Anda di halaman 1dari 11

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

P1O-04

STUDI KARAKTERISTIK PETROLOGI, GEOKIMIA DAN SIFAT


KETEKNIKAN ANDESIT FORMASI ARJOSARI DI DAERAH
TANJUNGSARI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN PACITAN,
KABUPATEN PACITAN, PROVINSI JAWA TIMUR
Siti Laili Nailul Farih1 dan Agus Hendratno2
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl.Grafika No.2 Bulaksumur,
Yogyakarta, Indonesia, Tel. 0274-513668

Diterima 20 Oktober 2014

Abstrak
Andesit merupakan komoditas bahan galian yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Penelitian mengenai studi karakteristik petrologi, geokimia dan sifat keteknikan andesit penting
untuk dilakukan guna mengoptimalkan pemanfaatan andesit. Andesit di daerah tanjungsari dan
sekitarnya, Kabupaten Pacitan memiliki karateristik khusus berupa tekstur pilotaxitic, sieve, dan
zoning pada plagioklas, disusun oleh mineral plagioklas, klinopiroksen, ortopiroksen, mineral opak,
dan mineral sekunder berupa oksida besi, mineral lempung, kalsit dan klorit. Secara geokimia
andesit di daerah penelitian komposisi SiO2 sebesar 57,59 – 59,14 %, afinitas tegolong tholeiitic –
calc-alkaline, menunjukkan anomali negatif pada Nb, pemiskinan unsur Ti, Fe, dan pengkayaan
unsur Sr, Rb, Th, K. Secara keteknikan andesit tersebut memiliki nilai kuat tekan maksimumnya
919,518 kg/cm2, nilai serapan air maksimumnya 15,162%, nilai ketahanan aus maksimumnya
0,396 mm/menit, dan berat jenis kering maksimumnya yaitu 2,632 gr/cm3. Secara umum kualitas
andesit di daerah penelitian memenuhi standar batu alam untuk bahan bangunan.
Kata Kunci: petrologi, geokimia, sifat keteknikan, lava andesit, Formasi Arjosari, Pegunungan
Selatan, Pacitan

Pendahuluan
Secara geologi, Pacitan merupakan bagian dari Pegunungan Selatan Jawa Timur dan
berada pada jalur busur magmatik Sunda-Banda. Lokasi Pacitan yang strategis pada
tatanan geologi Jawa menyebabkan daerah Pacitan kaya akan sumberdaya mineral dan
batuan. Berdasarkan data hasil Pemetaan Wilayah Pertambangan Rakyat di Kabupaten
Pacitan oleh Dinas Pertambangan dan Energi (2012), salah satu komoditas bahan galian
yang keterdapatannya melimpah di Pacitan, banyak ditambang dan dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan adalah andesit. Guna mengoptimalkan pemanfaatan andesit sebagai bahan
bangunan dan menentukan metode eksplorasi yang akan dikerjakan maka penelitian ini
membahas mengenai karakteristik petrologi, geokimia dan sifat keteknikan andesit di
Kabupaten Pacitan dengan mengambil contoh lokasi yaitu salah daerah yang termasuk
WPR Batuan di Kabupaten Pacitan yang berada di Desa Tanjungsari dan sekitarnya,
Kecamatan Pacitan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik
petrologi, geokimia dan sifat keteknikan andesit.

Metode
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu pemetaan geologi, analisis
petrografi sayatan tipis, analisis kimia (XRF, ICP MS, ICP OES), dan analisis uji
keteknikan batuan. Pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi daerah
34
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

penelitian, sebaran andesit dan hubunganya dengan satuan batuan di sekitarnya. Analisis
kimia dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur mayor dan unsur jejak andesit melalui
XRF, ICP MS dan ICP OES. Adapun analisis uji keteknikan batuan yang dilakukan
meliputi berat jenis, serapan air, kuat tekan dan ketahanan aus. Berdasarkan sifat
keteknikan batuan yang diuji tersebut maka kualitas andesit dapat diketahui.

Hasil dan Pembahasan


Geologi
Secara regional daerah penelitian termasuk dalam jalur Pegunungan Selatan Jawa Timur
(Van Bemmelen, 1949). Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Pacitan (Samodra,
dkk., 1992), daerah penelitian disusun oleh Formasi Arjosari dan endapan aluvium. Dari
hasil pemetaan geologi, daerah penelitian disusun oleh Satuan andesit, Satuan
konglomerat, Satuan batulanau karbonatan, dan Satuan endapan lempung pasiran (lihat
Gambar 1). Di dalam stratigrafi regional zona Pegunungan Selatan Jawa Timur (Samodra,
dkk., 1992), Satuan andesit, Satuan konglomerat dan Satuan batulanau karbonatan
termasuk dalam Formasi Arjosari (Toma), sedangkan Satuan endapan lempung pasiran
termasuk dalam endapan kuarter atau aluvium (Qa). Satuan andesit merupakan satuan
batuan tertua di daerah penelitian dan memiliki hubungan tidak selaras dengan satuan
batuan lainnya. Satuan ini terdiri atas lava andesit. Sedangkan satuan batulanau karbonatan
dan satuan konglomerat polimik memiliki hubungan menjari. Satuan termuda adalah
satuan endapan lempung pasiran yang menumpang secara tidak selaras di atas satuan yang
telah terbentuk sebelumnya.
Satuan lava andesit di daerah penelitian umumnya memiliki struktur masif, dan
terpotong-potong oleh kekar gerus dan kekar tarik yang sistematis dan intensif, di beberapa
tempat kekar tersebut terisi oleh kalsit dan klorit. Berdasarkan diagram roset untuk analisis
kekar pada STA 02 maka didapat dua kedudukan umum kekar dengan arah barat laut –
tenggara (N 309° E) dan barat daya – timur laut (N 045° E). Secara geomorfologi, satuan
lava andesit menempati daerah dengan morfologi berupa perbukitan berlereng curam.
Petrologi
Pada kenampakan di lapangan secara megaskopis andesit di daerah penelitian berwarna
abu-abu kehitaman sampai abu-abu kehijau-hijauan, struktur masif, tekstur porfiroafanitik,
terdiri dari fenokris dan massa dasar, ukuran kristal fenokris 1 – 5 mm, ukuran massa dasar
< 1 mm.
Berdasarkan data petrografi batuan beku andesit di daerah penelitian memiliki derajat
kristalinitas holokristalin, tekstur umum inekuigranular, porfiritik, dan memperlihatkan
tekstur khusus berupa tekstur pilotaxitic, sieve, dan zoning pada plagioklas. Tektur tersebut
merupakan penciri lava. Zoning yang pada kristal plagioklas memiliki tipe normal dan
oscillatory yang terbentuk karena selama proses kristalisasi larutan magma terjadi
perubahan komposisi, temperatur dan tekanan H2O. Pada andesit di daerah penelitian
plagioklas dengan tekstur zoning tipe oscillatory sangat melimpah, hal ini merupakan
penciri kandungan Ca yang tinggi dalam magma. Kandungan Ca yang melimpah biasanya
berasosiasi dengan kandungan H2O yang tinggi dalam magma. Tekstur khusus lainnya
yang dijumpai yaitu tekstur sieve, tekstur menyerupai saringan, yang mana terdapat
lubang-lubang pada kristal plagioklas, tektur ini juga merupakan penciri lava. Tekstur ini
terbentuk karena proses dekompresi dan disolusi, atau karena proses pemanasan lanjut.
Pemanasan lanjut akan membentuk tekstur saringan yang lebih halus.

