RESUS Konjungtivitis Fahrizal
RESUS Konjungtivitis Fahrizal
KONJUNGTIVITIS
Diajukan Kepada :
dr. Esti Mahanani, Sp.M
Disusun Oleh :
Fahrizal Kusuma Wijaya
20110310007
A. PENGALAMAN
• Seorang laki-laki, usia 40 tahun, mengeluhkan kedua mata merah sejak 3 hari yang
lalu.. Kedua mata terlihat merah secara tiba-tiba saat bangun, pasien tidak pernah
merasa kemasukan benda asing sebelumnya. Pasien juga mengeluhkan mata terasa
gatal dari 3 hari yang lalu, perih, nerocos dan terasa mengganjal. Pasien merasa cairan
yang keluar tidak berwarna, berbau dan encer. Pasien tidak merasa penglihatannya
terganggu, demam (-)
C. ANALISIS
a. ANATOMI KONJUNGTIVA
Dikutip dari Khurana AK. Disease of The Conjunctiva. Dalam: Comprehensive Ophthalmology. 4 th
edition. New Delhi: New Age International(P) Limited; 2007
Definisi
1. Hiperemia.
Mata yang memerah adalah tanda tipikal dari konjungtivitis. Injeksi
konjungtival diakibatkan karena meningkatnya pengisian pembuluh darah
konjungtival, yang muncul sebagian besar di fornik dan menghilang dalam
perjalanannya menuju ke limbus. Hiperemia tampak pada semua bentuk
konjungtivitis. Tetapi, penampakan/visibilitas dari pembuluh darah yang hiperemia,
lokasi mereka, dan ukurannya merupakan kriteria penting untuk diferensial diagnosa.
Seseorang juga dapat membedakan konjungtivitis dari kelainan lain seperti skleritis
atau keratitis berdasar pada injeksinya. Tipe-tipe injeksi dibedakan menjadi:
Injeksi konjungtiva(merah terang, pembuluh darah yang distended bergerak
bersama dengan konjungtiva, semakin menurun jumlahnya saat menuju ke arah
limbus).
Injeksi perikornea(pembuluh darah superfisial, sirkuler atau cirkumcribed pada tepi
limbus).
Injeksi siliar(tidak terlihat dengan jelas, pembuluh darah berwarna terang dan tidak
bergerak pada episklera di dekat limbus).
Injeksi komposit(sering).
Dilatasi perilimbal atau siliar menandakan inflamasi dari kornea atau struktus
yang lebih dalam. Warna yang benar-benar merah menandakan konjungtivitis
bakterial, dan penampakan merah susu menandakan konjungtivitis alergik. Hiperemia
tanpa infiltrasi selular menandakan iritasi dari sebab fisik, seperti angin, matahari,
asap, dan sebagainya, tetapi mungkin juda didapatkan pada penyakit terkait dengan
INJEKSI
INJEKSI KONJUNGTIVA INJEKSI EPISKLERAL
SILIAR/PERIKORNEAL
Asal A.konjungtiva posterior A.siliar A.siliar longus
Memperd
arahi Konjungtiva bulbi Kornea, segmen anterior Intraokular
Lokalisasi Konjungtiva bulbi Dasar konjungtiva Episklera
Warna Merah Ungu Merah gelap
Arah
aliran/leb
ar Ke perifer Ke sentral Ke sentral
Konjungti
va
Ikut bergerak Tidak ikut bergerak Tidak ikut bergerak
digerakan
Dengan
epinefrin
Menciut Tidak menciut Tidak menciut
1:1000
Glaukoma,endoftalmitis,panof
Penyakit Konjungitva Kornea,iris,glaukoma talmitis
Sekret + - -
Penglihat
an Normal Menurun Sangat turun
12
instabilitas vaskuler(contoh, acne rosacea).
Gambar 3. bentuk-bentuk injeksi pada konjungtiva
dikutip dari Lang GK, Lang GE. Conjunctiva. Dalam: Lang GK, Gareis O, Amann J, Lang GE, Recker D, Spraul
CW, Wagner P. Ophthalmology: a short textbook. New York: Thieme; 2000.
2. Discharge ( sekret )
Sekret merupakan produk kelenjar , yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan
oleh sel goblet. Sekret konjungtiva bulbi pada konjungtivis dapat bersifat:
Air, disebabkan infeksi virus atau alergi
Purulen, oleh bakteri atau klamidia.
Hiperpurulen, disebabkan oleh gonokok atau meningokok
Mukoid, oleh alergi atau vernal.
Serous, oleh adenovirus.
5. Pseudoptosis.
Kelopak mata atas seperti akan menutup, disebabkan karena adanya infiltrasi
sel-sel radang pada palpebra superior maupun karena edema pada palpebra superior.
6. Hipertrofi folikel.
Terdiri dari hiperplasia limfoid lokal dengan lapisan limfoid dari konjungtiva
dan biasanya mengandung germinal center. Secara klinis, folikel dapat dikenali
sebagai struktur bulat, avaskuler putih atau abu-abu. Pada pemeriksaan menggunakan
slit lamp, pembuluh darah kecil dapat naik pada tepi folikel dan mengitarinya. Terlihat
paling banyak pada kasus konjungtivitis viral dan pada semua kasus konjungtivitis
klamidial kecuali konjungtivitis inklusi neonatal, pada beberapa kasus konjungtivitis
parasit, dan pada beberapa kasus konjungtivitis toksik diinduksi oleh medikasi topikal
seperti idoxuridine, dipiverin, dan miotik. Folikel pada forniks inferior dan pada batas
tarsal mempunyai nilai diagnostik yang terbatas, tetapi ketika diketemukan terletak
pada tarsus(terutama tarsus superior), harus dicurigai adanya konjungtivitis klamidial,
viral, atau toksik (mengikuti medikasi topikal).
.
6. Hipertrofi papiler
Adalah reaksi konjungtiva non spesifik yang muncul karena konjungtiva
terikat pada tarsus atau limbus di dasarnya oleh fibril. Ketika pembuluh darah yang
membentuk substansi dari papilla(bersama dengan elemen selular dan eksudat)
mencapai membran basement epitel, pembuluh darah tersebut akan bercabang
menutupi papila seperti kerangka dari sebuah payung. Eksudat inflamasi akan
terakumulasi diantara fibril, membentuk konjungtiva seperti sebuah gundukan. Pada
kelainan yang menyebabkan nekrosis(contoh,trakoma), eksudat dapat digantikan oleh
12
jaringan granulasi atau jaringan ikat. Ketika papila berukuran kecil, konjungtiva
biasanya mempunyai penampilan yang halus dan merah normal. Konjungtiva dengan
papila berwarna merah sekali menandakan kelainan disebabkan bakteri atau
klamidia(contoh, konjungtiva tarsal yang berwarna merah sekali merupakan
karakteristik dari trakoma akut). Injeksi yang ditandai pada tarsus superior,
menandakan keratokunjungtivitis vernal dan konjungtivitis giant papillary dengan
sensitivitas terhadap lensa kontak; pada tarsal inferior, gejala tersebut menandakan
keratokonjungtivitis atopik. Papila yang berukuran besar juga dapat muncul pada
limbus, terutama pada area yang secara normal dapat terekspos ketika mata sedang
terbuka(antara jam 2 dan 4 serta antara jam 8 dan 10). Di situ gejala nampak sebagai
gundukan gelatin yang dapat mencapai kornea. Papila limbal adalah tanda khas dari
keratokonjungtivitis vernal tapi langka pada keratokonjungtivitis atopik.
8. Phylctenules
Menggambarkan manifestasi lokal pada limbus karena alergi terhadap toxin
yang dihasilkan mikroorganisme. Phlyctenules dari konjungtiva pada mulanya terdiri
dari perivaskulitis dengan pengikatan limfositik pada pembuluh darah. Ketika
berkembang menjadi ulserasi dari konjungtiva, dasar ulkus mempunyai banyak
leukosit polimorfonuklear.
9. Formasi pannus
Pertumbuhan konjungtiva atau pembuluh darah diantara lapisan Bowman dan
epitel kornea atau pada stroma yang lebih dalam. Edema stroma, yang mana
menyebabkan pembengkakan dan memisahkan lamela kolagen, memfasilitasi
terjadinya invasi pembuluh darah.
Gambar 8. Pannus tampak pada mata pasien konjungtivitis
Dikutip dari Kanski JK. Conjunctiva. Dalam: Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 5th edition. hal. 63-
81
10. Granuloma
Adalah nodus stroma konjungtiva yang meradang dengan area bulat merah dan
terdapat injeksi vaskular. Tanda ini dapat muncul pada kelainan sistemik seperti
tuberkulosis atau sarkoidosis atau mungkin faktor eksogen seperti granuloma jahitan
postoperasi atau granuloma benda asing lainnya. Granuloma muncul bersamaan
dengan bengkaknya nodus limfatikus preaurikular dan submandibular pada kelainan
seperti sindroma okuloglandular Parinaud.
Gambar 17 Granuloma konjungtiva disertai dengan folikel pada sindroma okuloglandular Parinaud.
dikutip dari Kanski JK. Conjunctiva. Dalam: Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 5 th edition. hal. 63-81
Patofisiologi Konjungtivitis
konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan substansia
propria yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki kelenjar lakrimal
aksesori dan sel goblet.
Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi
konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan
sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang
merangsang lakrimasi.
Klasifikasi Konjungtivitis
KONJUNGTIVITIS VIRUS
Laboratorium
Terapi
Laboratorium
Penyebaran
Pencegahan
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat
memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus
diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial.
Laboratorium
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di
atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,
umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local
maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus
kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan
mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan
mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10 hari: trifluridine
setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali sehari, atau idoxuridine
0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam.
Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama
10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah
pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.
Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi
herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat
menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat.
Epidemiologi
Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air
mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi
kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-
bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah.
Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan
keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia,
umum pada 25% kasus.
Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite seperti
sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam 5-7
hari
Terapi
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat
menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior, dan
pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi radang yang
mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat, berombak,
putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat, adalah khas molluscum
kontagiosum. Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik, yang memenuhi
seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu sisi. Eksisi, insisi
sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi memasukinya, atau krioterapi akan
menyembuhkan konjungtivitisnya.
Laboratorium
Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra mengandung sel
raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear; kerokan konjungtiva pada varicella
dan zoster mengandung sel raksasa dan monosit. Virus dapat diperoleh dari biakan
jaringan sel – sel embrio manusia.
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika
diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan menghambat
penyakit.
Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang dalam
beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa hari sebelum erupsi
kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan secret mukopurulen, dan saat muncul
erupsi kulit, timbul bercak-bercak Koplik pada konjungtiva dan kadang-kadang pada
carunculus.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. I
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Kuwangan Donorojo 2/1 Secang, Magelang
II. ANAMNESIS
- Keluhan Utama :
III. KESAN
- Kesadaran : Compos Mentis
- Keadaan Umum : Baik
- OD : Tampak benjolal di kelopak mata atas berukuran 1,5x1 cm
- OS : Tampak benjolan di kelopak mata atas berukuran 0,5x0,5 cm
V. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
Pemeriksaan OD OS Penilaian
1. Sekitar mata Kedudukan alis Kedudukan alis Simetris, scar (-)
(supersilia) baik, scar (-) baik, scar (-)
2. Kelopak mata
- Pasangan N N Simetris
- Gerakan N N Ptosis (+), spasme
(-)
- Lebar rima 11 mm 11mm Normal 9-13mm
- Kulit Massa 1,5x1cm Massa OD massa 1,5x1
0,5x0,5cm cm
OS massa 0,5x0,5
cm
- Tepi kelopak N N Trikiasis (-),
entropion (-),
ekstropion (-),
3. Apparatus Lakrimalis
- Sekitar glandula N N Dakriodenitis (-)
lakrimalis
- Sekitar sacus N N Dakriosistitis (-)
lakrimalis
- Uji flurosensi - - Tak dilakukan
- Uji regurgitasi - - Tak dilakukan
- Tes Anel - - Tak dilakukan
4. Bola Mata
- Pasangan N N Simetris
- Gerakan N N Tak ada gangguan
gerak (syaraf dan
otot penggerak bola
mata normal)
- Ukuran N N Makroftalmus (-)
Mikroftalmus (-)
5. TIO N N Palpasi konsistensi
kenyal, simetris
6. Konjungtiva
- Palpebra N N Hiperemis (-),
superior edema (-)
- Forniks Hiperemis Hiperemis Hiperemis (+)
- Palpebra inferior Hiperemis Hiperemis ODS Hiperemis
(+), OS edema (-)
- Bulbi Hiperemis Hiperemis Hiperemis (+)
7. Sklera Ikterik (-), Ikterik (-), Ikterik (-),
perdarahan (-) perdarahan (-) perdarahan (-)
8. Kornea
- Ukuran Ø 12 mm Ø 12 mm
- Kecembungan N N Lebih cembung
dari sklera
- Limbus Arkus senillis Arkus senillis Arkus senillis (+)
(+) (+)
- Permukaan Licin Licin Licin
- Uji Flurosensi - - Tak dilakukan
- Placido Reguler, Reguler, DBN
konsentris, garis konsentris, garis
licin, sikatrik (-) licin, sikatrik (-)
9. Camera oculi anterior
- Ukuran N N DBN
- Isi Jernih, fler (-), Jernih, fler (-), DBN
hifema (-), hifema (-),
hipopion (-) hipopion (-)
10.Iris
- Warna Coklat Coklat Coklat
- Pasangan Simetris Simetris Simetris
- Bentuk Bulat Bulat Bulat, reguler
11. Pupil
- Ukuran Ø 3 mm Ø 3 mm Pada ruangan
dengan cahaya
cukup, N= Ø 3-5
mm
- Bentuk Bulat Bulat Isokhor
- Tempat Sentral Sentral Sentral
- Tepi Reguler Reguler DBN
- Reflek direct + + DBN
- Reflek indirect + + DBN
12. Lensa
- Ada/tidak Ada Ada DBN
- Kejernihan Jernih Jernih Kekeruhan lensa (-)
- Letak Sentral, Sentral, DBN
belakang iris belakang iris
13. Corpus vitreum Jernih Jernih DBN
14. Reflek Fundus + + DBN
KANAN KIRI
IX. PROGNOSIS
a. Visam : Dubia ad bonam
b. Sanam : Dubia ad bonam
c. Vitam : Dubia ad bonam
d. Kosmeticam : Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA