Anda di halaman 1dari 8

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 1

Artikel Penelitian

Gambaran Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum pada Pasien


yang Dirawat di Perinatologi RSUP Dr. M. Djamil Padang
Periode 2015-2016
Nadhira Daniswara1, Afdal2, Gusti Revilla3

Abstrak
Asfiksia neonatorum merupakan kondisi kritis dimana terjadi gangguan akut pada pertukaran gas antara ibu
dan fetus yang menyebabkan terjadinya hipoksia dan asidosis fetus serta diikuti penurunan pernapasan, sirkulasi, dan
sistem persarafan. Asfiksia neonatorum menempati penyebab kematian neonatus urutan ke-3 di dunia setelah infeksi
dan prematuritas. Terdapat berbagai faktor risiko asfiksia neonatorum, seperti faktor risiko ibu, plasenta dan tali pusat,
dan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui gambaran faktor risiko bayi yang dirawat di Perinatologi
RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2015-2016.Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif retrospektif dengan
desain penelitian crossectional dengan menggunakan data sekunder, yaitu rekam medik pasien asfiksia neonatorum
yang dirawat di Perinatologi RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2015-2016. Pengambilan sampel menggunakan
teknik consecutive sampling. Analisis data menggunakan analisis statistik univariat.Hasil analisis univariat didapatkan
79 pasien asfiksia neonatorum. Jumlah pasien yang didapatkan periode 2015 sebanyak 13 orang dan periode 2016
sebanyak 66 orang. Faktor risiko ibu terbanyak adalah usia ibu 20-35 tahun (65,8%), penyakit preeklampsia (41,8%),
jenis persalinan seksio sesaria (74,7%), tenaga ANC bidan (84,5%), dan frekuensi ANC teratur (64,6%). Faktor risiko
plasenta dan tali pusat terbanyak adalah plasenta previa (2,5%) dan 2 orang dengan lilitan tali pusat (2,5%). Faktor
risiko bayi terbanyak adalah usia gestasional kurang bulan (58,2%), berat badan lahir rendah (48,1%) , dan kelainan
kongenital (20,3%).
Kata kunci: Asfiksia neonatorum, faktor risiko, hipoksia

Abstract
Asphyxia neonatorum is a critical condition in which maternal and fetal disturbances cause fetal hypoxia and
acidosis followed by respiration, circulation, and neural system. Asphyxia neonatorum is placed 3 rd most prevalence
cause of neonatal death following infection and prematurity. Many factors precipitate with asphyxia neonatorum, such
as maternal factors, placental and umbilical factors, and infant factors. The aim of this study was to identify risk factors
of asphyxia neonatorum in Perinatology of RSUP Dr. M. Djamil Padang period 2015-2016. A retrospective descriptive
study using cross sectional approach by using medical records of patients in Perinatology of Dr. M. Djamil Padang
General Hospital period 2015-2016. A consecutive sampling technique was used as a method if data collection. Data
was computerized and analyzed using univariate statistical. The study showed 79 patients with asphyxia neonatorum
from which 13 patients had hospitalized in 2015 and 66 patients had hospitalized in 2016. The most mother risk
factors were maternal age 20-35 (65,8%), preeclampsia (41,8%), cesarean section (74,7%), midwife-led antenatal care
(84,5%), and frequently antenatal care (35,4%). The most placental and cord risk factors were placenta previa (2,5%)
and nuchal cord (2,5%). The most infant risk factors were pre-term gestational age (58,2%), low birth weight (48,1%),
and congenital anomaly (20,3%).
Keywords: Asphyxia neonatorum, risk factors, hypoxia

Affiliasi penulis : 1. Profesi Dokter FK UNAND (Fakultas hidup.1 Laporan tersebut membuktikan bahwa
Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. FK UNAND, 3. Bagian
perlunya perhatian untuk menurunkan angka
Anatomi FK UNAND
Korespondensi : Nadhira Daniswara, email: kematian neonatus.
nadhiradaniswara@gmail.com Telp: 081368443345 Perhatian terhadap upaya penurunan angka
kematian neonatus (0-28 hari) menjadi penting
PENDAHULUAN karena kematian neonatus memberi kontribusi
Angka kematian bayi merupakan indikator terhadap 59% kematian bayi. Proporsi terbesar
penting dalam kesehatan dan keberlangsungan hidup disebabkan karena gangguan/kelainan pernafasan,
anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia kemudian dilanjutkan dengan prematuritas dan
melaporkan dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian sepsis.2,3 Diantara gangguan pernapasan neonatus,
Neonatus (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran, kematian neonatus tertinggi disebabkan oleh asfiksia
sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal neonatorum.
(AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi Berbagai survey dan studi mengenai
13/1000 kelahiran hidup, angka kematian anak balita kematian neonatus yang dilakukan oleh Lawn et al
juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran menunjukkan kematian neonatus tertinggi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 2

disebabkan infeksi sebesar 36%, bayi preterm RSI Sultan Hadlirin Jepara (2012) terdapat hubungan
sebesar 28%, dan asfiksia sebesar 23%.4 Laporan yang bermakna antara umur kehamilan dengan
Dinas Kesehatan Kota Padang telah menunjukkan kejadian asfiksia neonatorum (p0,00 CI 0,553).11
penyebab kematian neonatus setiap tahun Pada bayi dengan kelainan kongenital, Penyakit
didominasi oleh asfiksia dan BBLR. Laporan Dinkes Membran Hialin, Hipoplasia Paru, Hernia
Kota Padang tahun 2011 menunjukkan asfiksia Diafragmatika, dan Emfisema Lobaris Kongenital
merupakan penyebab kematian neonatus sebesar karena dapat meningkatkan kemungkinan
13,3 %. Pada tahun 2012 tejadi peningkatan pengembangan paru tidak sempurna sesaat setelah
kematian neonatus oleh karena asfiksia menjadi dilahirkan. Perburukan yang diakibatkan asfiksia
34,8% dan semakin meningkat pada tahun 2013 neonatorum dapat dicegah dengan melakukan
menjadi 37%. Penurunan angka kejadian asfiksia resusitasi neonatus sejak sesaat bayi dilahirkan.
pada kematian neonatus terjadi pada tahun 2014 Apabila tidak dilakukan resusitasi atau resusitasi
menjadi 23,08%. Akan tetapi, kenaikan kejadian tidak adekuat maka bayi dapat mengalami Hypoxic
asfiksia pada kematian neonatus kembali terjadi pada Ischemic Encephalopathy.12
tahun 2015 dengan angka 29%.5 Oleh karena uraian diatas, peneliti sendiri
Berbagai faktor dapat mencetus terjadinya menjadi tertarik untuk melakukan penelitian
asfiksia neonatorum, seperti faktor ibu yang mengenai gambaran faktor risiko asfiksia neonatorum
mengalami eklampsia atau preeklampsia, faktor pada bayi yang dirawat di Perinatologi RSUP Dr. M.
plasenta dan tali pusat, dan faktor bayi (usia Djamil Padang Tahun 2015-2016.
gestasional, berat badan lahir, dan kelainan
kongenital). 6 METODE
Faktor ibu yang meningkatkan risiko asfiksia Jenis penelitian yang digunakan pada
neonatorum adalah usia ibu, hipertensi, penelitian ini adalah deskriptif retrospektif dengan
preeklampsia, eklampsia, diabetes melitus, partus rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan dari
lama, jenis persalinan dan antenatal care (ANC). bulan Agustus 2017 sampai Februari 2018 di Bagian
Terjadinya gangguan transportasi oksigen pada Rekam Medik dan Perinatologi RSUP Dr. M. Djamil
plasenta menyebabkan janin dalam keadaan hipoksia Padang.
dan mempengaruhi masa transisi sesaat setelah Populasi penelitian ini adalah pasien asfiksia
kelahiran. Penurunan pO2 menghambat stimulasi neonatorum di Perinatologi RSUP Dr. M. Djamil
penutupan duktus arteriosus sehingga tekanan Padang periode 1 Januari 2015-31 Desember 2016.
intrapulmonal tidak adekuat untuk terjadinya Sampel penelitian yang dipilih adalah pasien asfiksia
pertukaran oksigen intraalveoli. Aslam et al (2014) neonatorum RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1
mengatakan bahwa preeklampsia dapat Januari 2015-31 Desember 2016 yang memenuhi
meningkatkan risiko asfiksia neonatorum sebesar 0,9 kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi.
kali.7 Ilah (2015) di Nigeria menunjukkan 23,4% bayi Kriteria inklusi pasien asfiksia neonatorum. Kriteria
asfiksia neonatorum disertai kondisi ibu eklampsia.8 eksklusi subjek: pasien asfiksia neonatorum dengan
Menurut Chelmow dan Maghoma dalam Haley et al rekam medis tidak lengkap. Besar sampel dihitung
partus lama sudah terbukti berhubungan dengan skor menggunakan rumus sampel minimal deskriptif
Apgar <7.9 kategorik dan didapatkan besar minimal sampel
Faktor plasenta dan tali pusat juga berperan sebanyak 79 sampel.
pada asfiksia neonatorum. Kelainan plasenta dapat Data diperoleh di Bagian Rekam Medis RSUP
mempengaruhi gangguan aliran oksigen dan nutrisi Dr. M. Djamil Padang. Data dianalisis secara statistik
penting yang dapat menyebabkan kekurangan suplai sesuai dengan variabel yang dinilai menggunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. sistem komputerisasi. Analisis univariat ini dilakukan
Penelitian di India (2012) menemukan bahwa risiko untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase
asfiksia neonatorum meningkat pada bayi dengan tali yaitu meliputi jenis kelamin, derajat asfiksia, tempat
pusat yang panjang lalu kedua berisiko pada tali lahir, penolong persalinan, keadaan keluar rumah
pusat pendek. Tali pusat panjang mendominasi sakit, usia ibu, paritas, penyakit selama kehamilan,
56,6% dari kasus asfiksia neonatorum, sedangkan jenis persalinan, tenaga ANC, frekuensi ANC,
tali pusat pendek berkontribusi sebanyak 43,4%.10 kelainan plasenta, lilitan tali pusat, usia gestasional,
Faktor bayi yang meningkatkan risiko asfiksia berat badan lahir, dan kelainan kongenital pada bayi
neonatorum yaitu berat badan lahir, usia gestasional, dengan asfiksia neonatorum di Perinatologi RSUP
dan kelainan kongenital. Kematian prenatal yang DR. M. Djamil Padang periode Januari 2015 – 31
tinggi disebabkan oleh usia gestasional <37 minggu. Desember 2016 yang disajikan dalam bentuk tabel
Pada persalinan bayi kurang bulan, organ vitalnya distribusi frekuensi.
belum berkembang dengan sempurna sehingga
menyebabkan ia belum mampu untuk hidup diluat
kandungan, dan sering mengalami kegagalan
adaptasi yang dapat menimbulkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi.6 Penelitian yang dilakukan di

