Anda di halaman 1dari 11

HIPERTIROID

ANATOMI
Sel pada kebanyakan organ endokrin menimbun produk sekresinya di dalam
sitoplasmanya. Kelenjar tiroid adalah organ endokrin unik karena sel-selnya tersusun
membentuk struktur bulat yang disebut folikel, bukan berupa kelompok atau deretan
seperti biasanya. Sel-sel yang mengelilingi folikel, yaitu sel folikel, menyekresi dan
menimbun produknya di luar sel, di dalam lumen folikel sebagai substansi mirip gelatin
yang disebut koloid. Koloid terdiri atas tiroglobulin, yaitu suatu glikoprotein yang
mengandung sejumlah asam amino teriodinasi. 4
Hormon kelenjar tiroid disimpan di dalam folikel sebagai koloid terikat pada
tiroglobulin. Oleh karena itu, folikel adalah satuan struktural dan fungsional kelenjar
tiroid. Selain sel folikel, sel-sel parafolikel yang lebih besar juga terdapat di kelenjar
tiroid. Sel-sel ini terdapat di dalam epitel folikel atau dicelah anatar folikel. Adanya
banyak pembuluh darah di sekitar folikel memudahkan pencurahan hormon ke dalam
aliran darah3.

METABOLISME HORMON TIROID


Bahan dasar untuk sintesis hormon tiroid adalah tirosin dan iodium, yang keduanya
harus diserap dari darah oleh sel-sel folikel. Tirosin, suatu asam amino, disintesis dalam
jumlah memadai oleh tubuh, sehingga bukan merupakan kebutuhan esensial dalam
mekanan. Dipihak lain, iodium diperlukan untuk sintesis hormon tiroid, harus diperoleh
dari makanan. Pembentukan, penyimpanan dan sekresi hormon tiroid terdiri dari langkah-
langkah berikut :
1. Semua langkah sintesis hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di dalam
koloid. Tiroglobulin itu sendiri dihasilkan oleh kompleks Golgi/retikulum endoplasma sel
folikel tiroid. Tirosin menyatu ke dalam molekul tiroglobulin sewaktu molekul besar ini
diproduksi. Setelah diproduksi, tiroglobulin yang mengandung tirosin dikeluarkan dari sel
folikel ke dalam koloid melalui eksositosis (langkah 1)

2. Tiroid menangkap iodium dari darah dan memindahkannya ke dalam koloid melalui
suatu pompa iodium yang sangat aktif atau iodine-trapping mechanism, suatu protein
pembawa yang sangat kuat dan memerlukan energi yang terletak di membran luar sel
folikel (langkah 2). Hampir semua iodium di tubuh dipindahkan melawan gradien
konsentrasinya ke kelenjar tiroid untuk mensisntesis hormon tiroid. Selain untuk sintesis
hormon tiroid, iodium tidak memiliki manfaat lain di tubuh.

3. Di dalam koloid, iodium dengan cepat melekat ke sebuah tirosin di dalam molekul
tiroglobulin. Perlekatan sebuah iodium ke tirosin menghasilkan monoiodotirosin (MIT)
(langkah 3a). Perlekatan dua iodium ke tirosin menghasilkan diiodotirosin (DIT) (langkah
3b).

4. Kemudian, terjadi proses penggaabungan antara molekul-molekul tirosin beriodium


untuk membentuk hormon tiroid. Penggabungan dua DIT (masing-masing mengandung
dua atom iodiumir) menghasilkan tetraiodotironin (T4 atau tiroksin), yaitu bentuk hormon
tiroid dengan empat iodium (langkah 4a). Penggabungan satu
5 MIT (dengan satu iodium) dan sati DIT (dengan dua iodium) menghasilkan
triiodotironin atau T3 (dengan tiga iodium) (langkah 4b). Penggabungan tidak terjadi
antara dua molekul MIT.

