Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. AR

Umur : 8 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Karang Binangun, Lamongan

Tanggal MRS : 23 Februari 2018

ANAMNESA

Keluhan utama:

Panas

Riwayat penyakit sekarang:

Pasien datang dibawa oleh Orang Tuanya ke IGD RSUD Ibnu Sina
Gresik dengan keluhan demam dan lemas. Menurut Ibu pasien, anaknya
panas sampai 8 hari tidak kunjung sembuh. Panasnya terus menerus. Suhu
38,7ºC. Pasien Menggigil. Pasien muntah 4x pada hari ke 7. Muntahan
berupa makanan dan air. Setiap kali muntah sebanyak ± ¼ - ½ gelas aqua.
Pasien mengeluh batuk pada hari ke 8. Batuk kering. Batuk terus menerus.
Pasien juga pilek pada hari ke 3. Pasien mengeluh hidung buntu. Pasien juga
mengeluh sakit pada tenggorokan ketika menelan makanan atau minuman.
Pasien tampak lemah. Pasien mengeluh sakit dan nyeri pada perut. BAB
belum sama sekali selama MRS. BAK warna kuning. Jumlah ± ½ gelas aqua.
Makan berkurang, minum masih baik.

1
Riwayat penyakit dahulu:

Pasien pernah MRS dengan diagnose DHF pada tahun 2016,

Riwayat penyakit keluarga:

Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini. Diabetes (-) hipertensi (-).

Riwayat pengobatan:

Sudah dibawa ke puskesmas tgl 20 Februari 2018 namun panas tidak turun turun.

Riwayat tumbuh kembang:

Riwayat imunisasi lengkap.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : Compos mentis

BB : 22 kg

Tanda-tanda Vital:

Tensi : 90/60 mmHg

Nadi : 75x/menit

Suhu : 38,7 C

RR : 22x/menit

2
STATUS GENERALIS

KEPALA LEHER

Bentuk kepala : Normocephali

Rambut : bewarna hitam, tidak mudah di cabut

Mata : Anemis (-), ikterus (-), mata cowong (-)

Telinga : Sekret (-)

Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), Sekret (+) jernih

Gigi/mulut : Perdarahan gusi (-), lidah kotor (+) berwarna putih, Faring hiperemi (+)

Leher : Pembesaran KGB (-)

THORAX

Dinding dada : Simetris bilateral

Jantung : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

ABDOMEN

Dinding perut : nyeri tekan (+)

Liver : Tidak di temukan pembesaran

Lien : Tidak di temukan pembesaran

EKSTREMITAS

Superior : Akral hangat +/+, oedema -/-

Inferior : Akral hangat +/+, oedema -/-

3
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 23 Februari 2018

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


HB 14 10-16 gr/dL
Leukosit 10.000 4.500-11.000
LED - <10 mm/jam
Hitung jenis 0/0/0/77/15/8 1-2/0-1/3-5/40-50/20-40/4-8
Eo/ba/st/sg/ly/mo
PCV 43 37-47%
Trombosit 257.000 150.000-450.000
MCV 80 80-94
MCH 26 26-32
MCHC 32 32-36
GDA - <200 mg/dl

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 26 Februari 2018

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


HB 13,9 10-16 gr/dL
Leukosit 5.910 4.500-11.000
LED - <10 mm/jam
Hitung jenis - 1-2/0-1/3-5/40-50/20-40/4-8
Eo/ba/st/sg/ly/mo
PCV 42 37-47%
Trombosit 183.000 150.000-450.000
MCV 78 80-94
MCH 25 26-32
MCHC 33 32-36

4
GDA - <200 mg/dl

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 27 Februari 2018

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


HB 14,1 10-16 gr/dL
Leukosit 4.830 4.500-11.000
LED - <10 mm/jam
Hitung jenis 5/1/0/39/46/9 1-2/0-1/3-5/40-50/20-40/4-8
Eo/ba/st/sg/ly/mo
PCV 42 37-47%
Trombosit 205.000 150.000-450.000
MCV 77 80-94
MCH 26 26-32
MCHC 34 32-36
GDA - <200 mg/dl

DIAGNOSIS BANDING

1. TB milier

2. Abses dalam

3. Rheumatoid Heart Disease

PLANNING DIAGNOSA

1. Darah lengkap (Hb, Ht, Hitung eritrosit, hitung leukosit, LED, Hitung Trombosit)

2. SGOT/SGPT

3. Pemeriksaan Serologi (Serologi widal)

5
DIAGNOSA KERJA

Tifoid Fever

PLANNING THERAPY

1. Inf. D5 1/2 S 1540cc/24 Jam


2. Inj. Ranitidin 2x20 mg sehari
3. Inj. Antrain 375 mg sehari
4. Inj. Ceftriaxon 2x1gr
5. Inj. Ondansetron 3x2 mg sehari

PLANNING EDUKASI

1. Diit diberikan sesuai anjuran, tidak boleh berlebihan


2. Hangatkan tubuh pasien
3. Beri mainan untuk rangsang kemampuan motoriknya
4. Beri perhatian dan kasih sayang

PROGNOSIS

Dubia ad bonam

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Demam tifoid atau typhoid fever adalah suatu sindrom sistemik berat yang secara klasik
disebabkan oleh Salmonella Typhi. Salmonella Typhi termasuk dalam genus Salmonella. Tifus
abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella thypii, yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi
oleh kuman Salmonella thypii..

