang. Dari pendapat ini, kemudian
muncul suatu kecenderungan di kalangan sejarawan untuk
menganggap Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya.
Sumber lain yang mendukung keberadaan Palembang
sebagai pusat kerajaan adalah prasasti Telaga Batu. Prasasti ini
berbentuk batu lempeng mendekati segi lima, di atasnya ada
tujuh kepala ular kobra, dengan sebentuk mangkuk kecil
dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) di bawahnya.
Menurut para arkeolog, prasasti ini digunakan untuk
pelaksanaan upacara sumpah kesetiaan dan kepatuhan para
calon pejabat. Dalam prosesi itu, pejabat yang disumpah
meminum air yang dialirkan ke batu dan keluar melalui cerat
tersebut. Sebagai sarana untuk upacara persumpahan,
prasasti seperti itu biasanya ditempatkan di pusat kerajaan.
Karena ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M,
maka diduga kuat Palembang merupakan pusat Kerajaan
Sriwijaya.
Petunjuk lain yang menyatakan bahwa Palembang merupakan
pusat kerajaan juga diperoleh dari hasil temuan barang-
barang keramik dan tembikar di situs Talang Kikim, Tanjung
Rawa, Bukit Siguntang dan Kambang Unglen, semuanya di
daerah Palembang. Keramik dan tembikar tersebut
merupakan alat yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Temuan ini menunjukkan bahwa, pada masa dulu, di
Palembang terdapat pemukiman kuno. Dugaan ini semakin
kuat dengan hasil interpretasi foto udara di daerah sebelah
barat Kota Palembang, yang menggambarkan bentuk-bentuk
kolam dan kanal. Kolam dan kanal-kanal yang bentuknya
teratur itu kemungkinan besar buatan manusia, bukan hasil
dari proses alami. Dari hasil temuan keramik dan kanal-kanal
ini, maka dugaan para arkeolog bahwa Palembang merupakan
pusat kerajaan semakin kuat.
Sebagai pusat kerajaan, kondisi Palembang ketika itu bersifat
mendesa (rural), tidak seperti pusat-pusat kerajaan lain yang
ditemukan di wilayah Asia Tenggara daratan, seperti di
Thailand, Kamboja, dan Myanmar. Bahan utama yang dipakai
untuk membuat bangunan di pusat kota Sriwijaya adalah kayu
atau bambu yang mudah didapatkan di sekitarnya. Oleh
karena bahan itu mudah rusak termakan zaman, maka tidak
ada sisa bangunan yang dapat ditemukan lagi. Kalaupun ada,
sisa pemukiman dengan konstruksi kayu tersebut hanya dapat
ditemukan di daerah rawa atau tepian sungai yang terendam
air, bukan di pusat kota, seperti di situs Ujung Plancu,
Kabupaten Batanghari, Jambi. Memang ada bangunan yang
dibuat dari bahan bata atau batu, tapi hanya bangunan sakral
(keagamaan), seperti yang ditemukan di Palembang, di situs
Gedingsuro, Candi Angsoka, dan Bukit Siguntang, yang
terbuat dari bata. Sayang sekali, sisa bangunan yang
ditemukan tersebut hanya bagian pondasinya saja.
Seiring perkembangan, semakin banyak ditemukan data
sejarah berkenaan dengan Sriwijaya. Selain prasasti Kota
Kapur, juga ditemukan prasasti Karang Berahi (ditemukan
tahun 1904 M), Telaga Batu (ditemukan tahun 1918 M),
Kedukan Bukit (ditemukan tahun 1920 M) Talang Tuo
(ditemukan tahun 1920 M) dan Boom Baru. Di antara prasasti
di atas, prasasti Kota Kapur merupakan yang paling tua,
bertarikh 682 M, menceritakan tentang kisah perjalanan suci
Dapunta Hyang dari Minanga dengan perahu, bersama dua
laksa (20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213
tentara yang berjalan kaki. Perjalanan ini berakhir di mukha-p.
Di tempat tersebut, Dapunta Hyang kemudian mendirikan
wanua (perkampungan) yang diberi nama Sriwijaya.
Dalam prasasti Talang Tuo yang bertarikh 684 M, disebutkan
mengenai pembangunan taman oleh Dapunta Hyang Sri
Jayanasa untuk semua makhluk, yang diberi nama Sriksetra.
Dalam taman tersebut, terdapat pohon-pohon yang buahnya
dapat dimakan.
Data tersebut semakin lengkap dengan adanya berita Cina
dan Arab. Sumber Cina yang paling sering dikutip adalah
catatan I-tsing.
Ia merupakan seorang peziarah Budha dari China yang telah
mengunjungi Sriwijaya beberapa kali dan sempat bermukim
beberapa lama. Kunjungan I-sting pertama adalah tahun 671
M. Dalam catatannya disebutkan bahwa, saat itu terdapat
lebih dari seribu orang pendeta Budha di Sriwijaya. Aturan
dan upacara para pendeta Budha tersebut sama dengan
aturan dan upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha
di India. I-tsing tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya untuk
belajar bahasa Sansekerta, setelah itu, baru ia berangkat ke
Nalanda, India. Setelah lama belajar di Nalanda, I-tsing
kembali ke Sriwijaya pada tahun 685 dan tinggal selama
beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari
bahasa Sansekerta ke bahasa Cina. Catatan Cina yang lain
menyebutkan tentang utusan Sriwijaya yang datang secara
rutin ke Cina, yang terakhir adalah tahun 988 M.
Dalam sumber lain, yaitu catatan Arab, Sriwijaya disebut
Sribuza. Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis
catatan tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan
itu, digambarkan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar,
dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi Sriwijaya
adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana,
pala, kardamunggu, gambir dan beberapa hasil bumi lainya.
Dari catatan asing tersebut, bisa diketahui bahwa Sriwijaya
merupakan kerajaan besar pada masanya, dengan wilayah
dan relasi dagang yang luas sampai ke Madagaskar. Sejumlah
bukti lain berupa arca, stupika, maupun prasasti lainnya
semakin menegaskan bahwa, pada masanya Sriwijaya adalah
kerajaan yang mempunyai komunikasi yang baik dengan para
saudagar dan pendeta di Cina, India dan Arab. Hal ini hanya
mungkin bisa dilakukan oleh sebuah kerajaan yang besar,
berpengaruh, dan diperhitungkan di kawasannya.
Pada abad ke-11 M, Sriwijaya mulai mengalami kemunduran.
Pada tahun 1006 M, Sriwijaya diserang oleh Dharmawangsa
dari Jawa Timur. Serangan ini berhasil dipukul mundur,
bahkan Sriwijaya mampu melakukan serangan balasan dan
berhasil menghancurkan kerajaan Dharmawangsa. Pada tahun
1025 M, Sriwijaya mendapat serangan yang melumpuhkan
dari kerajaan Cola, India. Walaupun demikian, serangan
tersebut belum mampu melenyapkan Sriwijaya dari muka
bumi. Hingga awal abad ke-13 M, Sriwijaya masih tetap
berdiri, walaupun kekuatan dan pengaruhnya sudah sangat
jauh berkurang.

8. Kerajaan Kota Kapur

Dari hasil penelitian arkeologi yang dilakukan di


Kota Kapur, Pulau Bangka, pada tahun 1994, diperoleh satu
petunjuk tentang kemungkinan adanya sebuah pusat
kekuasaan di daerah itu sejak masa sebelu munculnya
Kerajaan Sriwijaya. Pusat kekuasaan ini meninggalkan
temuan-temuan arkeologi berupa sisa-sisa sebuah bangunan
Candi Hindu (waisnawa) terbuat dari batu bersama dengan
arca-arca batu, diantaranya dua buah arca Wisnu dengan
gaya seperti arca-arca Wisnu yang ditemukan di Lembah
Makhing, Semenanjung Malaka, dan Cibuaya, Jawa Barat,
yang berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan ke-7 masehi.
Sebelumnya disitus Kota Kapur selain telah ditemukan sebauh
inskripsi batu dari Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 608
Saka (686 Masehi), telah ditemukan pula peninggalan-
peninggalan yang lain diantaranya sebuah arca Wisnu dan
sebuah arca Durga Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-
peninggalan arkiologi tersebut nampaknya kekuasaan di
Pulau Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa,
seperti halnya di Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.
Benteng Pertahanan
Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah
meninggalkan berupa benteng pertahanan yang kokoh
berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat dari tumbuhan
tanah, masing-masing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200
meter dengan ketinggian sekitar 2-3 meter. Peninggalan dari
tanggul benteng ini menunjukan masa antara tahun 530 M
sampai 870 M.
Benteng pertahanan tersebut yang telah dibangun sekitar
pertengahan abad ke-6 tersebut agaknya telah berperan pula
dalam menghadapi ekspedisi Sriwijaya ke Pulau Bangka
menjelang akhir abad ke-7. Penguasa Pulau Bangka oleh
Sriwijaya ini ditandai dengan dipancangkannya inskripsi
Sriwijaya di Kota Kapur yang berangka tahun 608 Saka (686
Masehi), yang isinya mengidentifikasikan dikuasainya wilayah
ini oleh Sriwijaya.
Penguasa Pulau Bangsa oleh Sriwijaya ini agaknya berkaitan
dengan peranan Selat Bangsa sebagai pintu gerbang selatan
dari jalur pelayaran niaga di Asia tenggara pada waktu itu.
Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh Sriwijaya pada tahun 686
maka berakhirlah kekuasaan awal yang ada di Pulau Bangka.
9. Kerajaan Ho-Ling atau Kalingga