Pengaluaran hormon-hormon tiroid ke dalam sirkulasi sistemik memerlukan proses yang


agak rumit karena dua alasan. Pertama, sebelum dikeluarkan T4 dan T3 tetap terikat ke
molekul tiroglobulin. Kedua, hormon-hormon ini disimpan di tempat ekstrasel pedalaman,
lumen folikel, sebelum dapat memasuki pembuluh darah yang berjalan di ruang
interstisium, mereka harus diangkut menembus folikel. Proses sekresi hormon tiroid pada
dasarnya melibatkan “penggigitan” sepotong koloid oleh sel folikel sehingga molekul
tiroglobulin terpecah menjadi bagian-bagiannya dan “peludahan” T4 dan T3 bebas ke
dalam darah. Apabila terdapat rangsangan yang sesuai untuk mengeluarkan hormon tiroid,
sel-sel folikel memasukan sebagian dari kompleks hormon tiroglobulin dengan
memfagositosis sekeping koloid (langkah 5). Di dalam sel, butir-butir koloid terbungkus
membran menyatu dengan lisosom, yang enzim-enzimnya kemudian memisahkan hormon
tiroid aktif secara biologid, T4 dan T3 serta iodotirosin yang nonaktif, MIT dan DIT
(langkah 6). Hormon-hormon tiroid, karena sangat lipofilik, dengan mudah melewati
membran luar sel folikel dan masuk ke dalam darah (langkah 7a). MIT dan DIT tidak
memiliki nilai endokrin. Sel-sel folikel mengandung suatu enzim yang sangat cepat
mengeluarkan iodium dari MIT dan DIT, sehingga iodium yang dibebaskan dengan didaur
ulang untuk sintesis lebih banyak hormon (langkah 7b) enzim yang sangat spesifik ini akan
mengeluarkan iodium hanya dari MIT dan DIT, yang tidak berguna, bukan dari T4 dan
T34.
Sebagian besar T4 yang disekresikan kemudian diubah menjadi T3, atau diaktfkan, melalui
proses pengeluaran satu iodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari
sekresi T4 yang mengalami proses pengeluaran iodium di jaringan perifer. Dengan
demikian, T3 adalah bentuk hormon tiroid yang secara bilogis aktif ditingkat sel, walaupun
tiroid mengeluarkan lebih banyak T44.
Setelah dikeluarkan di dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik dengan cepat
berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan kurang daro 0,1% T4
tetap berada dalam bentuk tidak terikar (bebas). Keadaan ini memang luar biasa mengingat
bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan hormon tiroid memiliki akses ke reseptor sel
sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek. Terdapat tiga protein plasma yang penting
dalam pengikat hormon tiroid : globulin pengikat tiroksin (thyroxine-binding globulin)
yang secra selektif mengikat hormon tiroid (55%) dari T4 dan 65% dari T3 dalam
sirkulasi, walaupun namanya hanya menyebutkan secara khusus “tiroksin” (T4) ; albumin
yang secara non selektif mengikat banyak hormon lipofilik, termasuk 10% dari T4 dan
35% dari T3 dan thyroxine-binding prealbumin yang mengikat sisa 35% T4.
EFEK METABOLIK HORMON TIROID
Hormon tiroid memang satu hormon yang dibutuhkan oleh hampir semua proses tubuh
termasuk proses metabolisme, sehingga perubahan hiper atau hipotiroidisme berpengaruh
atas berbagai peristiwa. Efek metaboliknya antara alin seperti di bawah ini2,4 :
1. Termoregulasi (jelas pada miksedema atau koma miksedema dengan temperatur sub-
optimal) dan kalorigenik

2. Metabolisme protein. Dalam dosis fisiologis kerjanya bersifat anabolik, tetapi dalam
dosis besar bersifat katabolik

3. Metabolisme karbohidrat. Bersifat diabeto-genik, karena resorpsi intestinal meningkat,


cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot menipis dan degradasi
insulin meningkat.

4. Metabolisme lipid. Meski t4 mempercepat sintesis kolesterol, tetapi proses degradasi


kolesterol dan ekskresinya lewat empedu ternyata jauh lebih cepat, sehingga pada
hiperfungsi tiroid kolesterol rendah. Sebaliknya pada hipotiroidsm kolesterol total,
kolesterol ester dan fosfolipid meningkat.

5. Vitamin A. Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati memerlukan hormon


tiroid. Sehingga pada hipotiroidsme dapat dijumpai karotenemia, kulit kekuningan.

6. Lain-lain : gangguan metabolisme kreatinin fosfat menyebabkan miopati, tonus traktus


gastrointestinal meninggi, hiperperistaltik, sehingga sering terjadi diare, gangguan faal
hati, anemia defisiensi besi dan hipertiroidsm.

