GANGGUAN TIDUR
Pembimbing :
Disusun oleh :
Mesiwisani (1420221124)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“GANGGUAN TIDUR” ini.
Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti kepaniteraan
klinik bagian Ilmu Kesehatan Jiwa. Referat ini terselesaikan atas bantuan dari banyak
pihak yang turut membantu. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Tubagus Erwin
Kusuma, SpKJ selaku pembimbing dan seluruh teman-teman kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Jiwa atas kerjasamanya selama penyusunan referat ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna
perbaikan yang lebih baik. Semoga referat ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan
pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh
semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah
maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang
normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-
perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta
menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi,
kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau
orang lain. (Edinger JD & Means MK, 2005)
Di Amerika Serikat, biaya kecelakaan yang berhubungan dengan gangguan
tidur per tahun sekitar seratus juta dolar. Insomnia merupakan gangguan tidur yang
paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa
melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang
serius. (Frost R, 2001)
Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang signifikan. Ada
beberapa dampak serius gangguan tidur misalnya mengantuk berlebihan di siang hari,
gangguan atensi dan memori, mood depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik
yang tidak semestinya dan penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit
jantung dan kanker lebih tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam
atau kurang dari 6 jam per hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama
tidurnya antara 7-8 jam per hari.
Menurut beberapa peneliti, gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5
kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang
tidurnya cukup. Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun
semakin lama semakin meningkat sehingga menimbulkan masalah kesehatan. Di
dalam praktek sehari-hari, kecenderungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa
menentukan lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering
3
menimbulkan masalah yang baru akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat
hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang akan
dihadapkan pada tahun-tahun yang akan datang. (Colten, Harvey R. Et Al, 2006)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri atas dua keadaan fisiologis: nonrapid eye movement (NREM) dan
rapid eye movement (REM). Pada tiur NREM, yang terdiri atas tahap 1 sampai 4,
sebagian besar fungsi fisiologis sangat berkurang dibadingkan dengan keadaan
terjaga. Tidur REM merupakan jenis tidur yang secara kualitatif berbeda, ditandai
dengan tingginya tingkat aktivitas otak dan tingkat aktivitas fisiologis yang
meyerupai tingkat aktivitas saat terjaga. Kira-kira 90menit setelah awitan tidur,
NREM menghasilkan episode REM pertama malam tersebut. Latensi REM 90menit
ini merupakan temuan malam tersebut. Latensi REM 90 menit ini merupakan temuan
yang konsisten pada orang dewasa normal: seperti pemendekan latensi REM sering
terjadi pada gangguan seperti gangguan depresif dan narkolepsi, Eletroesefalogram
(EEG) merekam gerakan mata konjugat cepat yang merupakan ciri pengidentifikasi
keadaan tidur (tidak ada atau hanya sedikit REM dalam tidur NREM); pola EEG
terdiri atas aktivitas cepat berteganggan renda dan acak dengan gelombang gigi
gerggaji. Elektromiiograf (EMG) menunjukkan berkuragnya tous otot yang yata.
Pada orang normal, tidur NREM merupakan keadaan tentram dibandingkan
saa terjaga. Denyut jantung secara khas melambat lima hingga sepuluh denyut per
5
menit dibawah tangkat saat terjaga sedang istirahat dan sangat teratur denyutnya.
Pernapasan juga dipengaruhi dan tekanan darah cenderung rendah, dengan beberapa
variasi dari menit ke menit. Potensial otot istirahat pada otot-otot tubuh lebih rendah
pada tidur REM daripada keadaan terjaga, Gerakan tubuh episodic dan involunter
terdapat pada tidur NREM. Meskipun ada, terdapat sedikit REM dan jarang ada
ereksi penis pada laki-laki. Aliran darah melalui sebagian besar jaringan, termasuk
aliran darah otak, sedikit berkurang.
Bagian tidr NREM yang paling dalam –tahap 3 dan 4- kadang-kadang disertai
ciri bangkitan yang tidak biasa. Jika orang dibangunkan 30 menit hingga 1 jam
setelah awitan tidur- biasanya pada tidur gelombang pendek- mereka akan mengalami
disorientasi dan pikiran menjadi kacau. Membangunkan dengan cepat dari tidur
gelombang pendek juga meyebabkan amnesia tehadap peristiwa selamadibangunkan
tersebut. Kekacauan saat bangun dari tahap 3 atau 4 dapat menghasilkan masalah
spesifik, termasuk enuresis, somnambulisme, dan mimpi buruk atau terror malam hari
tahap 4. Ukuran poligraffik selama tidur REM menunjukkan pola yang tidak teratur,
kadang-kadang mendekati pola terjaga ketika dibangunkan. Karena pengamatan ini,
tidur REM juga dinamakan tidur paradoksal. Denyut jantung pernapasan, dan
tekanan darah pada manusia semuanya tingi saat tidur REM –lebih tinggi daripada
selama tidur NREM dan sering lebih tinggi daripada saat bangun, Variabilitasnya dari
menit ke menit bahkan lebih mencolok dibandingkan kadar atau frekuensinya.
Pengunaan oksigen otak meningkat selama tidur REM. Respons ventilasi untuk
meningkatkan karbon dioksida (CO2) berkurang selama tidur REM, sehingg tidak
terdapat peningkatan volume tidal ketika tekanan parsial karbon dioksida meningkat
(PCO2). Termoregulasi berubah saat tidur REM. Berlawanan dengan keadaan
pegaturan suhu homeotermik yang terjadi saat keadaan terjaga atau selama tidur
REM, keadaan poikilotermik (suatu keadaan suhu hewan yang beragam sesuai
dengan perubahan suhu di sekitarnya) berlansung saattdur REM . Poikilotermia, yang
merupakan ciri kas reptile, menimbulkan kegagalan berespons terhadap perubahan
suuhu dan linkungan dengan menggigil atau berkeringat, yang bertujan untuk
mempertahankan suhu tubuh. Hampir semua periode REM pada laki-laki disertai
6
dengan ereksi penis parsial atau penuh. Temuan ini memiliki nilai klinis signifikan
dalam mengevaluasi penyebab ompotensi ; studi tumescence nocturnal penis
merupakan salah satu uji laboratorium tidur yang paling lazim diminta. Perubahan
fisilogis lain yang terjadi selama tidur REM adalah paralisis hamper total pada otot
rangka (postural). Karena inhibisi motoric ini, gerakan tubuh tidak ada selama tidur
REM. Mungkin ciri tidur REM yang paling khas adalah mimpi. Orang yang
terbangun saat tidur REM sering (60-90persen) melaporkan bahwa mereka
mengalami mimpi. Mimpi selama tidur REM secara khas abstrak dan aneh. Mimppi
dapat terjadi selama tidur NREM tetapi khasnya jelas dan bertujuan.
Sifat siklik pada tidur adalah regular dan dapat dipercaya; periode REM
terjadi kira-kira setiap 90-100 menit sepanjang malam. Periode REM pertama
cenderung menjadi yang paling singkat, biasanya berlangsung kurang dari 10 mnit;
periode REM selanjutnya masing-masing dapat berlangsung 15 hingga 40 menit.