35
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Mineral penyusun andesit di daerah penelitian terdiri dari mineral asli dan mineral
sekunder. Mineral asli penyusun fenokris yaitu plagioklas, klinopiroksen, ortopiroksen, dan
mineral opak, sedangkan massa dasar tersusun atas mikrolit plagioklas dan mineral opak.
Mineral sekunder yang dijumpai berupa oksida besi, mineral lempung, kalsit dan klorit.
Pada pengamatan petrografi sebagian dari piroksen, mineral opak dan mikrolit menjadi
inklusi di dalam plagioklas. Dan sebagian piroksen terinklusi oleh plagioklas dan mineral
opak.
Plagioklas pada lava andesit merupakan jenis andesin, labradorit dan bitownit. Jenis
plagioklas yang paling umum atau paling dominan adalah andesin, sedangkan labradorit
dan bitownit kehadirannya kurang melimpah. Sedangkan piroksen dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu ortopiroksen (jenis enstantit) dan klinopiroksen (jenis augit).
Kehadiran mineral kalsit pada lava andesit merupakan ubahan dari plagioklas dan
mikrolit, selain menggantikan sebagian fenokris dan massa dasar, kalsit juga dijumpai
sebagai mineral pengisi lubang-lubang. Kalsit merupakan mineral yang berasosiasi dengan
klorit pada lava andesit yang mengalami alterasi propilitik. Klorit sendiri merupakan
ubahan dari plagioklas dan piroksen. Sedangkan mineral lempung dan oksida besi
merupakan hasil pelapukan. Mineral lempung merupakan ubahan dari plagioklas, dan
oksida besi merupakan ubahan dari magnetit yang mengalami oksidasi. Foto sayatan tipis
andesit ditunjukkan pada Gambar 2. Persentase mineralogi andesit di daerah penelitian
dapat dilihat pada Tabel 1.

Geokimia
Unsur Mayor
Berdasarkan hasil analisis kimia oksida utama, kandungan SiO2 pada ke-sembilan sampel
andesit di daerah penelitian berkisar antara 57,59 – 59,14% berat (lihat Tabel 2). Batuan
dengan dengan komposisi SiO2 sebesar 52 - 66 % berat, tergolong dalam batuan beku
intermediet yang berasal dari pembekuan magma andesitik (Best, 2003). Hasil
pengeplotan SiO2 (% berat) sebagai absis dan Na2O + K2O (% berat) sebagai ordinat pada
diagram klasifikasi TAS (Le Bas, dkk., 1986) menunjukkan bahwa ke sembilan sampel
batuan tersebut termasuk dalam kelompok batuan beku intermediet berjenis andesit
(Gambar 3.a). Selanjutnya hasil pengeplotan K2O terhadap SiO2 pada diagram klasifikasi
afinitas (Peccerillo dan Taylor, 1976), menunjukkan sebagian besar sampel termasuk
dalam seri tholeiitic, kecuali sampel SL/BB/04 (Tanjungsari) dan sampel SL/BB/11
(Nanggungan) yang mengarah pada seri calc-alkaline. Sedangkan hasil pengeplotan unsur
mayor pada diagram AFM (Irvine dan Baragar, 1971) sebagian besar sampel termasuk
dalam seri calc-alkaline kecuali sampel SL/BB/2.1 (Pacitan), SL/BB/4 (Pacitan) dan
SL/BB/6 (Pacitan). Pengeplotan jenis afinitas magma pada kedua diagram tersebut
memberikan hasil yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena perbedaan pendekatan
yang digunakan pada masing-masing diagram. Meskipun demikian, keduanya secara
umum memberikan gambaran bahwa magma pembentuk andesit di daerah penelitian
mengarah pada seri calc-alkaline dan seri tholeiitic. Afinitas magma batuan mencirikan
tatanan tektonik lokasi pembentukan batuan tersebut. Andesit di daerah penelitian memiliki
afinitas tholeiitic dan calc-alkaline. Menurut Wilson (2007), magma seri tholeiitic dapat
terbentuk pada berbagai tatanan tektonik, sedangkan magma seri calc-alkaline hanya
terbentuk pada tatanan tektonik subduksi.
Pengeplotan unsur mayor pada Diagram Harker menunjukkan korelasi negatif TiO2,
Fe2O3, MgO, Na2O dan Al2O3 terhadap SiO2, dan korelasi positif CaO terhadap SiO2
menunjukkan korelasi positif (Gambar 4). Korelasi negatif TiO2 dan Fe2O3 terhadap SiO2
menunjukkan terjadinya proses fraksinasi kristalisasi magnetit pada kondisi oksidasi.
Korelasi negatif pada hubungan MgO terhadap SiO2 mengindikasikan hilangnya mineral