Kerajaan Ho-Ling terletak diantara purwodadi


(grobogan) hingga Bloran dan Lasem, Jawa Tengah. Sekitar
abad ke-7 M sampai ke-9 M. Menurut berita cina sebelah
timur kalingga terdapat Po-Li (Bali sekarang), sebelah barat
To-Po-Teng (Sumatera), sebelah utara Chen-La (Kamboja),
dan sebelah selatan perbatasan dengan samudera.
* Kehidupan Politik
Raja yang terkenal adalah Ratu Sima. Dia dikenal
sebagai Ratu yang tegas, jujur, dan bijaksana.

* Kehidupan Sosial dan Ekonomi


Agama utama yang dianut oleh penduduk Kalingga
pada umumnya adalah Buddha. Agama Buddha berkembang
pesat. Bahkan pendeta Cina yang bernama Hwi-ning datang
di Kalingga dan tinggal selama tiga tahun. Selama di Kalingga,
menerjemahkan kitab suci Agama Buddha Hinayana ke
dalam bahasa Cina. Dalam usaha menerjemahkan kitab itu
Hwi-ning dibantu oleh seorang pendeta bernama janabadra.
Kepemimpinan raja yang adil, menjadikan rakyat hidup
teratur, aman, dan tentram. Mata pencarian penduduk pada
umumnya adalah bertani, karena wilayah Kalingga subur
untuk pertanian. Di samping itu, penduduk juga melakukan
perdagangan. Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran
kemungkinan akibat serangan Sriwijaya yang menguasai
perdagangan. Serangan tersebut mengakibatkan pemerintah
Kijen menyingkir ke Jawa bagian Timur atau mundur ke
pedalaman Jawa bagian Tengah antara tahun 742-755 M.

10. Kerajaan Buleleng

Menurut berita Cina di sebelah timur Kerajaan


Kalingga ada daerah Po-li (Dwa-Pa-Tan/Bali sekarang)
terdapat sebuah kerajaan Buleleng

* Kehidupan Politik
Dalam sejarah Bali, Buleleng mulai terkenal setelah
periode Kerajaan Majapahit. Pada waktu di jawa
berkembang kerajaan-kerajaan Islam, di Bali juga berkembang
sejumlah kerajaan. Misalnya Gelgel, Klungkung, dan Buleleng
semakin terkenal, terutama setelah zaman penjajahan Belanda
di Bali. Pada waktu itu pernah terjadi perang rakyat Buleleng
melawan Belanda. Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng
sudah berkembang. Pada masa perkembangan kerajaan
Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirakan menjadi salah satu
daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa.

* Kehidupan Sosial dan Ekonomi


Adat istiadat di Dwa-Pa-Tan sama dengan kebiasaan
orang-orang Kalingga. Misalnya, penduduk biasa menulisi
daun lontar. Bila ada orang meninggal, mayatnya dihiasi daun
emas dan ke dalam mulutnya dimasukkan sepotong emas,
serta diberi wangi-wangian harum. Kemudian mayat itu
dibakar. Hal ini menandakan Bali telah berkembang. Sesuai
dengan letaknya yang ada di tepi pantai, Buleleng
berkembang menjadi pusat perdagangan laut. Hasil dari
pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju
Buleleng. Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil
pertanian seperti kapas, beras, asam, kemiri, dan bawang
diangkut atau diperdagangkan ke pulau lain (daerah
seberang). Perdagangan dengan daerah seberang mengalami
perkembangan pesat pada masa Dinasti Warmadewa yang
diperintah oleh AnakWungsu.

Dengan perkembangan perdagangan laut antar


pulau di zaman kuno secara ekonomis Buleleng memiliki
peranan yang penting bagi pekembangan kerajaan-kerajaan
di Bali misalnya pada masa Kerajaan Dinasti Warmadewa.

