Anda di halaman 1dari 12

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH SURVEILANS EPIDEMIOLOGI GIZI


STIKES IMMANUEL BANDUNG

Nama : Anita Pratiwi


NIM : 0432051321117104
STIK IMMANUEL Jurusan Gizi Konvensi

Pertanyaan:
1. Apa yang membedakan orientasi Ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health) dan Ilmu
Kedokteran Klinik (Biomedis)? Berikan contoh kegiatan-kegiatan di Puskesmas.?
Jawaban :
Yang membedakan orientasi Ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health) dan
Ilmu Kedokteran Klinik (Biomedis) yaitu dalam pendekatannya, yaitu dalam hal
fokus, penekanan, paradigma, etika dan spesifikasi.
a) Fokus
- Ilmu Kesehatan masyarakat berfokus pada kesehatan masyarakat. Peneliti dan
praktisi kesmas harus menyeimbangkan kebutuhan dan hak setiap individu dengan
kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Kesmas berfokus pada pencegahan
yang berdampak baik pada generasi sekarang maupun masa depan.
- Ilmu Kedokteran klinik berfokus pada kesehatan individu. Praktisi kedokteran
didedikasikan untuk melayani pasien individual dan menghormati otonomi
individu.
b) Penekanan
- Penekanan pada Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah pencegahan penyakit, promosi
kesehatan pada masyarakat.
- Penekanan pada Ilmu Kedokteran Klinik adalah diagnose dan penyembuhan
(Pengobatan)
c) Paradigma
- Ilmu Kesehatan Masyarakat melalui pengembangan dan Implementasi pada
intervensi yang faktor biologi dari sasaran (target), gaya hidup, lingkungan
merupakan jalan dan penentu perawatan medis.
- Ilmu Kedokteran klinik memusatkan pada penetapan perawatan medis pada
individu.

d) Etika
- Etika kesmas membesarkan bioetik, tapi terus bertumbuh menjadi system yang
merefleksikan nilai (values) dan kepercayaan (Believe) dalam bidang kesehatan
masyarakat
- Ilmu Kedokteran klinik diatur oleh etika kedokteran, terutama prinsip-prinsip yang
mendukung kepada otonomi dan kerahasiaan individu dan hak untuk mendapatkan
perawatan yang kompeten.
e) Spesifikasi
- Ilmu Kesehatan Masyarakat tergantung pada berbagai disiplin ilmu. Spesialisasi
dalam bidang kesmas mencakup ahli di bidang masalah kesehatan, analisis,
evaluasi, rancangan penelitian, promosi dan pengembangan kebijakan.
- Ilmu Kedokteran klinik spesialisasi diorganisasikan di sekitar etiologi atau
patofisiologi, kelompok pasien khusus, keahlian organ dan teknis.

2. Apa yang disebut Epdemiologi Deskriptif? Berikan contoh untuk kajian penyakit
menular dan penyakit tidak menular/masalah gizi?
Jawaban :
- Epidemiologi Deskriptif studi yang bertujuan untuk mengetahui Apa, Dimana Dan
Kapan fenomena (penyakit/masalah gizi)terjadi.
- Epidemiologi Deskriftif yaitu Studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan untuk
menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan
menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdasarkan atribut dan
variable menurut segitiga epidemiologi (Orang, Tempat dan Waktu).
Contoh :
Orang
1. Umur, kelamin, etnis, pendidikan, ekonomi, Pekerjaan
Tempat
1. Area geografis, Kota, desa, pemukiman, domestic, non domestik
Waktu :
1. Waktu terjadinya infeksi
2. Penyebab penyakit
3. Mengetahui tipe Wabah/KLB

3. Untuk mengukur keberhasilan program pencegahan dan pemberantasan penyakit


menular menggunakan ukuran Ratio, Proporsi. Jelaskan ukuran-ukuran tersebut dan
berikan cuntoh dalam pencegahan dan alian penyakit menular tsb.
Jawaban :
a. Ratio :
- Bilangan pecahan, Numerator tidak termasuk dalam denominator, kisaran (rentang)
antara 1 – tak terhingga.
- Perbandingan antara 2 kuantitas, yaitu kuantitas pembilang (numerator), dan
kuantitas penyebut. Kedua pembanding itu tidak harus memiliki ciri-ciri/sifat yang
sama. Ada juga yang menyebutkan bahwa rasio adalah frekuensi relatif dari suatu
sifat tertentu dibandingkan dengan frekuensi dari sifat yang lain.

b. Proporsi :
- Bilangan pecahan, Numerator bagian dari denominator, dapat dinyatakan dalam
persen, permil, Kisaran (rentang) antara 0 – 100
- Suatu bentuk khusus dalam perhitungan rasio adalah proporsi. Apabila pembilang
(numerator) adalah bagian dari penyebut, maka bentuk perbandingan tersebut
dinamakan Proporsi. Jadi proporsi bisa diartikan sebagai jumlah dari suatu sifat
tertentu dibandingkan dengan seluruh populasi dimana sifat tersebut didapatkan.

Contoh :
Ratio :

Dalam suatu KLB penyakit types, jumlah penderita laki-laki sebanyak 30 orang
dan jumlah penderita perempuan adalah 15 orang.
Maka penderita laki-laki : perempuan adalah
= 30 : 15
=2:1

Proporsi

Dalam suatu KLB penyakit types, jumlah penderita laki-laki sebanyak 30 orang
dan jumlah penderita perempuan adalah 15 orang. Berapa proporsi penderita laki-
laki

4. Jelaskan dan berkan contoh-contoh kegiatan Primary Prevention, Scondary


Prevenntion, dan Tertiary Prevention berhubungan dengan substansi Gizi di
Puskesmas atau di rumah sakit.
Jawaban :
° Primary Prevention
- pencegahan tingkat pertama yang meliputi promosi kesehatan Dan pencegahan
khusus
- Fase ini ditandai dengan adanya keseimbangan antara agent (kuman penyakit/
penyebab), host (pejamu) dan environtment (lingkungan).
° Secondary Prevention adalah bagian yang meliputi diagnosis dini serta
pengobatan yang tepat
° Tertiary Prevention adalah bagian ymg meliputi pencegahan tehadap terjadinya
cacat
- pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary
prevention). Fase ini dimulai dari pertama kali seorang terkena sakit yang pada
akhirnya memiliki kemungkinan sembuh atau mati.

Contoh :
1. Primary Prevention
Pencegahan pertama dilakukan pada masa sebelum sakit yang dapat berupa :

a) Penyuluhan kesehatan yang intensif.

b) Perbaikan gizi dan penyusunan pola menu gizi yang adekuat.

c) Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita khususnya anak-


anak, dan remaja pada umumnya.

d) Perbaikan perumahan sehat.

e) Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan


pengembangan kesehatan mental maupu sosial.

f) Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.

g) Pengendalian terhadap faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi


timbulnya suatu penyakit.

h) Perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.

Pencegahan primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan sebelum kita jatuh
sakit dan ini adalah sesuai dengan “konsep sehat” yang kini dianut dalam kesehatan
masyarakat modern.

2. Secondary Prevention

Pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu seperti pegawai negeri, buruh/
pekerja perusahaan tertentu, murid sekolah dan mahasiswa serta kelompok tentara, termasuk
pemeriksaan kesehatan bagi calon mahasiswa, calon pegawai, calon tentara serta bagi mereka
yang membutuhkan surat keterangan kesehatan untuk kepentingan tertentu.
3. Tertiary Prevention

Mencegah proses penyakit lebih lanjut, seperti pengobatan dan perawatan khusus
penderita kencing manis, tekanan darah tinggi, gangguan saraf dan lain-lain serta mencegah
terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab tertentu, serta usaha rehabilitasi.

