Ligamen Kapsular
Ligamentum kapsular melekat pada tepi processus artikular yang berdekatan.
Berkembang baik di tulang lumbal, serabutnya tebal dan berhubungan erat,
berjalan tegak lurus terhadap aksis sendi.
Ligamentum Flavum
Ligamen flavum merupakan ligamen yang menghubungkan lamina dari dua arkus
vertebra yang berdekatan. Ligamen ini panjang, tipis dan lebar diregio servikal, lebih
tebal di regio torakal dan paling tebal di regio lumbal. Ligamen ini mencegah
terpisahnya lamina arkus vertebralis dan juga mencegah terjadinya cidera di diskus
intervertebralis. Ligamen flavum yang kuat dan elastis membantu mempertahankan
kurvatura kolumna vertebralis dan membantu menegakkan kembali kolumna
veretbralis setelah posisi fleksi (Yanuar, 2002).
Ligamen interspinosus
Ligamen interspinosus merupakan ligamen yang menghubungkan prossesus spinosus
mulai dari basis hingga apex, merupakan ligamen yang lemah hampir menyerupai
membran (Yanuar, 2002)
Ligamen intertranversus
Ligamen intertranversus adalah ligamen yang menghubungkan prossesus tranversus
yang berdekatan. Ligamen ini di daerah lumbal tipis dan bersifat membranosa .
Ligamen supraspinosus
Ligamen supraspinosus menghubungkan prosesus spinosus di daerah apex vertebra
servikal ke 7 (VC7) sampai dengan sakrum. Ligamen ini dibagian kranial bergabung
dengan ligamen nuchae. Ligamen supraspinosus ini kuat, menyerupai tali (Yanuar,
2002).
Ligamentum Iliolumbar
Ligamentum iliolumbar yang melekat pada processus transversus, menghubungkan
dua vertebrae lumbal bawah dengan krista iliaca, sehingga akan membatasi
pergerakan sendi sakroiliaca. Selama fleksi lateral, ligamen iliolumbal kontralateral
akan menjadi tegang sehingga hanya akan memberikan pergerakan L4 rata-rata
sebesar 80 terhadap sacrum. Fleksi dan ekstensi vertebrae lumbal juga dibatasi
tetapi dalam derajat yang lebih kecil daripada fleksi lateral. Ligamen ini
merupakan stabilizer utama L5 pada sacrum.
Segmental Lumbal
Segmental regio lumbal terdiri dari thoracolumbal junction, segmen lumbal
(L1-L5), dan lumbosacral.
Thoracolumbal terdiri dari facet joint dan intervertebral joint.
Facet joint thoracolumbal dibentuk oleh proc. artikularis inferior Th12 yang
bersendi dengan proc. artikularis superior L1.
Facet superior Th12 berbeda dengan facet inferior Th12 perbedaannya :
permukaan facet superior lebih kearah bidang frontal sedangkan permukaan
facet inferior lebih kearah bidang sagittal
Pada gerak fleksi-ekstensi lumbal akan memaksa terjadi-nya gerak penyerta
dari Th10 – Th12.
Pada segmen lumbal terdiri dari segmen L1-L2, L2-L3, L3-L4, L4-L5.
Puncak lordosis terletak pada vertebra L3 dengan jarak 2-4 cm.
Segmen L5-S1 dibentuk oleh proc. artikularis inferior vertebra L5 yang
bersendi dengan proc. artikularis supe-rior S1.
Segmen L5-S1 (lumbosacral) merupakan regio yang paling besar menerima
beban mengingat lumbal mempunyai gerak yang luas sementara
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6 dan
paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak
dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. HNP
terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis.
b. Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif. Kehilangan protein polisakarida dalam discus menurunkan
kandungan air. Perkembangan pecah yang menyebar di anulus melemahkan
pertahanan pada herniasi nucleus. HNP kebanyakan oleh karena adanya suatu
trauma derajat sedang yang berulang pada discus intervertebralis sehingga
menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala
trauma bersifat singkat. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong
kearah medulla spinalis, memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap
sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi,
2014).
Faktor resiko :
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah, yaitu umur, jenis kelamin, dan
riwayat trauma sebelumnya.
2. Faktor resiko yang dapat diubah, yaitu pekerjaan dan aktivitas, olahraga
tidak teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama, merokok,
berat badan berlebihan, batuk lama dan berulang.
c. Patofisiologi
HNP atau herniasi diskus intervertebralis, yang sering pula disebut sebagai
Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral radiculopathies adalah penyebab
tersering nyeri pugggung bawah akut, kronik atau berulang. Penonjolan, ruptur,
pergeseran adalah istilah yang digunakan pada nucleus yang terdorong keluar
diskus. Apabila nucleus mendapat tekanan, sedangkan nucleus berada diantara
dua end plate dari korpus vertebra yang berahadapan dan dikelilingi oleh
annulus fibrosus maka tekanan tersebut menyebabkan nucleus terdesak keluar,
yang disebut Hernia Nucleus Pulposus.
Herniasi diskus dapat terjadi pada midline, tetapi lebih sering terjadi pada satu
sisi. Keluhan nyeri dapat unilateral atau bilateral tetapi lebih berat ke satu sisi.
Penyebabnya sering oleh karena trauma fleksi, dan terutama trauma berulang
dapat mengenai ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus yang
telah mengalami proses degenarasi. Sciatica, yang ditandai dengan nyeri yang
menjalar ke arah kaki sesuai dengan distribusi dermatof saraf yang terkena,
adalah gejala yang pada umumnya terjadi dan ditemukan pada 40% dari pasien
dengan HNP.
Dapat disimpulkan, tanda gan gejala yang dialami oleh penderita HNP lumbal
pada umumnya adalah :
e. Komplikasi
Kelemahan dan atrofi otot
Trauma serabut saraf dan jaringan lain
Paralisis / ketidakmampuan untuk melakukan gerakan
Perdarahan
Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
f. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang lesi. Gejala klinis yang
paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang perjalanan nervus
iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut
menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar (A beta) terkena
akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya. Pada
kasus berat dapat terjadi kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella
(KPR) dan Achills (APR). Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi
gangguan miksi, defekasi dan fungsi seksual.
g. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,
pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang. Ada tidak adanya riwayat
mengangkat beban yang berat dan berulang kali, timbulnya low back pain.
Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi.
Diagnosa pada hernia intervertebral , kebocoran lumbal dapat ditemukan
secepat mungkin. Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan perkembangan
cepat dengan penanganan konservatif dan ketika tanda-tanda menghilang, tes
nya tidak dibutuhkan lagi. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam
menentukan suatu lokalisasi yang akurat.
C. Proses Fisioterapi
1. Anamnesis
a. Umum :
Nama : Tn. X
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin:Laki - laki
Pekerjaan : Kuli angkut barang di pelabuhan
Alamat : Jl. Kebahagian Utara
b. Khusus :
Keluhan utama : Pasien merasakan nyeri pada punggung
bagian bawah dan menjelar sampai ke kaki
Sifat keluhan : Nyeri menjalar
Posisi yang memperparah : saat jongkok untuk mengangkat barang
Posisi yang memperingan : berbaring atau beristirahat
Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang merasakan
penyakit serupa
2. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign :
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Denyut nadi : 70 kali / menit
Frekuensi pernapasan: 20 kali / menit
Suhu badan : 36o C
c. Inspeksi :
Statik :
Posisi kepala normal, kurva vertebra kyphosis dan scoliosis lumbal
Dinamis :
Mimik wajah pasien meringis, kontur kulit tegang, saat berjalan pasien
mengalami antalgik gait saat berjalan.
d. Palpasi :
Nyeri bertambah bila ditekan pada daerah lumbal. Adanya spasme pada otot
erector spine lumbal
Adanya nyeri dan keterbatasan ROM dengan spring end feel pada
gerakan fleksi lumbal.
Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke-5 (S1), atau bagian
medial dari ibu jari kaki (L5)
Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari
kaki (L5), atau plantarfleksi (S1).
b. Tes Refleks
Refleks tendon achilles menurun atau menghilang jika radiks antara L5-S1
terkena
6. Interfensi
a. Program latihan Mc.kenzie
LATIHAN 1
• Tidur tengkurap dengan kepala diputar ke satu sisi dan kedua lengan
relaks disamping badan.
• Dalam posisi tersebut, laku-kan deep breathing kemu-dian relaks
secara sempurna selama 4 – 5 menit.
LATIHAN 3
• Posisi ini penting untuk merelaksasikan pelvis, hip dan tungkai secara
sempurna.
• Latihan ini sangat berguna & efektif dalam pengobatan akut LBP &
stiffness
LATIHAN 4
Pengaruh pemberian terapi Short Wave Diathermy (SWD) pada kasus ini
untuk pengurangan nyeri. Mekanisme pengurangan nyeri sendiri didapatkan
dari modulasi nyeri pada level sensoris akibat peningkatan metabolisme
sebesar 13% tiap kenaikan suhu 10C. Akibatnya akan terjadi pembukaan
sphincter pre kapiler yang meyebabkan vasodilatasi local dan diikuti
peningkatan aliran darah kapiler sehingga pasokan nutrisi dan pembuangan zat
– zat iritan penyebab nyeri akan meningkat dan semakin lancar. Rasa nyeri
ditimbulkan oleh adanya akumulasi sisa – sisa hasil metabolisme yang disebut
subt ance “P” yang disebabkan karena kerusakan jaringan, subtance “P” akan
membebaskan prostalglandin E1 (PG) yang diikuti pembebasan bradikinin
subtance “P” pada receptive neuron yang akan meningkatkan permiabilitas
pembuluh darah dengan lancarnya sirkulasi darah, maka zat “P” juga ikut
terbuang, sehingga terjadi rileksasi otot dan nyeri akan berkurang (Mardiman,
2001).