11. Kerajaan tulang bawang

Keberadaan nama Kerajaan Tulang Bawang (To-La P’o-


Hwang) pernah sempet di kenal di tanah air. Walau tak secara
terperinci menjelaskan, dari sejumlah riwayat sejarah ataupun
catatan penziarah asal daratan Cina, mengungkap akan
keberadaan daerah kerajaan ini. Prasasti (batu bertulis)
Kedukan Bukit yng didapati di Palembang menyebut, era itu
Kerajaan Sriwijaya (Che-Li P'o Chie) sudah berkuasa serta
ekspedisinya menaklukkan daerah-daerah lain, lebih-lebih dua
pulau yng berada di bagian barat Indonesia. Sejak era itu,
nama serta kebesaran Kerajaan Tulang Bawang yng pernah
sempet berjaya akhirnya lambat laun meredup seiring
berkembangnya kerajaan maritim yang telah di sebutkan.
Sejarah Indonesia serta keyakinan masyarakat Lampung
menyatakan pada suatu masa ada sebuah kerajaan besar di
Lampung. Kerajaan itu telah terlanjur menjadi identitas
Provinsi Lampung dalam konteks Indonesia modern.
Pertanyaan-pertanyaan yng selanjutnya mengemuka
merupakan bagaimana asal mula Kerajaan Tulang Bawang, di
mana pusat kerajaannya, siapa raja yng memerintah serta
siapa juga pewaris tahtanya sampai-sampai saat ini.
Tidak sedikit sejarawan, antropolog ataupun arkeolog, malah
pemerintah Provinsi Lampung pun, berusaha keras bagi atau
bisa juga dikatakan untuk menemukan kembali rangkaian
sejarah yng 'hilang' yang telah di sebutkan. Walau sampai-
sampai kini situs Kerajaan Tulang Bawang belum bisa dilacak
keberadaannya, akan tetapi usaha-usaha bagi atau bisa juga
dikatakan untuk meneliti serta menggali jejak-jejak
peninggalannya butuh terus di lakukan. Dalam perjalanan
serta perkembangan sejarah kebudayaan serta perdagangan
di Nusantara digambarkan, Kerajaan Tulang Bawang adalah
satu dari sekian banyaknya kerajaan tertua di Indonesia. Di
samping Kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai serta
Tarumanegara. Malah, Kerajaan Tulang Bawang yng pernah
ada di Pulau Sumatera (Swarna Dwipa) ini tercatat menjdai
kerajaan tertua di Tanah Andalas. Hal itu dibuktikan dari
sejumlah temuan-temuan, baik berupa makam tokoh-tokoh
dan beberapa keterangan yng menyebut keberadaan kerajaan
di daerah selatan Pulau Sumatera ini.
Kebudayaan Tulang Bawang merupakan tradisi serta
kebudayaan lanjutan dari peradaban Skala Brak. Lantaran dari
empat marganya, yakni Buai Bulan, Buai Tegamoan, Buai
Umpu serta Buai Aji, di mana satu dari sekian banyaknya buai
tertuanya merupakan Buai Bulan, yng terperinci bagian dari
Kepaksian Skala Brak Cenggiring serta adalah keturunan dari
Putri Si Buai Bulan yng melakukan migrasi ke daerah Tulang
Bawang bersama dua marga lain-lainnya, yaitu Buai Umpu
serta Buai Aji. Yang dengannya demikian, istiadat budaya suku
Lampung Tulang Bawang bisa dikatakan lanjutan dari tradisi
peradaban Skala Brak yng berasimilasi yang dengannya tradisi
serta kebudayaan lokal, yng dimungkinkan sekali sudah ada di
masa sebelumnya ataupun sebelum memperoleh pengaruh
dari Kepaksian Skala Brak. Kebudayaan Tulang Bawang yng
adalah penyimbang punggawa dari Kepaksian Skala Brak
merupakan satu kesatuan dari budaya-budaya serta etnis
Lampung yng lain-lainnya, semisal Keratuan Semaka, Keratuan
Melinting, Keratuan Darah Putih, Keratuan Komering, Sungkai
Bunga Mayang, Pubian Telu Suku, Buai Lima Way Kanan,
Abung Siwo Mego serta Cikoneng Pak Pekon.

Pembagian serta pengaturan wilayah kekuasaannya diatur


oleh Umpu Bejalan Diway didasari daerah-daerah yng dialiri
oleh sungai/way. Secara harfiah Bu-Way ataupun Buay
berguna pemilik sungai/way ataupun pemilik daerah
kekuasaan yng wilayahnya dialiri oleh sungai. Semasanya,
daerah ini sudah terbentuk suatu pemerintahan demokratis
yng di kenal yang dengannya sebutan marga. Marga dalam
bahasa Lampung di sebut mego/megou serta mego-lo
bermakna marga yng utama. Di mana pada waktu masuknya
pengaruh Devide Et Impera, penyimbang marga yng Perlu
ditaati pertama kalinya di sebut yang dengannya Selapon.
Sela berguna duduk bersila ataupun bertahta. Sedangkan
pon/pun merupakan orang yng dimulyakan.
Pendapat dari riwayat turun temurun yng dituturkan,
mengenai penamaan Tulang Bawang satu dari sekian
banyaknya sumber menyebutkan bahwasanya sesuai yang
dengannya Kerajaan Tulang Bawang yng sampai-sampai kini
belum di bisa secara mutlak, baik keraton ataupun rajanya,
demikian pula peninggalan-peninggalannya, malah abad
berdirinya pun tak bisa dipastikan, sipat-sipat ini percis halnya
yang dengannya sipat bawang. Bentuk bawang, dikatakan
bertulang di mana tulangnya. Makin dicari makin hilang
(kecil), hingga habis tidak bertemu yang dengannya
tulangnya. Riwayat kedua, pendapat dari cerita-cerita dahulu
raja Tulang Bawang ini tidak sedikit musuh. Seluruh musuh-
musuhnya itu Perlu dibunuh. Lantaran tempat pembuangan
mayat ini di bawang ataupun lebak-lebak yng akhirnya
tertimbunlah mayat-mayat yang telah di sebutkan
didalamnya, hingga tinggal tumpukan tulang-tulang kita-kita
memenuhi bawang/lebak-lebak di sungai ini, maka di sebut
Sungai Tulang Bawang.
Riwayat ketiga, pada zaman raja Tulang Bawang yng pertama
sekitar abad ke IV masehi, dikisahkan permaisuri raja
menghanyutkan bawang di sungai, yng saat ini di kenal yang
dengannya sebutan Way (Sungai) Tulang Bawang. Lantas
Permaisuri itu menyumpah-nyumpah “Sungai Bawang” lah ini.
Semenjak itu, sungai yang telah di sebutkan dinamakan
Sungai Tulang Bawang ataupun Kerajaan Tulang Bawang (Hi.
Assa’ih Akip, 1976). Bila mempergunakan pendapat Yamin,
maka penamaan Tolang P’o-Hwang akan berguna ”Orang
Lampung” ataupun ”Utusan dari Lampung” yng datang ke
negeri Cina dalam abad ke 7 masehi. Yamin mengatakan,
perbandingan bahasa-bahasa Austronesia bisa memisahkan
urat kata bagi atau bisa juga dikatakan untuk menamai
kesaktian itu yang dengannya nama asli, yakni tu (to, tuh), yng
hidup misalnya dalam kata-kata tu-ah, ra-tu, Tu-han, wa-tu,
tu-buh, tu-mbuhan serta lain-lain.
Berhubung yang dengannya urat kata asli tu (tuh-to)
menunjukan zat kesaktian pendapat dari perbandingan
bahasa-bahasa yng masuk rumpun Austronesia, maka baiklah
juga diperhatikan bahwasanya urat itu terdapat dalam kata-
kata semisal to (orang dalam bahasa Toraja), tu (Makasar serta
Bugis). Yang dengannya demikian, To-Lang P’o-Hwang
berguna To= orang serta Lang P’o-Hwang= Lampung. Sejak
itu, orang-orang menyebut daerah ini yang dengannya
sebutan Lampung (Departemen Pendidikan serta Kebudayaan,
Lampung, 1977/1978). Pendapat dari tuturan rakyat, Kerajaan
Tulang Bawang berdiri sekitar abad ke 4 masehi ataupun
tahun 623 masehi, yang dengannya rajanya yng pertama
bernama Mulonou Jadi. Diperkirakan, raja ini asal-usulnya
berasal dari daratan Cina. Dari namanya, Mulonou Jadi
berguna Asal Jadi. Mulonou= Asal/Mulanya serta Jadi= Jadi.
Raja Mulonou Jadi pada masa kemudiannya oleh masyarakat
pula di kenal yang dengannya nama Mulonou Aji serta
Mulonou Haji.
Meskipun telah sejak 651 masehi utusan dari Khalifah Usmar
bin Affan, yakni Sayid Ibnu Abi Waqqas telah bertransmigrasi
ke Kyang Chou di negeri Cina serta walaupun dikatakan
utusan Tulang Bawang pernah datang ke negeri Cina dalam
abad ke 7 masehi, akan tetapi rupanya orang-orang Lampung
kala itu belum beragama Islam. Sesudah memerintah kerajaan,
berturut-turut Raja Mulonou Jadi digantikan oleh putra
mahkota bernama Rakehan Sakti, Ratu Pesagi, Poyang Naga
Berisang, Cacat Guci, Cacat Bucit, Minak Sebala Kuwang serta
pada abad ke 9 masehi kerajaan ini di pimpin Runjung
ataupun yng lebih di kenal yang dengannya Minak Tabu
Gayaw.
Runjung (Minak Tabu Gayaw) mempunyai 3 putra mahkota,
masing-masing bernama Tuan Rio Mangku Bumi, Tuan Rio
Tengah serta Tuan Rio Sanak. Tuan Rio Mangku Bumi pewaris
tahta kerajaan di Pedukuhan Pagardewa, yang dengannya
hulubalang Cekay di Langek serta Tebesu Rawang. Sedangkan
Tuan Rio Tengah mempertahankan wilayah Rantaou Tijang
(Menggala) serta Tuan Rio Sanak mempertahankan wilayah
daerah Panaragan yang dengannya panglimanya Gemol
(Minak Indah).
Kampung Meresou ataupun Sukaraja, di awasi Panglima
Minak Patih Ngecang Bumi serta Minak Patih Baitullah, yng
bertugas memeriksa (meresou) setiap musuh yng masuk.
Minak Kemala Bumi ataupun di kenal Haji Pejurit adalah
keturunan raja Kerajaan Tulang Bawang yng sudah beragama
Islam. Ia lahir serta wafat pada abad ke 16 masehi. Minak
Kemala Bumi satu dari sekian banyaknya penyebar agama
Islam di Lampung serta keturunan ke sepuluh dari Tuan Rio
Mangku Bumi, raja yang terakhir yng masih beragama Hindu.
Hingga saat ini belum ada yng mampu memastikan pusat
Kerajaan Tulang Bawang. Namun ahli sejarah Dr. J. W.
Naarding memperkirakan, pusat kerajaan ini terdapat atau
terletak di hulu Way Tulang Bawang, yakni antara Menggala
serta Pagardewa, tidak lebih lebih dalam radius 20 kilometer
dari pusat ibukota kabupaten, Kota Menggala.
Walau belum di bisa kepastian letak pusat pemerintahan
kerajaan ini, akan tetapi didasari riwayat sejarah dari warga
setempat, pemerintahannya diperkirakan berpusat di
Pedukuhan, di seberang Kampung Pagardewa. Kampung ini
letaknya berada di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, yng
saat ini tempat itu adalah sebuah kampung di Kabupaten
Tulang Bawang Barat, pemekaran dari Kabupaten Tulang
Bawang. Mengenai pusat pemerintahan kerajaan ini, pada
sekitar tahun 1960 terlaksana peristiwa mistis yng dialami
salah seorang warga Kampung Pagardewa bernama Murod.
Fenomena yng dialaminya itu seakan menjadi sebuah
‘petunjuk’ akan keberadaan kerajaan yng hingga kini letak
pusat pemerintahannya belum pula didapati secara pasti.
Waktu itu, Murod tengah mencari rotan di Pedukuhan. Lantas
ia ‘tersesat’ ke sebuah tempat yng masih asing baginya. Di
tempat yang telah di sebutkan, Murod melihat rumah yng
atapnya terbuat dari ijuk serta dipekarangannya terdapat
taman. Di dalam rumah itu, dilihatnya ada kursi kerajaan
terbuat dari emas, gong dan perlengkapan lain-lainnya. (Hi.
Assa’ih Akip, 1976 serta Hermani, SP, Pagardewa, 2009).
Pada masa kekuasaan Sriwijaya, pengaruh ajaran agama
Hindu Amat kuat. Orang Melayu yng tak bisa mendapatkan
ajaran yang telah di sebutkan menyingkir ke Skala Brak. Akan
tetapi, ada sebagian orang Melayu yng menetap di Megalo
yang dengannya melindungi serta mempraktekkan budayanya
sendiri yng masih eksis. Pada abad ke 7 masehi, nama Tola
P'ohwang diberi nama lain, yakni Selampung, yng lantas di
kenal yang dengannya nama Lampung.

Anda mungkin juga menyukai