LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AR
Umur : 8 tahun
ANAMNESA
Keluhan utama:
Panas
Pasien datang dibawa oleh Orang Tuanya ke IGD RSUD Ibnu Sina
Gresik dengan keluhan demam dan lemas. Menurut Ibu pasien, anaknya
panas sampai 8 hari tidak kunjung sembuh. Panasnya terus menerus. Suhu
38,7ºC. Pasien Menggigil. Pasien muntah 4x pada hari ke 7. Muntahan
berupa makanan dan air. Setiap kali muntah sebanyak ± ¼ - ½ gelas aqua.
Pasien mengeluh batuk pada hari ke 8. Batuk kering. Batuk terus menerus.
Pasien juga pilek pada hari ke 3. Pasien mengeluh hidung buntu. Pasien juga
mengeluh sakit pada tenggorokan ketika menelan makanan atau minuman.
Pasien tampak lemah. Pasien mengeluh sakit dan nyeri pada perut. BAB
belum sama sekali selama MRS. BAK warna kuning. Jumlah ± ½ gelas aqua.
Makan berkurang, minum masih baik.
1
Riwayat penyakit dahulu:
Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini. Diabetes (-) hipertensi (-).
Riwayat pengobatan:
Sudah dibawa ke puskesmas tgl 20 Februari 2018 namun panas tidak turun turun.
PEMERIKSAAN FISIK
BB : 22 kg
Tanda-tanda Vital:
Nadi : 75x/menit
Suhu : 38,7 C
RR : 22x/menit
2
STATUS GENERALIS
KEPALA LEHER
Gigi/mulut : Perdarahan gusi (-), lidah kotor (+) berwarna putih, Faring hiperemi (+)
THORAX
ABDOMEN
EKSTREMITAS
3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
4
GDA - <200 mg/dl
DIAGNOSIS BANDING
1. TB milier
2. Abses dalam
PLANNING DIAGNOSA
1. Darah lengkap (Hb, Ht, Hitung eritrosit, hitung leukosit, LED, Hitung Trombosit)
2. SGOT/SGPT
5
DIAGNOSA KERJA
Tifoid Fever
PLANNING THERAPY
PLANNING EDUKASI
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Demam tifoid atau typhoid fever adalah suatu sindrom sistemik berat yang secara klasik
disebabkan oleh Salmonella Typhi. Salmonella Typhi termasuk dalam genus Salmonella. Tifus
abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella thypii, yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi
oleh kuman Salmonella thypii..
EPIDEMIOLOGI
Typus Abdominalis merupakan penyakit infeksi yang dijumpai di seluruh dunia, secara
luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak
memadai dengan standar higienis dan sanitasi yang rendah yang mana di Indonesia dijumpai
dalam keadaan endemis.
Dari laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 terdapat 17 juta kasus
demam tifoid per tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian dengan
Case Fatality Rate (CFR = 3,5%). Insidens rate penyakit demam tifoid di daerah endemis
berkisar antara 45 per 100.000 penduduk per tahun sampai 1.000 per 100.000 penduduk per
tahun. Tahun 2003 insidens rate demam tifoid di Bangladesh 2.000 per 100.000 penduduk per
tahun. Insidens rate demam tifoid di negara Eropa 3 per 100.000 penduduk, di Afrika yaitu 50
per 100.000 penduduk, dan di Asia 274 per 100.000 penduduk (Crump, 2004). Indisens rate di
Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk
perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000 – 1.500.000 penderita. Angka
kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10%. Tingginya insidens
rate penyakit demam tifoid di negara berkembang sangat erat kaitannya dengan status ekonomi
serta keadaan sanitasi lingkungan di negara yang bersangkutan.
7
ETIOLOGI
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari
Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, motil,
berkapsul dan mempunyai flagela (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup
sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini
dapat mati dengan pemanasan (suhu 60ºC) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan
khlorinisasi.
Salmonella typhi adalah bakteri batang gram negatif yang menyebabkan demam tifoid.
Salmonella typhi merupakan salah satu penyebab infeksi tersering di daerah tropis, khususnya di
tempat-tempat dengan higiene yang buruk. Manusia terinfeksi Salmonella typhi secara fekal-
oral. Tidak selalu Salmonella typhi yang masuk ke saluran cerna akan menyebabkan infeksi
karena untuk menimbulkan infeksi, Salmonella typhi harus dapat mencapai usus halus. Salah
satu faktor penting yang menghalangi Salmonella typhi mencapai usus halus adalah keasaman
lambung. Bila keasaman lambung berkurang atau makanan terlalu cepat melewati lambung,
maka hal ini akan memudahkan infeksi Salmonella typhi.
Setelah masuk ke saluran cerna dan mencapai usus halus, Salmonella typhi akan
ditangkap oleh makrofag di usus halus dan memasuki peredaran darah, menimbulkan bakteremia
primer. Selanjutnya, Salmonella typhi akan mengikuti aliran darah hingga sampai di kandung
empedu. Bersama dengan sekresi empedu ke dalam saluran cerna, Salmonella typhi kembali
memasuki saluran cerna dan akan menginfeksi Peyer’s patches, yaitu jaringan limfoid yang
terdapat di ileum, kemudian kembali memasuki peredaran darah, menimbulkan bakteremia
sekunder. Pada saat terjadi bakteremia sekunder, dapat ditemukan gejala-gejala klinis dari
demam tifoid (Salyers dan Whitt, 2002). Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
a. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.
Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin.
Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
b. Antigen H (Antigen flagela), yang terletak pada flagela, fimbriae atau pili dari kuman.
Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid
tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol yang telah memenuhi kriteria penilaian.
8
c. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi
kuman terhadap fagositosis.
PATOGENESIS
Penularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
GEJALA KLINIS
a. Demam
9
berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur
turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan
keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri
pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal
bahkan dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
10
PENATALAKSANAAN
1. Obati dengan Kloramfenikol 50-100 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per oral atau
intravena
2. Kortikosteroid doberikan pada kasus berat dengan menurunan kesadaran.
Dexametashone 1-3 mg/kgBB/hari intravena dibagi tiga dosis. Diberikan sampai
kesadaran membaik.
3. Kebutuhan cairan harus terpenuhi (oral atau pareteral).
(Formula Halliday Segar)
Berat badan (kg) Cairan rumatan/24 jam
10 100cc/kgBB
10-20 1.000cc+50cc/kgBB
>20 1.500cc+20cc/kgBB
Setiap kenaikan 1C maka cairan dinaikkan 12% dari kebutuhan rumatan.
PROGNOSIS
Prognosis pada Demam Tifoid pada umumnya baik jika segera mendapatkan pelayanan
dan ditangani dengan baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Kesehatan Anak NELSON. Vol 2 edisi 15. 2000. Editor edisi bahasa Indonesia, A. Samik
Wahab. Jakarta: EGC, 2000.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Edisi 2. 2010. Jakarta: Badan penerbit IDAI.
12