Anda di halaman 1dari 7

Momentum, Vol. 10, No. 1, April 2014, Hal.

47-53 ISSN 0216-7395

POTENSI SABUT DAN TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI ADSORBEN UNTUK


MEREGENERASI MINYAK JELANTAH

Lucia Hermawati Rahayu, Sari Purnavita*, dan Herman Yoseph Sriyana


Akademi Kimia Industri “Santo Paulus” Semarang
Jln. Sriwijaya 104 Semarang Tlp. 024-8442979
* Email: saripurnavita@yahoo.com

Abstrak
Pada penelitian ini dipelajari kemampuan sabut dan tempurung kelapa sebagai adsorben,
untuk mengurangi kadar asam lemak bebas (FFA), bilangan peroksida (PV), dan warna gelap
minyak goreng bekas. Pengolahan dengan adsorben ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas minyak jelantah sehingga umur pemakaian minyak goreng dapat diperpanjang.
Adsorben dari bahan sabut maupun tempurung kelapa disiapkan pada berbagai metode
perlakuan awal, yakni (1) tidak diarangkan, tidak dihilangkan ligninnya; (2) tidak
diarangkan, dihilangkan ligninnya (delignisasi); (3) diarangkan biasa, tidak diaktivasi; (4)
diarangkan biasa, diaktivasi; (5) dibakar 400 °C, tidak diaktivasi; (6) dibakar 400 °C,
diaktivasi; (7) dibakar 600 °C, tidak diaktivasi; dan (8) dibakar 600 °C, diaktivasi. Proses
adsorpsi dilakukan dengan mengkontakkkan minyak goreng bekas dan adsorben pada suhu
75°C selama 30 menit, kemudian minyak disaring dan diamati perubahan kadar FFA, PV, dan
warna yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sabut dan tempurung kelapa pada
berbagai metode perlakuan awal dapat mengurangi kadar FFA, PV, dan warna minyak
goreng bekas. Metode perlakuan awal terbaik untuk memperbaiki kualitas minyak jelantah
adalah metode tidak diarangkan dan didelignisasi, baik untuk bahan baku sabut maupun
tempurung kelapa. Sabut kelapa mempunyai kemampuan adsorpsi sedikit lebih baik daripada
tempurung kelapa.

Kata kunci : minyak goreng bekas, sabut kelapa, tempurung kelapa, adsorpsi

Abstract
At this research was studied the ability of coconut fiber and coconut shell as adsorben, to
decrease contents of free fatty acid (FFA), peroxide value ( PV), and dark colour of used
cooking oil. Processing with this adsorben was expected can improve the quality of used
cooking oil so that age using of cooking oil can be lengthened. Adsorben from coconut fiber
and coconut shell are prepared with various of treatment method, that is ( 1) don’t charcoal,
don’t be eliminated by its lignine, ( 2) don’t charcoal, eliminated by its lignine; ( 3) ordinary
charcoal, don’t activated; ( 4) ordinary charcoal, activated; ( 5) burned at 400 °C, don’t
activated ( 6) burned at 400 ° C, activated; ( 7) burned at 600 °C, don’t activated; and ( 8)
burned at 600 ° C, don’t activated. Adsorption process done with contacted of used cooking oil
and adsorben at temperature 75°C during 30 minute, afterwards oil were filtered and
perceived by change of contents of FFA, PV, and colour that happened. Result of research
indicate that coconut fiber and coconut shell at various of treatment method early can reduced
of contents of FFA, PV, and colour of used cooking oil. Treatment method early best to
improve;repair the quality of used cooking oil is method of don’t charcoal, eliminated by its
lignine, either to coconut fiber or coconut shell. Coconut fiber have ability of adsorption a
few better than coconut shell.