36
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

olivin saat proses fraksinasi. Korelasi negatif pada diagram Fe2O3 dan MgO terhadap SiO2
menunjukkan olivin mengalami removal, unsur Fe dan Mg hilang membentuk ortopiroksen
dan magnetit. Selain olivin mineral yang mengalami removal pada proses fraksinasi
kristalisasi adalah mineral hidrous (hornblenda dan biotit). Hal ini ditunjukkan pada
hubungan CaO tehadap SiO2 yang menunjukkan korelasi positif. Proses removal olivin dan
mineral hidrous (hornblenda dan biotit), hal ini yang menyebabkan tidak dijumpainya
mineral-mineral tersebut pada analisis petrografi batuan. Proses fraksinasi kristalisasi juga
ditunjukkan pada diagram Al2O3 terhadap SiO2 yang memperlihatkan korelasi negatif, hal
ini merupakan indikasi fraksinasi kristalisasi plagioklas. Sedangan pada diagram Na2O
terhadap SiO2 memperlihatkan korelasi negatif. Pada keseluruhan diagram Harker yang
menunjukkan hubungan antara unsur mayor terhadap SiO2, grafik yang terbentuk tidak
terlalu linier (linearitas lemah) sehingga menjadi indikasi bahwa tekanan fraksinasi
kristalisasi kuat. Tekanan fraksinasi kristalisasi yang kuat ditunjukkan juga dari kandungan
TiO2 yang kurang dari 1%. Rendahnya kandungan TiO2 merupakan penciri batuan busur
kepulauan dan menunjukkan adanya fraksinasi atau pemisahan olivin, piroksen dan titano
magnetit yang cukup kuat.
Unsur Mayor
Unsur jejak andesit di daerah penelitian dari hasil analisis ICP MS dan ICP OES (Tabel 3)
diplotkan pada diagram laba-laba yang dinormalisasi terhadap chondrite dan MORB
(Gambar 5 – 6). Pada diagaram laba-laba dengan normalisasi MORB menunjukkan
terjadinya anomali negatif pada unsur Nb, Ti, dan Ni. Unsur Th, K, Ba, Rb mengalami
pengkayaan, dan unsur Y memperlihatkan bentuk tonjolan (spike). Apabila dibandingkan
dengan diagram laba-laba batuan basaltik maka karakteristik andesit di daerah penelitian
tersebut lebih mencerminkan karakteristik batuan beku pada tatanan tektonik busur
kepulauan calk-alkaline. Anomali negatif unsur Nb terhadap K yang terjadi pada andesit di
daerah penelitian menjadi indikator utama bahwa andesit tersebut di busur kepulauan.
Perbedaan antara busur kepulauan tholeiitic dan busur kepulauan calc-alkaline yaitu
terlihat dari unsur Fe, Ti, dan Y. Pada batuan beku busur tholeiitic akan memperlihatkan
pengkayaan atau terjadi anomali positif pada Fe dan Ti, dan terjadi pemiskinan Y (anomali
negatif), sedangkan pada batuan beku busur calc-alkaline sebaliknya yaitu unsur Fe dan Ti
mengalami penurunan dan terjadi peningkatan unsur Y. Pada diagaram laba-laba dengan
normalisasi chondrite, unsur Nb, Fe, Ti, dan P juga menunjukkan anomali negatif,
sedangkan unsur Sr, Th, K, Ba, Rb umumnya mengalami pengkayaan. Kandungan Sr yang
melimpah merupakan indikasi dari kelimpahan plagioklas. Pengkayaan yang terjadi pada
Rb, Th, Ba dan K merupakan pengaruh dari maturitas busur atau kerak yang menunjam
atau dapat pula karena pengaruh alterasi. Anomali negatif pada P dan Ti, masing-masing
karena pengaruh fraksinasi kristalisasi apatit dan titaniferrous-magnetite.
Pada diagram laba-laba dengan normalisasi MORB dan chondrite, karakteristik
kelimpahan unsur jejak andesit di daerah penelitian tidak menunjukkan kemiripan dengan
karakteristik MORB dan OIB. Namun pada diagram laba-laba dengan normalisasi
chondrite, karakteristik kelimpahan unsur jejak pada andesit di daerah penelitian
menunjukkan kemiripan dengan komposisi unsur jejak pada pikrit (magma basalt olivin)
yang dikutip dari Eggins (1993) dalam Dirk (2008) (Gambar 7). Kemiripan terlihat pada
anomali negatif Nb, Ti, Fe, dan pengkayaan Rb, Th, Ba, K, Sr dan Y. Dengan demikian
maka magma asal andesit di daerah penelitian adalah magma pikrit atau basal olivin asal
mantel N-MORB yang telah mengalami pengkayaan unsur Rb, Ba, Th, K dari kerak yang
menunjam. Magma pikrit atau basal olivin tersebut telah mengalami proses fraksinasi
kristalisasi sehingga berubah komposisinya menjadi magma andesitik. Hal ini menjelaskan
bahwa magma pembentuk andesit di daerah penelitian bukan magma primer yang berasal
dari pelelehan sebagian kerak atau pun mantel tetapi merupakan magma turunan dari

37
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

magma primer yang mengalami diferensiasi (fraksinasi kristalisasi) dan menghasilkan


magma baru turunannya yang lebih asam disebut sebagai magma induk. Proses fraksinasi
kristalisasi yang mengontrol evolusi magma asal batuan vulkanik Formasi Arjosari ini
yaitu fraksinasi kristalisasi olivin, piroksen, magnetit dan removal mineral hidrous
(hornblenda dan biotit).
Sifat Keteknikan
Berdasarkan sifat keteknikan, andesit di daerah penelitian memiliki nilai kuat tekan
maksimumnya 919,5 kg/cm2 (91,95 MPa), nilai serapan air maksimumnya 15,2%, nilai
porositas maksimum 28,7 % nilai ketahanan aus maksimumnya 0,4 mm/menit, dan berat
jenis kering maksimumnya yaitu 2,6 gr/cm2. Andesit di daerah penelitian tersebar pada
beberapa wilayah yaitu Desa Pacitan, Tanjungsari, Nanggungan utara dan Nanggungan
selatan. Hasil analisis uji keteknikan untuk masing-masing sampel andesit yang mewakili
daerah tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.
Dari hasil pengujian kuat tekan, didapatkan nilai kuat tekan andesit yang berasal dari
Desa Pacitan yaitu sebesar 612,1 kg/cm2 (61,21 MPa). Sedangkan andesit yang berasal dari
Desa Tanjungsari memiliki nilai kuat tekan yang beragam yaitu 280,7 – 836,5 kg/cm2
(28,07 - 83,65 MPa). Andesit dari Desa Nanggungan utara memiliki nilai kuat tekan 120,9
kg/cm2 (12,09 MPa) dan andesit Nanggungan selatan memiliki nilai kuat tekan 919,5
kg/cm2 (91,95 MPa).
Nilai daya serap air yang dimiliki oleh sampel andesit Pacitan, Tanjungsari,
Nanggungan utara, Nanggungan selatan secara berurutan yaitu sebagai berikut: 3,9 %; 1,5 -
5,5 %; 15,2 % dan 1,4%. Adapun nilai ketahanan aus rata-rata nya secara berurutan yaitu
0,08 mm/menit, 0,098 mm/menit, 0,4 mm/menit, dan 0,04 mm/menit.
Pemanfaatan
Andesit memiliki manfaat yang beragam terutama sebagai bahan konstruksi maupun batu
hias. Andesit di Kabupaten Pacitan kebanyakan digunakan sebagai bahan bangunan dan
pondasi jalan, dan beberapa diolah sebagai agregat beton (Dinas Pertambangan dan Energi
Kab.Pacitan, 2012). Pemanfaatan andesit yang tepat tentunya juga didasarkan pada kualitas
andesit. Syarat mutu atau kualitas andesit untuk bahan bangunan mengacu pada SK SNI-
04-1989 F yang memuat tentang syarat mutu batu alam untuk bahan bangunan.
Berdasarkan hasil analisis uji keteknikan dan mengacu pada SK SNI-04-1989 F,
andesit di daerah Tanjungsari dan sekitarnya secara umum memenuhi kualifikasi standar
batu alam yang digunakan dalam bahan bangunan atau konstruksi. Sesuai dengan hasil uji
keteknikan maka andesit dari Desa Pacitan, Tanjungsari dan Nanggungan utara dapat
dimanfaatkan sebagai batu hias atau batu tempel, penutup lantai atau trotoar, tonggak dan
batu tepi jalan. Adapun andesit yang dapat dimanfaatkan sebagai pondasi bangunan ringan
hanya andesit Tanjungsari (STA 08) dan andesit Nanggungan utara (STA 11).