5. Bagaimana cara menghitung insidensi rate dan prevalens rate (point prevalens dan
periode prevalens) suatu penyakit pada suatu wilayah kerja Puskesmas, dan berikan
contoh-contoh!!
Rumus menghitung insiden rate

IR =

X: Jumlah kejadian pada penduduk/masyarakat


Y: Jumlah Penduduk/Masyarakat
K: Konstanta( angka dasar)

Contoh:
Puskesmas kecamatan Paroon melaporkan bahwa selama tahun 2010 terdapat 300
kasus ISPA. Diketahui jumlah penduduk Paroon sebanyak 30.000 jiwa. Hitunglah
insiden rate ISPA di puskesmas kecamatan Paroon tersebut.

IR =

IR =

IR = 10 per 1000 penduduk

Rumus menghitung prevalens rate


- point prevalens

Puskesmas kecamatan Paroon melaporkan adanya penderita penyakit TB paru


sebanyak 200 penderita selama tahun 2010, jumlah tersebut belum termasuk 70 orang
yang masih sakit pada akhir tahun 2009. Jumlah penduduk kecamatan Paroon sebanyak
30.000 jiwa.
Hitunglah prevalens rate penyakit TB paru di Puskesmas kecamatan Paroon tersebut!

PR =

PR =

PR = 9 per 1000 pendudu


- Period Prevalence Rate

Jumlah penduduk tanggal 1 juli 2008 di daerah margasari adalah 200.000 orang,
menurut laporan puskesmas kecamatan margasari jumlah penyakit penderita TBC
adalah januari 40 kasus lama, 110 kasus baru, maret 65 kasus lama, 85 kasus baru,
september 40 kasus lama, 60 kasus baru dan desember 190 kasus lama dan 210 kasus
baru,maka angka prevalensi periode adalah:

= (40+110) + (65+85) + (15+85) + (40+60) + (190+210) x100


200.000

=0,45 %

6. Apa manfaat menghitung insidensi rate dan prevalens rate (point prevalens dan periode
prevalens) suatu penyakit pada suatu wilayah kerja Puskesmas, serta berikan contoh
masing-masing.
- Manfaat insidensi rate
a. Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
b. Mengetahui resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
c. Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh sutu fasilitas pelayanan
kesehatan
Contoh :
Tahun 2008, 200 kasus flu burung dilaporkan di puskesmas Padang dengan penduduk
200.000. Berapakah angka insiden per 100.000 penduduk kota padang selama tahun
tersebut?
Jawab:
(200/200.000) x 100.000
= 100/100.000
=1/1000
- Manfaat prevalens rate
a. Untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada satu waktu tertentu
b. Untuk merencanakan fasilitas kesehatan dan ketenagaan
Contoh Point Prevalence Rate
Kasus penyakit demam berdarah di kecamatan x pada waktu dilakukan survei
pada juli 2009 adalah 100 orang dari 4000 penduduk dikecamatan tersebut maka
point prevalence rate demam berdarah di kecamatan tersebut adalah :
100
Point prevalence rate = x 1000
4000
= 25 kasus per 1000 orang

Contoh Period Prevalence rate


Pada suatu daerah penduduk pada 1 juli 2015 100.000 orang dilaporkan keadaan
penyakit A Sbb: Januari 50 kasus lama dan 100 kasus baru. Maret 75 kasus lama dan 75
kasus baru. September 50 kasus lama dan 50 kasus baru. Desember 200 kasus lama dan 200
kasus baru.
Period prevalence rate = (50+100) +( 75+75)+( 25+75)+(50+50)+(200+200) x 100%
100.000
= 0,9 %