Keyword : used cooking oil, coconut fiber, coconut shell, adsorption

PENDAHULUAN digunakan untuk menggoreng. Proses oksidasi


Fungsi minyak goreng sebagai pengolah dan polimerisasi merusak sebagian vitamin dan
bahan makanan sangat vital dan kebutuhannya asam lemak esensial dalam minyak sehingga
kian meningkat. Pemakaian minyak goreng dapat mengakibatkan keracunan dalam tubuh
berulang-ulang dapat memberi efek buruk bagi dan berbagai macam penyakit, seperti diare,
kesehatan karena minyak mengalami kerusakan pengendapan lemak dalam pembuluh darah, dan
akibat terjadinya proses hidrolisis, oksidasi, kanker (Ketaren, 1986). Kerusakan minyak
polimerisasi, dan reaksi pencoklatan saat goreng mempengaruhi kualitas dan nilai gizi

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 47


Potensi Sabut Dan Tempurung Kelapa Sebagai Adsorben... (L. H. Rahayu, dkk)

makanan yang digoreng. Menurut Kusumastuti b. Lignin


(2004), penurunan mutu minyak goreng bekas Sabut kelapa mengandung lignin sekitar 20
(jelantah) antara lain dilihat dari warna menjadi % sedangkan tempurung kelapa mengandung
lebih gelap, aroma menjadi kurang enak, serta lignin 33 % (Palungkun, 2001). Menurut
kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida Widjanarko (2006), lignin merupakan
yang tinggi. biopolymer aromatic kompleks yang memiliki
Untuk mengurangi resiko kesehatan akibat berat molekul besar dan terbentuk dari proses
pemakaian minyak jelantah perlu dilakukan polimerisasi phydroxycinnamyl alcohol. Lignin
upaya pengolahan minyak bekas untuk memiliki beberapa gugus fungsional seperti
meningkatkan kualitasnya. Salah satu metode aldehida, keton asam, phenol dan ether
untuk memperbaiki mutu minyak jelantah sehingga pada lignin dapat terjadi adsorpsi
adalah adsorpsi. Dalam upaya meregenerasi kimia.
minyak jelantah telah dicoba mengadsorpsi
komponen-komponen dalam minyak jelantah c. Proses pembakaran
dengan menggunakan adsorben dari bahan Melalui pembakaran secara
alami, seperti arang aktif dan tanah pemucat terkontrol, sabut dan tempurung kelapa dapat
(Anggono, 1996); karbon aktif, magnesium diubah menjadi abu yang dapat merupakan
silikat, kalsium silikat dan bentonit (Yuliana sumber silika dalam bentuk amorf. Dari
dkk., 2005); zeolit (Kusumastuti, 2004; pembakaran ini dapat menghasilkan kira-kira
Widayat dkk, 2005); dan kitosan (Rahayu, 20 persen abu dengan silika sebagai komponen
2007). Tiap jenis adsorben memiliki utamanya sekitar 86-97 %.
selektivitas dalam mengadsorpsi komponen Berdasarkan suhu pembakarannya,
tertentu yang ada dalam minyak jelantah. Selain struktur partikel abu atau silikat hasil
itu, tiap bahan adsorben perlu diproses dulu pembakaran dapat dibedakan atas :
sebelum digunakan.
Sabut dan tempurung kelapa merupakan 1) Pembakaran pada suhu di bawah 500 ºC
limbah hasil pertanian yang banyak dijumpai berbentuk amorf
dan tersedia di Indonesia. Oleh petani, kedua < 500°C
limbah ini biasanya hanya dimanfaatkan Sekam padi / ampas tebu 
sebagai kayu bakar. Pemanfaatan untuk (Na2O)m(SiO2)n (amorf)
keperluan lain seperti bahan kerajinan, furniture 2) Pembakaran pada suhu antara 500-700 ºC
dan hiasan, belum dapat memaksimalkan berbentuk kristal
potensi limbah ini. Untuk itu perlu diupayakan 500-700°C
diversifikasi penggunaan sabut dan tempurung (Na2O)m(SiO2)n  Na2SiO3 (kristal silikat)
kelapa untuk meningkatkan nilai tambah kedua 3) Pembakaran pada suhu diatas 700 ºC
limbah ini, salah satunya adalah sebagai bahan berbentuk kwarsa.
adsorben. Struktur sabut dan tempurung kelapa >700°C
tersusun atas natural sellulose (sellulose, lignin, Na2SiO3  Na2O + SiO2 (kwarsa)
dan hemi sellulose) yang secara alami memberi
struktur berpori sehingga kedua bahan tersebut d. Proses aktifasi
dapat digunakan sebagai media adsorpsi. Aktivasi karbon bertujuan untuk
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap memperbesar luas permukaan arang dengan
kemampuan sabut dan tempurung kelapa membuka pori-pori yang tertutup tar,
sebagai adsorben antara lain : hidrokarbon, dan zat-zat organik lainnya,
sehingga memperbesar kapasitas adsorpsi. Pada
a. Sellulose metode pengaktifan secara kimia, arang hasil
Sabut kelapa mengandung + 43 % sellulose, karbonisasi biasanya direndam dalam larutan
sedangkan tempurung kelapa mengandung + 45 aktifasi lalu ditiriskan dan dipanaskan pada
% sellulose (Palungkun, 2001). Serbuk sabut suhu tinggi selama 1 – 2 jam. Beberapa bahan
dan tempurung kelapa dengan komponen kimia yang dapat digunakan sebagai zat
selulosanya merupakan zat padat kasar yang pengaktif, antara lain : H3PO4, KOH, Na2SO4,
polar. Selulosa ini memiliki afinitas yang besar ZnCl2, dan Na2CO3 (Ketaren, 1986).
terhadap zat terlarut yang polar apalagi bila Penggunaan tempurung/sabut kelapa yang
kepolaran pelarutnya lebih rendah. diolah menjadi karbon (arang) aktif diketahui
menunjukkan kemampuan yang baik sebagai