Sebagian besar periode REM terjadi pada dua pertiga akhir malam, sedangkan
sebagian besar tidur tahap 4 terjadi pada sepertiga pertama malam. Pola tidur oini
berubah selama rentang hidup seseorang. Pada periode neonatus, tidur REM
menunjukkan lebih dari 50 persen waktu tidur dan pola EEG bergerak dari keadaan
siaga langsung ke keadaan REM tanpa melalui tahap 1 sampai 4. Neonatus tidur kira-
kira 16 jam sehari dengan periode bangun yang singkat. Pada usia 4 bulan, pola
bergeser sehingga presentase total tidur REM berkurang hingga kurang 40 persen dan
jatuh tertidur menjadi disertai periode tidur REM awal. Saat dewasa muda, distribusi
tahap tidur sebagai berikut :
7
Distribusi ini relatif tetap konstan sampai usia tua, walaupun pengurangan terjadi
pada tidur gelombang pendk dan tidur REM pada orang yang berusia lebih tua.
8
konsentrasi serum melatonin terendah terdapat sepanjang siang hari. Nucleus
suprachiasmaticus hipotalamus dapat bekerja sebagai tempat anatomis pacu sirkadian
yang mengatur sekresi melatonin serta kinerja otak pada siklus tidur-bangun 24 jam.
Bukti menunjukkanbahwa dopamine memiliki efek menyiagakan. Obat-obat yang
meningkatkan dopamine orak cenderun menyebabkan bangun dan keadaan sadar,
sebaliknya, penyeka dopamine, seperti pimodzide (Ora) dan phenothiazine,
cenderung meningkatkan waktu tidur. Dorongan homeostatic yang didalilkan untuk
tiudr, mungki dalam bentuk zat edogen -proses s- dapat bertumpuk, selama keadaan
terjaga dan bekerja utnuk mencetuskan tidur. Senyawa lain-proses C- dapat bekerja
sebagai pengatur suhu tubuh selama tidur.
9
II.1.5 KEBUTUHAN TIDUR
Beberapa orang normalnya merupakan penidur pendek (short-sleeper) dan
hanya membutuhkan tidur kurang dari 6 jam setiap malam untuk dapat berfungsi
dengan adekuat. Peidur panjang (long-sleeper) adalah orang yang tidur lbih dari 9
jam setiap malam untuk dapat berfungsi dengan adekuat. Penidur panjang memiliki
periode REM yang lebih banyak serta lebih banyak REM di dalam setiap periode
(dikenal sebagai densitas REM) daripada penidur pendek. Pergerakkan ini kadang-
kadang dianggap sebagai ukuran instensitas tidur REM dan terkait denga kejelasan
mimpi. Penidur pndek mumnya efisien, ambisius, beradaptasi social, dan
menyenangkan. Pennidur panjang cenderung megalami depresi ringan, cemas, dan
mearik diri scara social. Meningkatnya kebutuhan tidur terjadi pada kerja fisik,
olahraga, penyakit, kehamilan, tekanan jiwa umum, dan meningkatnya aktivitas
mental. Periode REM meningkat setelah stimulus psikologis yang kuat, seperti situasi
belajar yang sulit serta stress dan setelah penggunaan bahan kimia atau obat yang
menurunkan katekolamin.
10
psikologis da perilaku dari tidur juga berbeda. Di dalama duia industry dan
komunikasi yang sering berfungsi terus selama 24 jam, interaksi ini menjadi semakin
bermakna. Bahkan pada orang yan bekerja malam hari, gangguan pada berbagai
irama menimbulkan masalah. Keadaan dalam tubuh orang ini tampaknya melibatkan
hambatan dan gangguan siklus jangka panjang.
11
II.3 Gangguan Tidur
Gejala utama
Kebutuhan tidur tiap orang berbeda-beda; Banyak orang merupakan penidur
panjang (long-sleeper) yang memerlukan tidur 9 hingga 10 jam tidur di malam hari
dan yang lainnya adalah penidur pendek (short-sleeper), tetapi lama tidur tidak selalu
berhubugan dengan gangguan tidur.
12
Studi tahun 2002 pada lebih dari 1 juta laki-laki dan perempuan yang
menunjukan bahwa orang yang tidur lebih dari 8,5 jam setiap malam atau kurang dari
3,5 jam memiliki angka mortalitas 15 persen lebih besar daripada mereka yang tidur
rata-rata 7 jam seiap malam Tidak ada alasan yang diberikan untuk menjelaskan
temuan statistik ini. Dikesankan bahwa penidur pendek memiliki keadaan komorbid;
tetapi penjelasannya tetap tidak diketahui. Empat gejala utama yang menandai
sebagian besar gangguan tidur; insomnia, hypersomnia,parasomnia, dan gangguan
jadwal tidur-bangun. Gejala ini sering bertumpang tindih dan dijelaskan di bawah.
Insomnia
Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur. Gangguan ini
merupakan keluhan tidur yang paling laim ditemui dan dapat bersifat sementara atau
menetap.
Suatu periode singkat insomnia paling sering disebabkan ansietas, baik
sebagai gejala sisa suatu pengalaman yang mencemaskan atau antisipasi pengalaman
yang mencetuskan ansietas (ctj., ujian atau wawancara pekerjaan yang akan
berlangsung). Pada beberapa orang, insomnia sementara jenis ini dapat disebabkan
berkabung, kehilangan atau nyaris semua perubahan ataupun stress. Keadaan ini
cenderung tidak berat, meskipun episode psikotik atau depresi berat kadang dimulai
dengan insomnia akut. Terapi spesifik untuk keadaan ini biasanya tidak diperlukan,
Jika diindikasikan terapi dengan obat hipnotik, dokter dan pasien harus sama-sama
memahami bahwa terapi ini berdurasi singkat dan beberapa gejala seperti
kekambuhan singkat insomnia dapat terjadi jika obat di hentikan.
Insomnia menetap adalah kelompok keadaan yang cukup lazim ditemukan
dengan masalah yang paling sering adalah kesulitan untuk jatuh tertidur bukannya
untuk tetap mempertahankan tidur. Insomnia ini melibatkan dua masalah yang
kadang-kadang dapat dipisahkan, tetapi sering saling berkaian, yaitu : tegangan
somatisasi serta ansietas dan responsive asosiatif yang dipelajari. Pasien sering tidak
memiliki keluhan yang jelas selain insomnia. Mereka terutama dapat mengeluhkan
perasaan gelisah atau pikiran yang mendalam dan tampaknya membuat mereka tetap
13
terjaga. Kadang-kadang (tetapi tidaselalu), seorang pasien menjelaskan perburukan
gejala terjadi saat stress di tempat kerja atau di rumah dan perbaikan terjadi saat
sedang berlibur.
Hipersomnia
Hipersomnia tampak sebagai tidur yang berlebihan, rasa
mengantuk(somnolen) di siang hari yang berlebiha , atau kadang-kadang keduanya.
Istilah somnolem harus diberikan kepada pasien yang mengeluhkan keadaan
mengantuk dan memiliki kecenderungan yang tampak jelas untuk jatuh tertidur tiba-
tiba pada keadaan terjaga, yang mengalami serangan tidur, dan yang tidak dapat tetap
terjaga; istilah ini sebaiknya tidak digunakan untuk orang yang secara fisik lelah atau
letih. Meskipun demikian, perbedaannya tidak selalu jelas. Keluhan hypersomnia
jauh lebih jarang dibandingkan dengan keluhan insomnia. Narkolepsi hanyalah satu
keadaan yang dikenal menimbulkan insomnia. Menurut survey, keadaan yang paling
lazim menyebabkan hypersomnia adalah apnea tidur dan narkolepsi.
