Strategi
Pemasaran
Global
06
Ekonomi dan Bisnis Manajemen Nur Endah Retno Wuryandari
Abstract Kompetensi
Membahas teknologi informasi, Mampu menjelaskan strategi
regionalisasi dan strategi pemasaran pemasaran global.
global.
Teknologi Informasi dan Kompetisi Global
Pasar global yang ditandai dengan adanya perdagangan bebas menyebabkan daya
saing yang semakin ketat. Saat ini, banyak bermunculan organisasi-organisasi internasional
dalam pasar global seperti WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement
on Tariffs and Trade) yang akan menjadi peluang sekaligus ancaman bagi Indonesia untuk
lebih meningkatkan industri lokal menjadi produk yang lebih berkualitas dan berdaya saing
global. Terlebih lagi yang menjadi perhatian pada tahun 2015 bahwa AFTA (ASEAN Free
Trade Area) dan AEC (ASEAN Economic Community) akan berlaku penuh, sehingga akan
meningkatkan persaingan Indonesia dalam pasar global.
Teknologi informasi sangat berpengaruh dalam proses kehidupan sehari-hari yang
manusia lalui. Semua aspek kehidupan itu tidak luput dari peranan teknologi informasi dan
manfaat yang dapat kita rasakan. Mulai dari aspek pendidikan sampai militer semuanya
sangat membutuhkan manfaat dari teknologi informatika untuk melancarkan prosesnya.
Bisnis seperti biasanya tidak cukup bagus dalam operasi global. Hal yang sama juga
benar untuk manajemen teknologi e-bussiness global. Terdapat terlau banyak kenyataan
budaya, politik, dan geoekonomi (geografis dan ekonomi) yang harus dihadapi agar dapat
1. Tantangan Politik
Contoh: banyaknya negara mempunyai regulasi peraturan atau pelarangan transfer data
seperti data personel dari dan ke negaranya. Ada yang melarang impor hardware dan
software. Ada yang menetapkan undang-undang menyangkut local content’. Pengenaan
pajak yang tinggi, atau melarang impor hardware dan software.
2. Tantangan Geoekonomi
Merupakan pengaruh geografi terhadap realitas ekonomi dari aktfitas bisnis internasional.
Jauhnya jarak fisik yang terlibat masih merupakan masalah utama, bahkan dalam era
telekomunikasi Internet dan perjalanan dengan pesawat jet. Misal perbedaan kualitas,
telepon., perbedaan zona waktu, perbedaan biaya tenaga kerja.
3. Tantangan Kultural
Termasuk disini adalah perbedaan bahasa, agama, cultural interests, adat, kebiasaaan,
prilaku sosial.dan filosofi politik. Tentu saja, para manajer TI global harus dilatih dan
menajamkan pemahaman atas perberdaan budaya sebelum mereka dikirim ke luar negari
atau dibawa ke Negara asal perusahaan. Tantangan budaya lainnya meliputi berbagai
perbedaan dalam gaya kerja dan hubungan bisnis.
Strategi Internasional
1. Karateristik bisnis
a) Operasi otonom
b) Spesifik wilayah
c) Integrasi vertical
d) Pelanggan spesifik
e) Produksi dikontrol pusat
f) Segmentasi pelanggan menurut wilayah
Strategi Global
1. Karakteristik bisnis
a) Global sourcing
b) Multiregional
c) Integrasi horizontal
d) Transparansi dalam pelanggan dan produksi
e) Regionalisasi bidang
1. Karakteristik bisnis
a) Operasi virtual melalui alinasi global
b) Pasar dunia dengan penyesuaian lebih luas.
c) Layanan order dan layanan pelanggan secara global.
d) Transparansi dalam produksi
e) Global sourcing dan logistic
f) Pengelolaan sumberdaya secara dinamis
2. Produk global:
Sama diseluruh dunia, dirakit melalui subsidiari. TI membantu mengelola pemasaran
dan pengawasan mutu di seluruh dunia.
3. Operasi global:
Sebagain dari produk atau proses perakitan diserahkan kepada subsidiari. TI
membantu misalnya dalam hal fleksibilitas menuru geografi.
4. Sumberdaya global:
Subsisidari dapat menggunakan peralatan fasilitas dan SDM secara bersama. TI
membantu mengawasi seluruh sumberdaya yang dimanfaatkan bersama.
Strategi Global
STRATEGI MENJADI PERUSAHAAN GLOBAL.
1. Global mind-set: Membantu seluruh karyawan untuk memahami system global
pada masa-masa transisi.
2. Lokal: Kita harus merasa sebagai perusahaan lokal pada setiap negara subsidiari.
3. Sistem tunggal: Kita harus merasa sebagai perusahaan sebagai satu sistem
terintegrasi.
4. Sumberdaya manusia: Kita harus memanfaatkan SDM lokal sebaik-baiknya.
5. Basis informasi dan pengetahuan: kita harus meng-create organisasi berbasis
informasi dan pengetahuan
Ada tiga sudut pandang cara memahami kemampuan perusahaan bersaing pada
pasar global dan memasuki pasar asing.
Keunggulan kedua, stabilitas, juga sudah hilang dan belum kembali. Karena
stabilitas terkait dengan tingkat risiko, semakin bergejolak Indonesia menyebabkan
semakin besar tingkat diskonto investasi di Indonesia. Artinya, aset-aset Indonesia
mengalami penurunan nilai yang semakin besar. Perusahaan dibeli dengan harga
murah, barang dan jasapun ditawar dengan harga rendah.
Dari beberapa kasus yang pernah saya temui, banyak terjadi keluhan partner
domestik karena mereka merasakan ketidakseimbangan pembagian hasil.
Akumulasi tunai yang diterima oleh partner asing lebih besar dibandingkan dengan
akumulasi tunai yang diterima partner domestik. Sekalipun proporsional dalam
pembagian dividen, banyak komponen penerimaan yang dinikmati asing tetapi tidak
oleh partner domestik. Penerimaan non-dividen tersebut terdiri dari dua kategori,
penerimaan langsung dan penerimaan konsesi. Penerimaan langsung antara lain
mencakup biaya manajemen (management fee) dan lisensi. Sedangkan penerimaan
konsesi berasal dari hak pembelian produk perusahaan hasil aliansi oleh partner
asing dengan harga di bawah harga pasar dunia. Selisih tersebut menjadi
penerimaan parner asing.
Oleh karena konsep siklus hidup produk cocok untuk produk teknologi tinggi
atau yang memiliki tingkat keunikan tinggi, konsep inipun dapat menjelaskan
mengapa sulit mencari perusahaan Indonesia yang mampu mendirikan anak
perusahaan di negara lain. Berdasarkan analisis di atas, bila kita ingin
mengembangkan dan mendorong perusahaan Indonesia untuk melakukan ekspansi
Untuk mencapainya, ada beberapa hal yang perlu dibenahi secara makro.
Pertama, teknologi perlu diperbaharui khususnya dalam rangka peningkatan
produktivitas. Harapannya, biaya produksi turun. Kedua, SDM musti diperkuat.
Tanpa kekuatan ini, sulit untuk meningkatkan kemampuan berkompetisi dan inovasi
sebagai syarat penting dalam meningkatkan daya tawar dalam membentu aliansi
strategis. Ketiga, stabilitas makro perlu dipulihkan secepatnya untuk menurunkan
tingkat risiko dan otomatis tingkat diskonto.
Bernd H. Schmitt and Yigang Pan, ‘‘Managing Corporate and Brand Identities in the
Asia-Pacific Region,’’ California Management Review.
Joshi, Rakesh Mohan, (2005) International Marketing, Oxford University Press, New Delhi
and New York.
Kotabe, Masaaki and Kristiaan Helsen, Global Marketing Management, Hoboken, NJ: John
Wiley & Sons, Inc. 5th ed. 2010.