Kesimpulan
Andesit di daerah tanjungsari dan sekitarnya, Kabupaten Pacitan memiliki karateristik
bertekstur holokristalin, inekuigranular, porfiritik, dan memperlihatkan tekstur khusus
berupa tekstur pilotaxitic, sieve, dan zoning pada plagioklas, disusun oleh mineral
plagioklas, klinopiroksen, ortopiroksen, mineral opak, dan mineral sekunder berupa oksida
besi, mineral lempung, kalsit dan klorit. Secara geokimia andesit di daerah penelitian
komposisi SiO2 sebesar 57,59 – 59,14 %, afinitas tegolong tholeiitic – calc-alkaline,
menunjukkan anomali negatif pada Nb, pemiskinan unsur Ti, Fe, dan pengkayaan unsur Sr,
Rb, Th, K. Secara keteknikan andesit tersebut memiliki nilai kuat tekan maksimumnya

38
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

919,518 kg/cm2, nilai serapan air maksimumnya 15,162%, nilai ketahanan aus
maksimumnya 0,396 mm/menit, dan berat jenis kering maksimumnya yaitu 2,632 gr/cm3.
Secara umum kualitas andesit di daerah penelitian memenuhi standar batu alam untuk
bahan bangunan.

Daftar Pustaka
Best, M.G., 2003, Igneous & Metamorphic Petrology, San Fransisco : W.H. Freeman
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Pacitan, 2012, Laporan Pemetaan Wilayah
pertambangan Rakyat Kabupaten Pacitan, Tidak dipublikasikan
Dirk, M.H.J., 2008, Petrologi - Geokimia Batuan Gunung Api Tampomas dan sekitarnya,
Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No.1 Maret 2008, pp. 23-35
Samodra, H., S. Gafoer dan S. Tjokrosapoetro, 1992, Peta Geologi Lembar Pacitan, Jawa,
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Soeria-Atmadja, R., R.C. Maury, H. Bellon, H. Pringgoprawiro, M. Polves, dan B. Priadi,
1993, Tertiary magmatic Belts in Java, Journal of Southeast Asian Earth Sciences,
Vol.9, No ½ , pp. 13-27, 1994
Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I A, General Geology Of
Indonesia and Adjacent Archipelagoes, Netherlands : Matinus Nijhoff
Wilson, M., 2007, Igneous Petrologenesis, A Global Tectonic Approach, Netherlands :
SpringerAdjacent Archipelagoes, Netherlands : Matinus Nijhoff

39
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Tabel 1. Persentase mineralogi pada andesit daerah Tanjungsari dan sekitarnya


berdasarkan hasil analisis petrografi
Desa Tanjungsari Nanggungan Pacitan
Kode Sampel SL/ SL/B SL/B SL/B SL/B SL/ SL/ SL/ SL/
BB/ B/ B/ B/ B/ BB/ BB/ BB/ BB/
02.1 02.2 04 05 06 08 10 11 26
Mineral asli
a. Fenokris
Plagioklas 20,25 2,25 16 24 12 23,76 4 22,4 15
Klinopiroksen 2,25 0 4 2,4 2,4 2,64 1 1,6 2,25
Ortopiroksen 3,75 0 8 4 6,4 10,56 2,5 4 5,25
Mineral Opak 8,25 6,75 11,2 9,6 11,2 10,56 11 9,6 7,5
(>0,1 mm)
b. Massa dasar
Mikrolit Plagioklas 17,1 2,25 6,4 20 16 17,6 2,5 16,8 15
Mineral Opak 3,75 6,75 0 6,4 4 7,04 0 4 3,75
(<0,1 mm)
Mineral sekunder
Klorit 2,25 11,25 6,4 9,6 20 4,4 0 9,6 3,75
Kalsit 4,65 0 4 0 0 0 0 8 11,25
Oksida Besi 12,75 9 12 4 8 7,04 8,5 4 7,5
Mineral Lempung 0 6,75 12 0 0 4,4 20,5 0 3,75
Pori 25 55 20 20 20 12 50 20 25

Tabel 2. Kandungan oksida utama (% berat) pada andesit daerah Tanjungsari dan
sekitarnya berdasarkan hasil analisis XRF
Kode Sampel
Unsur SL/BB/ SL/BB/ SL/BB/ SL/BB/ SL/BB/ SL/BB/ SL/BB/ SL/BB/ SL/BB/
Mayor 02.1 02.2 04 05 06 08 10 11 26
Tanjungsari Nanggungan Pacitan
SiO2 57,60 58,27 58,20 57,59 58,04 57,92 59,14 57,76 58,01
TiO2 0,72 0,71 0,76 0,75 0,70 0,72 0,72 0,70 0,73
Al2O3 16,56 16,57 16,61 16,71 16,45 16,81 16,57 16,46 16,62
Fe2O3 7,97 8,03 8,32 8,20 7,91 8,86 7,47 7,84 8,42
MnO 0,116 0,156 0,142 0,160 0,133 0,169 0,121 0,168 0,143
MgO 3,35 3,77 2,57 3,96 3,72 3,59 3,21 3,69 3,45
CaO 7,07 6,63 6,38 5,70 6,25 7,07 6,70 5,63 7,20
Na2O 2,54 2,85 2,95 3,12 2,66 2,85 2,88 3,16 2,74
K2O 0,44 0,67 0,90 0,76 0,71 0,67 0,72 0,88 0,64
P2O5 0,125 0,129 0,128 0,126 0,122 0,128 0,128 0,127 0,124
Cr2O3 <0.005 0,006 <0.005 <0.005 0,006 <0.005 <0.005 0,009 <0.005
LOI 2,9 1,9 1,6 2,3 3,0 0,7 1,8 3,2 1,3

40
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Tabel 3. Kandungan unsur jejak pada andesit daerah Tanjungsari dan sekitarnya
berdasarkan hasil analisis ICP-MS dan ICP-OES
Kode Sampel Kode Sampel
Unsur SL/BB SL/BB/ SL/BB/ SL/BB Unsur SL/BB SL/BB/ SL/BB/ SL/BB
Jejak /02.2 06 08 /11 Jejak /02.2 06 08 /11
Tanjungsari Nanggungan Tanjungsari Nanggungan
Ba 100 113 121 127 Bi <0.05 <0.05 <0.05 <0.05
Rb 10,9 11,7 11,7 10,8 Cd 0,09 0,09 0,10 0,10
Th 1,13 1,12 1,07 1,10 Co 17 19 19 17
Nb 1,1 1,1 1,0 1,0 Cs 0,4 0,7 0,9 0,5
Sr 291 284 276 261 Ga 14,4 18,2 17,6 16,9
P 470 500 500 490 Ge 1,5 1,3 1,5 1,5
Zr 74,6 82,4 78,3 86,8 Hf 2,8 3,0 2,7 2,7
Y 20,2 21,2 21,4 21,2 In 0,06 <0.05 0,05 0,05
Ni 8 6 13 9 Li 15,2 21,9 6,6 14,0
Cr 18 15 20 18 Mo 0,7 0,7 1,0 0,8
V 161 187 178 165 Ta 0,19 0,18 0,17 0,20
Pb 6,0 6,0 6,0 6,0 Te <0.1 <0.1 <0.1 <0.1
U 0,29 0,28 0,27 0,29 Ti 0,06 0,06 0,07 0,06
Cu 32 31 28 22 W 0,2 0,2 0,3 0,3
Fe 32 31 28 22 Re <0.05 <0.05 <0.05 <0.05
S <50 <50 <50 <50 Sb 0,6 0,6 0,5 0,4
Sc 21 24 23 21 Se <1 <1 <1 <1
Zn 70 79 76 72 Be <0.5 <0.5 <0.5 <0.5
Ag <0.1 <0.1 <0.1 <0.1
As 15 4 8 8

Tabel 4. Hasil analisis uji keteknikan andesit daerah Tanjungsari dan sekitarnya
berdasarkan hasil analisis petrografi
Skala
Berat
Berat Serapan Kuat kekuatan
Kode Jenis Ketahanan aus Porositas
Desa Jenis SSD Air Tekan (Deere dalam
Sampel Kering (mm/menit) (%)
(gr/cm3) (%) (kg/cm2) Verhoef,
(gr/cm3)
1994)
Tanjungsari SL/BB/02.1 2,364 2,492 0,087 4,616 453,355 10,91 Cukup Kuat
Tanjungsari SL/BB/02.2 2,412 2,473 0,075 3,311 649,944 7,99 Kuat
Tanjungsari SL/BB/04 2,632 2,652 0,250 5,526 280,749 13,05 Cukup Kuat
Tanjungsari SL/BB/05 2,352 2,605 0,083 4,430 469,884 10,42 Cukup Kuat
Tanjungsari SL/BB/06 2,397 2,485 0,054 3,200 688,920 7,67 Kuat
Tanjungsari SL/BB/08 2,611 2,456 0,037 1,573 836,458 4,11 Kuat
Nanggungan SL/BB/10 1,890 2,493 0,396 15,162 120,905 28,67 Lemah
Nanggungan SL/BB/11 2,569 2,178 0,037 1,423 919,518 3,66 Kuat
Pacitan SL/BB/26 2,392 2,473 0,078 3,870 612,082 9,26 Kuat

41
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Gambar 1. Peta Geologi Daerah Tanjungsari dan Sekitarnya, Kecamatan Pacitan,


Kabupaten Pacitan.

Gambar 2. Kenampakan tekstur dan mineralogi andesit pada sayatan tipis

42
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

a c

b
Keterangan:

: Andesit Tanjungsari
: Andesit Nanggungan
: Andesit Pacitan

Gambar 3. Pengeplotan data unsur mayor lava andesit daerah Tanjungsari dan sekitarnya:
a. Diagram Klasifikasi TAS (Le Bas, dkk., 1986); b. Diagram K2O terhadap SiO2
(Peccerillo dan Taylor, 1976); dan c. Diagram AFM (Irvine dan Baragar, 1971).

Keterangan:

: Andesit Tanjungsari
: Andesit Nanggungan
: Andesit Pacitan

Gambar 4. Diagram Harker untuk andesit daerah Tanjungsari dan sekitarnya


43
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

(a)
(b)

Sampel / Chondrite

Sampel / MORB
Keterangan:
: Andesit Tanjungsari X : OIB 1 1
Sun (1980) dalam Rollinson (1993)
2 2 Saunders dan Tarney (1984); Sun (1980) dalam Rollinson (1993)
: Andesit Nanggungan : MORB

Gambar 5. Diagram laba-laba unsur jejak lava andesit Formasi Arjosari yang
dibandingkan dengan diagram laba-laba unsur jejak MORB, OIB dengan normalisasi : (a)
Chondrite (Wood, dkk., 1979), (b) MORB (Bevins, dkk., 1984).

Sam pel / MORB


S ampel / MORB

Keterangan:
: Andesit Tanjungsari l : Back arc tholeiitic basalt 2 1 Sun
ll l

(1980) dalam Wilson (2007)

: Andesit Nanggungan
l
2 Hawkeswort,
: Within plate tholeiitic basalt 3 dkk. (1977) dalam Wilson (2007)

1 3 Pearce (1982) dalam Wilson (2007)


: Island arc calc-alkaline basalt
: Within plate alkalic basalt 1
: Island arc tholeiitic basalt 1

Gambar 6. Diagram laba-laba untuk unsur jejak lava andesit Formasi Arjosari
dibandingkan dengan island arc basalt, back arc basalt dan within plate basalt dengan
normalisasi MORB

Gambar 7. Model diagram laba-laba Pikrit 68622 yang dinormalisasikan terhadap


chondrite (Dirk, 2008).
44

Anda mungkin juga menyukai