Hipersomnia sementara dan situasional merupakan gangguan pola tidur-
bangun normal; gangguan ini ditandai dengan kesulitan yang berlebihan untuk tetap
terjaga sert kecenderungan untuk tetap berada di tempat tidur dalam periode waktu
yang sangat lama atau sering kembali ke tempat tidur untuk tidur di siang hari. Pola
ini dialami tiba-tiba sebagai respons terhadap perubahan kehidupan, konflik, atau
kehilangan saat ini yang dapat diketahui. Gangguan ini jarang ditandai dengan
serangan tidur yang pasti atau tidur yang tidak dapat dihindari, tetapi lebih ditandai
oleh kelelahan atau jatuh tertidur lebih awal daripada biasanya dan kesulitan bangun
di pagi hari.
Parasomnia
Parasomnia merupakan fenomena yang tidak diinginkan atau yang tidak biasa
yang terjadi tiba-tiba saat tidur atau terjadi pada ambang antara bangun dan tidur.
Parasomnia biasanya terjadi pada tahap 3 dan 4 sehingga dikaitkan dengan ingatan
buruk mengenai ganguan ini.
14
Gangguan Jadwal Tidur Bangun
Gangguan Jadwal tidur-bangun melibatkan pergeseran tidur dari periode
sirkadian yang diinginkan. Pasien lazimnya tidak dapat tidur keika mereka ingin
tidur, meskipu mereka bisa tidur pada waktu lain. Demikian juga, mereka tidak dapat
benar-benar bangun , tetapi mereka dapat bangun di waktu lain. Gangguan ini tidak
persis menimbulkan insomnia atau somnolen; ketikdakmampuan tidur dan bangun
dapat dicetuskan hanya jika kita menanyakan dengan teliti. Gangguan jadwal tidur-
bangun dapat dianggap sebagai ketidaksejajaran antara perilaku tidur dan bangun.
KLASIFIKASI
Menurut American Academy of Sleep Medicine, secara internasional gangguan tidur
dibagi menjadi 4, diantaranya:
1. Disomnia
a) Gangguan tidur Intrinsik
b) Gangguan tidur Ekstrinsik
c) Gangguan tidur Irama Sirkardian
2. Parasomnia
a) Gangguan Arousal
b) Gangguan Transisi Tidur-Bangun
c) Berhubungan dengan REM saat tidur
d) Parasomnia lain
3. Gangguan tidur berhubungan dengan mental, neurologis atau kelainan medis
yang lain
a) Berhubungan dengan Kelainan mental
b) Berhubungan dengan Kelainan Neurologis
c) Berhubungan dengan Kelainan medis lain
4. Gangguan tidur yang disengaja
Revisi teks edisi keempat Diagnostic and Statitistical Manual of Mental Disorders
(DSM-IV-TR) menggolongkan gangguan tidur berdasarkan kriteria diagnosis klinis
15
dan perkiraan etiologi. Ketiga kategori utama gangguan tidur dalam DSM-IV-TR
adalah gangguan tidur primer, gangguan tidur yang berkaitan dengan gangguan jiwa
lainnya, dan gangguan tidur lainnya (akibat keadaan medis umum atau dicetuskan
oleh zat).
Terapi
Terapi insomnia primer merupakan salah satu terapi yang paling sulit pada
gangguan tidur. Ketika komponen yang dipelajari jelas, teknik deconditioning
mungkin berguna, pasien diminta mengggunakan tempat tidurnya hanya untuk tidur
dan bukan untuk hal lain; jika mereka tidak tertidur stelah 5 menit berada diatas
tempat tidur, mereka diminta segera banun dan melakukan hal lain. Kadang-kadang,
berganti tempat tidur atau ruangan lain berguna untuk pasien ini. Ketika ketegangan
somatisasi atau ketegangan otot tampak jelas, kaset relaksasi, meditasi transedental,
dan mempraktikan respons relaksasi serta biofeedback terkadang dapat membantu.
Psikoterapi belum terlalu beruna dalam terapi insomnia primer. Pengalaman seksual
yang memuaskan lebih meningkatkan tidur pada laki-laki daripada perempuan.
16
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Insomnia Primer
Terapi Obat
Insomnia primer biasanya diterapi dengan benzodiazepine, zolpidem
(Ambien), zaleplon (Sonata), serta hipnotik lainnya. Obat hipnotk harus digunakan
hati-hati. Obat tidur yang bekerja lama (cth., flurazepam,quazepam) paling baik untuk
menangani insomnia malam hari; obat yang bekerja singkat (cth.,
zolpidem,triazolam) bergua untuk pasien yang mengalami kesulitan untuk jatuh
tertidur. Pada umumnya, obat tidur sebaiknya sebaiknya tidak diresepkan untukwaktu
lebih dari 2 minggu karena toleransi dan dapat terjadi putus obat.
Hipersomnia Primer
Didiagnosis jika tidak ada penyebab lain yang ditemukan untuk somnolen
berlebihan yang terjadi dalam waktu sedikitnya 1 bulan. Beberaa orang merupakan
penidur panjang yang, seperti pnidur pendek, menunjukkan variasi normal. Meskipun
panjang, struktur dan fisiologi tidur mereka normal. Efisiensi tidur dan jadwal tidur
bangun normal. Pasien ini tidak mengeluhkan kualitas tidur, rasa mengantuk di siang
hari, atau kesulitan dengan mood saat bangun, motivasi, dan kerja.
Beberapa orang memiliki keluhan subjektid berupa rasa kantuk tetapi tanpa
temuan objektid. Mereka tidak memiliki kecenderungan jatuh tertidur lebih sering
daripada normal dan tidak memiliki tanda objekif. Menurut DSM-IV-TR, gangguan
17
ini harus diberi kode sebagai berulang jika pasien memiliki periode rasa mengantuk
berlebihan yang berlangsung selama 3 hari dan terjadi beberapa kali dalam satu tahun
selama sedikitnya 2 tahun.
Terapi
Terutama terdiri atas obat stmulan, seperti amfetamin, yang diberikan di pagi
atau sore hari. Obat antidepresan nonsedasi seperti buproprion dan stimulant baru
seperti modafonil juga mungkin berguna pada beberapa pasien.
Narkolepsi
Terdiri atas rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari serta manifestasi
abnormal tidur rapid eye movement (REM) yang terjadi setiap hari selama sedikitnya
3 bulan. Serangan tidur ini khasnya terjadi dua sampai enam kali sehari dan
berlangsung 10 hingga 20 menit. Serangan ini dapat terjadi pada saat yang tidak tepat
sepeeti saat makan, berbicara, menyetir dan saat berhubungan seksual. Tidur REM
18
mencakup halusinasi hipnagogik dam hipnopompik, katapleksi dan paralisis tidur.
Adanya tidur REM dalam 10 menit sejak onset tidur (periode REM) juga dianggap
bukti narkolepsi. Gangguan ini dapat berbahaya karena dapat menyebabkan
kecelakaan mobil dan industri.
Gangguan ini terdapat pada 0,12 sampai 0,16 persen orang dewasa dan
menujukkan sejumlah insiden familial. Narkolepsi dapat terjadi pada usia berapapun,
tetapi paling sering dimulai pada masa remaja atau dewasa muda, umuumnya
sebelum usia 30 tahun. Gangguan ini dapat berkembang dengan lambat atau
mencapai keadaan datar yang dipertahankan sepanjang hidup.