48
Momentum, Vol. 10, No. 1, April 2014, Hal. 47-53 ISSN 0216-7395

adsorben, antara lain untuk menjerap gas atau Sabut dan tempurung kelapa kering
bau (deodorisasi) dan warna (decolorisasi). dihaluskan, lalu diayak dengan menggunakan
Sejauh ini tempurung atau sabut kelapa sieveshaker berukuran 100 mesh.
digunakan sebagai adsorben setelah melalui
perlakuan awal diarangkan (karbonasi) lalu a. Adsorben dihilangkan ligninnya
diaktifasi (Mardina, dkk., 2012; Nur, 2012). Serbuk sabut dan tempurung kelapa
Padahal berdasarkan komposisi kandungan sebanyak 50 gram ditambah larutan NaOH dan
senyawa penyusun dari sabut dan tempurung didiamkan beberapa saat. Selanjutnya
kelapa, kedua limbah pertanian ini dapat ditambahkan larutan HCl untuk
digunakan untuk adsorben tanpa pengarangan. menetralkannya. Larutan disaring kemudian
Struktur dari kedua bahan tersebut hampir sama adsorben dicuci dengan aquadest kemudian
yakni mengandung selulose dan lignin, yang dikeringkan dalam oven pada suhu 110 ºC
secara alami akan memberikan struktur berpori selama 2 jam (Wahjuni dan Kostradiyanti,
sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan 2008).
sebagai media adsorpi tanpa diarangkan b. Adsorben diarangkan
(Widjanarko, 2006). Bahan adsorben 100 gram dimasukkan ke
Pada penelitian ini dibandingkan dalam kaleng yang dilubangi sisi-sisi
kemampuan adsorpsi kedua limbah tersebut sampingnya kemudian ditutup lalu dibakar
untuk memperbaiki mutu minyak goreng bekas hingga menjadi arang. Arang yang diperoleh
pada berbagai metode persiapan adsorben dari dibagi menjadi dua, separuhnya disisihkan dan
sabut dan tempurung kelapa; serta menentukan separuhnya lagi diaktivasi.
metode persiapan (perlakuan awal) terbaik yang c. Adsorben dibakar dengan furnace pada suhu
mampu menurunkan parameter kimia yang 400 ºC
menjadi indikator kualitas minyak goreng, Bahan adsorben 100 gram diletakkan dalam
antara lain kadar asam lemak bebas (FFA), cawan porselen kemudian dibakar dalam
kejernihan warna, dan bilangan peroksida (PV). furnace pada suhu 400 °C.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk d. Adsorben dibakar dengan furnace pada suhu
mendapatkan metode pemurnian minyak 600 ºC
jelantah yang sederhana dari bahan baku yang Kurang lebih 100 gram bahan adsorben
murah dan mudah didapat, yakni sabut dan diletakkan dalam cawan porselen kemudian
tempurung kelapa, serta mudah diterapkan oleh dibakar dengan furnace pada suhu 600 °C .
masyarakat, sedangkan tujuan khususnya yaitu e. Aktifasi adsorben
mendapatkan metode perlakuan awal terbaik Adsorben yang telah diarangkan/dibakar
dari sabut dan tempurung kelapa sebagai dengan furnace diaktivasi dengan cara
adsorben pada proses pemurnian minyak direndam dalam larutan KOH. Selanjutnya
jelantah dalam upaya meningkatkan kualitas disaring dan dicuci dengan aquadest, kemnudia
minyak. dikeringkan dalam oven pada suhu 110 °C
sampai berat konstan.
METODOLOGI
Bahan 2. Persiapan Minyak Goreng
Bahan untuk penelitian adalah minyak Minyak jelantah disaring dengan kain tipis
jelantah, sabut kelapa, tempurung kelapa, dan atau kertas saring untuk menghilangkan kotoran
bahan-bahan kimia, seperti NaOH, HCl, KOH, yang berupa padatan atau remah-remah. Setelah
Etanol, KI, kloroform, asam asetat, K2Cr2O7 itu dianalisis kandungan asam lemak bebas
PA, H2C2O4, Na2S2O3, indicator PP, dan (FFA) bilangan peroksidanya, dan kejernihan
indikator amilum. Minyak jelantah diperoleh warnanya.
dari sebuah home industri pembuat criping di
daerah Manyaran, Semarang; sedangkan sabut 3. Uji kemampuan adsorben
dan tempurung kelapa didapat dari penjual Minyak jelantah yang telah ditambah
kelapa di pasar tradisional Peterongan, adsorben dari sabut / tempurung kelapa (sesuai
Semarang, Jawa Tengah. dengan variabel adsorben) diaduk selama 30
menit pada suhu 75ºC. kemudian minyak
Prosedur Penelitian disaring dan diambil sampel untuk dianalisis
1. Persiapan bahan untuk adsorben kadar FFA, PV (Sudarmaji, 1997), dan
warnanya (Kusumastuti, 2004). Prosedur ini