EFEK FISIOLOGIK HORMON TIROID


Efeknya membutuhkan waktu beberapa jam sampai hari. Efek genomnya menghasilkan
panas dan konsumsi oksigen meningkat, pertumbuhan, maturasi otak dan susunan saraf
yang melibatkan Na+K+ATPase sebagian lagi karena reseptor beta adrenergik yang
bertambah. Tetapi ada juga efek yang nongenomik misalnya meningkatnya transpor asam
amino dan glukosa, menurunnya enzim tipe-2 5’-deyodinasi di hipofisis. Efek fisilogi
dapat berupa2,4 :
1. Pertumbuhan Fetus. Sebelum mi 11 tiroid fetus belum bekerja, juga TSHnya. Dalam
keadaan ini karena DIII tinggi di plasenta hormon tiroid bebas yang masuk fetus amat
sedikit, karena di inaktivasi di plasenta. Meski amat sedikit krusial, tidak adanya hormon
yang cukup menyebabkan lahirnya bayi kretin (retardasi mental dan cebol).
2. Efek pada konsumsi oksigen, panas dan pembentukan radikal bebas. Kedua peristiwa
diatas dirangsang oleh T3 lewat Na+K+ATPase disemua jaringan kecuali otak, testis dan
limpa. Metabolisme basal meningkat. Hormon tiroid menurunkan kadar superoksida
dismutase hingga radikal bebas anion superoksida meningkat.

3. Efek Kardiovaskular. T3 menstimulasi a). Transkripsi miosin hc-B dan menghambat


miosin hcB, akibatnya kontraksu otot miokard menguat. b). Transkripsi Ca2+ ATPase di
retikulum sarkoplasma meningkatkan tonus diatolik. c). Mengubah konsentrasi protein G,b
reseptor adrenergik, sehingga akhirnya hormon tiroid ini punya efek yonotropik positif.
Secara klinis terlihat sebagai naiknya curah jantung dan takikardi.

4. Efek simpatik. Karena bertambahnya reseptor adrenergik-beta miokard, otot skelet,


lemak dan limfosit, efek pasca reseptor dan menurunnya reseptor adrenergik alfa miokard,
maka sensitivitas terhadap katekolamin amat tinggi pada hipertiroidsme dan sebaliknya
pada hipotiroidsme.

5. Efek hematopoetik. Kebutuhan akan oksigen pada hipertiroidsme menyebabkan


eritopoesis dan produksi eritopoetin meningkat. Volume darah tetap namun red cell turn
over meningkat.

6. Efek Gastrointestinal. Pada hipertiroidisme motilitas usus meningkat. Kadang ada diare.
Pada hipotiroidisme terjadi obstipasi dan transit lambung melambat. Hal ini dapat
menyebabkan bertambah kurusnya seseorang.

7. Efek pada skelet. Turn over tulang meningkat resprbsi tulang lebih terpengaruh dari
pada pembentukannya. Hipertiroidisme dapat menyebabkan osteopenia. Dalam keadaan
berat mampu menghasilkan hiperkalsemia, hiperkalsiuria dan penanda hidroksiprolin dan
cross-link piridium.

8. Efefk neuromuskular. Turn over meningkat juga menyebabkan miopati disamping


hilangnya otot. Dapat terjadi kreatinuria spontan. Kontraksi serta relaksasi otot meningkat
(hiperfleksia).

9. Efek Endokrin. Hormon tiroid meningkatkan metabolik turn-over banyak hormon serta
bahan farmakologik. Contoh : waktu paruh kortisol adalah 100 menit pada orang normal
tetapi menurun jadi 50 menit pada pada hipertiroidsme dan 150 menit pada hipotiroidsme.
Untuk ini perlu diingat bahwa hipertiroidsme dapat menutupi (masking) atau memudahkan
unmusking kelainan adrenal.
FAAL KELENJAR TIROID
Ada 3 dasar pengaturan faal tiroid yaitu oleh4 :

1. Autoregulasi
Seperti disebutkan di atas, hal ini lewat terbentuknya yodolipid pada pemberian yodium
banyak dan akut, dikenal sebagai efek Wolff-Chaikoff. Efek ini bersifat selflimiting.
Dalam beberapa keadaan mekanisme escape ini dapat gagal dan terjadilah hipotiroidisme

2. TSH
TSH disintesis oleh sel tirotrop hipofisis anterior. Efek pada tiroid akan terjadi dengan
ikatan TSH dengan reseptor TSH (TSHr) di membran folikel. Sinyal selanjutnya terjadi
lewat protein G (khusus Gsa). Dari sinilah terjadi perangsangan protein kinase oleh cAMP
untuk ekspresi gen yang penting untuk fungsi tiroid seperti pompa yodium, Tg,
pertumbuhan sel tiroid dan TPO, serta faktor transkripsi TTF1, TTF2 dan PAX8. Efek
klinisnya terlihat sebagai perubahan morfologi sel, naiknya produksi hormon, folikel dan
vaskularisasinya bertambah oleh pembentukan gondok dan peningkatan metabolisme.
T3 intratirotrop mengendalikan sintesis dan keluarnya (mekanisme umpan balik) sedang
TRH mengontrol glikosilasi, aktivitas dan keluarnya TSH. Beberapa obat bersifat
menghambat sekresi TSH : somatostatin, glukokortikoid, dopamin, agonis dopamin
(misalnya bromokriptin), juga berbagai penyakit kronik dan akut.
Pada morbus Graves, salah satu penyakit autoimun, TSHr ditempati dan dirangsang oleh
imunoglobulin, antibodi-anti-TSH (TSAb = thyroid stimulating antibody, TSI = thyroid
stimulat-ing immunoglobulin), yang secara fungsional tidak dapat dibedakan oleh TSHr
dengan TSH endogen. Rentetan peristiwa selanjutnya juga tidak dapat dibedakan dengan
rangsangan akibat TSH endogen

3. TRH
TRH melewati median eminence, tempat ia disimpan dan dikeluarkan lewat sistem
hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop hipofisis. Akibatnya TSH meningkat. Meskipun tidak
ikut menstimulasi keluarnya growth hormone dan ACTH, tetapi TRH menstimulasi
keluarnya prolaktin, kaddang-FSH dan LH. Apabila TSH naik dengan sendirinya kelenjar
tiroid mengalami hiperplasi dan hiperfungsi.
Sekresi hormon hipotalamus dihambat oleh hormon tiroid (mekanisme umpan balik), TSH,
dopamin, hormon korteks adrenal dan somatostatin, serta stres dan sakit berat (non thtoidal
illness).
Kompensasi penyesuaian terhadap proses umpan balik ini banyak memberi informasi
klinis, sebagai contoh, naiknya TSH serum sering menggambarkan produksi hormon tiroid
oleh kelenjar tiroid yang kurang memadai, sebaliknya respon yang rata (blunted response)
TSH terhadap stimulasi TRH eksogen menggambarkan supresi kronik ditingkat TSH
karena kebanyak hormon, dan sering merupakan tanda dini bagi hipertiroidisme ringan
atau subklinis.
HIPERTIROID
Hipertiroid adalah suatu gangguan dimana kelenjar tiroid memproduksi lebih banyak
hormon tiroid yang dibutuhkan oleh tubuh. Kadang-kadang disebut juga tirotoksikosis. 1
persen populasi di Amerika memiliki resiko untuk menderita hipertiroid. Wanita lebih
banyak mengalami kejadian ini dibandingkan dengan pria5.
Perlu dibedakan antara pengertian tirotoksikosis dengan hipertiroidsme. Tirotoksikosis
ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi.
Hipertiroidsme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperkatif.
Apapun sebabnya manifestasi kliniknya sama, karena efek ini disebabkan ikatan T3
dengan reseptor T4-inti yang makin penuh6.
ETIOLOGI HIPERTIROID
Beberapa penyebab terjadinya hipertiroid adalah7,8 :
1. Penyakit Grave
Pada penyakit grave sistem imun membuat antibodi yang disebut thyroid stimulating
immunoglobulin (TSI), dimana memiliki struktur yang hampir sama dengan TSH dan
menyebabkan peningkatan hormon tiroid yang lebih banyak dalam tubuh.

2. Nodul Tiroid
Nodul tiroid yang dikenal juga sebagai adenoma adalah benjolan yang terdapat pada tiroid.
Nodul tiroid umumnya bukan suatu keganasan. 3 -7% populasi memiliki resiko terjadinya
nodul tiroid. Nodul dapat menjadi hipereaktif dan menghasilkan banyak hormon tiroid.
Suatu nodul yang hiperaktif disebut adenoma toksik dan apabila melibatkan banyak nodul
yang mengalami hiperaktif disebut sebagai goiter multinodular toksik. Meskipun jarang
ditemukan pada orang dewasa goiter multinodular toksik dapat memproduksi lebih banyak
hormon tiroid.