7. Apa yang disebut tentang Surveilans Gizi dan sebutkan manfaatnya.


Jawaban :
- Surveilans gizi adalah proses pengamatan masalah dan program gizi secara terus
menerus baik situasi normal maupun darurat, meliputi : pengumpulan, pengolahan,
analisis dan pengkajian data secara sistematis serta penyebarluasan informasi untuk
pengambilan tindakan sebagai respon segera dan terencana.
- Manfaat surveilan gizi :
 Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit/
masalah gizi
 Menentukan penyakit/masalah gizi apa yang akan diprioritaskan untuk diobati
atau diberantas.
 Meramalkan kejadian wabah
 Menilai dan memantau pelaksanaan program gizi
 Mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan
8. Salah satu tujuan mempelajari surveilans Gizi Masyakarakat yaitu antara lain: (a) untuk
mengetahui faktor risiko gizi dan (b) mengoreksi program gizi. Jelaskan kedua hal
tersebut dan berikan contohnya.
Jawaban :
a. Mengetahui faktor resiko gizi maksudnya yaitu dengan mempelajari surveilans kita
dapat mengamati faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi faktor resiko
gizi, contohnya : mengetahui faktor resiko kejadian gizi kurang pada balita
b. Mengoreksi program gizi maksudnya dengan mempelajari surveilans kita dapat
mengoreksi program-program gizi

Salah satu tujuan mempelajari surveilans Gizi Masyarakat yaitu :


1. Untuk mengetahui factor resiko gizi maksudnya yaitu dengan mempelajari
surveilans kita dapat mengamati factor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
factor resiko gizi.
Contohnya : mengetahui factor resiko kejadian gizi kurang pada balita, factor resiko
yang menyebabkan anak menjadi stunting, factor resiko penyebab anemia pada ibu
hamil.
2. Mengoreksi program gizi maksudnya dengan mempelajari surveilans kita dapat
mengoreksi program intervensi gizi yang telah dilaksanakan.
Contohnya : Efektifitas program Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pemulihan
melalui distribusi biscuit pada balita gizi kurang, apakah prevalensi gizi kurang
menurun dengan pemberian PMT.
9. Di “Kota X” pada bulan Januari 2017 dilaporkan terjadi peningkatan kasus
Leptospirosis, Lakukan kajian berdasarkan lingkup Epidemiologi Deskriptif (silahkan
data simulasikan sendiri)!
Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang
menyebar melalui urin tikus, kucing, sapi, dan juga hewan mamalia lainnya. Penularannya
sendiri dapat bersifat langsung maupun tak langsung. Penularan langsung bisa melalui
paparan urin hewan dengan kulit manusia. Sedangkan paparan tidak langsung antar manusia
dapat terjadi jika orang yang terinfeksi melakukan hubungan seks selama masa
penyembuhan.

Sebanyak 18 kasus leptospirosis muncul di Kulonprogo sepanjang Januari-Maret 2017.


Dari jumlah tersebut, 6 orang penderitanya diketahui meninggal dunia akibat keterlambatan
penanganan. Data Dinas Kesehatan Kulonprogo, pada Januari terjadi 7 kasus dengan 2 pasien
meninggal dunia.

Munculnya kasus leptospirosis pada 2017 memang cenderung meningkat dibanding


2016. Hal ini dipengaruhi oleh intensitas hujan yang cenderung tinggi sehingga tikus-tikus
pembawa penyakit tersebut lebih mudah berkembang biak dan populasinya cenderung
meningkat di tengah pemukiman.

10. Jelaskan kajian variabel orang pada kasus Kanker Prostat dan kasus Campak! (silahkan
jika perlu datanya lakukan simulasi).

Kajian Variable Kasus Kanker Prostat


A. Waktu
1. Waktu Terjadi 2. Penyebab Penyakit 3. Tipe Wabah
Infeksi
- a. Diet Gaya hidup -
- Diet tinggi lemak jenuh
- Kurang asupan lemak
- Rendah asupan tomat
- Rendah asupan ikan
- Rendah asupan kedelai
- Diet tinggi kalsium

b. Riwayat keluarga
Memiliki anggota keluarga
dengan karsinoma prostat
meningkatkan risiko penyakit.
Seorang laki-laki yang
memiliki ayah atau saudara
laki-laki yang terdiagnosa
kanker pada usia 50 tahun
memiliki risiko 2 kali lipat
lebih tinggi terkena karsinoma
prostat

c. Mutasi Genetik.
Berhubungan dengan mutasi
BRCA1 dan BRCA2

B. Tempat / area Geografis


Prevalensi kanker prostat di Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 0,2% atau
diperkirakan sebanyak 25.012 penderita.
Provinsi yang memiliki prevalensi kanker prostat rertinggi adalah Yogyakarta,
Bali, sulawesi utara dan sulawesi selatan sebesar 0,5%

