Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab

utama kesakitan dan kematian. Hampir seluruh daerah geografis dunia dan

semua kelompok usia diserang diare, tetapi penyakit berat dengan kematian

yang tinggi terutama didapatkan pada bayi dan anak balita. Di negara

Amerika Utara anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali pertahun (Pitono

et al,2006). Sementara menurut Zubir et al (2006) diare menyebabkan

kematian sebesar 15-34% dari semua kematian, kurang lebih 300 kematian

per tahun. Berdasarkan hasil penelitian Ratnawati et al (2009) menunjukkan

bahwa 35% dari seluruh kematian balita disebabkan oleh diare akut.

Di Indonesia angka kesakitan diare pada tahun 2002 sebesar 6,7 per

1.000 penduduk, sedangkan tahun 2003 meningkat menjadi 10,6 per 1.000

penduduk. Tingkat kematian akibat diare masih cukup tinggi. Cakupan

penemuan diare di Jawa Tengah mengalami peningkatan sejak tahun 2005

sampai dengan 2007 meskipun masih di bawah yang diharapkan (100%) yaitu

sebesar 80%. Hal ini disebabkan belum maksimalnya penemuan penderita

diare baik oleh kader, puskesmas, rumah sakit swasta maupun pemerintah.

Jumlah kasus diare pada balita setiap tahunnya rata-rata di atas 40% dari

jumlah cakupan penemuan penderita diare yaitu pada tahun 2006 sebesar

40,6% dan tahun 2007 sebesar 48,1% (kemenkes, 2007).

1
2

Distribusi penyakit diare berdasarkan orang (umur) sekitar 80%

kematian diare tersebut terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun. Data Tahun

2004 menunjukkan bahwa dari sekitar 125 juta anak usia 0-11 bulan, dan 450

juta anak usia 1-4 tahun yang tinggal di negara berkembang, total peristiwa

diare pada balita sekitar 1,4 milyar kali per tahun. Dari jumlah tersebut total

peristiwa diare pada bayi usia di bawah 0-11 bulan sebanyak 475 juta dan

anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta kali per tahun (Amiruddin, 2007).

Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya

status kesehatan yang optimal pula (Notoatmodjo, 2007). Menurut Mulia

(2005) keadaan lingkungan dapat memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.

Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, diantaranya

adalah penyakit yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan. Seperti halnya masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia,

adalah penyakit dan kematian dini yang disebabkan oleh faktor-faktor biologi

di lingkungan manusia seperti di air, makanan, udara, dan tanah. Penyebab-

penyebab tersebut dapat mengakibatkan kematian dini atas jutaan orang

khususnya pada bayi dan anak-anak. Masalah yang paling dirasakan di negara-

negara berkembang, satu diantaranya yakni empat juta bayi atau anak

meninggal setiap tahun akibat diare terutama sebagai akibat air atau makanan

yang tercemar (WHO, 2001). Kejadian diare juga terjadi pada orang dewasa.

Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih

dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun (1,5% merupakan
3

pasien dewasa) yang disebabkan karena diare. Frekuensi kejadian diare pada

negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak dua sampai tiga

kali dibandingkan dengan negara maju (Sudoyo, 2006).

Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang

masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen

Kesehatan dari tahun 2000- 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada

tahun 2000, IR (Insidence Rate) penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun

2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000

penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa

(KLB) diare juga masih sering terjadi yang masih tinggi. Pada tahun 2008

terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239

orang 2,94%. Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus

5.756 orang, dengan kematian 100 orang 1,74%, sedangkan tahun 2010 terjadi

KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4.204 dengan kematian

73 orang 1,74 %. KLB diare masih sering terjadi dengan jumlah penderita dan

kematian yang banyak. Rendahnya cakupan higiene sanitasi dan perilaku

kesehatan yang rendah sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare

(KemKes RI, 2011). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (2001)

menunjukkan angka kematian diare pada semua umur sebesar 23 per 100.000

penduduk dan pada balita 75 per 100.000.

Pada tahun 2010, dari 549.147 perkiraan kasus diare yang ditemukan

dan ditangani sebanyak 243.214 kasus (44,29%) sehingga angka kesakitan


4

akibat diare per 1000 penduduk mencapai 18,73%. Angka ini mengalami

peningkatan dari tahun 2009 yaitu 12,98%. Pencapaian ini jauh dibawah target

program yaitu 220 per 1000 penduduk, rendahnya angka kesakitan

dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada

masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata. Di

Kota Banjar pada tahun 2014, dari 10 puskesmas yang ada terdapat 4.084 kasus

diare dari 190.210 penduduk Kota Banjar atau sebesar 4,27% kasus yang

terjadi, dengan angka kesakitan 214 per 1000 orang penduduk, sedangkan

untuk wilayah kerja puskesmas Purwaharja II sendiri terdapat 208 kasus diare

dari 3.574 kepala keluarga (Profil Kesehatan Kota Banjar, 2014).

Pencapaian sanitasi rumah diwilayah kerja Puskesmas Purwaharja II

diketahui bahwa dari 2.685 rumah yang ada, pencapaian melebihi target hanya

ada 3 item saja, yaitu cakupan sarana air bersih (SAB) sebesar 86,87% dari

target 80,43%, jamban keluarga (JAGA) sebesar 71,77% dari target 70,45%

Serta cakupan Lantai bukan dari tanah sebesar 88,52% dari target sebesar 70%,

sementara sitem pembuangan air limbah (SPAL) sebesar 46% dari target

68,88%, pembuangan sampah sebesar 14,25% dari target 70%, ventilasi

sebesar 46,23% dari target 70%, lubang asap dapur sebesar 33,1% dari

pencapaian 70% dan untuk pencapaian rumah sehat hanya sebesar 21,17% dari

target 63,37% (Profil Puskesmas Purwaharja, 2014).

Kejadian diare dapat ditularkan melalui air yang merupakan media

utama dalam penularan diare, disamping makanan dan vektor penyakit. Diare

dapat terjadi bila seseorang mengonsumsi air minum yang telah tercemar, baik
5

tercemar dari sumbernya maupun tercemar selama perjalanan sampai ke rumah

(Widjaja, 2011). Keberadaan sampah juga erat kaitannya dengan kesehatan

masyarakat, karena pada sampah dapat hidup berbagai mikroorganisme

penyebab penyakit (bacteria pathogen) dan juga binatang sebagai pemindah

ataupun penyebar penyakit (vektor) (Notoatmojo, 2007).

Penanganan sampah yang tidak memadai, penanganan dan pengelolaan

septic tank yang tidak memenuhi persyaratan menjadi penyebab utama

timbulnya pencemaran mikroorganisme berbahaya pada air terutama

Escherichia coli dan Coliform, apabila dikonsumsi oleh manusia akan

mengakibatkan penyakit pada saluran pencernaan seperti diare (Sudoyo,

2006).
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka penyusun merasa tertarik

untuk melakukan penelitian tentang hubungan sanitasi lingkungan rumah

dengan kejadian diare di Desa Raharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan sebagai berikut “apakah terdapat hubungan sanitasi lingkungan

rumah dengan kejadian diare di Desa Raharja Kecamatan Purwaharja Kota

Banjar?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh hubungan sanitasi lingkungan rumah dengan

kejadian diare di Desa Raharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar.


2. Tujuan Khusus
6

a. Mengetahui gambaran sanitasi lingkungan rumah di Desa Raharja

Kecamatan Purwaharja Kota Banjar


b. Mengetahui gambaran kejadian diare di Desa Raharja Kecamatan

Purwaharja Kota Banjar.


c. Mengetahui hubungan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian

diare di Desa Raharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan pengaruh kondisi fisik rumah terhadap kejadian Diare

di wilayah kerja Puskesmas Purwaharja II Kota Banjar Tahun 2015.


2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai sasaran untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu

yang telah diberikan dan diterima dalam rangka pengembangan

kemampuan diri dan sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di

STIKes Bina Putera Banjar.

b. Bagi Instansi Pendidikan


Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadikan utuk

menambah bahan kepustakaan di STIKes Bina Putera Banjar.

Khususnya, sebagai bahan kajian mahasiswa dalam mendalami ilmu

pengetahuan terutama tentang Diare.


c. Bagi Masyarakat yang berada di wilayah penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pengaruh sanitasi lingkungan rumah terhadap

kejadian Diare. Sehingga, masyarakat dapat memperbaiki keadaan

lingkungan rumahnya agar sesuai dengan syarat kesehatan dan dapat


7

mencegah timbulnya kejadian Diare, tentunya dapat meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

Rinaldi andai kamu tau dulu aku meninggalkan km bukan karna

aku sudah ta cinta, namun aku lebih ke tau diri bahwa aku tau

sebenarnya km sudah bosan dgn aku 


Aku tau cinta tida bisa dipaksakan cinta itu saling

memperjuangkan keduanya harus ada rasa ingin memperjuangkan

bukan hanya sepihak .dan apa yang kamu lihat sekrang ini . bukan titik

permalasahan aku ninggain km karna org baru INGAT dia hadir sudah

lama namun aku tetap mempertahan kamu sampe ahir nya aku berfikir

kenpa aku harus memperjuangkan org yang jeas’’ sudah tida

menginginkan aku ? kalo di beakangku ternyata ada seseorang yang

sedang menunggu aku mencintaiku yang rela dunianya utk ku . 

Anda mungkin juga menyukai