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 49


Potensi Sabut Dan Tempurung Kelapa Sebagai Adsorben... (L. H. Rahayu, dkk)

diulang untuk variasi persiapan adsorben sabut memberikan pengaruh sangat nyata (p<0,01)
dan tempurung kelapa yang lain. terhadap kadar FFA, baik untuk bahan adsorben
dari sabut maupun tempurung kelapa. Syarat
Hipotesis (Ho) mutu minyak goreng menurut SII menunjukkan
Jenis bahan adsorben dan metode perlakuan bahwa kadar FFA yang diijinkan terkandung
awal adsorben yang berbeda pada proses dalam minyak goreng untuk dikonsumsi
adsorpsi minyak jelantah tidak mempengaruhi maksimal 0,3% (Winarno, 1999). Perlakuan
penurunan kadar FFA, bilangan proksida, dan adsorben yang tidak diarangkan dan
kejernihan warna minyak goreng bekas. dihilangkan ligninnya menghasilkan kadar FFA
terendah dibandingkan perlakuan yang lain. Hal
Rancangan Penelitian dan Teknik Analisis ini karena adsorben sabut dan tempurung kelapa
Data tinggal mengandung selulosa yang kaya akan
Penelitian ini dilakukan secara gugus -OH yg bersifat elektronegatif (basa) dan
eksperimental di laboratorium. Untuk tahap polar sehingga dapat berinteraksi dengan gugus
penentuan jenis adsorben dan tahap penentuan –COOH dari FFA yang bersifat elektropositif
perlakuan awal adsorben dirancang dengan (asam) dan polar. Kemampuan ini yang
Rancangan Acak Lengkap (RAL). menyebabkan kedua adsorben dapat
Untuk mengkaji apakah persiapan/perlakuan menurunkan kadar FFA dalam minyak goreng
awal awal adsorben sabut dan pempurung bekas.
kelapa memberikan pengaruh terhadap Berdasarkan uji beda DMRT untuk variasi
penurunan kadar FFA, PV, dan warna minyak perlakuan awal adsorben yang berbeda
jelantah dilakukan uji secara statistik dengan diketahui bahwa kondisi yang memberikan
analisis varians (anava). Apabila terdapat kadar FFA terendah (p<0,01) adalah pada
pengaruh maka dilanjutkan dengan uji beda perlakuan awal tidak diarangkan dan
DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk dihilangkan ligninnya untuk bahan baku sabut
menentukan perlakuan awal adsorben terbaik kelapa. Kondisi ini memberikan kadar FFA
yang dapat memberikan penurunan kadar FFA, terendah sebesar 0,25% (memenuhi standar
PV, atau warna terbesar. kadar FFA menurut SII) atau mengalami
penurunan sebesar 75,73%. Meskipun
HASIL DAN PEMBAHASAN kandungan selulose dalam sabut kelapa sedikit
Kadar FFA lebih kecil, kemampuan serap sabut kelapa
Hasil penentuan kadar FFA minyak goreng lebih baik daripada tempurung kelapa. Hal ini
bekas setelah mengalami proses adsorpsi dimungkinkan karena sabut kelapa memiliki
dengan menggunakan sabut dan tempurung porositas lebih besar daripada tempurung
kelapa pada berbagai metode perlakuan awal kelapa.
disajikan dalam Tabel 1. Kadar FFA minyak
jelantah awal diperoleh 1,03 %. .
Dari uji anava didapatkan bahwa metode
persiapan awal adsorben yang berbeda