Yang sering dikaitkan dengan masalah ini ada katapleksi , yaitu hilangnya tonus otot
dengan tiba-tiba, seperti rahang, terkulai jatuhnya kepala, terkulai kelemahan lutut,
atau paralisis semua otot rangka disertai kolaps. Pasien sering tetap terjaga selama
episode kataleptik singkat; episode yang panjang biasanya menyatu dengan tidur dan
menunjukkan tanda elektroensefalografik (EEG) tidur REM.
Gejala lain mencakup halusinasi hipnagogik dan hipnopompik; pengalaman
persepsi yang jelas, baik auditorik maupun visual, terjadi saat onset tiduratau saat
bangun. Pasien sering ketakutan sesaat, tetapi dalam satu atau dua menit mereka
kembali ke kerangka pikiran yang benar-benar normal dan sadar bahwa sebenarnya
tidak ada apa-apa.
Gejala lain yang tidak lazim adalah paralisis tidur , paling sering terjadi saat
bangun di pagi hari; selama episode ini, pasien tampak bangun da sadar tetapi tidak
mampu meggerakka ototnya. Jika berlangsung lebih dari beberapa detik, seperti yang
sering terjadi pada narkolepsi, gejala ini dapat menjadi sangat tidak nyaman. (Episode
singkat paralisis tidur tersendiri terjadi pada banyak orang nonarkoleptik). Pasien
dengan narkolepsi melaporkan dapat jatuh tertidur denga segera di malam hari tetap
sering terbangun.
Suatu uji latensi tidur multipole siang hari menunjukkan onset tidur yang cepa
dan biasanya satu atau lebih periode REM onset tidur. Suatu jenis antigen leukosit
manusia yang disebut HLA-DR2 ditemukan 90 hingga 100 persen pasien dengan
narkolepsidan hanya10 hingga 35 persen pada orang yang tidak mengalami
19
narkolepsi. Studi lain menyebutkan bahwa pasien narkolepsi mempunyai kekurangan
neurotransmitter hipokretin, yang merangsang nafsu makan dan kesiagaan Studi lain
mengemukakan bahwa neuron hipokretin (sel Hrct) pada otak orang dengan
narkolepsi 85 hingga 95 persen lebih sedikit daripada orang nonnarkolepsi.
A. Serangan tidur yang menyegarkan dan tidak dapat ditahan yang terjadi setiap
hari selama sdikitnya 3 bulan.
B. Adanya satu atau kedua hal berikut :
1) Katapleksi (yi., episode singkat hilangnya tonus otot bilateral tiba-tiba,
paling sering berkaitan dengan emosi yang intens)
2) Gangguan unsur tidur rapid eye movement (REM) berulang ke dalam
transisi antara tidur dan bangun, sepertu yang ditunjukkan dengan
halusinasi hipnagogik atau hipnopompik atau paralisis tidur di awal atau
akhir episode tidur
C. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cyh.,
peyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum
Terapi
Tidak ada penyembuhan untuk narkolepsi, tetapi pengelolaan gejala mungkin
dilakukan. Suatu regimen untuk memaksa tidurr siang pada waktu yang teratur
kadang0kadang dapat membantu pasien dengan narkolepsi, dan pada beberapa kasus,
regimen itu sendiri, tanpa obat, hamper dapat menyembuhkan pasien.Jika obat
dibutuhkan, stimulant adalah obat yang paling lazin digunakan.
Modafinil (Provigil) suatu antagonis reseptor alfa1 adrenergik telah disetujui
U.S Food Drug Administration untuk mengurangi jumlah serangan tidur dan
meningkatkan kinerja psikomotor pada narkolepsi.
20
yang dapat menimbulkan hypersomnia adalah apnea tidur dan hipoventilasi alveolar
sentral. Kedua gangguan juga dapat menyebabkan insomnia tetapi lebih sering
menyebabkan hypersomnia.
21
tidur ostrutif yang berat, pasien dapat mengalami sebanyak 300 episde apnea,
masing-masing diikuti denan terbangun. Dengan demikian, hamper tidak ada tidur
normal terjadi, meskipun pasien telah berada di atas tempat tidur dan sering
menganggap bahwa mereka telah tidur sepanjang malam.
Apnea tidur menjadi keadaaan yang berbahaya. Keadaan ini dianggap
menyebabkan sejumlah kematian yang tidak dapat dijelaskan serta kematian tiba-tiba
pada bayi dan anak-anak. Keadaan ini juga mungkin menyebabkan banyak kematia
paru dan jantung pada orang dewasa dan orang yang berusia lebih tua. Episode apnea
tidur dapat menimbulkan perubaha kardiovaskular termasuk aritmia dan perubahan
tekanan darah sementara utuk setiap episode apnea. Apnea tidur dapat berlangsung
lama menyebabkan peningkatan tekanan darah pulmonary dan juga akhirnya
peningkatan tekanan darah sistemik, perubahan kardiovaskular di dalam apnea tidur
dapat menyebabkan sejumlah besar kasus yang diagnosisnya adalah hipertensi
esensial.
Survey terkini pada pasien dengan rasa mengantuk di siang hari yang
gangguannya cukup serius bagi mereka untuk dievaluasi secara poligrafik di sentra
gangguantidur, 42 persen ditemukan menderita karena salah satu varian apnea tidur.
Diagnosis tentatif apnea tidr dapat dibuat bahkan tanpa perekaman
polisomnografik. Gambaran yang paling khas adalah laki-laki berusia pertengahan
atau tua yang melaporkan kelelahan dan ketidakmampuan untuk tetap terjaga di siang
hari, kadang-kadang dikaitkan degan depresi, perubahan mood, dan serangan tidur di
siang hari. Mereka mungkin mengeluhkan adanya hal-hal yan tidak biasa saaat tidur,
tetapi bisa juga tidak. Ketika anamnesis diperoleh dari pasanganatau teman tidur,
mereka melaporkan adanya mengorok yang keras, intermitten disertai megap-megap
pada saat tertentu. Orang yang mengamatinya kadang-kadang menginat periode
apnea saat pasien tampak mencoba bernapas tetapi tidak bisa. Pasien seperti itu
hamper pasti memiliki apnea tidur obsturktif. Dengan apnea sentral atau campuran,
keluhannya adalah bangun berulang dimalam hari, disertai sakit kepala di pagi hari
dan perubahan mood, tetapi tanpa kesulitan jatuh tertidur. Pada saat onset, pasien
dapat sama sekali tidak memiliki keluhan, meskipun pasangan tidur atau teman
22
sekamar melaporkan adanya mengorok dan tidur yang gelisah. Pasien obesitas
dengan gagguan ini dikatakan memiliki sindrom pickwickian. Pasien yang dicurigai
memiliki apnea tidur harus menjalani perekaman di laboratorium. Perekaman tidur
sepanjang malam yang lazim meliputi EEG, elektromiogram (EMG),
Elektrokardiogram (EKG), dan berbagai jenis uji pernapasan juga berguna.
Perekaman aliran udara dan upaya pernapasan biasanye pening untuk menegakkan
diagnosis. Keparahan episode apnea ditentukan dengan menggunakan oksimetri
untuk menukur saturasi oksigen sepanjang malam. Pengamatan EKG 24 jam kadang-
kadang berguna untuk mengamati perubahan jantung.
23
Gangguan Tidur Irama Sirkadian
Mencakup suatu kisaran luas keadaan yang melibatkan ketidaksejajaran antara
periode tidur yang sebenarnya dengan periode tidur yang diinginkan, DSM IV-TR
mendaftarkanempat jenis gangguan tidur irama sirkadian : tipe fase tidur tertunda,
tipe jet lag, tipe kerja bergiliran, dan tidak tergolongkan.