C. Orang
1. Umur 2. Jenis Kelamin 3.Etnis 4. Pekerjaan
Terjadi pada Terjadi pada Secara Pekerjaan sebagai
pria dengan pria karena matematis risiko petani dan pekerjaan
puncak umur pada wanita pria kulit hitam yang memungkinkan
65-75 th. tidak memiliki terdiagnosis terpapar pestisida
15-30% laki- kelenjar prostat kanker prostat serta kadmium
laki usia 50 th di adalah 1:4.
berbagai negara Untuk pria kulit
menderita putih 1:8.
kanker prostat Untuk pria kulit
kuning asia 1:13

Kajian Variabel Kasus Campak


A. Waktu
1. Waktu Terjadi 2. Penyebab Penyakit 3. Tipe Wabah
Infeksi
-waktu terpapar Infeksi virus KLB
sampai terkena golongan paramyxovirus
penyakit 10-12 hari, Faktor Risiko
ruam muncul pada Umur
hari ke 14 Status gizi
Status imunisasi
Pemberian Vit A
Asi Eksklusive
Kepadatan Hunian, ventilasi
Riwayat kontak
Pengetahuan Ibu

B. Tempat / area Geografis


Campak merupakan penyakit endemik di negara berkembang termasuk Indonesia.

C. Orang
1. Umur 2. Imunisasi 3.Status gizi 4. Asi Eksklusive
Kasus campak 70% anak yang Anak dengan Anak dengan
terbesar pada menderita status gizi pemberian Asi
kelompok umur campak tidak rendah memiliki eksklusive memiliki
5-9 tahun. diimunisasi risiko terkena risiko lebih rendah
Umur 1-4 tahun campak terkena campak
sebesar 30%

11. Apa beda spot map dan area map!


Jawaban :
- Spot map adalah peta sederhana yang berguna untuk menggambarkan tempat para
penderita tinggal, bekerja ataupun kemungkinan terpapar.
- Area Map menunjukkan insiden atau distribusi kejadian pada wilayah dengan
kode/arsiran yang mencantumkan angka serangan (rate)

12. Terdapat kasus Difteri sebanyak 10 orang di Puskesmas dan 17 orang di Pukskesmas
B. Apakah besaran kasus tersebut di Puskesmas B lebih bermasalah dibanding dengan
Puskesmas A atau sebaliknya. Bagaimana komentar Saudara, berikan penjelasan-
penjelasan, jika perlu berikan simulasi dengan fakta.
Jawaban :
Tidak bisa dikatakan bermasalah , karena persentase insiden tergantung dari
jumlah populasi. Apabila jumlah populasi lebih banyak , makan persentase insiden bisa
lebih kecil.
Contoh :
Terjadi difteri di Desa A dengan jumlah orang yang terjangkit sebanyak 10
orang dari jumlah warga 50 orang , dan di desa B terjadi difteri pada 20 orang warga
dari 150 warga. Presentasi insiden di desa A sebanyak 20% dari total populasi , dan di
desa B Persentase insiden sebanyak 13,3 %. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa Desa
A mempunyai desa terjangkit yang bermasalah dibandingkan dengan desa B ,
Walaupun jumlah kejadian lebih banyak di desa B.
13. Data keracunan makanan dilaporan dari Puskesmas “X” sebagai berikut:

Orang yang Orang yang tidak


Jenis makanan memakan memakan
Sakit Tak Sakit Sakit Tak Sakit
Ayam bakar 29 17 17 12
Bayam 26 17 20 12
Kentang 23 14 23 19
Salad kubis 18 10 28 22
Agar-agar 16 7 30 13

Tentukan jenis makanan yang bermasalah/menjadi sumber penularan! Jelaskan!