Tabel 1. Kadar FFA (%) Minyak jelantah setelah adsorpsi pada berbagai metode
perlakuan awal adsorben
Kadar FFA (%) Minyak jelantah setelah adsorpsi
Jenis Tidak Dibakar Dibakar Dibakar Dibakar
Tidak Diarangk
adsorben diarangkan, Diarangkan suhu suhu suhu suhu
diarangkan, an
tidak non aktivasi 400°C, non 400°C, 600°C, non 600°C,
didelignisasi diaktivasi
didelignisasi aktivasi diaktivasi aktivasi diaktivasi
Sabut
Kelapa 0,29FGH 0,25H 0,45A 0,36CDE 0,3EFGH 0,28GH 0,36CDE 0,33DEFG
Tempuru
ng kelapa 0,31DEFGH 0,28GH 0,43AB 0,45ABC 0,35DEF 0,33DEFG 0,37BCD 0,34DEFG
Keterangan :
1. Hasil merupakan rerata dari 2 kali ulangan
2. Kode huruf superskrip pada data rerata menunjukkan hasil uji beda DMRT
3. Rerata dari kolom yang sama diikuti superskrip dengan huruf besar berbeda menunjukkan beda sangat
nyata (p<0,01) antar perlakuan

50
Momentum, Vol. 10, No. 1, April 2014, Hal. 47-53 ISSN 0216-7395

Tabel 2. Hasil analisis kadar PV (mg O/kg) Minyak jelantah setelah adsorpsi pada
berbagai metode perlakuan awal
Kadar PV dlm minyak (mg O/kg) setelah adsorpsi
Jenis
Tidak Dibakar Dibakar Dibakar Dibakar
adsorb Tidak Diarangkan
diarangkan, Diarangkan suhu suhu suhu suhu
en diarangkan, non
tidak diaktivasi 400°C, non 400°C, 600°C, non 600°C,
didelignisasi aktivasi
didelignisasi aktivasi diaktivasi aktivasi diaktivasi
Sabut
Kelapa 0,79H 0,61H 3,39A 2,47DE 2,21EFG 1,98G 2,22EFG 2,04FG
Tempu
rung
kelapa 0,9H 0,78H 3,13AB 2,94B 2,34DEF 2,11FG 2,85BC 2,58CD
Keterangan :
1. Hasil merupakan rerata dari 2 kali ulangan
2. Kode huruf superskrip pada data rerata menunjukkan hasil uji beda DMRT
3. Rerata dari kolom yang sama diikuti superskrip dengan huruf besar berbeda menunjukkan beda sangat
nyata (p<0,01) antar perlakuan

Tabel 3. Kejernihan warna minyak jelantah setelah adsorpsi pada berbagai metode
perlakuan awal adsorben
Kejernihan minyak jelantah setelah adsorpsi (Abs. pada 448 nm)
Jenis Tidak Dibakar Dibakar Dibakar
Tidak Diarangk Diarangk Dibakar suhu
adsorben diarangkan, suhu suhu suhu
diarangkan, an non an 400°C, non
tidak 400°C, 600°C, non 600°C,
didelignisasi aktivasi diaktivasi aktivasi
didelignisasi diaktivasi aktivasi diaktivasi
Sabut
0.97FG 0.9615G 1.0105A 0.9995AB 0.9815DEF 0.979DEF 0.983CDEF 0.9745EFG
kelapa
Tempuru
0.971EFG 0.968FG 1.01A 0.999AB 0.991BCD 0.987BCDE 1.001AB 0.998ABC
ng kelapa
Keterangan :
1. Hasil merupakan rerata dari 2 kali ulangan
2. Kode huruf superskrip pada data rerata menunjukkan hasil uji beda DMRT
3. Rerata dari kolom yang sama diikuti superskrip dengan huruf besar berbeda menunjukkan beda sangat
nyata (p<0,01) antar perlakuan

Kadar PV lebih besar dalam mengikat senyawa-senyawa


Hasil analisis kadar PV minyak goreng peroksida, aldehide dan keton yang merupakan
bekas setelah mengalami proses adsorpsi hasil dekomposisi minyak. Molekul-molekul
dengan menggunakan sabut dan tempurung kecil peroksida, aldehide dan keton memiliki
kelapa pada berbagai metode perlakuan awal gugus polar sehingga dapat berinteraksi atau
disajikan dalam Tabel 2. terikat dengan selulose sabut/tempurung kelapa
Hasil uji anava menunjukan bahwa metode yang kaya akan gugus hidroksil (–OH) yang
pembuatan awal adsorben yang berbeda polar.
memberikan pengaruh sangat nyata (p<0,01) Hasil uji beda DMRT untuk variasi
terhadap bilangan peroksida, baik untuk bahan perlakuan awal adsorben yang berbeda
adsorben dari sabut maupun tempurung kelapa. diketahui bahwa kondisi yang memberikan
Berdasarkan syarat mutu minyak goreng bilangan peroksida terendah (p<0,01) adalah
menurut SII diketahui bahwa toleransi pada perlakuan awal tidak diarangkan dan
maksimal bilangan peroksida yang terkandung dihilangkan ligninnya untuk bahan baku sabut
dalam minyak goreng adalah 1,0 mg kelapa, yang memiliki porositas lebih besar
Oksigen/1000gr minyak (Winarno, 1999). dibandingkan dengan tempurung kelapa.
Sama seperti hasil yang ditunjukkan terhadap Kondisi ini memberikan bilangan peroksida
parameter kadar FFA, perlakuan adsorben yang terendah sebesar 0,61 mg O/kg (masuk standar
menghasilkan bilangan peroksida terendah kadar PV menurut SII) atau mengalami
adalah perlakuan tidak diarangkan dan penurunan sebesar 93,39%.
dihilangkan ligninnya. Hal ini karena serbuk
sabut maupun tempurung kelapa yang tinggal
berupa selulose akan memiliki kemampuan

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 51


Potensi Sabut Dan Tempurung Kelapa Sebagai Adsorben... (L. H. Rahayu, dkk)

Warna minyak jelantah, ditinjau dari kadar FFA,


Hasil pengukuran kejernihan warna minyak PV dan warna minyak.
goreng bekas yang diberi perlakuan dengan 2. Harga FFA dan PV dapat dikurangi hingga
adsorben dari sabut dan tempurung kelapa pada di bawah dari harga standar FFA & PV
berbagai metode perlakuan awal ditampilkan menurut SII 0003-72 pada perlakuan dengan
pada Tabel 3. Kejernihan minyak jelantah awal adsorben yang tidak diarangkan &
: 1,058 sedangkan kejernihan minyak didelignisasi, sedangkan kejernihan minyak
murni/baru : 0,103 umumnya sedikit berkurang pada semua
Kejernihan minyak diukur pada panjang perlakuan (warna hampir sama dengan
gelombang 448 nm (Kusumastuti, 2004), dan minyak jelantah awal).
absorbansi menyatakan tingkat kekeruhan. 3. Metode perlakuan awal terbaik untuk
Minyak yang murni (baru) berwarna kuning menurunkan kadar FFA, PV, dan warna
muda dan jernih, nilai absorbansinya kecil yaitu adalah metode tidak diarangkan dan
0,103 sedangkan minyak jelantah berwarna didelignisasi. Sabut kelapa mempunyai
merah kecoklatan dengan absorbansi 1,058. kemampuan adsorpsi sedikit lebih baik dari
Perlakuan dengan adsorben sabut dan tempurung kelapa.
tempurung kelapa pada berbagai metode
perlakuan awal dilihat secara visual tidak Daftar Pustaka
mengurangi warna minyak, karena hampir Anggono, B.G. 1996. Perbaikan Kualitas
semua terlihat masih tetap merah kecoklatan. Minyak Jelantah Secara Adsorbsi dengan
Pengukuran absorban pada panjang gelombang Tanah Pemucat dan Arang Aktif. Skripsi.
448 nm menunjukkan bahwa perlakuan dengan FTP-UGM.
adsorben sabut dan tempurung kelapa pada Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak
minyak jelantah sedikit menurunkan absorban dan Lemak Pangan. Ed.6. Universitas
dari 1,058 (minyak jelantah awal/sebelum Indonesia.
adsorpsi) menjadi paling rendah berturut-turut Kusumastuti. 2004. Kinerja Zeolit dalam
0,9615 untuk sabut kelapa (penyusutan 0,099%) Memperbaiki Mutu Minyak Goreng Bekas.
dan 0,968 untuk tempurung kelapa (penyusutan Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.
0,093%). Hal ini menunjukkan kemampuan 15(2) : 141-144.
sabut dan tempurung kelapa dalam Mardina, P., Faradina, E., dan Setyawati, N.
mengadsorpsi senyawa berwarna dalam minyak 2012. Penurunan Angka Asam pada Minyak
jelantah hampir sama. Kekeruhan minyak Jelantah. Jurnal Kimia. 6 (2) : 196-200
jelantah berkurang (bertambah sedikit jernih) Nur, R. 2012. Pemurnian Minyak Goreng
karena partikel penyebab kekeruhan dapat Bekas Menggunakan Arang Aktif dari Sabut
diserap oleh sabut atau tempurung kelapa Kelapa. Skripsi. PS Kimia, FMIPA.
meskipun hanya sebagian kecil. Manokwari : Universitas Negeri Papua
Warna minyak jelantah yang telah diproses Palungkun, R. 2001. Aneka Produk Olahan
dengan adsorben sabut/ tempurung kelapa pada Kelapa. Cetakan VIII. Jakarta : Swadaya
percobaan ini masih menunjukkan warna gelap Rahayu, L.H. 2007. Studi Awal Penggunaan
dibandingkan dengan minyak goreng baru Kitosan dari Cangkang Rajungan untuk
(absorban 0,103), namun dari uji Anava Menurunkan Kadar FFA dalam Upaya
menunjukkan bahwa adsorpsi dengan Meningkatkan Kualitas Minyak Goreng
sabut/tempurung kelapa pada berbagai metode Bekas. Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil
perlakuan awal adsorben yakni sangat beda Pertanian 4(2) : 94-100.
nyata (p<0,01). Kondisi yang memberikan Sudarmaji, dkk.1997. Prosedur Analisa untuk
absorbansi terendah adalah perlakuan dengan Bahan makanan dan Pertanian. Edisi
adsorben yang tidak diarangkan dan keempat. Yogyakarta : Liberty
dihilangkan ligninnya, baik dari bahan sabut Wahjuni, S. dan Kostradiyanti, B. 2008.
maupun tempurung kelapa. Penurunan Angka Peroksida Minyak Kelapa
Tradisional Dengan Adsorben Arang Sekam
SIMPULAN Padi IR 64 yang Diaktifkan Dengan Kalium
1. Perlakuan dengan adsorben dari sabut dan Hidroksida. Jurnal Kimia. 2(1) : 57-60.
tempurung kelapa pada berbagai metode Widayat, Pracoyo, dan Apriyanti. 2005. Studi
perlakuan awal dapat meningkatkan kualitas Awal Peningkatan Kualitas Minyak Goreng
Bekas dengan Zeolit Alam. Prosiding

52
Momentum, Vol. 10, No. 1, April 2014, Hal. 47-53 ISSN 0216-7395

Semnas Pengembangan Teknologi Kimia


untuk Pemgolahan Sumber Daya Alam
Indonesia. UPN. Yogyakarta. Hal. C17-1
s.d. C17-5.
Widjanarko, dkk. 2006. Kinetika Adsorbsi Zat
Warna Congo Red dan Rhodamine B
dengan Menggunakan Serabut Kelapa dan
Ampas Tebu. Jurnal Teknik Kimia
Indonesia. 5(3) : 461-468.
Winarno, E.G. 1999. Minyak Goreng. Jakarta :
Balai Pustaka
Yuliana, dkk. 2005. Penggunaan Adsorben
untuk Mengurangi Kadar Free Fatty Acid,
Peroxide Value dan Warna Minyak Goreng
Bekas. Jurnal Teknik Kimia Indonesia. 4(2)
: 212-218.

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 53

Anda mungkin juga menyukai