A. Pola gangguan tidur berulang atau menetap yang menyebabkan rasa kantuk
yang berlebihan atau insomnia akibat ketidaksesuaian antara jadwal tidur-
bangun yag dibutuhkan oleh lingkugan seseorang dan poa tidur-bangun
sirkadiannya.
B. Gangguan tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau
24
hendaya fungsi social, pekerjaan, atau area fungsi penting lain.
C. Gangguan inni tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan tidur lain atau
gangguan jiwa lain.
D. Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat
(cth.,penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis uumum.
Tentukan tipenya:
Tipe fase tidur tertunda (delayed) : pola onset tidur dan waktu bangun tertunda
yang menetap, degan ketidakmampuan untuk jatuh tertidur dan terbangun pada
waktu lebih awal yang diinginkan.
Tipe jet lag : tasa mengantuk dan sadar yang terjad pada saat yang tidak tepat
dibandigkan dengan waktu setempat, terjadi setelah perjalanan berulang melintasi
lebih dari satu zona waktu.
Tipe kerja giliran (shift work) : insomnia selama periode tidur utama tau rasa
mengantuk yang berlebihan selama periode bangun yang utama karena pekerjaan
degan giliran malam atau sering berubahnya jadwal bergiliran
Tipe tidak tergolongkan
Tipe Jet-Lag
Bergantung pada lama perjalanan dari Timur-ke-Barat dan sensitivitas
individu, tipe jet lag biasanya hilang spontan dalam 2 hingga 7 hari; tidak ada terapi
spesifik yang diperlukan. Beberapa orang merasa bahwa mereka dapat mencegah
gejala ini dengan mengubah waktu makan dan waktu tidur dengan arah yang tepat
sebelum bepergian. Orang lain merasakan bahwa gejala jet lag (lelah dan lain lain)
sebenarnya berkaitan dengan kurangnya tidur dan bahwa dengan tidur yang cukup
akan membantu. Melatonin yang dikonsumsi secara oral sesuai waktu yang
diresepkan berguna untuk beberapa orang.
25
Beberapa remaja dan dewasa muda tampak bertahan dengan baik terhadap perubahan
tersebut dan menunjukkan beberapa gejala, tetapi lansia dan orang-orang yang
sensitif terhadap perubahan jelas terpengaruh.
Gejala umumnya memburuk beberapa hari pertama setelah berganti ke jadwal
baru, tetapi pada beberapa orang gangguan pola tidur-bangun berlangsung untuk
waktu yang lama. Pendorongan jam tidur baru dan terapi cahaya dapat membantu
pekerja menyesuaikan diri dengan jadwal baru mereka. Banyak orang tidak pernah
benar-benar beradaptasi dengan jadwal giliran yang tidak biasa karena mereka
mempertahankan perubahan pola hanya 5 hari dalam seminggu dan kembali ke pola
awal populasi pada hari lepas kerja dan saat liburan.
Jadwal kerja giliran adalah area penting yang belum sepenuhnya diteliti,
terutama mengenai pembagian jadwal yang tidak biasa dan berubahnya penggiliran
jadwal yang dialami sebagian, yang besar pekerja saat ini. Sensitivitas seseorang
terhadap pergantian jadwal sangat beragam tetapi tubuh kebanyakan orang biasanya
tidak dapat beradaptasi dengan kerja giliran; dengan demikian, orang-orang ini
sebaiknya tidak bekerja berdasarkan giliran tersebut. Secara temperamental, beberapa
orang disebut “burung hantu” yang suka terjaga di malam hari dan tidur di siang hari,
dan yang lainnya disebut “burung perkutut” yang bangun dan tidur lebih dini.
Masalah khas biasanya terdapat pada dokter dalam masa pendidikan, yang
sering harus bekerja 36 hingga 48 jam tanpa tidur. Keadaan ini berbahaya bagi dokter
maupun pasiennya. Sudah selayaknya pengajar kedokteran mengembangkan lebih
banyak pergiliran bagi dokter dalam masa pendidikan.
Tak Tergolongkan
Sindrom Memajukan Fase Tidur
Sindrom memajukan fase tidur ditandai dengan onset tidur dan waktu bangun yang
lebih awal dari yang diinginkan, jumlah jam setiap hari sebenarnya sama saja, tidak
ada laporan mengenai kesulitan untuk mempertahankan tidur begitu tidur dimulai,
dan ketidakmampuan menunda fase tidur dengan mendorong waktu tidur dan bangun
seperti biasanya. Tidak seperti tipe fase tidur tertunda, keadaan ini tidak mengganggu
26
pekerjaan atau hari-hari sekolah. Keluhan utamanya adalah ketidakmampuan untuk
tetap terjaga di sore hari dan tidur di pagi hari sampai waktu biasa yang diinginkan.
MIOKLONUS NOKTURNAL
Gerakan tungkai berulang ini terjadi setiap 20 hingga 60 detik dengan ekstensi
ibu jari kaki dan fleksi mata kaki, lutut, dan pinggul. Sering bangun, tidur yang tidak
menyegarkan, dan rasa mengantuk di siang hari adalah gejala utama. Tidak ada terapi
untuk mioklonus nokturnal yang secara universal efektif. Terapi yang mungkin
berguna mencakup benzodiazepine, levodopa (Larodopa), quinine, dan pada kasus
yang jarang, opioid.
27
Tabel 21.2-6
Kategori disomnia yang tidak tergolongkan adalah untuk insomnia, hipersomnia, atau
gangguan irama sirkadian yang tidak memenuhi kriteria disomnia spesifik apapun.
Contoh-contohnya mencakup:
1. Keluhan insomnia atau hipersomnia yang secara klinis bermakna dan
disebabkan oleh faktor lingkungan (cth., bising, cahaya, seringnya gangguan)
2. Rasa mengantuk berlebihan yang disebabkan oleh kurang tidur yang terus
menerus
3. “(restless legs syndrome)”
4. Gerakan ekstremitas periodik
5. Situasi saat klinisi telah menyimpulkan disomnia ada tetapi tidak dapat
menentukan apakah primer, akibat keadaan medis umum, atau dicetuskan zat
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association;
copyright 2000, dengan izin
Pada sindrom ini, penderita merasakan sensasi dalam berupa adanya rasa
merayap di dalam betis baik saat duduk atau tidur. Disestesia ini jarang menimbulkan
rasa nyeri tetapi merupakan penderitaan berat dan menyebabkan dorongan yang
hampir tidak dapat ditahan untuk menggerakkan tungkai, sehingga, sindrom ini
mengganggu tidur dan jatuh tertidur. Sindrom ini memuncak pada usia pertengahan
dan terdapat pada 5 persen populasi.
Tidak ada terapi yang telah ditegakkan untuk sindrom ini. Gejalanya dapat
diredakan dengan gerakan dan pemijatan tungkai. Jika diperlukan farmakoterapi,
benzodiazepine, levodopa, quinine, opioid, propranolol (Inderal), valproate
(Depakene) dan carbamazepine (Tegretol) dapat bermanfaat.