3. Tiroiditis
Beberapa jenis tiroiditis dapat menyebabkan hipertiroidisme. Tiroiditis tidak menyebabkan
tiroid untuk menghasilkan hormon berlebihan. Sebaliknya, hal itu menyebabkan hormon
tiroid yang disimpan, bocor keluar dari kelenjar yang meradang dan meningkatkan kadar
hormon dalam darah.
a. Tiroiditis subakut :Kondisi ini berkembang akibat adanya inflamasi pada kelenjar tiroid
yang dapat diakibatkan dari infeksi virus atau bakteri.
b. Tiroiditis postpartum : Tiroiditis post partum diyakini kondisi autoimun dan
menyebabkan hipertiroidisme yang biasanya berlangsung selama 1 sampai2 bulan. Kondisi
ini akan terulang kembali dengan kehamilan berikutnya.
c. Tiroiditis “silent” 10 Jenis tiroiditis disebut "silent" karena tidak menimbulkan rasa
sakit, seperti tiroiditis post partum, meskipun tiroid dapat membesar. Seperti tiroiditis post
partum, tiroiditis “silent” mungkin suatukondisi autoimun.
4. Penggunaan Yodium :Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon
tiroid, sehingga jumlah yodium yang dikonsumsi berpengaruh pada jumlah hormon tiroid
yang dihasilkan. Pada beberapa orang, mengkonsumsi sejumlah besar yodium dapat
menyebabkan tiroid untuk membuat hormon tiroid berlebihan. Kadang-kadang jumlah
yodiumyang berlebihan terkandung dalam obat - seperti amiodarone, yang digunakan
untuk mengobati masalah jantung. Beberapa obat batuk juga mengandung banyak yodium.
5. Medikasi berlebihan dengan hormon tiroid : Beberapa orang yang menderita hipotiroid
akan mengkonsumsi hormon tiroid lebih banyak, yang terkadang akan menyebabkan
kelebihan hormon tiroid dalam tubuh. Selain itu, beberapa obat juga dapat meningkatkan
sekresi hormon tiroid. Oleh sebab itu, penggunaan obat-obat haruslah dengan konsultasi
pada tenaga kesehatan.
MANIFESTASI KLINIS Gejala Serta Tanda Hipertiroidisme Umumnya dan pada
Penyakit Graves2
Sistem Gejala dan Tanda Sistem Gejala dan Tanda
Umum Tak tahan hawa Psikis dan saraf Labil. Iritabel,
panas, hiperkinesis, tremor, psikosis,
capek, BB turun, nervositas, paralisis
tumbuh cepat, periodik dispneu
toleransi obat, youth
fullness
Gastrointestinal Hiferdefekasi, lapar, Jantung hipertensi, aritmia,
makan banyak, haus, palpitasi, gagal
muntah, disfagia, jantung
splenomegali
Muskular Rasa lemah Darah dan limfatik Limfositosis,
anemia,
splenomegali, leher
membesar
Genitourinaria Oligomenorea, Skelet Osteoporosis,
amenorea, libido epifisis cepat
turun, infertil, menutup dan nyeri
ginekomastia tulang
Kulit Rambut rontok, berkeringat, kulit basah,
silky hair dan onikolisis
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, Richard. Anatomi Klinik. Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta. 2006


2. Djokomoeljanto,R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Kelenjar Tiroid, Hipitiroidisme dan
Hipertiroidsme. Pusat Penerbit FKUI. Jakarta. 2006
3. Ereschenko, V. Atlas Histologi di Fiore. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta . 2003.
4. Sherwood, L .Fisiologi Manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.2001
5. National Endocrine and Metabolic Diseases Information Service. Hyperthyroidsme. 2007;
573-582
6. Rani, A. Panduan Pelayanan Medik. Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. 2009
7. Donangelo, Ines. Update on Subclinical Hyperthyroidsm. 2011; 934-938
8. American Thyroid Association. Hyperthyroidsm. 2012; 1-4
9. Brand, Frans. A Critical Review and Meta-Analysis of The Association Between Overt
Hyperthyroidsm and Mortality. 2011; 491-497
10. David S. Cooper, M.D. Antithyroid Drugs, N Engl J Med 2005;352:905-17
11. Mansjoer, arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 1. Media
Aesculapius : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai