Anda di halaman 1dari 18

A.

Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Persalinan


1. Management Kala I
Tanggal…. Jam….
a. Data Subjektif
1) Alasan Datang
Keluhan atau alasan utama wanita datang ke rumah sakit ditentukan

dengan wawancara. Keluhan utama dapat berupa “kantong airnya” pecah

dengan atau tanpa kontraksi. (Bobak dkk, 2005; h. 302)

2) Keluhan Utama
Pada kasus persalinan, informasi yang harus di dapat dari pasien adalah

kapan mulai terasa ada kencang-kencang di perut, bagaimana intensitas dan

frekuensinya. Apakah ada pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari

air kemih, apakah sudah ada pengeluaran lendir yang disertai darah, serta

pergerakan janin untuk memastikan kesejahterahannya. (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2013; h. 221).


3) Tanda- Tanda Persalinan
Kontraksi berlangsung teratur, semakin kuat, lama dan semakin sering.

Intensitas meningkat saat ibu berjalan. Dirasakan di punggung bawah,

menjalar ke bagian bawah abdomen. (Bobak dkk, 2005; h. 301). Peningkatan

bloody show merupakan tanda menjelang kala dua persalinan. (Varney, Kriebs,

dan Gegor, 2008; h. 693)


4) Riwayat Penyakit
a) Penyakit Jantung
Pada kala II, dimana wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan dan

memerlukan kerja jantung yang berat. (Sofian, 2012; h. 104). Kala II yaitu

kala yang kritis bagi penderita. Bila tidak timbul tanda-tanda payah

jantung, persalinan dapat ditunggu, diawasi dan ditolong secara spontan.

Dalam 20-30 menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek

dengan ekstrasi vakum atau forceps. (Sofian, 2012; h. 105).


b) Hipertensi
Kala II memerlukan pengawasan yang cermat dan teliti. Bila ada tanda-

tanda penyakit bertambah berat atau pembukaan hampir atau sudah


lengkap, ibu dilarang mengedan, kala II diperpendek dengan melakukan

ekstrasi vakum atau forceps. (Sofian, 2012; h. 108)


c) Anemia
Pengaruh anemia terhadap persalinan adalah inersia uteri dan partus lama,

ibu lemah, atonia uteri dan menyebabkan perdarahan. (Sofian, 2012; h.

109)
d) Diabetes Melitus
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan

memerlukan glukosa banyak, maka bisa terjadi hipoglikemia atau koma.

(Sofian, 2012; h. 124). Pengambilan keputusan untuk melakukan

persalinan lebih awal (pada kehamilan 38 minggu) dengan cara induksi

persalinan atau secsio caesarea dilakukan atas pertimbangan resiko

terjadinya kematian perinatal atau morbiditas perinatal yang berhubungan

dengan makrosomia, distosia bahu, gawat janin, dan terjadinya sindroma

distres respirasi. (Saifuddin, 2010; h. 856). Pengaruh diabetes melitus

terhadap persalinan adalah inersia uteri dan atonia uteri, distosia karena

janin (anak besar, bahu lebar), kelahiran mati, persalinan lebih sering

ditolong secara operatif, angka kejadian perdarahan dan infeksi tinggi,

morbiditas dan mortalitas ibu tinggi. (Sofian, 2012; h. 125)


e) Mioma Uteri
Pengaruh mioma pada persalinan adalah distosia tumor yang menghalangi

jalan lahir, inersia uteri pada kala I dan kala II, kelainan letak plasenta,

plasenta sukar lepas (retensio placentae). (Sofian,2012; h. 102)


5) Riwayat Persalinan yang Lalu
a) Usia gestasi
Merupakan data dasar untuk mengevaluasi ukuran kandungan,

apakah persalinan cukup bulan atau prematur, dan kemungkinan untuk

jumlah minggu kehamilan. (Varney, Kriebs dan Gegor, 2008; h. 692)


b) Tipe kelahiran
Wanita mungkin juga memiliki kekhawatiran akibat pengalaman

persalinan sebelumnya, yang terkait dengan persalinan pervaginam versus


persalinan sesaria, penggunaan analgesia, posisi saat melahirkan,

dukungan tenaga pelayanan kesehatan dan berbagai isu lain yang

berkaitan dengan proses persalinan. (Varney, Kriebs dan Gegor, 2007; h.