28
SINDROM KLEINE-LEVIN
Sindrom Kleine-Levin adalah keadaan yang relatif jarang dan terdiri atas
episode berulang tidur yang lama (pasien dapat dibangunkan) dengan menyelingi
periode tidur normal dan bangun. Selama episode hipersomnia, periode bangun
biasanya ditandai dengan penarikan diri dari kontak sosial dan berusaha kembali ke
tempat tidur secepat mungkin; pasien juga dapat menunjukkan apati, iritabilitas,
kebingungan, makan dengan rakus, kehilangan inhibisi seksual, waham, halusinasi,
disorientasi yang jelas, hendaya daya ingat, pembicaraan inkoheren, eksitasi atau
depresi, dan sikap galak. Demam yang tidak dapat dijelaskan terjadi pada sejumlah
kecil pasien.
Sindrom Kleine-Levin jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus dengan ciri yang
mengesankan diagnosis ini telah dilaporkan. Pada sebagian besar kasus, beberapa
periode hipersomnia, masing-masing berlangsung selama satu atau beberapa minggu,
dialami oleh pasien selama satu tahun. Dengan beberapa pengecualian, serangan
pertama terjadi antara usia 10 dan 21 tahun. Telah dilaporkan kejadian yang jarang
dengan onset pada dekade keempat dan kelima kehidupan. Sindrom ini tampak
hampir selalu sembuh sendiri, dan remisi penuh terjadi spontan sebelum usia 40
tahun pada kasus dengan onset dini.
29
GANGGUAN TIDUR SAAT HAMIL
Gangguan tidur lazim terjadi pada perempuan yang sedang hamil. Terdapat beberapa
faktor hormonal yang turut berperan di dalam gangguan ini, termasuk perubahan
kadar estrogen, progesteron, kortisol dan melatonin dari kadar dasarnya. Di samping
itu, perubahan fisiologi pernapasan maternal, perawakan tubuh, dan pada trimester
ketiga, gerakan janin semuanya dapat berperan mengurangi kuantitas dan kualitas
tidur.
Tidur yang tidak cukup didefinisikan sebagai keluhan yang sungguh-sungguh akan
adanya rasa mengantuk di siang hari disertai gejala terbangun pada seseorang yang
terus-menerus gagal memperoleh tidur setiap hari yang cukup untuk menyokong
keadaan terjaga yang penuh siaga. Orang ini secara volunter dan kronis, tetapi tidak
menyadari, bahwa dirinya mengalami kurang tidur. Diagnosis biasanya dapat
ditegakkan berdasarkan anamnesis, termasuk kenyenyakan tidur. Beberapa orang,
terutama pelajar dan pekerja giliran, yang ingin tetap beraktivitas di siang hari dan
melakukan pekerjaan malam hari mereka, dapat benar-benar membuat mereka kurang
tidur sehingga menimbulkan somnolen pada waktu yang seharusnya terjaga.
SLEEP DRUNKENNESS
Keadaan ini merupakan bentuk abnormal bangun berupa tidak adanya kesadaran
jernih pada transisi dari tidur menjadi benar-benar bangun, yang berlebihan dan lama.
Keadaan bingung berkembang dan sering mrnimbulkan ketidaknyamanan individu
atau sosial serta kadang-kadang menyebabkan tindakan kriminal. Yang penting pada
diagnosis ini adalah tidak adanya kurang tidur. Kondisi ini jarang terjadi, dan
mungkin terdapat kecenderungan familial. Sebelum menegakkan diagnosis, klinisi
harus memeriksa tidur pasien dan menyingkirkan keadaan seperti apnea, mioklonus
nokturnal, narkolepsi dan penggunaan alkohol serta zat lain secara berlebihan.
30
Tabel 21.2-7
A. Bangun berulang dari periode tidur utama atau tidur siang, dengan ingatan
yang rinci mengenai mimpi yang lama dan sangat menakutkan, biasanya
melibatkan ancaman terhadap kelangsungan hidup, keamanan atau harga diri.
Bangun biasanya terjadi selama paruh kedua periode tidur.
B. Saat bangun dari mimpi yang menakutkan, orang tersebut dengan cepat
memiliki orientasi dan kesiagaan (berlawanan dengan kebingungan dan
disorientasi yang ditemukan pada teror tidur dan beberapa bentuk epilepsi)
C. Pengalaman mimpi atau gangguan terjadi akibat bangun, menyebabkan
penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan
atau area fungsi penting lain
D. Mimpi buruk tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain (cth.,
delirium, gangguan stres pascatrauma) dan tidak disebabkan efek fisiologis
langsung suatu zat (cth., penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis
umum
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association;
copyright 2000, dengan izin.
PARASOMNIA
Mimpi buruk adalah mimpi yang lama dan menakutkan yang membuat orang
terbangun dengan rasa ketakutan (Tabel 21.2-7). Seperti mimpi lain, mimpi buruk
hampir selalu terjadi selama tidur REM dan biasanya setelah periode REM yang
panjang di akhir malam. Beberapa orang sering mengalami mimpi buruk sebagai
keadaan yang berlangsung seumur hidup; yang lainnya mengalami mimpi buruk
terutama saat stres dan sakit. Kira-kira 50 persen populasi dewasa mungkin
31
melaporkan mimpi buruk sewaktu-waktu. Biasanya tidak ada terapi spesifik yang
diperlukan untuk gangguan mimpi buruk. Agen yang menekan tidur REM, seperti
obat trisiklik, dapat mengurangi frekuensi mimpi buruk, dan benzodiazepine juga
telah digunakan. Berlawanan dengan keyakinan popular, tidak ada akibat yang
membahayakan dan membangunkan orang yang sedang mengalami mimpi buruk.
Gangguan teror tidur adalah terbangun pada sepertiga awal malam selama tidur
non-REM (NREM) yang dalam (tahap 3 dan 4). Gangguan ini hampir selalu diawali
dengan jeritan atau tangisan pilu dan disertai manifestasi perilaku ansietas hebat yang
hampir mendekati panik (Tabel 21.2-8).
32
Tabel 21.2-8
A. Episode berulang bangun tidur secara tiba-tiba, biasanya terjadi pada sepertiga
pertama episode tidur utama dari dimulai dengan teriakan panik
B. Rasa takut yang hebat serta tanda adanya bangkitan otonom, seperti
takikardia, pernapasan cepat, dan berkeringat selama episode ini
C. Relatif tidak responsif terhadap upaya orang lain untuk menenangkan pasien
selama episode ini
D. Tidak ingat mimpi dengan rinci dan terdapat amnesia untuk episode ini
E. Episode ini menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau
hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
F. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth.,
penyalahgunaan obat, suatu obat) atau keadaan medis umum
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association;
copyright 2000, dengan izin
Meskipun terkait erat dengan berjalan sambil tidur dan kadang-kadang terkait
enuresis, teror malam berbeda dengan mimpi buruk. Teror malam hanya disebabkan
bangun dalam keadaan terteror. Pasien umumnya tidak dapat mengingat mimpi tetapi
kadang-kadang dapat mengingat kembali satu gambaran yang menakutkan.
33
Gangguan Berjalan Sambil Tidur
Gangguan ini, yang juga dikenal sebagai somnambulisme, terdiri atas rangkaian
perilaku kompleks yang diawali pada sepertiga pertama malam selama tidur NREM
yang dalam (tahap 3 dan 4) dan sering, meskipun tidak selalu, dilanjutkan – tanpa
kesadaran penuh atau ingatan mengenai episode tersebut – untuk meningalkan tempat
tidur dan berjalan berkeliling (Tabel 21.2-9).
Somnambulisme adalah suatu keadaan perubahan dari kesadaran, dimana
fenomena tidur dan bangun bercampur pada saat sama2.