EPIDEMIOLOGI

Typus Abdominalis merupakan penyakit infeksi yang dijumpai di seluruh dunia, secara
luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak
memadai dengan standar higienis dan sanitasi yang rendah yang mana di Indonesia dijumpai
dalam keadaan endemis.

Dari laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 terdapat 17 juta kasus
demam tifoid per tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian dengan
Case Fatality Rate (CFR = 3,5%). Insidens rate penyakit demam tifoid di daerah endemis
berkisar antara 45 per 100.000 penduduk per tahun sampai 1.000 per 100.000 penduduk per
tahun. Tahun 2003 insidens rate demam tifoid di Bangladesh 2.000 per 100.000 penduduk per
tahun. Insidens rate demam tifoid di negara Eropa 3 per 100.000 penduduk, di Afrika yaitu 50
per 100.000 penduduk, dan di Asia 274 per 100.000 penduduk (Crump, 2004). Indisens rate di
Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk
perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000 – 1.500.000 penderita. Angka
kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10%. Tingginya insidens
rate penyakit demam tifoid di negara berkembang sangat erat kaitannya dengan status ekonomi
serta keadaan sanitasi lingkungan di negara yang bersangkutan.

7
ETIOLOGI

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari
Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, motil,
berkapsul dan mempunyai flagela (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup
sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini
dapat mati dengan pemanasan (suhu 60ºC) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan
khlorinisasi.

Salmonella typhi adalah bakteri batang gram negatif yang menyebabkan demam tifoid.
Salmonella typhi merupakan salah satu penyebab infeksi tersering di daerah tropis, khususnya di
tempat-tempat dengan higiene yang buruk. Manusia terinfeksi Salmonella typhi secara fekal-
oral. Tidak selalu Salmonella typhi yang masuk ke saluran cerna akan menyebabkan infeksi
karena untuk menimbulkan infeksi, Salmonella typhi harus dapat mencapai usus halus. Salah
satu faktor penting yang menghalangi Salmonella typhi mencapai usus halus adalah keasaman
lambung. Bila keasaman lambung berkurang atau makanan terlalu cepat melewati lambung,
maka hal ini akan memudahkan infeksi Salmonella typhi.

Setelah masuk ke saluran cerna dan mencapai usus halus, Salmonella typhi akan
ditangkap oleh makrofag di usus halus dan memasuki peredaran darah, menimbulkan bakteremia
primer. Selanjutnya, Salmonella typhi akan mengikuti aliran darah hingga sampai di kandung
empedu. Bersama dengan sekresi empedu ke dalam saluran cerna, Salmonella typhi kembali
memasuki saluran cerna dan akan menginfeksi Peyer’s patches, yaitu jaringan limfoid yang
terdapat di ileum, kemudian kembali memasuki peredaran darah, menimbulkan bakteremia
sekunder. Pada saat terjadi bakteremia sekunder, dapat ditemukan gejala-gejala klinis dari
demam tifoid (Salyers dan Whitt, 2002). Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu:

a. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.
Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin.
Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
b. Antigen H (Antigen flagela), yang terletak pada flagela, fimbriae atau pili dari kuman.
Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid
tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol yang telah memenuhi kriteria penilaian.

8
c. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi
kuman terhadap fagositosis.

PATOGENESIS

Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.

Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk ke lambung.


Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam
jaringan limfoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi
darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung
empedu ke organ terutama hati dan limpa serta berkembangbiak sehingga organ-organ tersebut
membesar.

GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu:

a. Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris


remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus

9
berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur
turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan
keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri
pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal
bahkan dapat terjadi diare.

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam,


yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.

DIAGNOSIS

1. Demam lebih dari tujuh hari


2. Terlihat jelas sakit
3. Nyeri perut, mual, muntah
4. Delirium
5. Hepatosplenomegali

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium darah tepi


2. Uji serologis
3. Pemeriksaan biakan Salmonella

10
PENATALAKSANAAN

1. Obati dengan Kloramfenikol 50-100 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per oral atau
intravena
2. Kortikosteroid doberikan pada kasus berat dengan menurunan kesadaran.
Dexametashone 1-3 mg/kgBB/hari intravena dibagi tiga dosis. Diberikan sampai
kesadaran membaik.
3. Kebutuhan cairan harus terpenuhi (oral atau pareteral).
(Formula Halliday Segar)
Berat badan (kg) Cairan rumatan/24 jam
10 100cc/kgBB
10-20 1.000cc+50cc/kgBB
>20 1.500cc+20cc/kgBB
Setiap kenaikan 1C maka cairan dinaikkan 12% dari kebutuhan rumatan.

PROGNOSIS

Prognosis pada Demam Tifoid pada umumnya baik jika segera mendapatkan pelayanan
dan ditangani dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Kesehatan Anak NELSON. Vol 2 edisi 15. 2000. Editor edisi bahasa Indonesia, A. Samik
Wahab. Jakarta: EGC, 2000.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Edisi 2. 2010. Jakarta: Badan penerbit IDAI.

12

Anda mungkin juga menyukai