85)

c) Lama persalinan
Lama persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik untuk

memperkirakan lama persalinan kali ini, sehingga memungkinkan untuk

membedakan antara persalinan primigravida dan gravid kedua serta

dengan paritas yang semakin tinggi. (Varney, Kriebs dan Gegor, 2008; h.

692)
d) Berat lahir
Ukuran bayi terbesar yang dilahirkan pervaginam memastikan

keadekuatan panggul wanita untuk ukuran bayi saat ini. Wanita yang

mempunyai riwayat melahirkan bayi kecil dari ayah yang sama cenderung

memiliki bayi yang kecil juga kali ini. (Varney, Kriebs dan Gegor, 2008;

h. 692)
e) Komplikasi
Masalah prenatal penting untuk melakukan penapisan pada ibu

secepatnya terhadap kemungkinan komplikasi antepartum yang dapat

mempengaruhi periode intrapartum (mis, preeklampsia, anemia) atau

muncul menyerupai tanda-tanda persalinan (mis, infeksi saluran kemih).

(Varney, Kriebs dan Gegor, 2008; h. 692)

6) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


a) Nutrisi
(1) Pola Makan
Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan

gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya sampai

dengan masa awal persalinan. Karena makanan dan cairan akan


memberi banyak energi. Data fokus mengenai asupan makanan pasien

adalah sebagai berikut, kapan atau jam berapa terakhir kali makan,

makanan yang dimakan, jumlah makanan yang dimakan.

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 223)


(2) Pola Minum
Pada masa persalinan, data mengenai intake cairan sangat penting

karena akan menentukan kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data

yang perlu kita tanyakan berkaitan dengan intake cairan adalah

sebagai berikut, kapan terakhir kali minum, berapa banyak yang

diminum, apa yang diminum (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h.

223). Dehidrasi bisa memeprlambat kontraksi dan/atau membuat

kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif. (JNPK-KR, 2008;

h. 53)

b) Eliminasi
Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk

mengetahui adanya distensi, juga harus dikosongkan untuk mencegah

obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang akan

mencegah penurunan bagian presentasi janin. (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2013; h. 68).


c) Personal Hygiene
Data ini perlu digali karena akan sangat berkaitan dengan

kenyamanan pasien dalam menjalani proses persalinanya. Beberapa

pertanyaan yang perlu diajukan berhubungan dengan perawatan diri

pasien kapan terakhir mandi, keramas, dan gosok gigi, kapan terakhir

ganti baju dan pakaian dalam. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h.

224)
d) Istirahat/Tidur
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk mempersiapkan energi

menghadapi proses persalinannya, hal ini akan lebih penting lagi jika

proses persalinannya mengalami pemanjangan waktu pada kala I. Data

yang perlu ditanyakan yang berhubungan dengan istirahat pasien yaitu,

kapan terakhir tidur, berapa lama. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h.

224)

e) Aktivitas Fisik dan Olah Raga


Kita perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini

memberikan gambaran kita tentang seberapa berat aktivitas yang biasa

dilakukan pasien di rumah. Jika di akhir kehamilannya pasien melakukan

aktivitas yang terlalu berat dikhawatirkan pasien akan merasa kelelahan

sampai akhirnya dapat menimbulkan penyulit pada masa bersalin.

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 224)


7) Pola Psikososial dan Spiritual
Respon keluarga terhadap persalinan sangat penting untuk kenyamanan

psikologis pasien. Adanya respon positif dari keluarga terhadap persalinan

akan mempercepat proses adaptasi pasien menerima peran dan kondisinya.

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 225). Kebiasaan adat yang dianut

dalam menghadapi persalinan, selama tidak membahayakan pasien, sebaiknya

tetap difasilitasi karena efek psikologis yang postif untuk pasien dan

keluarganya. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 226).


8) Tingkat Pengetahuan
Pengalaman atau riwayat persalinannya yang lalu dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan dalam menyimpulkan sejauh mana pasien mengetahui

tentang persalinan, karena terdapat perbedaan dalam memberikan asuhan

antara pasien yang sudah tau atau punya pengalaman tentang persalinan
dengan yang sama sekali belum tahu tentang persalinan. (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2013; h. 225)


b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Tinggi Badan
Yang tinggi badannya kurang dari 145 cm tergolong resiko tinggi karena

kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit. (Baety, 2012; h. 2).

Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan

persalinan atau menyebabkan kemacetan. (Saifuddin, 2010; h. 562)


b) Tanda-Tanda Vital
(1) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai peningkatan

sistolik rata-rata 15 (10-20) mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg.

Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan

tekanan darah. (Varney, Kriebs, dan Gegor, 2008; h. 686). Tekanan darah

dinilai setiap 4 jam. (Saifuddin; 2010; h. N-9)


(2) Nadi
Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi

dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan

peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan. (Varney,

Kriebs, dan Gegor, 2008; h. 687). Observasi dan kisaran normal denyut

nadi 55-90 kali regular per menit. (Chapman, 2006; h. 40). Nadi dinilai

setiap 30-60 menit. (Saifuddin, 2010; h. N-9)


(3) Suhu
Suhu sedikit meningkat selama persalinan. Yang dianggap normal

ialah peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 sampai 10C, yang

mencerminkan metabolisme selama persalinan. (Varney, Kriebs dan

Gegor, 2008; h. 687).


(4) Respirasi
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal selama

persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.

(Varney, Kriebs, dan Gegor, 2008; h. 687).


2) Status Obstetrik
a) Palpasi
(1) Leopold IV
Jika jari-jari tangan sejajar berarti kepala sudah masuk rongga

panggul. Jika jari-jari kedua tangan saling menjauh (divergen) berarti

ukuran kepala tersebar sudah melewati PAP. (Hani dkk, 2011; h. L-8)

Tabel 2.5. Kemungkinan Hasil Palpasi Leoplod IV


Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan
5/5 Kepala diatas PAP, mudah
digerakkan
4/5 H I-II Sulit digerakkan, bagian terbesar
kepala belum masuk panggul
3/5 H II-III Bagian terbesar kepala belum
masuk panggul
2/5 H III+ Bagian terbesar kepala sudah
masuk panggul
1/5 H III- HIV Kepala di dasar panggul
0/5 H IV Di perineum
(Hani dkk, 2011; h. L-8)

(2) Tinggi Fundus Uteri


Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang

sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. (Varney,

Kriebs dan Gegor, 2008; h. 673). Terjadi penurunan fundus uterus

karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul. (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2013; h. 6)
(3) Kontraksi
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali

atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik

atau lebih). (JNPK-KR, 2008; h. 38). Kontraksi dinilai setiap 30

menit. (Saifuddin, 2010; h. N-9)


b) Auskultasi
Pada saat proses persalinan sebaiknya pemeriskaan DJJ dilakukan pada

saat tidak ada kontraksi. (Baety, 2012; h. 20). Denyut jantung janin dinilai

setiap 30 menit. (Saifuddin, 2010; h. N-9)


c) Pemeriksaan Dalam
(1) Vagina
Pada saat pertama kali jari tengah mulai masuk ke dalam vagina,

hal pertama yang dikaji adalah keadaan perineum, kemungkinan

perineum teraba kaku, adanya bekas luka jahitan perineum atau

perineum teraba elastis. (Baety, 2012; h. 28)


(2) Serviks
Penilaian keadaan serviks pada pemeriksaan dalam yaitu dapat

dirasakan serviks teraba lunak (seperti pipi) atau serviks teraba kenyal

(seperti hidung). Selanjutnya menilai berapa persen pendataran/

efficement/ penipisan/ pemendekan serviks. Jika serviks belum

mengalami pembukaan perkiraan pendataran masih 0%, serviks

mengalami pembukaan 5 cm perkiraan pendataran serviks 50%, dan

jika serviks mengalami pembukaan 9 cm perkiraan pendataran serviks

90%. Penilaian selanjutnya adalah penilaian penting kemajuan

persalinan, yaitu menilai pembukaan serviks, sebab salah satu tanda

wanita memasuki masa inpartu dengan mengetahui ada tidaknya

pembukaan serviks. Pembukaan serviks dimulai dari pembukaan 1 cm

sampai 10 cm. (Baety, 2012; h. 28-29)


(3) Kulit Ketuban
Ketuban dikatakan masih utuh apabila pada pemeriksaan dalam

teraba adanya selaput yang di dalamnya terdapat cairan dan saat kedua

jari tangan kanan masuk (jari telunjuk dan jari tengah) dan dilakukan

penekanan pada selaput tersebut terasa ada semacam lentingan

/pantulan. Ketuban dikatakan sudah pecah apabila pada saat

pemeriksaan dalam tidak terasa adanya pantulan, melainkan terasa

adanya gesekan-gesekan kemungkinan rambut bayi, jika presentasinya

letak belakang kepala. (Baety, 2012; h. 31). Jika ketuban sudah pecah,

lihat warna dan bau air ketuban. (JNPK-KR, 2008; h. 44)


(4) Teraba
Penentuan letak janin/ presentasi janin dapat dilakukan dengan

pemeriksaan dalam seperti letak/presentasi puncak kepala,

letak/presentasi dahi, letak/presentasi bokong, dan letak/presentasi

muka. (Baety, 2012; h. 35-36)


(5) (Point of Direction) POD
Titik petunjuk merupakan suatu titik yang sebagian besar

melingkupi perabaan pertama kali pada saat jari tengah dan jari

telunjuk tangan kanan masuk ke dalam liang senggama.

Letak/presentasi belakang kepala POD: Ubun - Ubun Kecil (UUK),

letak/presentasi muka POD: dagu, letak/presentasi bokong POD:

sacrum, letak/ presentasi puncak kepala POD: Ubun - Ubun Besar

(UUB), letak/presentasi dahi POD: UUB. (Baety, 2012; h. 37-42)


(6) Moulage
Moulage adalah indikator tentang seberapa jauh kepala janin dapat

menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul.

Ketidakmampuan untuk berakomodasi atau disproporsi di tunjukkan

melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih (molase) yang berat

sehingga tulang kepala saling menyusup, sulit untuk di pisahkan.


0: sutura terpisah
1: sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) bersesuaian
2: sutura tumpang tindih tapi dapat diperbaiki
3: sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 78)
(7) Penurunan Bagian Terendah
Penurunan bagian terendah janin dapat dinilai melalui pemeriksaan

dalam berdasarkan bidang hodge/ bidang khayal. Bidang hodge terdiri

dari Hodge 1, yaitu sejajar PAP; Hodge 2, yaitu sejajar PAP melalui

tepi bawah simfisis; Hodge 3, yaitu sejajar dengan H1 dan H2 melalui

spina isiadika; Hodge 4, yaitu sejajar dengan H1, H2, H3 melalui

koksigis. (Baety, 2012; h. 33-34)


(8) Bagian Lain
Tali pusat yang menumbung dapat mengakibatkan janin

mengalami hipoksia sehingga aliran oksigen ke janin dapat terhambat.

Baik tali pusat/ ekstremitas janin yang menumbung dapat menyulitkan

proses persalinan. (Baety, 2012; h. 31-32)


(9) Sarung Tangan Lendir Darah (STLD)
Peningkatan bloody show merupakan tanda menjelang kala dua

persalinan. (Varney, Kriebs, dan Gegor, 2008; h. 693)


c. Analisa
1) Diagnosis Kebidanan/ Nomenklatur
Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan antara lain:
a) Paritas : Primigravida / Multigravida
b) Usia kehamilan
c) Kala dan fase persalinan
d) Keadaan janin
e) Normal atau tidak normal
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 228-229)
Kriteria persalinan normal adalah tidak mempunyai disproporsi fetopelvik,

tidak ada kehamilan ganda, dan tidak ada yang diobati dengan sedasi berat,

analgesia konduksi, oksitosin atau intervensi operatif. Semuanya mempunyai

panggul normal, kehamilan aterm dengan presentasi verteks, dan bayi

berukuran rata-rata. (Saifuddin, 2010; h. 305). Wanita yang diberi prioritas

bersalin di rumah sakit adalah wanita dengan kehamilan ke- 4 atau lebih,

wanita dengan umur 35 tahun ke atas (Saifuddin, 2010; h. 11).


2) Masalah
Kondisi psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang menjalani

persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan

antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan, dukungan

yang diterima wanita dari pasangannya, orang terdekat lain, keluarga dan

pemberi perawatan. (Varney, Kriebs dan Gegor, 2008; h. 686). Seperti

contohnya, takut dengan gambaran rasa sakit selama proses persalinan

bingung dengan apa yang harus dilakukan selama proses persalinan, tidak

tahan dengan nyeri akibat kontraksi, merasa tidak percaya diri dengan
kemampuannya meneran dan bingung memilih posisi meneran. (Sulistyawati

dan Nugraheny, 2013; h. 229)

3) Kebutuhan
Evaluasi terus menerus, mengatasi ketidaknyamanan selama proses persalinan,

pemberian informasi kepasa pasien dan keluarga, dan mengatasi cemas.

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 231)


d. Pelaksanaan
1) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi. Yaitu ruangan

yang hangat, bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari

tiupan angin. (JNPK-KR, 2008; h. 50)


2) Mempersiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan.

(JNPK-KR, 2008; h. 51). Berupa partus set (di dalam wadah stenlis yang

berpenutup), perlengkapan resusitasi bayi baru lahir, obat-obatan dan

perlengkapan untuk asuhan rutin dan penatalaksanaan/ penanganan penyulit,

dan set jahit. (JNPK-KR, 2008; h. 165-167)


3) Mempersiapkan benda-benda yang bisa disediakan oleh ibu/keluarga, meliputi

kain bersih, sarung bersih, celana dalam bersih, pembalut wanita, handuk,

handuk atau selimut bersih untuk bayi, penutup kepala untuk bayi. (JNPK-KR,

2008; h. 167)
4) Dukungan emosional dan menganjurkan suami dan anggota keluarga yang lain

untuk mendampingi ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya.

(JNPK-KR, 2008; h. 52)


5) Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama

persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya

untuk membantu ibu berganti posisi. (JNPK-KR, 2008; h. 53)


6) Menganjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air)

selama persalinan dan proses kelahiran. (JNPK-KR, 2008; h. 53)


7) Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin

selama persalinan. Ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih
sering jika ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh.

(JNPK-KR, 2008; h. 53)


8) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan meliputi denyut jantung

janin setiap ½ jam, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam, nadi

setiap ½ jam, pembukaan serviks setiap 4 jam, penurunan bagian terbawah

janin setiap 4 jam, tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam, produksi

urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam. (JNPK-KR, 2008; h. 55-56)
9) Mengajarkan ibu tentang teknik relaksasi pola napas. Menurut Suryanti,

Shoeriyah, dan Suparti (2013), terdapat perbedaan yang signifikan mengenai

intensitas nyeri antara kelompok ibu bersalin yang diberikan teknik adaptasi

pola nafas dengan yang tidak diberikan teknik adapatasi pola napas.
10) Mengajarkan pada keluarga tentang management nyeri persalinan. Usapan

pada punggung yaitu usapan yang terlokalisir di titik tertentu berfungsi untuk

mengurangi rasa nyeri punggung bawah pasien akibat proses penurunan

kepala. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 58). Menurut Aryani, Masrusl

dan Evareny (2015) ada pengaruh masase pada punggung terhadap intensits

nyeri kala I fase laten persalinan normal.

Hasil : Memberikan asuhan sayang ibu selama kala satu persalinan (JNPK-KR,

2008; h. 37). Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal,

memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman,

adekuat dan tepat waktu serta mencegah terjadinya penyulit yang dapat

mengancam keselamatan jiwa mereka. (JNPK-KR, 2008; h. 54-55). Pasien

kooperatif dalam proses persalinan, suami dan keluarga senantiasa siap

memberikan dukungan. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 233)

2. Management Kala II
Tanggal…. Jam….
a. Data Subjektif
Pasien mengatakan ingin meneran. (Sulistyawati dan Nugraheny 2013; h. 233)
b. Data Objektif
1) Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh (body language) yang

menggambarkan suasana fisik dan psikologis pasien menghadapi kala II

persalinan.
2) Vulva dan anus membuka, perineum menonjol
3) Hasil pemantauan kontraksi.
a) Durasi lebih dari 40 detik
b) Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit
c) Intensitas kuat
4) Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 234)
c. Analisa
1) Diagnosa Nomenklatur
Seorang P1A0 dalam persalinan kala II normal. (Sulistyawati dan Nugraheny,

2013; h. 234)
2) Kebutuhan
Kebersihan pasien, pengaturan posisi, kebutuhan hidrasi, melibatkan suami

dalam proses persalinan, memberikan dukungan mental dan spiritual,

melakukan pertolongan persalinan. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h.

235)
d. Pelaksanaan
Menurut JNPK-KR (2008; h. 18-21), pelaksanaan asuhan kala II persalinan

adalah
1) Mendengar, melihat, dan memeriksa gejala kala II, yaitu ibu merasa ada

dorongan kuat dan meneran, regangan yang semakin meningkat pada rectum

dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter ani membuka.
2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk

menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir
3) Memakai celemek plastik
4) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan

sabun dan air bersih mengalir kemudian dikeringkan


5) Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam
6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan

ke belang dengan menggunakan kapas atau kassa yang dibahasai air DTT
8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
9) Dekontaminasi sarung tangan
10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus
11) Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik

dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan

keinginannya.
12) Meminta kelaurga membantu menyiapkan posisi meneran
13) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat

untuk meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala

bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm


16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan

kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi

dan membantu lahirnya kepala


20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tapi pusat. Jika tali pusat melilit leher

secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali pusat melilit

leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem

tersebut.
21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal.

Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontaksi. Dengan lembut gerakkan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus

pubis dan kemungkinan gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu

belakang.
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk

menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas

untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas


24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan

telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari

dan jari-jari lainnya)


25) Melakukan penilaian selintas (apakah bayi menangis kuat dan bergerak aktif)
26) Mengeringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu.
27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain

Hasil : keadaan umum bayi (jenis kelamin, spontanitas menangis segera setelah

lahir, dan warna kulit), keadaan umum pasien (kontrkasi, perdarahan dan

kesadaran), kepastian adanya janin kedua. (Sulistyawati dan Nugraheny,

2013; h. 237)

3. Management Kala III


Tanggal…. Jam….
a. Data Subjektif
Wanita merasa gembira, bangga pada dirinya, lega dan sangat lelah. (Varney,

Kriebs, dan Gegor, 2008; h. 826). Pasien mengatakan perut bagian bawahnya

terasa mulas. (Sulistyawti dan Nugraheny, 2013; h. 237)


b. Data Objektif
1) Bayi lahir secara spontan pervagina pada tanggal… jam… jenis kelamin laki-

laki/ perempuan, normal/ ada kelainan, menangis spontan kuat, kulit warna

kemerahan.
2) Plasenta belum lahir
3) Tidak teraba janin kedua
4) Teraba kontraksi uterus.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 237)
Uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Tali

pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva, semburan darah mendadak dan

singkat (JNPK-KR, 2008; h. 128). Pastikan kandung kemih kosong, jika penuh

dapat dipalpasi dan kateterisasi teknik asntiseptik. Karena kandung kemih yang

penuh akan menghalangi uterus berkontraksi secara baik. (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2013; h. 168)


c. Analisa
1) Diagnosa Nomenklatur
Seorang P1A0 dalam persalinan kala III (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h.

