2) Keluhan Utama
Pada kasus persalinan, informasi yang harus di dapat dari pasien adalah
frekuensinya. Apakah ada pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari
air kemih, apakah sudah ada pengeluaran lendir yang disertai darah, serta
bloody show merupakan tanda menjelang kala dua persalinan. (Varney, Kriebs,
memerlukan kerja jantung yang berat. (Sofian, 2012; h. 104). Kala II yaitu
kala yang kritis bagi penderita. Bila tidak timbul tanda-tanda payah
Dalam 20-30 menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek
109)
d) Diabetes Melitus
Pada persalinan yang memerlukan tenaga ibu dan kerja rahim akan
terhadap persalinan adalah inersia uteri dan atonia uteri, distosia karena
janin (anak besar, bahu lebar), kelahiran mati, persalinan lebih sering
jalan lahir, inersia uteri pada kala I dan kala II, kelainan letak plasenta,
85)
c) Lama persalinan
Lama persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik untuk
dengan paritas yang semakin tinggi. (Varney, Kriebs dan Gegor, 2008; h.
692)
d) Berat lahir
Ukuran bayi terbesar yang dilahirkan pervaginam memastikan
keadekuatan panggul wanita untuk ukuran bayi saat ini. Wanita yang
mempunyai riwayat melahirkan bayi kecil dari ayah yang sama cenderung
memiliki bayi yang kecil juga kali ini. (Varney, Kriebs dan Gegor, 2008;
h. 692)
e) Komplikasi
Masalah prenatal penting untuk melakukan penapisan pada ibu
adalah sebagai berikut, kapan atau jam berapa terakhir kali makan,
h. 53)
b) Eliminasi
Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk
pasien kapan terakhir mandi, keramas, dan gosok gigi, kapan terakhir
224)
d) Istirahat/Tidur
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk mempersiapkan energi
menghadapi proses persalinannya, hal ini akan lebih penting lagi jika
224)
tetap difasilitasi karena efek psikologis yang postif untuk pasien dan
antara pasien yang sudah tau atau punya pengalaman tentang persalinan
dengan yang sama sekali belum tahu tentang persalinan. (Sulistyawati dan
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan
tekanan darah. (Varney, Kriebs, dan Gegor, 2008; h. 686). Tekanan darah
Kriebs, dan Gegor, 2008; h. 687). Observasi dan kisaran normal denyut
nadi 55-90 kali regular per menit. (Chapman, 2006; h. 40). Nadi dinilai
ialah peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 sampai 10C, yang
ukuran kepala tersebar sudah melewati PAP. (Hani dkk, 2011; h. L-8)
Nugraheny, 2013; h. 6)
(3) Kontraksi
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
saat tidak ada kontraksi. (Baety, 2012; h. 20). Denyut jantung janin dinilai
dirasakan serviks teraba lunak (seperti pipi) atau serviks teraba kenyal
teraba adanya selaput yang di dalamnya terdapat cairan dan saat kedua
jari tangan kanan masuk (jari telunjuk dan jari tengah) dan dilakukan
letak belakang kepala. (Baety, 2012; h. 31). Jika ketuban sudah pecah,
melingkupi perabaan pertama kali pada saat jari tengah dan jari
dari Hodge 1, yaitu sejajar PAP; Hodge 2, yaitu sejajar PAP melalui
tidak ada kehamilan ganda, dan tidak ada yang diobati dengan sedasi berat,
bersalin di rumah sakit adalah wanita dengan kehamilan ke- 4 atau lebih,
yang diterima wanita dari pasangannya, orang terdekat lain, keluarga dan
bingung dengan apa yang harus dilakukan selama proses persalinan, tidak
tahan dengan nyeri akibat kontraksi, merasa tidak percaya diri dengan
kemampuannya meneran dan bingung memilih posisi meneran. (Sulistyawati
3) Kebutuhan
Evaluasi terus menerus, mengatasi ketidaknyamanan selama proses persalinan,
yang hangat, bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari
(JNPK-KR, 2008; h. 51). Berupa partus set (di dalam wadah stenlis yang
kain bersih, sarung bersih, celana dalam bersih, pembalut wanita, handuk,
handuk atau selimut bersih untuk bayi, penutup kepala untuk bayi. (JNPK-KR,
2008; h. 167)
4) Dukungan emosional dan menganjurkan suami dan anggota keluarga yang lain
persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya
selama persalinan. Ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih
sering jika ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh.
janin setiap ½ jam, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam, nadi
janin setiap 4 jam, tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam, produksi
urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam. (JNPK-KR, 2008; h. 55-56)
9) Mengajarkan ibu tentang teknik relaksasi pola napas. Menurut Suryanti,
intensitas nyeri antara kelompok ibu bersalin yang diberikan teknik adaptasi
pola nafas dengan yang tidak diberikan teknik adapatasi pola napas.
10) Mengajarkan pada keluarga tentang management nyeri persalinan. Usapan
pada punggung yaitu usapan yang terlokalisir di titik tertentu berfungsi untuk
dan Evareny (2015) ada pengaruh masase pada punggung terhadap intensits
Hasil : Memberikan asuhan sayang ibu selama kala satu persalinan (JNPK-KR,
adekuat dan tepat waktu serta mencegah terjadinya penyulit yang dapat
2. Management Kala II
Tanggal…. Jam….
a. Data Subjektif
Pasien mengatakan ingin meneran. (Sulistyawati dan Nugraheny 2013; h. 233)
b. Data Objektif
1) Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh (body language) yang
persalinan.
2) Vulva dan anus membuka, perineum menonjol
3) Hasil pemantauan kontraksi.
a) Durasi lebih dari 40 detik
b) Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit
c) Intensitas kuat
4) Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 234)
c. Analisa
1) Diagnosa Nomenklatur
Seorang P1A0 dalam persalinan kala II normal. (Sulistyawati dan Nugraheny,
2013; h. 234)
2) Kebutuhan
Kebersihan pasien, pengaturan posisi, kebutuhan hidrasi, melibatkan suami
235)
d. Pelaksanaan
Menurut JNPK-KR (2008; h. 18-21), pelaksanaan asuhan kala II persalinan
adalah
1) Mendengar, melihat, dan memeriksa gejala kala II, yaitu ibu merasa ada
dorongan kuat dan meneran, regangan yang semakin meningkat pada rectum
dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter ani membuka.
2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir
3) Memakai celemek plastik
4) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
ke belang dengan menggunakan kapas atau kassa yang dibahasai air DTT
8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
9) Dekontaminasi sarung tangan
10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus
11) Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
12) Meminta kelaurga membantu menyiapkan posisi meneran
13) Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali pusat melilit
leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem
tersebut.
21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal.
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemungkinan gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari
Hasil : keadaan umum bayi (jenis kelamin, spontanitas menangis segera setelah
lahir, dan warna kulit), keadaan umum pasien (kontrkasi, perdarahan dan
2013; h. 237)
Kriebs, dan Gegor, 2008; h. 826). Pasien mengatakan perut bagian bawahnya
laki/ perempuan, normal/ ada kelainan, menangis spontan kuat, kulit warna
kemerahan.
2) Plasenta belum lahir
3) Tidak teraba janin kedua
4) Teraba kontraksi uterus.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 237)
Uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Tali
pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva, semburan darah mendadak dan
singkat (JNPK-KR, 2008; h. 128). Pastikan kandung kemih kosong, jika penuh
dapat dipalpasi dan kateterisasi teknik asntiseptik. Karena kandung kemih yang
238)
d. Pelaksanaan
1) Memberitahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin
2) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir menyuntikkan oksitosin 10 unit
sekitar 3 cm dari pusat (umbikulus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong
isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal
dan menegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
9) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
minta ibu meneran sambil pendorong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemuadian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
12) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
13) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
uterus, TFU berapa jari dibawah pusat, perdarahan, laserasi jalan lahir.
4. Management Kala IV
Tanggal…. Jam….
a. Data Subjektif
1) Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir
2) Pasien mengatakan perutnya masih mulas
3) Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 239)
b. Data Objektif
1) Plasenta telah lahir spontan lengkap pada tanggal… jam…
2) TFU berapa jari dibawah pusat
3) Kontraksi uterus baik/ tidak
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h. 239)
Penentuan derajat laserasi dilakukan pada saat ini untuk menentukan langkah
Setelah melahirkan kandung kemih harus tetap kosong guna mencegah uterus
berubah posisi dan atoni. (Varney, Kriebs, dan Gegor, 2008; h. 837)
c. Analisa
1) Diagnosa Nomenklatur
Seorang P1A0 dalam persalinan kala IV (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013; h.
239)
2) Kebutuhan
Pemantauan intensif pada pasien dan kebutuhan pasien pada kala IV (hidrasi
2013; h. 240-241)
d. Pelaksanaan
1) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
2) Memulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit
ibu-bayi
3) Setelah IMD selesai, menimbang dan mengukur bayi, memberi salep
normal.
4) Satu jam setelah pemberian vit K, memberikan suntikan imunisasi hepatitis B
di paha kanan
5) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan, 15 menit
selama 1 jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua pascasalin
6) Mengajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pascasalin
9) Memeriksa kembali kondisi bayi
10) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
Hasil : Tanda vital pasien normal, perkiraan jumlah perdarahan total selama
persalinan tidak lebih dari 500cc, kontraksi uterus baik, IMD berhasil, pasien
241)