Anda di halaman 1dari 23

KANKER PANKREAS

I. PENDAHULUAN
Karsinoma pankreas adalah karsinoma yang berkembang ketika sel-sel kanker
terbentuk pada jaringan-jaringan pankreas. Sekitar 95% dari kanker pankreas
adalah adenokarsinoma, sisanya 5% termasuk adenosquamous karsinoma,
karsinoma sel cincin, dan hepatoid karsinoma.1 Karsinoma pankreas merupakan
karsinoma gastrointestinal yang terbanyak ke tiga di Indonesia setelah karsinoma
kolon dan rektum dan karsinoma lambung. Kanker ini memiliki prognosis yang
buruk karena selalu didiagnosis pada fase yang telah lanjut.2
Umumnya untuk kasus dengan diagnosa karsinoma pankreas, keluhan yang
diajukan penderita adalah timbulnya rasa nyeri di epigastrium, yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk sudah berbulan-bulan. Serangan nyeri dapat terus menerus
atau dapat intermiten. Tetapi perasaan tersebut makin lama makin sering yang
dirasakan bertambah berat, dan dirasakan berkurang bila penderita duduk sambil
membungkukkan badan. Nafsu makan berkurang, mual, berat badan menurun.
Untuk karsinoma di kaput pankreas biasanya disertai keluhan mata dan badan
menguning, serta gatal-gatal.3
Pemeriksaan radiologi/imaging untuk menentukan adanya suatu keganasan pada
pankreas yang sering digunakan adalah Ultranonografi, Computerized Tomografi
(CT scan), Endoscopic Retrograde Cholangiopanreografi (ERCP), dan Magnetik
Resonance cholangiopancreotografi (MRCP).3

Pankreas merupakan suatu organ penting yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin dan
endokrin. Dikatakan kelenjar eksokrin karena pankreas memiliki sel-sel asinus
yang setiap harinya menyekresikan sekitar 2-2.5 liter enzim-enzim dan pro-enzim
pencernaan yang kaya akan bicarbonate misalnya, tripsinogen, chymotripsinogen,
procarboxypeptidase, proelastase, dan prophospolipase A dan B.(1)
Adapun pankreas dikatakan juga sebagai kelenjar endokrin karena pankreas
memiliki pulau-pulau langerhans yang mengandung sel-sel alpha (α), beta (β), dan
delta (δ)
yang akan menyekresikan hormon-hormon langsung ke aliran darah. Sel-sel
tersebut menyekresikan hormon-hormon yang berbeda,yaitu :
 Sel α menyekresikan hormon glukagon yang berfungsi untuk (2,3) :
- Meningkatkan kadar gula darah.
- Menurunkan konsentrasi insulin dalam darah.

 Sel β menyekresikan hormon insulin yang berfungsi untuk :


- Menstimulasi pemakaian dan penyimpanan glukosa pada otot
dan jaringan.
- Meningkatkan proses glikogenesis pada hepar dan otot skelet.
- Mempercepat pengangkutan asam amino dan sintesis protein pada sel
- Memicu sintesis asam lemak dan penyimpanan lemak pada jaringan
adipose.
- Menghambat pemecahan protein, lemak, dan glukoneogenesis.

 Sel δ menyekresikan hormon somatostatin yang juga diproduksi di


hypothalamus, dimana berfungsi untuk menghambat ( negative feed back)
sekresi insulin dan glukagon.

Secara anatomis, pankreas terletak secara transversal pada rongga


retroperitoneal dan dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan vaskularisasinya
yaitu: caput, corpus, dan caudal. Pada orang dewasa, panjang pankreas + 20 cm dan
berat + 90 gram pada laki-laki dan + 85 gram pada perempuan. Pankreas
memiliki ductus-ductus untuk menyalurkan hasil sekresinya ke dalam
duodenum.(1)
Gambar 1 : Gambaran anatomis pankreas normal. (dikutip dari kepustakaan 1)

Gambar 2 : Gambaran histologis sel-sel pankreas. (1: Retikulum Pulau


Langerhans,
A: Sel α, B: Sel β, D: Sel δ ; 2: sel asinus)
(dikutip dari kepustakaan 3)

Berbagai faktor baik secara eksogen dan endogen dapat memicu terjadinya
kanker pankreas. Pada + 90% kanker pankreas ialah kanker ganas dari kelenjar
eksokrin yaitu, adenokarsinoma ductus pankreas. Kanker pankreas dapat
mengenai kaput (+70%), korpus (15-20%), dan kauda (10%). Adapun perbedaan
lokasi dari kanker pankreas ini akan memberikan berbagai gambaran klinik yang
berbeda pula.(4)

II. INSIDEN
Karsinoma pankreas sering terjadi pada laki-laki dan agak lebih sering
menyerang orang kulit hitam. Karsinoma ini jarang terjadi sebelum usia 50
tahun dan rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada penderita yang berumur 55
tahun.3 Pada usia 30-40 tahun, insiden karsinoma pankreas relatif rendah,
setelah 50 tahun meningkat pesat, terutama pada 65-80 tahun sering
ditemukan. Ratio pria dan wanita dalam laporan literature sebelumnya adalah
1,7:1, sedangkan dalam literature belakangan adalah 1,3:1, ratio insiden pria
dan wanita menurun sejalan dengan pertambahan usia.4
Mortalitas kanker pankreas memiliki variasi etnis yang menonjol. Mortalitas
kalangan kulit hitam Amerika Serikat lebih tinggi dari etnis lainnya, juga lebih
tinggi dari orang kulit hitam di Afrika, berarti faktor lingkungan tertentu
berperanan dalam variasi etnis tersebut.4

III. EPIDEMIOLOGI
Kanker pankreas hanya berjumlah 2% dari seluruh kasus kanker baru di
Amerika Serikat namun, menjadi penyebab kematian keempat akibat kanker.
Kanker pankreas jarang terdapat pada orang dengan usia kurang dari 50 tahun dan
resikonya meningkat seiring dengan usia. Sekitar 80% kasus mengenai penderita
yang berusia 60-80 tahun. Selain itu, merokok, diabetes, obesitas, dan alkohol
juga meningkatkan resiko terjadinya kanker pankreas. Penderita laki-laki lebih
banyak dibanding perempuan dengan perbandingan 1,2-1,5 : 1. Lebih dari 2/3
kasus kanker pankreas terletak pada caputnya. (4,5)
Karsinoma pankreas merupakan penyebab utama ke 5 kematian terkait kanker di
Amerika Serikat, dengan sekitar 33.370 kematian disebabkan oleh penyakit ini
pada tahun 2007.5 Sedang di Indonesia sendiri, karsinoma pankreas merupakan
karsinoma gastrointestinal yang terbanyak ke 3 setelah karsinoma kolon dan
rektum dan karsinoma lambung2.
Insiden kanker pankreas di dunia cenderung meningkat, dewasa ini telah
menjadi salah satu tumor ganas sistem pencernaan yang sering ditemukan. Tapi
berbeda dengan kanker lain, didunia belum ditemukan adanya area insiden tinggi
pankreas, insiden diberbagai daerah sekitar 12,8/100.000 hingga 3/100.000.
Walaupun kanker pankreas tidak termasuk kanker sistem pencernaan berinsiden
tinggi, tapi peningkatan insidennya belakangan ini cepat sekali.4

IV. ANATOMI
Kelenjar pankreas terletak diantara duodenum dan limpa, melintang di
retroperitonium, setara dengan level vertebra torakal ke-12 hingga
lumbal ke-1. Pankreas dapat dibagi menjadi 4 bagian, kaput, kolum,
korpus, dan kauda. Kaput terletak di medial duodenum, berdekatan
erat dengan pars desenden duodenum. Bagian kaput pankreas yang
berekstensi ke medio-posterior disebut prosesus unsinatus, diantara
prosesus unsinatus dan kaput pankreas melintas arteri dan vena
mesenterium superior. Diantara kaput dan korpus pankreas terdapat
bagian menyempit yaitu kolum, di posteriornya terdapat vena porta.
Dari kolum hingga hilum lienis adalah korpus dan kauda pankreas,
antara keduanya tidak memiliki batas yang jelas.4

V. Gambar 1.1 pankreas

Pasokan darah pada pankreas terutama berasal dari arteri


pankreatikoduodenalis superior dan inferior serta arteri lienalis,
sebagian dari arteri mesenterika superior. Percabangan tiap arteri di
dalam pankreas membentuk arkus vaskular, maka paska reseksi parsial
pankreas tidak mudah timbul defisit pasokan darah ke pankreas yang
tersisa, vena semuanya masuk ke vena lienalis dan vena mesenterika
superior, kemudian bermuara ke vena porta.4

Pankreas kaya akan saluran limfatik yang saling berhubungan.


Limfatik kaput pankreas terutama drainase ke kelenjar limfe
pankreatikoduodenale anterior dan posterior serta kelenjar limfe dekar
arteri mesenterika superior, limfe bagian korpus drainase ke kelenjar
limfe margo superior, margo inferior pankreas dan para arteri lienalis,
para arteri hepatikus komunis, para arteri seliaka dan para aorta
abdominalis, limfe bagian kauda pankreas terutama drainase ke
kelenjar limfe hilum lienis.4
VI. ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI
Penyebab karsinoma pankreas sampai saat ini tidak diketahui, tetapi
adenokarsinoma pancreas 2-3 kali lebih sering terjadi pada perokok berat. 2
Usia lanjut adalah faktor risiko paling kuat bagi kanker pankreas, dengan
insiden tertinggi setelah usia 60 tahun. Ada juga beberapa sindrom genetik
yang telah dikaitkan dengan peningkatan kejadian kanker pankreas, yaitu
antara lain jika ada kanker kolorektal dan kanker payudara, juga riwayat
kanker pankreas dalam keluarga.5 Risiko terjadinya adenokarsinoma pankreas
meningkat pada penderita pankreatitis kronis.6
Sampai saat ini, penyebab kanker pankreas masih belum jelas. Penelitian
epidemiologi menunjukkan adanya berbagai faktor resiko yang mempermudah
seseorang untuk menderita kanker pankreas. Penelitian tersebut menyatakan
bahwa faktor-faktor resiko tersebut mempengaruhi sel-sel DNA pada pankreas
yang akan menyebabkan pertumbuhan abnormal dari sel. Dijelaskan pula bahwa
mutasi DNAsel-sel pankreas lebih banyak terjadi setelah kelahiran dibandingkan
secara herediter. Pada pengamatan suatu adenokarsinoma pankreas, didapatkan
gambaran histopatologi terhadap 3 macam lesi yang menjadi penyebab terjadinya
kanker pankreas. Lesi-lesi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor.
(7,8)
Gambar 3 : Gambaran histopatologi suatu ductus pankreas normal yang
dapat mengalami 3 macam lesi sebagai precursor untuk terjadinya kanker
pankreas.(dikutip dari kepustakaan 8)

Adapun faktor-faktor tersebut antara lain (4,6,7) :


A. Faktor eksogen (Lingkungan)
1. Merokok
Merokok merupakan penyebab terbanyak kanker pankreas.
Perokok memiliki resiko 1,4-2,3 kali lebih besar untuk menderita
kankerpankreas dan jika pada usia 40-50 tahun tetap menjadi
perokok maka, akan meningkatkan resiko lima kali lebih besar
untuk menderita kanker pankreas. Diperlukan waktu berhenti
merokok minimal 10 tahun untuk menurunkan kembali resiko
menderita kanker pankreas seperti pada orang yang bukan perokok.
2. Alkohol
Alkohol bukan merupakan faktor yang secara langsung
menyebabkan kanker pankreas namun, dengan adanya riwayat konsumsi alkohol
yang lama dalam jumlah banyak maka, akan mencetus terjadinya pancreatitis
kronik. Adapun pancreatitis kronik merupakan faktor endogen untuk
terjadinya kanker pankreas.

3. Diet
Konsumsi daging merah, khususnya yang telah diproses di pabrik,
meningkatkan resiko terjadinya kanker pankreas. Sedangkan konsumsi sayur dan
buah yang kaya akan folat dan lycopen (contohnya tomat) akan menurunkan
resiko terjadinya kanker pankreas.

B. Faktor endogen
1. Usia
Resiko menderita kanker pankreas akan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Insiden terbanyak (80%) berada pada usia 60-80
tahun dan jarang pada usia kurang dari 50 tahun.
2. Obesitas
Adanya obesitas, khususnya obesitas sentral, akan meningkatkan
resiko menderita kanker pankreas.
3. Diabetes Melitus
Sekitar 80% penderita kanker pankreas disertai gangguan toleransi
glukosa dan sekitar 20% memiliki klinis diabetes mellitus. Namun,
sekarang yang masih dipertanyakan bahwa apakah diabetes mellitus
adalah faktor predisposisi atau menjadi suatu akibat dari kanker
pankreas tersebut.
4. Pankreatitis kronik
Pada pasien dengan pankreatitis kronik didapatkan peningkatan
resiko terjadinya kanker pankreas sampai 20 kali lebih besar dan pada
pasien dengan pancreatitis herediter didapatkan peningkatan resiko 5
kali lebih besar.
C. Faktor genetik dan ras
Resiko kanker pankreas meningkat 2 kali pada pasien dengan
riwayat hubungan keluarga tingkat pertama. Sekitar 10% pasien kanker
pankreas memiliki predisposisi genetik yang diturunkan. Selain itu, ras
kulit hitam memiliki resiko yang lebih besar utnutk terkena kanker
pankreas dibandingkan dengan ras kulit putih.
III. GEJALA KLINIS
Gejala awal dari penyakit ini seringkali tidak spesifik dan sering
terabaikan sehingga akan terlambat didiagnosis. Gejala klinis yang timbul
tergantung dari ukuran dan lokasi kanker serta metastasinya dan seringkali
tidak memberikan gejala khas sampai kankernya berukuran cukup besar. Keluhan
awal misalnya kembung, anoreksia, muntah, diare, stetorea, dan badan lesu,
biasanya tampak dan berlangsung lebih dari 2 bulan sebelum diagnosis
ditegakkan. Ikterus, nyeri abdomen, dan penurunan berat badan merupakan gejala
klasik yang sering menjadi keluhan utama pasien.(4,5)
Manifestasi klinis kanker pankreas terutama ditentukan lokasi tumbuhnya kanker,
apakah organ sekitar terkena dan apakah terdapat komplikasi dan lain-lain.
Secara umum, karsinoma kaput pankreas relatif sering menimbulkan gejala lebih
awal, sedangkan karsinoma korpus kauda sangat jarang menimbulkan gejala pada
stadium awal.4
Pada pengamatan jasmani tampak penderita kakhektis, kesakitan, kadang-
kadang anemik, ikterik. Di perut teraba suatu massa berbenjol-benjol keras, nyeri
tekan di perut atas. Posisi penderita tidur atau duduk membungkukkan badan.3

Adapun gejala-gejala klasik tersebut (4) :


a. Nyeri abdomen
Nyeri abdomen merupakan keluhan yang paling sering dijumpai. Lokasi
nyeri biasanya pada regio epigastrium, awalnya difus, selanjutnya lebih
terlokalisir. Nyeri abdomen biasanya disebabkan invasi kanker pada pleksus
coecliac dan pleksus mesenterik superior. Nyeri dapat menjalar ke punggung
pasien, disebabkan oleh invasi kanker ke retroperitoneal dan terjadi infiltrasi
pada pleksus nervus splenicus. Nyeri yang berat menunjukkan kanker lanjut
yang meluas ke jaringan sekitarnya dan sudah tidak dapat direseksi.
Nyeri abdomen merupakan keluhan tersering kanker pankreas. Sekitar
60% lebih pasien datang dengan keluhan pertama sakit perut. Kekhasan dari
nyeri perut kanker pankreas adalah lokasinya lebih dalam, areanya tidak begitu
tegas, tersering di abdomen atas. Menurut lokasi tumor, sakit perut kanker
kaput pankreas umumnya condong ke abdomen kanan atas, kanker cauda
pankreas condong ke ke abdomen kiri atas. Pada stadium awal, karena
obstruksi tidak total dari duktus koledokus atau duktus pankreatiku, sehabis
makan aliran empedu tidak lancar, sehingga pasien sering merasa tidak enak
atau nyeri samar di abdomen atas. Katika obstruksi total, nyeri tumpul
abdomen atas menjadi jelas, lebih hebat sehabis makan. Pada pasien stadium
sedang dan lanjut, sering terdapat nyeri punggung dan pinggang, dan berkaitan
dengan postur tubuh, bertambah hebat bila berbaring telentang. Bila tubuh
membungkuk atau miring ke depan atau tidur miring nyeri berkurang. Pada
malam hari pasien sering tidak berani tidur telentang sehingga tidur telungkup
atau dalam posisi duduk miring ke depan.4
b. Penurunan berat badan
Umumnya dijumpai penurunan berat badan lebih dari 10% dariberat badan
ideal. Pada mulanya, terjadi secara bertahap, kemudian menjadi progresif.
Penurunan berat badan disebabkan oleh berbagai faktor, antaralain : asupan
makanan yang berkurang, malabsorpsi lemak dan protein, dan peningkatan
kadar sitokin pro-inflamasi ( cancer necrosis factor a dan interleukin-6).
c. Ikterus
Gejala ikterus yang timbul ialah ikterus obstruktif. Hal inidisebabkan oleh
adanya obstruksi saluran empedu oleh kanker dimana, 80-90% merupakan
kanker kaput pankreas dan sering terjadi pada stadium awal. Ikterus dapat pula
terjadi pada kanker corpus maupun cauda pankreas(6-13% kasus) pada stadium
lanjut akibat metastasis di hati atau limfonodi di hilus yang menekan saluran
empedu. Ikterus obstruktif pada kanker kaput pankreas umumnya disertai
dengan nyeri abdomen, tetapi bukan kolik. Hal ini berbeda dengan ikterus
tanpa nyeri (painless jaundice) yang sering dijumpai pada kanker ductus
coleidocus atau kanker ampula vateri.
Ikterus terutama ditemukan pada kanker kaput pankreas. Walaupun
ikterus dapat menjadi gejala pertama kanker pankreas tapi bukanlah
manifestasi stadium dini. Dahulu banyak ditekankan kekhasan ikterus kanker
pankreas berupa ikterus progresif bertahap memberat, tapi belakangan
observasi menemukan sebagian pasien mengalami ikterus yang fluktuatif,
ketika tumor dengan peradangan diberiakan terapi obat anti radang atau terapi
hormonal dapat mengalami pengurangan sementara. Selain itu kebanyakan
pasien disertai nyeri abdomen dengan intensitas bervariasi, hanya sekitar 25%
pasien dengan ikterus tanpa nyeri. 4
d. Pembesaran kandung empedu
Hepatomegali. Sekitar 50% pasien dapat mengalami hepatomegali, sebabnya
terutama karena kolestasis, kadangkala karena hipertensi portal atau metastasis
kanker. 4
Pembesaran kandung empedu. Ketika kanker pankreas menimbulkan ikterus
obstruktif ekstrahepatik, kadangkala dapat diraba pembesaran kandung empedu.
Berdasarkan hukum Courvoisier ( ikterus tanpa nyeri – pembesaran kandung
empedu ), diagnosis banding dari kolelitiasis memiliki makna penitng. Tapi pada
kenyataannya pasien kanker pankreas dengan ikterus yang terabapambesaran
kandung empedunya tidak sampai setengah, mungkin berkaitan dengan tertutup
pembesaran hati dan tidak membesarnya kandung empedu dengan kolesistisis
kronis. 4

Selain dari gejala-gejala klasik tersebut, gejala-gejala lain dapat pula


didapatkan pada pasien-pasien dengan kanker pankreas. Gejala-gejala tersebut
sesuai dengan lokasi dari kanker, misalnya gastrinomas, glucagonomas,
insulinomas, somatostatinomas, dan lain sebagainya. Gejala-gejala seperti ini,
utamanya didapatkan pada kanker sel endokrin pankreas.(7)

Prevalensi timbulnya gejala pada kanker pankreas berdasarkan lokasinya dapat


dilihat pada tabel 1 dibawah ini :

Gambar 4. Prevalence of Pancreatic Cancer Symptoms


(dikutip dari kepustakaan 5)

Penetuan stadium kanker pankreas juga merupakan faktor yang sangat penting
untuk memilih jenis terapi dan menilai prognosis penyakit. Adapun standarisasi
penentuan stadium kanker yang digunakan yaitu sistem TNM dari The American
Joint Committee on Cancer (AJCC). (7)
A. Kategori T
1. Tx : Tumor utama tidak dapat dinilai.
2. T0 : Tidak ada bukti adanya tumor primer
3. Tis : Carsinoma in situ
4. T1 : Kanker belum menyebar keluar pankreas dan ukurannya kurang
dari 2 cm.
5. T2 : Kanker belum menyebar keluar pankreas namun, ukurannya lebih
dari 2 cm.
6. T3 : Kanker telah menyebar keluar dari pankreas ke jaringan sekitarnya
namun, belum sampai ke pembuluh darah besar atau saraf.
7. T4 : Kanker telah menyebar hingga ke pembuluh darah besaratau saraf.
B. Kategori N
1. Nx : Pembesaran kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai.
2. N0 : Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
3. N1 : Kanker telah menyebar ke kelenjar limfe regional.
C. Kategori M
1. M0 : Kanker tidak menyebar ke kelenjar limfe lain atau organlain
(seperti hepar, paru-paru, otak, dan lain sebagainya).
2. M1 : Ditemukan adanya metastasis.

Penentuan stadium berdasarkan system TNM (7):


A. Stadium 0 (Tis, N0, M0)
Tumor hanya terdapat pada bagian atas sel pankreas dan tidak menginvasi
jaringan yang lebih dalam. Tidak terdapat penyebaran keluar pankreas.
B. Stadium IA (T1, N0, M0)
Tumor berukuran kurang dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran
kekelenjar limfe dan organ lainnya.
C. Stadium IB (T2, N0, M0)
Tumor berukuran lebih dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran
kekelenjar limfe dan organ lainnya.
D. Stadium IIA (T3, N0, M0)
Tumor telah menyebar dan berkembang ke bagian luar
pankreas.Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.

E. Stadium IIB (T1-3, N1, M0)


Tumor telah menyebar dan berkembang ke bagian luar pankreas
namun, tidak sampai ke pembuluh darah besar atau saraf terdekat. Dapat
ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
F. Stadium III (T4, Any N, M0)
Tumor telah menyebar dan berkembang ke pembuluh darah besar
atau saraf terdekat. Dapat ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
G. Stadium IV (Any T, Any N, M1)
Tumor telah menyebar ke berbagai tempat
Gambar 4 : Stadium-stadium kanker pankreas (dikutip dari kepustakaan 9)

Stadium 1 Stadium 2

Stadium 3 Stadium 4

V. DIAGNOSIS
Diagnosis kanker pankreas dapat ditegakkan berdasarkan (4,5,6):
A. Anamnesis dan pemeriksaan fisis
Pada anamnesis, dapat ditelusuri berbagai gejala-gejala yang
dialami pasien misalnya, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan,
nyeri abdomen (lokasi, intensitas, penjalaran, serta progresivitasnya), dan
lain sebagainya. Selain itu, pada anamnesis dapat pula digali informasi
tentang adanya faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya kanker pankreas
pada pasien & riwayat kebiasaan serta riwayat penyakit yang pernah
diderita pasien, misalnya riwayat merokok, minum alcohol, riwayat
diabetes mellitus, riwayat nyeri abdomen sebelumnya, riwayat stetorea,
dan lain sebagainya. Sedangkan pada pemeriksaan fisis, dicari tanda-tanda
kanker pankreas, misalnya yangpaling sering yaitu ikterus, gizi kurang,
dan juga tanda-tanda komplikasi dan metastasis seperti, hepatomegali,
edema, tanda-tanda perdarahan, pembesaran kelenjar getah bening dan lain
sebagainya. (7)
B. Laboratorium
1. CA 19-9 & CEA
Banyak pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan sebagai
petanda kanker pankreas. Namun, oleh karena sensitivitas dan
spesifitas pada pemeriksaan CA 19-9 dan CEA terhadap kanker
pankreas cukupbaik maka, kedua pemeriksaan inilah yang sering
digunakan.
CA 19-9 merupakan suatu substansi yang dihasilkan oleh sel-sel
kanker kelenjar eksokrin pankreas dan dapat dideteksi pada
pemeriksaan darah. Namun, pemeriksaan CA 19-9 sulit dideteksi pada
kanker stadium dini sehingga tidak direkomendasikan untuk skring
rutin pada penderita yang asimtomatik. Pemeriksaan CA19-9 sering
digunakan untuk menilai hasil terapi serta rekurensi kanker pankreas
setelah terapi. (7)
CEA (Carcinoembryonic antigen) merupakan suatu substansiyang
juga dapat mendeteksi adanya kanker pankreas pada beberapa orang.
Tapi, pemeriksaan ini tidak cukup sensitive untuk mendeteksikanker
pankreas pada stadium dini dan juga tidak direkomendasikansebagai
pemeriksaan untuk skrining.(7)
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah didapatkan peningkatan kadar bilirubin
yang diakibatkan adanya massa pada pancreas yang menekan sistem biliari.
Selain itu pada pemeriksaan gula darah, kanker pankreas dapat
menyebabkan kadar gula darah yang tinggi, hal ini disebabkan
olehkerusakan sel-sel penyekresi insulin. Namun, kadar gula darah
yang tinggi tersebut seringkali tidak memberikan gejala seperti pada
diabetes sehingga baru diketahui pada saat pemeriksaan darah.(4)
C. Radiologi
1. Foto polos abdomen
Pankreas yang normal tidak dapat dilihat dengan foto polos abdomen.
Foto polos abdomen hanya mampu menemukan adanya proses
perkapuran pada pankreas atau jika ada gas dalam usus akibat abses
pankreas.1
2. USG
USG ( ultrasonografi ) bisa menjadi metode pemeriksaan pilihan
pertama bagi pasien suspek karsinoma pankreas karena akurat,
fleksibel, relatif murah. USG dapat secara jelas membedakan ikterus
obstruktif dan nonobstruktif, dapat menemukan tumor berukuran
sekitar 2 cm, dilatasi duktus pankreatobiliar, metastasis hati,
penyebaran ekstrapankreatik, juga dapat menunjukkan perubahan
kondisi pembuluh darah. Namun dalam menunjukkan invasi vaskular
dan kelenjar limfe sangat kurang akurat. USG endoskopik ( EUS )
memiliki kepekaan yang jelas lebih tinggi, terutama dalam
menampilkan karsinoma pankreas lokal dan regio ampula, juga dapat
menampilkan kondisi invasi ke vena dan kelenjar limfe. Dibawah
EUS dapat dilakukan pungsi untuk pemeriksaan sitologik. Desawa ini
EUS dianggap sebagai metode sangat penting untuk diagnosis
karsinoma pankreas, khususnya karsinoma pankreas kecil. 4
Karsinoma pankreas dapat dideteksi melalui USG dari tanda-tanda
langsung maupun tidak langsung.6
Tanda-tanda langsung yaitu :
· Pembesaran pankreas lokal maupun menyeluruh.
· Perubahan kontur pankreas.
· Penurunan ekhogenitas.
· Pelebaran duktus pankreatikus.6
Tanda-tanda tidak langsungnya antara lain :
· Dilatasi duktus kholedokus dan atau duktus pankreatikus utama.
· Pergeseran atau penekanan vena cava inferior dan vena
mesenterica superior.
· Dilatasi kandung empedu.
· Kemungkinan adanya metastasis ke hati.
· Kadang-kadang disertai ascites.6

Karsinoma kaput pankreas akan terlihat sebagai massa yang


menonjol keluar dari batas parenkim normal, penonjolan ini akan
merubah kontur pankreas. Karsinoma kaput pankreas harus
dicurigai bila ketebalan pankreas lebih dari 3 cm.6
Karsinoma pankreas akan terlihat berupa daerah dengan penurunan
ekhogenitas, hanya sebagian kecil saja yang memperlihatkan
peningkatan ekhognitas. Dilatasi duktus pankreatikus didistal tumor,
sering terlihat bersamaan dengan adanya tumor kaput pankreas.
Karsinoma kaput pankreas akan menggeser dan menekan vena cava
inferior dan vena mesenterika superior, serta pergeseran pembuluh
darah sekitar pankreas. Dilatasi kantung empedu
( Courvoiser’s sign ) merupakan tanda terjadi penekanan atau infiltrasi
ke duktus kholedokus.6

3. CT-Scan & MRI


Saat ini, standar untuk menegakkan diagnosis serta untuk menilai
stadium kanker pankreas adalah melalui pemeriksaan CT-Scan.
Dimana tingkat keakuratan CT-Scan adalah lebih dari 80%. CT-Scan
digunakan dalam menilai tumor primer, pembuluh darah sekitarnya
(seperti venaporta, a. mesentrika superior, aksis celiac), serta jaringan
dan organsekitar pankreas. MRI dapat pula digunakan sebagai
diagnosis serta penentuan stadium sama halnya dengan CT-Scan. MRI
sering digunakan pada pasien yang alergi terhadapa kontras CT-Scan.
(5,10)
Gambar 5 : Gambaran CT-Scan abdomen pada wanita berusia 58 tahun yang
datang dengan keluhan nyeri abdomen dan ikterus. Didapatkan adanya massa
pada caput pankreas. (dikutip dari kepustakaan 5)
A : Gambaran radiologi, B : Gambaran anatomi.

Gambar 6 : Gambaran CT-Scan abdomen pada wanita berusia 63 tahun yang


datang dengan keluhan rasa tidak enak pada perut dan massaabdomen. Didapatkan
adanya massa yang besar pada cauda pankreas.A : Gambaran radiologi, B : Gambaran
anatomi.(dikutip dari kepustakaan 5)

4. Endoscopic Ultrasonography (EUS)


Pemeriksaan EUS digunakan pada saat tumor masih berukuran
kecil sehingga sulit tervisualisasi dengan baik pada CT-Scan. EUS
merupakan prosedur invasive miniml yang akurat dalam menilai tumor
primer, vaskulernya, dan kelenjar limfe sekitarnya.(10)
5. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)ERCP
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi kanker pankreas
yang menyebabkan ikterus obstruktif.. ERCP tidak dapat menentukan
stadium kanker tetapi digunakan untuk menilai ikterus
obstruktif tersebut disebabkan oleh suatu massa atau karena penyebab
obstruksilainnya seperti pada choledocholithiasis dan striktur benigna.
(10)

6. Laparoskopi Diagnostik
CT-Scan kurang sensitive dalam mendeteksi metastase berukuran
kecilpada daerah peritoneum dan metastasis hepar yang berukuran < 1cm.Hal
tersebut membuat ultrasonografi intracorporeal yang digunakan
bersama laparoskopi sebagai modalitasi invasive minimal yang dapat
menilai stadium dan metastasis kanker dengan baik khususnya yang
menginvasi ke daerah peritoneum dan hepar dengan ukuran kecil.(10)
D. Biopsi Perkutaneus
Jikalau pada pemeriksaan CT-Scan didapatkan gambaran massa
padat densitas rendah disertai gejala-gejala klinis maka, diagnosis
histologist umumnya tidak diperlukan sehingga biopsy seringkali
digunakan hanya sebagai bagian dariperisapan peri-operative dan
persiapan terapi neoadjuvant.(10)

IV. TATALAKSANA
Tatalaksana pada kanker pankreas berdasarkan pada panduan (guideline)
National Comprehensive Cancer Network (NCCN) tahun 2009.(11)
A. Pengobatan kuratif
Pengobatan kuratif ditujukan untuk mengobati penyakit tersebut.
Pengobatan ini diberikan pada kanker pankreas dengan stadium dini
(stadium Idan II). Adapun pengobatan kuratif terutama ialah dengan
pembedahan disertai neoadjuvant terapi dengan menggunakan kemoterapi
disertai radioterapi untuk mematikan sisa-sisa sel tumor. Pembedahan
yang menjadi standar pada kasus kanker pankreas yaitu prosedur Whipple
dimana, diadakan reseksi pada caput pankreas, duodenum, + bagian
lambung, dan kandung empedu. Selain prosedur Whipple, masih banyak lagi
teknik pembedahan yang dapat dilakukan sesuai dengan keadaan kankernya.
Adapun terapi suportif juga dapat berikan berdasarkan gejala yang ada
misalnya obat analgesic, anti-muntah, dan diet TKTP untuk
mempertahankan berat badan.(10,11)
Gambar 7 : Pembedahan dengan menggunakan prosedur Whipple. A :
Sebelum prosedur, B : Sesudah prosedur. Terbentuk anastomose ductus

hepaticus ke jejunum dengan mempertahankan sebagian dari pankreas dan


lambung. (dikutip dari kepustakaan 5)

B. Pengobatan paliatif
Pengobatan paliatif digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita yang sudah tidak dapat diberikan tindakan kuratif oleh karena
sudah berada pada stadium akhir. Tindakan paliatif pada pembedahan yang
sering dilakukan adalah dengan membuat billiary bypass melalu
laparoskopi untuk memberikan drainase saluran empedu sehingga
bilirubin dapat dikeluarkan. Selain tindakan pembedahan, farmakoterapi
dalam bentuk kemoterapi dapat diberikan untuk mengecilkan atau
menghambat pertumbuhan tumor.Selain itu, obat-obat pereda nyeri seperti
analgesic non-opiod hingga opiod dapat diberikan dengan indikasi yang
jelas. Selain diberikan terapi terhadap kankernya, diberikan pula asupan
nutrisi yang adekuat melalui diet TKTP untuk mempertahankan serta
meningkatkan berat badan dan kekuatannya serta menerima keadaannya.
(9,10,11)

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Pancreatic cyst
Pancreatic cyst dapat bersifat neoplastic maupun bukan. Pada kista
yang berukuran <2cm, sering tidak memberikan gejala namun, jika
berukuran besarakan memberikan gejala berupa nyeri abdomen yang
dapat menembus kebelakang. Kista yang berukuran besar pada kaput
pankreas juga memberikangejala ikterus obstruktif akibat penekanan
pada ductus biliaris. Selain itu, cyst yang besar juga dapat menekan
organ abdomen lainnya yang menyebabkan rasa penuh hingga muntah.
Pancreatic cyst biasanya disebabkan oleh pancreatitis akut. Pancreatic
cyst dapat dibedakan dengan kanker pancreas melalui pemeriksaan EUS,
pemeriksaan histopatologi, dan analisa cairan kista. (12)
2. Choledocholithiasis
Choledocholithiasis memberikan gejala jika batu telah berada pada
common bile duct. Adapun gejala yang ditimbulkan dapat berupa nyeri
kolik dan ikterus obstruktif akibat stagnasi aliran empedu.
Choledocholithiasis yang berlansung lama dapat memicu terjadinya
pancreatitis yang menjadi faktorresiko terjadinya kanker pancreas.
Choledocholithiasis dapat dibedakan dengan kanker pancreas, melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan USG, CT-Scan, dan EUP.(13)
3. Kanker hati
Kanker hati seringkali memberikan gejala yang tidak spesifik.
Gejala yang sering tampak adalah kelemahan, fatigue, nyeri abdomen,
penurunan beratbadan, dan penurunan nafsu makan. Kanker hati juga
memberikan gejala ikterus, tanda-tanda perdarahan, hipoalbuminemia,
dan lain sebagainya. Selain itu, peningkatan AFP dan CA 19-9 juga
terdapat pada kanker hati. Kanker hati dapat dibedakan dengan kanker
pankreas melalui pemeriksaan fisis, USGabdomen, CT-Scan abdomen,
dan lain sebagainya.(14)

VIII KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari kanker pankreas
tergantung pada ukuran tumor, stadium kanker, dan metastasisnya. Selain
dari kanker pankreas, komplikasi juga dapat ditimbulkan dari hasil proses
pembedahan dan efek dari kemoterapi dan radioterapi yang dapat berbeda
pada masing-masing pasien. (9)

IX. PROGNOSIS
Prognosis pada kanker pankreas ditentukan oleh tingkat stadium
kanker pankreas.Adapun prognosis kanker pankreas yaitu :
Qua ad vitam : Malam
Qua ad fungsionam : Malam
Qua ad sanationam : Malam Seringkali kanker pankreas terlambat
didiagnosis sehingga pada saat diagnosisditegakkan kanker pankreas telah
berada pada stadium akhir sehingga prognosisnyamenjadi sangat buruk
dimana, angka harapan hidup dalam 5 tahun hanya kurangdari 15%.(5)

X. KESIMPULAN
Kanker pankreas merupakan suatu bentuk keganasan baik pada
kelenjar eksokrin maupun pada kelenjar endokrin pankreas. Adapun gejala
klinis yang ditimbulkan seringkali tidak khas sehingga menyulitkan dalam
hal diagnosis. Halini menyebabkan kanker pankreas seringkali terlambat
didiagnosis sehingga prognosis pada penderita menjadi sangat buruk.
Berbagai pemeriksaan dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
kanker pankreas serta untuk menentukan jenis dan stadium kanker
tersebut. Pemeriksaannya antara lain dari laboratoriumseperti:
pemeriksaan petanda tumor CA 19-9 dan CEA, dan dari radiologi
seperti:CT-Scan dengan/tanpa kontras, MRI, EUS,dan ERCP. Sedangkan
untuk penatalaksaan kanker pankreas berdasarkan pedomanNational
Comprehensive Cancer Network (NCCN) tahun 2009 dimana membag
ikanker pankreas berdasarkan stadium apakah kanker tersebut resectable
terhadap pembedahan atau tidak serta, untuk menentukan kapan pemberian
kemoterapi dan radioterapi pada penderita. Selain itu, bukan hanya terapi
yang bersifat kuratif dan paliatif saja yang diperlukan namun, juga terapi
suportif dalam hal pemberian nutrisi yang adekuat serta dukungan
emosional dari keluarga dan pihak medis sehingga penatalaksanaan kanker
pankreas menjadi sangat kompleks dan membutuhkan penangan holistik
dari berbagai pihak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hruban RH, The pancreas, dalam: Robbins, Abbas, Fausto, Robbins &
Cotran’s pathologic basis of disease, ed.7. Amerika Serikat: Sanders,
2008.2.
2. Waugh A, Grant A, dkk. Anatomy & Physiology Health & Illness.
ChurchillLivingstone, 2004. Hal.224.3.
3. Hansen JT, Koeppen MK. Netter’s Atlas of Human Physiology. Hal. 197.
4. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, ed.4. Jakarta: Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia,2006. Hal.492-6.5.
5. Freelove R, Walling AD. Pancreatic cancer: Diagnosis & Management.
Americanacademy of physician, 2006. Hal.486-90.6.
6. Dragovich T, dkk. Pancreatic cancer [online]. 2011. [copied on 10 Februari
2012].Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/ 7.
7. NN. Pancreatic cancer. American cancer society, 2011. Hal.11.8.
8. Klapna J. Early detection of pancreatic cancer: Why, who, and how to
screen. 2008.Hal.3.9.
9. Abbruzzesk JL, Ebrahim B. Myths & facts about pancreatic cancer. New
York:Melville, 2002. Hal.27-9.10.
10. Wray CJ, Ahmad SA, dkk. Surgery for pancreatic cancer: Recent
controversus &current practice. American gastroenterological association,
2005. Hal.1628-9.11.
11. Saif MW, Pancreatic cancer: Current & future therapy breakthroughs,
dalam:Pancreatic Awareness Day. New York: Columbia University
Medical Center, 2010.Hal.39.12.
12. Lee D. Pancreatic cyst [online]. 2012. [copied on 15 Februari 2012].
Availablefrom URL: http://emedicine.medscape.com/article/ 13.
13. Heuman DM, dkk. Cholelithiasis [online]. 2011. [copied on 10 Februari
2012].Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/
14.Shot K. Liver cancer [online]. 2012. [copied on 10 Februari 2012].
Available fromURL: http://emedicine.medscape.com/article/

Anda mungkin juga menyukai