A. PENDAHULUAN
Pada tahun 1997-1998 Indonesia mengalami krisis moneter dan krisis ekonomi, dimana salah satu
faktor penyebabnya adalah adanya liberalisasi ekonomi. Pada saat itu, banyak bank yang berdiri
bebas dengan hanya menggunakan modal 10 milyar saja. Pinjaman luar negeri, baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun sektor swasta, telar mendorong pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya
melahirkan banyak konglomerat dengan beberapa tipe, yaitu:
Konsumerisme bukan berarti konsumtifisme. Konsumerisme artinya ialah suatu gerakan protes dari
masyarakat konsumen terhadap perlakuan yang tidak memuaskan dan sangat merugikan oleh pihak
produsen terhadap masyarakat konsumen.
Konsumerisme perlu segera diselesaikan. Untuk mengatasi masalah konsumerisme yang semakin
membahayakan tsb, maka pemerintah perlu turun tangan untuk menyelesaikannya dengan
mengeluarkan berbagai peraturan yang melindungi konsumen dan mendorong berlakunya etika
bisnis bagi pengusaha.
Namun demikian, krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia memberikan banyak hikmah,
antara lain:
1. Selama Indonesia terlalu optimis dengan kekuatan ekonominya dengan slogan negara
industri baru. Padahal industri yang dibangun oleh pengusaha banyak berasal dari utang luar
negeri.
Adanya pandangan bahwa ekonomi Indonesia bertumbuh pesat, masa depan Indonesia
semakin cerah, namun pada akhirnya menjadi takabur, dan ujung-ujungnya krisis.
2. Membuat perjanjian utang dengan kreditur luar negeri. Sistem ekonomi kapitalis yang ditiru
Indonesia ternyata tidak sepenuhnya benar. Pengusaha bertindak salah arah. Mereka diberi
kebebasan membuat perjanjian utang dengan kreditur-kreditur luar negeri tanpa regulasi
yang jelas.
3. Kontrol ekonomi pemerintah sangat lemah, sehingga tidak dapat dimonitor, berapa
sebenarnya utang pihak swasta ke luar negeri. Ini sangat menyulitkan pemerintah dalam
perencanaan dan pemtaan pembayaran cicilan utang luar negeri.
4. Bentuk proteksi, subsidi, diskriminasi, pemberian fasilitas kepada pengusaha-pengusaha
tertentu terutama pengusaha karbitan, birokratik, dan pengusaha jalur kelompok, sebab
pengusaha seperti itulah yang banyak menyebabkan rusaknya negara.
5. Harus segera diawasi perilaku pengusaha dimana pemerintah harus mendorong penerapan
etika bisnis secara benar, serta memberikan keteladanan yang baik kepada masyarakat.
6. Tindak tegas pengusaha yang tidak jujur, yang menyelewengkan dana masyarakat, yang
mempraktikkan harga mark-up yaitu memberi nilai lebih tinggi terhadao barang jaminan
mereka, sehingga ketika jaminannya disita, tersebut nilainya sangat rendah, jauh dibawah
jumlah utangnya.
7. Saat ini perlu diciptakan iklim bisnis yang sehat dan mandiri, tidak tergantung pada
kekuasaan. Tidak perlu lagi menyapih pengusaha yang tidak etis, tidak profesional,
perusahaannya baru saja berdiri sudah menjadi konglomerat, tapi rapuh.
8. Perlu dibuat peraturan khusus terhadap pengusaha yang suka mengeluarkan cek kosong,
gironya ditolak, tidak mau membayar utang padahal mampu. Mereka harus dikenakan sanki
sebelum mereka dicap sebagai orang dzalim.
Pebisnis diharaokan mampu bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya, artinya bisnis
yang dilakukannya harus mampu memupuk atau membangun tingkat kepercayaan
stakeholders-nya. Kepercayaan, keadilan dan kejujuran merupakan elemen pokok dalam
mencapai suksesnya bisnis dikemudian hari.
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan yang merupakan bagian dari
filsafat. Menurut Webster Dictionary (2012), etika ialah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-
prinsip yang disistematisasi tentang tindakan moral yang benar.
Etika dipahami merupakan perbuatan standar (standard of conduct) yang mengarahkan individu
untuk membuat keputusan. Etika merupakan studi mengenai perbuatan yang salah dan benar dan
pilihan moral yang dilakukan oleh seseorang. Keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai
perilaku standar. Terkait dengan etika, perlu memahami moral. Moral berasal dari bahasa Latin
“mores” yang artinya tindakan manusia yang sesuai dengan ukuran yang diteruma oleh umum.
Dalam bahasa Indonesia, moral dipahami sebagai susila, yaitu perilaku yang sesuai dengan
pandangan umum, yang baik dan wajar, yang meliputi satuan social dan lingkungan tertentu. Dengan
demikian ada kesamaan antara etika dan moral, namun ada pula perbedaannya yaitu etika lebih
banyak bersifat praktis, etika merupakan tingkah laku manusia secara umum (universal), sedangkan
moral bersifat lokal, lebih khusus.
Konsep yang diungkapkan oleh Max Weber tentang “Protestant Ethics” , dimana etika
tersebut, membawa kemajuan pesat dalam pembangunan di Eropa. Kemajuan di Eropa Barat
adalah berkat ajaran asketisme (zuhud) dalam ajaran Calvin. Kaum Calvinis menerima
panggilan illahi untuk bekerja keras dan tetap berhemat terhadap harta yang berhasil
dikumpulkan, karena hidup mewah bukanlah tujuan. Dengan cara hidup hemat maka
terjadilah akumulasi modal menuju kapitalisme.
Beberapa hal penting terkait dengan dasar etika dalam bisnis syariah, yaitu menyangkut:
1. Janji
Seorang muslim selalu diajari unutuk selalu menepati janji. Janji tersebut adalah
semacam ikrar, kesanggupan yang telah kita nyatakan kepada seseorang dan Allah SWT
mengetahui janji tersebut.
2. Utang-Piutang
Utang merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam kegiatan bisnis. Hanya terkadang utang tsb menimbulkan persoalan yang
kompleks sehingga menimbulkan pertengkaran. Banyak utang yang berujung pada
pengadilan, bahkan banyak sampai terjadi pembunuhan gara-gara utang.
3. Tidak Boleh Menghadang Orang Desa di Perbatasan Kota
Zaman dahulu seringkali terjadi orang desa dihadang atau dihalang-halangi masuk kota,
dan para tengkulak berusaha membeli barang orang desa itu, dengan harga yang
ditetapkan oleh mereka, dengan intimidasi dan informasi mengatakan bahwa harga di
kota sekarang ini sedang turun.
4. Jual Beli Harus Jujur dan Ada Hak Khiyar
Mengenai hak khiyar yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, pada prinsipnya ini adalah
menghargai pelanggan.
5. Ukuran Takaran dan Timbangan
Mengenai masalah takaran dan timbangan dalam perdagangan, sudah banyak dibahas
pada bab lain.
6. Menjual Barang Haram dan Minuman Memabukkan
“Rasulullah Saw melaknat tentang arak. Ada sepuluh golongan yang terkait, yaitu yang
memerasnya, yang minta diperaskan, yang meminum, yang membawa, yang minta
diantar, yang menghidangkan, yang menjual, yang memakan harganya, yang membelinya
dan minta dibelikan.(HR. Tarmizi dan Ibnu Majah)”
7. Berperilaku Hemat dan Pemboros
Manusia jangan menghambur-hamburkan harta secara boros. Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah syaitan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
8. Masalah Upah
Agar tidak terjadi kecemburuan sosial dan demonstrasi dari para karyawan, maka
perhatikanlah etika berikut:
“Berilah kepada buruh upahnya sebelum kering keringatnya. (HR Ibnu Majah)
9. Mengambil Hak Orang Lain
“Tidak halal mengambil harta seorang Muslim melainkan dengan kerelaannya. (HR
Daruquthni)
10. Adakan Penghijauan, Hindari Polusi, dan Tidak Membuat Kerusakan di Muka Bumi
11. Perintah Berusaha
12. Batasan-batasan agar Tidak Mengumpulkan dan Tidak Pamer Kekayaan
13. Agama dan Kata Hati
Salah satu inti dalam etika bisnis adalah kejujuran. Kejujuran merupakan modal untuk hidup.
Sikap dan perilaku yang tidak jujur menyebabkan bangsa Indonesia terpuruk dalam berbagai bidang.
Puncak dari ketidakjujuran tersebut adalah banyaknya terjadi korupsi, dimana banyak sekali orang
yang diajukan ke pengadilan korupsi. Korupsi inilah yang merusak seluruh tatanan kehidupan bangsa,
dimana banyak keuangan negara yang bocor dan menguap sehingga rakyat menjadi semakin miskin.