Pasien duduk dan kadang-kadang melakukan tindakan motorik pervasif seperti
berjalan, berpakaian, pergi ke kamar mandi, berbicara, berteriak dan bahkan
menyetir. Perilaku ini kadang-kadang berakhir dengan terbangun disertai beberapa
menit kebingungan; lebih sering lagi, mereka kembali tidur tanpa mengingat
peristiwa berjalan sambil tidur ini. Bangun yang diinduksikan dari tidur tahap 4
kadang-kadang dapat menimbulkan keadaan ini. Contohnya, pada anak, terutama
yang memiliki riwayat berjalan sambil tidur, suatu serangan kadang-kadang dapat
dicetuskan dengan membuat mereka berdiri sehingga menghasilkan pembangunan
parsial selama tidur tahap 4.
Tabel 21.2-9
A. Episode berulang bangkit dari tempat tidur saat sedang tidur dan berjalan
berkeliling, bisanya terjadi pada sepertiga pertama episode tidur utama
B. Selama berjalan didalam tidur, orang tersebut memiliki wajah yang kosong,
dan menetap, relatif tidak responsif terhadap upaya orang lain untuk berbicara
dengan mereka dan sangat sulit untuk dibangunkan
C. Saat bangun (baik dari episode berjalan didalam tidur maupun pada keesokan
harinya) orang ini akan mengalami amnesia tentang episode tersebut
34
D. Dalam beberapa menit setelah bangun dari episode berjalan diidalam tidur,
tidak ada aktifitas atau perilaku mental yang terganggu (meskipun pada
awalnya bisa terdapat episode singkat bingung dan disorientasi)
E. Berjalan didalam tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna
atau hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
F. Gangguan ini tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh:
penyalahgunaan zat, atau obat) atau keadaan medis umum
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association;
copyright 2000, dengan izin
Berjalan sambil tidur biasanya dimulai antara usia 4 dan 8 tahun. Prevalensi
puncaknya kira-kira pada usia 12 tahun. Gangguan ini lebih lazim pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan, dan kira-kira 15 persen anak kadang-kadang
mengalami episode ini. Gangguan ini cenderung menurun di dalam keluarga.
Kelainan neurologis ringan mungkin mendasari keadaan ini; episode ini sebaiknya
tidak murni dianggap psikogenik, meskipun periode yang menyebabkan stres
dikaitkan dengan peningkatan episode berjalan di dalam tidur pada orang yang
mengalami. Kelelahan berat atau kurang tidur sebelumnya memperburuk serangan.
Gangguan ini kadang-kadang berbahaya karena mungkin terjadi cedera kecelakaan.
Terapi terdiri atas upaya mencegah cedera dan obat yang menekan tidur tahap 3 dan
4. Pelaku berjalan sambil tidur ini dapat dibangunkan selama episode tanpa ada
pengaruh buruk.
Tabel 21.2-10
35
episode ini cenderung terjadi di akhir malam dan disertai dengan daya ingat
yang jelas terhadap mimpi
2. Paralisis tidur; ketidakmampuan melakukan gerakan volunter selama transisi
antara keadaan terjaga dan tidur. Episode ini dapat terjadi saat onset tidur
(hipnagogik) atau saat bangun (hipnopompik). Episode ini biasanya disertai
ansietas berat, dan pada beberapa kasus, rasa takut akan kematian yang
mengancam. Paralisis tidur terjadi lebih lazim sebagai gejala tambahan dari
narkolepsi dan pada kasus-kasus tersebut, sebaiknya tidak diberi kode terpisah
3. Situasi ketika klinisi telah menyimpulkan adanya parasomnia tetapi tidak
dapat menentukan apakah hal ini merupakan kelainan primer, akibat kelainan
klinis, atau dicetuskan oleh zat
BRUKSISME TERKAIT-TIDUR
Bruksisme, atau menggertakkan gigi, dapat terjadi saat bangun maupun saat
tidur dan masing-masing memiliki faktor penyebab yang berbeda3. Pada bruksisme
terkait-tidur, hal ini terjadi sepanjang malam, paling menonjol pada tahap 2. Menurut
dokter gigi, 5 hingga 10 persen populasi mengalami bruksisme yang cukup berat
untuk menimbulkan kerusakan yang jelas pada gigi. Keadaan ini sering tidak
diperhatikan oleh yang mengalami, kecuali rasa sakit di rahang pada pagi hari, tetapi
teman tidur atau teman sekamar terus-menerus terbangun akibat bunyi tersebut.
Terapi mencakup prosedur pemasangan dental bite plate dan ortodentik korektif.
Gangguan perilaku tidur REM adalah keadaan kronis dan progresif yang
terutama ditemukan pada laki-laki. Gangguan ini ditandai dengan hilangnya atonia
36
saat tidur REM dilanjutkan munculnya perilaku kekerasan dan kompleks. Intinya,
pasien dengan gangguan ini melakukan apa yang ada di mimpinya. Cedera berat pada
pasien atau teman tidur adalah risiko utama. Timbulnya perburukan gangguan
dilaporkan pada pasien dengan narkolepsi yang telah diterapi dengan psikostimulan
dan obat trisiklik dan pada pasien dengan depresi dan gangguan obsesif-kompulsif
yang telah diterapi dengan fluoxetine (Prozac). Gangguan perilaku tidur REM
diterapi dengan clonazepam (Klonopin), 0.5 sampai 2.0 mg per hari. Carbamazepine,
100 mg tiga kali sehari, juga efektif untuk mengendalikan gangguan ini.
Berbicara sambil tidur lazim pada anak dan dewasa. Gangguan ini telah
dipelajari secara luas di laboratorium tidur dan ternyata terjadi pada semua tahap
tidur. Isi pembicaraan biasanya meliputi beberapa kata yang sulit dibedakan. Episode
berbicara yang lama berisikan mengenai kehidupan dan kekhawatiran orang yang
mengalaminya, tetapi orang ini tidak mengaitkan mimpi mereka selama tidur dan
juga tidak sering mengungkapkan rahasia tersembunyi. Episode berbicara sambil
tidur kadang-kadang menyertai teror malam dan berjalan sambil tidur. Berbicara
sambil tidur saja tidak memerlukan terapi.
37
PARALISIS TIDUR
Insomnia yang terjadi selama sedikitnya 1 bulan dan jelas disebabkan gejala
perilaku dan psikologis gangguan jiwa yang dikenal baik secara klinis, digolongkan
disini (Tabel 21.2-11). Kategori ini mencakup suatu kelompok keadaan yang
heterogen. Masalah tidur biasanya, tetapi tidak selalu, merupakan kesulitan untuk
jatuh tertidur dan akibat ansietas yang merupakan bagian dari berbagai gangguan jiwa
yang masuk dalam daftar. Insomnia lebih lazim pada perempuan daripada laki-laki.
Pada kasus yang sangat jelas, yang ansietasnya memiliki akar psikologis, terapi
psikiatrik ansietas (cth., psikoterapi individual, psikoterapi kelompok, atau terapi
keluarga) sering meredakan insomnia.
Insomnia yang terkait dengan gangguan depresif berat melibatkan onset tidur
yang relatif normal tetapi disertai bangun berulang pada paruh kedua malam dan
bangun sangat dini di pagi hari, biasanya dengan mood yang tidak nyaman di pagi
hari (pagi hari merupakan waktu terburuk pada sebagian besar pasien gangguan
depresif berat). Polisomnografi menunjukkan berkurangnya tidur tahap 3 dan 4,
sering disertai latensi REM singkat, dan periode REM pertama yang lama.