Jawab :
Data di puskesmas X :

Orang yang Orang yang tidak Selisih %


%
Jenis memakan memakan % Sakit Attack
Sakit
makanan Sakit Tak Sakit Sakit Tak Sakit Rate
Ayam bakar 29 17 25,89 17 12 14,41 11,49
Bayam 26 17 23,21 20 12 16,94 6,27
Kentang 23 14 20,53 23 19 19,49 1,04
Salad kubis 18 10 16,07 28 22 23,73 -7,66
Agar-agar 16 7 14,28 30 13 25,42 -11,14
TOTAL 112 65 118 78

Makanan yang diduga bermasalah / menjadi sumber penularan atau keracunan, yaitu:
Menu Ayam Bakar. Hal tersebut ditunjukkan oleh angka selisih % Attack Rate (AR) paling
tinggi dibanding menu makanan lain sebesar 11,49.

14. Tolok ukur perhitungan morbiditas yang sering dipakai yaitu angka insidensi (rate
insidensi), angka serangan (attack rate), angka serangan sekunder, angka poin prevalensi.

kasus: sekolah dasar X memiliki jumlah siswa tahun ajaran 2017-2018 sebanyak 1000 orang,
dimana seluruh siswa beresiko atau rentan terhadap penyakit diare. Ditemukan laporan
kejadian diare di sekolah dasar X pada tahun 2017 sebagai berikut: bulan januari
sebanyak 20 orang, bulan maret sebanyak 20 orang, bulan juli sebanyak 13 orang,
bulan september sebanyak 15 orang dan bulan desember sebanyak 25 orang. Pada
bulan juli 2018, secara tiba- tiba 53 orang siswa diantaranya menerita penyakit diare
setelah jajan bakso dipinggir jalan. Pada dua hari kemudian, 25 orang siswa lain
terkena diare.
Maka:
 Jumlah seluruh siswa = jumlah orang yang beresiko sakit diare = 1000 orang
 Jumlah siswa yang menderita diare tahun 2017 = 20+20+13+15+25= 93 orang
 Jumlah siswa yang terserang diare pada saat itu = 53 orang
 Jumlah siswa yang terserang diare yang kedua=25 orang
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢
 Insident Rate : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 x konstanta
93
: 1000 x 100% = 9,3% atau 9,3 kasus per 1000 siswa
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡 (𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎)
 Attack Rate : x konstanta
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜
53
: 1000 x 100% = 5,3% atau 5,3 kasus per 1000 siswa
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎
 Angka serangan sekunder : x konstanta
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜
25
: 1000 x 100% = 2,5% atau 2,5 kasus per 1000 siswa
 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎+ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎
 Ponit Prevalensi: x konstanta
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜
53+25
: x 100% = 7,8% atau 7,8 kasus per 1000 siswa
1000

Tolok ukur Pembilang (x) Penyebut (y) Konstanta (k)


Angka insidensi 93 1000 100%
Angka serangan 53 1000 100%
Angka serangan 25 1000 100%
sekunder
Poin prevalensi 78 1000 100%

15. Program vaksinasi Campak yaitu memberikan kekebalan pada sasaran vaksinasi,
sehingga tidak terjadi penyakit Campak. Disuatu daerah “X” hasil vaksinasi Campak
dan hasil pengamatan kasus Campak yaitu sebagai berikut:
Jawaban :

Status Terjadi kasus Tidak terjadi Persentase Persentase


vaksinasi Campak kasus insiden perlindungan
Campak
Sudah 27 6323 0,43 % 99,57%
divaksinasi
Tidak 512 4323 11,8% 88.2%
divaksinasi

Persentase perlindungan dari sasaran yang divaksinasi campak sebesar 99,57%


,sedangkan presentase sasaran yang tidak divaksinasi campak sebesar 88,2%.
Menghitung persentase perlindungan dari sasaran yang divaksinasi ataupun tidak ,
yaitu dengan cara membandingkan antara jumlah sasaran yang terjangkit campak
dengan jumlah seluruh populasi . Kemudian data yang di dapat menjadi angka
pengurangan dari 100% jumlah populasi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai