Disusun oleh :
Fadhil Mahendra
010116 276
Dio haryna
010115042
Fakultas Hukum
2018
Daftar Isi
Halaman
Latar Belakang
Permasalahan
Pembahasan
Negosiasi
Pencarian Fakta
Jasa-jasa baik
Mediasi
Konsiliasi
Arbitrase
Pengadilan Internasional
Sengketa Internasional
Kesimpulan
Referensi
BAB I
LATAR BELAKANG
Dalam suatu interaksi atau hubungan hukum antara subjek hukum yang satu dengan
yang lainnya baik negara maupun non negara, tidak terlepas dari suatu
kemungkinan bahwa hubungan hukum tersebut berjalan secara tidak harmonis dan
lancar sebagaimana yang direncanakan dan diharapkan oleh pihak-pihak yang
terlibat. Yang akhirnya timbul sengketa internasional yang dapat berimplikasi pada
gangguan terhadap perdamaian dan kestabilan berbagai bidang baik politik, sosial
maupun ekonomi di negara lainnya. Sebagaimana Perang Dunia pertama dan kedua
yang diakibatkan oleh sengketa pihak-pihak di kawasan regional.
Penyelesaian sengketa secara damai ini berlandaskan hukum yang berlaku yaitu :
Pasal 2 ayat (3) jo Pasal 2 (6) Piagam PBB; Pasal 2 ayat (4) jo Pasal 1 ayat
(1) Piagam PBB; Pasal 33 ayat (1) Piagam PBB; Hague Convention for the
Pasific Settlement of Dispute of 1899 and 1907; Bryan and Kellogs Pact dalam
Paris Treaty 1928; U.N.G.A Resolutions 2627 (XXV), 24 Oktober 1970, 2744
(XXV), 16 December 1970, 2625 (XXV) on Declaration of Principles of
International Law Concering Friendly Relations and Cooperation Among State in
accordance with the charter of the United Nations, 40/9 of 8 November 1985,
37/10 on Manila Declaration on the Peacful Settlement of International Disputes,
43/51 on Declaration on the Prevention and Removal of Disputes and Situations
which may Threaten International Peace and Security and on the Role of the United
Nations in this Field, 46/59 on Declaration on the Fact Finding by the United
Nations in the Field of Maintenance of International Peace and Security, dll.
Penyelesaian sengketa internasional secara damai merupakan opsi yang lebih baik
karena cenderung unruk tidak menimbulkan suatu konflik atau permasalahan yang
baru diantara pihak-pihak yang terlibat. Serta sebagaimana adanya landasan hukum
bagi penyelesaian sengketa internasional yang telah ditetapkan seperti halnya
diatas, maka akan cenderung lebih mudah dilaksanakan.
Mahkamah Internasional memiliki kedudukan yang sederajat dengan lembaga-
lembaga utama PBB yang lainnya, yaitu Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan
perwalian, Sekretariat Jenderal dan Dewan Ekonomi dan Sosial. Maka dari itu
Mahkamah Internasional bukan merupakan badan peradilan umum PBB yang
bersifat memaksa terhadap lembaga lainnya. Mahkamah hanya memiliki
kewenangan untuk memberi nasihat apabila diminta dan pemberian nasihat itu tidak
mengikat atau memiliki kedudukan lebih tinggi dari keputusan Majelis Umum
PBB. Demikian juga halnya dalam pemeriksaan berbagai perkara yang diajukan
kepada Mahkamah InternasioNal maka lembaga-lembaga PBB lainnya tidak boleh
mencampuri urusan Mahkamah. Sebagai salah satu lembaga utama PBB
terbentuknya Mahkamah Internasional tidak terlepas dari tujuan dibentuknya PBB.
Tujuan diatas menegaskan perlunya dibentuk suatu lembaga atau badan peradilan
yang diberi wewenang menyelesaikan sengketa secara damai.
BAB II
PERMASALAH
Cara-cara penyelesaian sengketa secara damai antara lain adalah sebagai berikut:
1. Negosiasi
2. Pencarian Fakta
3. Jasa-jasa baik
4. Mediasi
5. Konsiliasi
6. Arbitrase
Pengadilan Internasional
III. Pembahasan
1. Negosiasi
2. Pencarian Fakta
Faktor dari munculnya sengketa internasional tersebut sangat beraneka ragam. Bisa
bermula dari perbedaan pandangan, kepentingan, hak dan kewajiban maupun
kesalahpahaman antar pihak-pihak yang terlibat dan saling mempertahankan
dirinya masing-masing atau saling memaksakan kehendaknya.
Langkah pencarian fakta ini ditempuh oleh pihak yang bersengketa apabila telah
menggunakan langkah negosiasi tetapi belum mendapatkan penyelesaian bagi
pihak yang bersengketa tersebut. Maka pihak ketiga sebagai pencari fakta (fact
finding) dapat melihat fakta-fakta yang ada secara objektif.
4. Mediasi
1. 5. Konsiliasi
1. 6. Arbitrase
Arbitrator adalah hasil kesepakatan para pihak yang bersengketa, memilih mereke
yang berkompeten di bidang sengketa tersebut. Memilih siapa arbitratornya adalah
hak penuh dari pihak yang terlibat sengketa. Setelah arbitrator yang disepakati
ditunjuk, maka arbitrator tersebut selanjutnya menetapkan terms of refernce atau
aturan permainan (hukum acara) yang menjadi patokan dalam jalannya arbitrase.
Terms of refernce ini memuat pokok masalah yang akan diselesaikan, kewenangan
arbitrator (jurisdiksi) dan aturan-aturan (acara) sidang arbitrase.[11]
7. Pengadilan Internasional
“Dalam pasal 92 Piagam, status hukum ICJ secara tegas dinyatakan sebagai
Mahkamah internasional terdiri dari 15 orang hakim dan tidak berlaku hak veto.
Statuta Mahkamah menyatakan bahwa hakim-hakim dipilih tanpa
memandang kebangsaannya. Pemilihan mereka mempertimbangkan pula
pembagian perwakilan geografis dan sistem-sistem hukum di dunia dengan masa
jabatan selama 9 tahun.
Cakupan dan Pelaksanaan Jurisdiksi Mahkamah Internasional[15]:
1. Mahkamah Internasional
BAB IV
KESIMPULAN
Referensi
[2] Huala Adolf. 2004. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Versi ebook.
hlm. 108
[3] Ibid. Cf., John Collier and Vaughan Lowe, The Settlement of
Disputes in International Law, Oxford: Oxford U.P., 1999, hlm. 20.
[4] Peter Behrens, op.cit., hlm. 19. Bandingkan dengan pendapat Collier dan
Lowe yang menyatakan bahwa “this method of settlement … does not
involve investigation or application of rules of law. (Collier and Lowe, op.cit.,
hlm. 24 dalam buku versi elektronik Huala Adolf. 2004. Hukum Penyelesaian
Sengketa Internasional. Versi ebook. hlm. 30
[5] Huala Adolf. 2004. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Versi ebook.
hlm. 30
[6] Ibid.
[7] Goodpaster, Garry, 1999, Panduan Negosiasi dan Mediasi, Seri Dasar Hukum
Ekonomi 9, ELIPS dalam jurnal Felix Oentoeng Soebagjo, mediasi sebagai
alternatif penyelesaian sengketa…