Penggunaan pengurangan tidur parsial atau total dapat mempercepat respons terhadap
obat anti-depresan.
38
Tabel 21.2-11
Hipersomnia yang terjadi untuk selama sedikitnya 1 bulan dan terkait dengan
gangguan jiwa ditemukan di dalam berbagai keadaan, termasuk gangguan mood.
Rasa mengantuk di siang hari yang berlebihan mungkin dilaporkan pada tahap awal
banyak gangguan depresif ringan dan secara khas pada fase depresi gangguan bipolar
I. Untuk waktu yang singkat, hipersomnia kadang-kadang disebabkan berkabung
tanpa penyulit. Gangguan jiwa lain – seperti gangguan kepribadian, gangguan
disosiatif, gangguan somatoform, fugue disosiatif, dan gangguan amnestik – dapat
39
menyebabkan hipersomnia (Tabel 21.2-12). Terapi gangguan primer tersebut harus
memberikan perbaikan pada hipersomnia.
Tabel 21.2-12
40
Gangguan Tidur akibat Keadaan Medis Umum
Tabel 21.2-13
41
Tipe hipersomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah hipersomnia.
Tipe parasomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah parasomnia.
Tipe campuran: jika terdapat lebih dari satu gangguan tidur dan tidak ada
yang dominan.
Catatan kode: masukkan nama keadaan medis umum pada aksis i. Cth: gangguan
medis akibat penyakit paru obstruktif tipe insomnia; juga beri kode keadaan medis
umum pada aksis III
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association;
copyright 2000, dengan izin
Hubungan antara tidur dan epilepsi cukup rumit. Gangguan tidur, apnea tidur
khususnya, dapat memperburuk bangkitan. Bangkitan, pada gilirannya, dapat
mengganggu struktur tidur, terutama REM. Ketika bangkitan hampir selalu terjadi
saat tidur, keadaan ini disebut epilepsi tidur.
Sakit kepala cluster terkait tidur adalah sakit kepala unilateral berat yang sering
timbul saat tidur dan ditandai dengan pola serangan on-off. Hemikrania paroksismal
kronik adalah sakit kepala unilateral sejenis yang terjadi setiap hari dengan onset
yang lebih sering tetapi hanya berlangsung singkat dan tanpa distribusi tidur yang
lebih besar. Kedua tipe sakit kepala vaskular tersebut merupakan contoh keadaan
yang diperberat oleh tidur dan muncul sehubungan dengan periode tidur REM;
hemikrania paroksismal sebenarnya adalah tidur REM yang terkunci.
Sindrom menelan abnormal merupakan suatu keadaan saat tidur dengan penelanan
yang tidak adekuat sehingga mengakibatkan aspirasi saliva, batuk, dan tersedak.
Sindrom ini disertai dengan terbangun yang singkat dan silih berganti.
42
Asma Terkait Tidur
Asma yang diperberat oleh tidur pada beberapa orang dapat menimbulkan gangguan
tidur yang signifikan.
Gejala kardiovaskular terkait tidur berasal dari gangguan irama jantung, inkompetensi
miokardial, insufisiensi arteria koronaria dan variabilitas tekanan darah, yang dapat
dicetuskan atau diperberat oleh fisiologi kardiovaskular yang diubah oleh tidur atau
yang dimodifikasi oleh keadaan tidur.
43
Somnolen yang berkaitan dengan dengan toleransi atau putus zat akibat
stimulan sistem saraf pusat lazim terjadi pada orang-orang dengan putus zat
amfetamin, kokain, kafein dan zat terkait. Somnolen dapat dikaitkan dengan depresi
berat, yang kadang-kadang mencapai proporsi bunuh diri. Penggunaan depresan SSP
yang berlangsung lama, seperti alkohol, dapat menyebabkan somnolen. Penggunaan
alkohol berat di sore hari menimbulkan rasa mengantuk dan kesulitan bangun
keesokan harinya. Reaksi ini dapat memberikan masalah diagnostik ketika pasien
tidak mengakui penyalahgunaan alkohol.
44
Untuk alasan yang tidak selalu jelas, beragam obat kadang-kadang
menimbulkan masalah tidur sebagai efek samping. Obat ini mencakup antimetabolit
dan agen kemoterapeutik kanker lain, sediaan tiroid, agen antikonvulsan, obat
antidepresan, obat mirip hormon adrenokortikotropik (ACTH), kontrasepsi oral, α-
metildopa, dan antagonis reseptor β-adrenergik.
Agen lain tidak menimbulkan gangguan tidur saat digunakan, tetapi memiliki
efek ini setelah putus zat. Hampir setiap obat dengan agen sedasi atau tranquilizer,
termasuk saat ini benzodiazepine, phenothiazine, obat trisiklik sedasi, dan berbagai
narkotika, termasuk marijuana dan opioid, dapat memiliki efek ini.
Tabel 21.2-14
45
B. Terdapat bukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
baik (1) atau (2):
1) Gejala pada kriteria a terjadi selama, atau dalam sebulan sejak,
intoksikasi atau putus zat.
2) Penggunaan obat secara etiologis terkait dengan gangguan tidur
C. Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan tidur yang bukan
dicetuskan zat. Bukti bahwa gejala sebaiknya disebabkan oleh gangguan tidur
yang bukan dicetuskan zat dapat mencakup hal berikut: gejala mendahului
onset penggunaan zat (atau penggunaan obat), gejala berlangsung untuk suatu
periode waktu tertentu (cth: sekitar satu bulan) setelah penghentian dari putus
zat akut atau intoksikasi berat atau sangat berlebihan jika mengingat jenis atau
jumlah zat yang digunakan. Atau durasi penggunaannya; atau terdapat bukti
lain yang mengesankan adanya gangguan tidur yang dicetuskan oleh bukan
zat tersendiri (cth: riwayat episode yang terkait dengan bukan zat)
D. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan delirium
E. Gangguan tidur menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau
hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
Catatan: diagnosis harus ditegakkan selain diagnosis intoksikasi atau putus zat
hanya jika gejala tidur berlebihan dengan gejala yang biasanya dikaitkan dengan
sindrom intoksikasi atau putus zat dan jika gejala cukup berat sehingga
membutuhkan perhatian klinis tersendiri.
Kode gangguan tidur yang dicetuskan oleh zat-(sebutkan zatnya)
Alkohol, amfetamin, kafein, kokain, opioid, sedatif, hipnotik, atau ansiolitik,
zat lainnya (atau tidak diketahui)
Tentukan tipenya:
Tipe insomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah insomnia.
Tipe hipersomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah hipersomnia.
Tipe parasomnia: jika gangguan tidur yang dominan adalah parasomnia.
46
Tipe campuran: jika terdapat lebih dari satu gangguan tidur dan tidak ada
yang dominan.
Tentukan jika:
Dengan onset saat intoksikasi: jika kriteria terpenuhi untuk intoksikasi dengan
zat dan gejala timbul selama sindrom intoksikasi.
Dengan onset saat putus zat: jika kriteria terpenuhi untuk intoksikasi untuk
putus zat dan gejala timbul selama, atau segera setelah sindrom putus zat
Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder. 4th ed. Text rev. Washington, DC. American Psychiatric Association;
copyright 2000, dengan izin.
47
DAFTAR PUSTAKA
48