238)

d. Pelaksanaan
1) Memberitahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin
2) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir menyuntikkan oksitosin 10 unit

(intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (melakukan aspirasi

sebelum menyuntikkan oksitosin)


3) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada

sekitar 3 cm dari pusat (umbikulus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong

isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal

dari klem pertama.


4) Memotong dan mengikat tali pusat
5) Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.


6) Menyelimuti bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
7) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
8) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, di tepi atas simfisis,

dan menegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
9) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat ke arah bawah sambil

tangan lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-

hati (untuk mencegah inversio uteri)


10) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,

minta ibu meneran sambil pendorong menarik tali pusat dengan arah sejajar

lantai dan kemuadian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap

melakukan tekanan dorsokranial.


11) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah

disediakan.
12) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
13) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan

selaput ketuban lengkap dan utuh.


14) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan melakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif


(Kemenkes RI, 2013; h. 44-46)

Hasil : Plasenta lahir spontan lengkap pada tanggal … jam…, kontraksi

uterus, TFU berapa jari dibawah pusat, perdarahan, laserasi jalan lahir.

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 239)

4. Management Kala IV
Tanggal…. Jam….
a. Data Subjektif
1) Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir
2) Pasien mengatakan perutnya masih mulas
3) Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 239)
b. Data Objektif
1) Plasenta telah lahir spontan lengkap pada tanggal… jam…
2) TFU berapa jari dibawah pusat
3) Kontraksi uterus baik/ tidak
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 239)
Penentuan derajat laserasi dilakukan pada saat ini untuk menentukan langkah

penjahitan. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 181). Pengeluaran plasenta

disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc. (Sofian, 2012; h. 73).

Setelah melahirkan kandung kemih harus tetap kosong guna mencegah uterus

berubah posisi dan atoni. (Varney, Kriebs, dan Gegor, 2008; h. 837)
c. Analisa
1) Diagnosa Nomenklatur
Seorang P1A0 dalam persalinan kala IV (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h.

239)
2) Kebutuhan
Pemantauan intensif pada pasien dan kebutuhan pasien pada kala IV (hidrasi

dan nutrisi, hygiene dan kenyamanan pasien, bimbingan dan dukungan

berkemih, dukungan dalam pemberian ASI). (Sulistyawati dan Nugraheny,

2013; h. 240-241)

d. Pelaksanaan
1) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam
2) Memulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit

ibu-bayi
3) Setelah IMD selesai, menimbang dan mengukur bayi, memberi salep

antibiotika profilaksis, menyuntikkan vit K1 1mg, memastikan suhu bayi

normal.
4) Satu jam setelah pemberian vit K, memberikan suntikan imunisasi hepatitis B

di paha kanan
5) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan, 15 menit

selama 1 jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua pascasalin
6) Mengajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi, mewaspadai tanda bahaya


7) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
8) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15

menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pascasalin
9) Memeriksa kembali kondisi bayi
10) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi


11) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
12) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering


13) Memastikan ibu merasa nyaman
14) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
15) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
16) Cuci kedua tangan dengan sabun dan ait bersih mengalir kemudian keringkan.
17) Melengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala IV
(Kemenkes RI, 2013; h.47-49)

Hasil : Tanda vital pasien normal, perkiraan jumlah perdarahan total selama

persalinan tidak lebih dari 500cc, kontraksi uterus baik, IMD berhasil, pasien

dapat beradaptasi dengan peran barunya. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h.

241)

Anda mungkin juga menyukai