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 3

HASIL Dokter 7 8,9


Tabel 1. Karakteristik Subjek Sampel Penelitian Bidan 67 84,8
Karakteristik Subjek N % Tidak melakukan 2 2,5
Jenis Kelamin ANC
Laki-laki 47 59,5 Frekuensi ANC
Perempuan 32 40,5 Teratur 51 64,6
Asfiksia Neonatorum Tidak teratur 28 35,4
Berat 10 12,7
Sedang-Ringan 69 87,3 Tabel 2 menunjukkan faktor ibu yang mendominasi
Tempat lahir pada bayi asfiksia neonatorum di Perinatologi RSUP
RSUP Dr. M. Djamil 55 69,6 Dr. M. Djamil Padang adalah usia ibu terbanyak
Rumah Sakit Lain 14 17,7 dibawah 20-35 tahun sebanyak 52 orang (65,8%),
Rumah Bersalin 10 12,7 terbanyak yaitu multipara sebanyak 55 orang
Penolong Persalinan (69,6%), penyakit kehamilan yang sering terjadi
Dokter 69 87,3 dengan bayi asfiksia neonatorum adalah
Bidan 10 12,7 preeklampsia sebanyak 33 orang (41,8%), jenis
Keadaan keluar rumah persalinan seksio sesaria sebanyak 59 orang
sakit (74,7%), tenaga ANC bidan sebanyak 67 orang
Hidup 58 73,4 (84,8%), dan frekuensi ANC teratur sebanyak 51
Meninggal 21 26,6 orang (64,6%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kelainan Plasenta dan


Tabel 1 menunjukkan pasien asfiksia neonatorum di
Tali Pusat
RSUP Dr. M. Djamil Padang sebagian besar
Faktor Risiko N %
merupakan laki-laki sebanyak 47 orang (59,5%), usia
Kelainan Plasenta
gestasional kurang bulan sebanyak 46 orang
Plasenta previa 2 2,5
(58,2%), berat badan lahir rendah sebanyak 38
Plasenta akreta 1 1,3
(48,1%), paritas ibu multipara sebanyak 55
Solusio plasenta 0 0
(69,6%),derajat asfiksia sedang-ringan sebanyak 69
Tidak ada 76 96,2
orang (87,3%), dilahirkan di RSUP Dr. M. Djamil
Lilitan Tali Pusat
Padang sebanyak 55 orang (69,6%), ditolong
Ada 2 2,5
kelahirannya oleh dokter sebanyak 69 orang
Tidak Ada 77 97,5
(87,3%), dan keluar rumah sakit dengan kondisi
hidup sebanyak 58 orang (73,4%).
Tabel 3 menunjukkan bayi asfiksia neonatorum
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Ibu disertai kelainan plasenta sebanyak 3 orang,
Faktor Risiko Ibu N % plasenta previa yang sebanyak 2 orang (2,5%) dan
Usia ibu plasenta akreta sebanyak 1 orang (1,3%). Terdapat 2
< 20 tahun 4 5,1 orang (2.5%) ditemukan dengan lilitan tali pusat.
20-35 tahun 52 65,8
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Bayi
> 35 tahun 23 29,1
Paritas Faktor Risiko Bayi N %
Primipara 24 30,4 Usia Gestasional
Multipara 55 69,6 Kurang Bulan 46 58,2
Penyakit selama Cukup Bulan 30 38
kehamilan Lebih Bulan 3 3,8
Hipertensi 4 5,1 Berat Badan Lahir
Gestasional Kurang 38 48,1
Preeklampsia 33 41,8 Cukup 33 41,8
Eklampsia 7 8,9 Lebih 8 10,1
Anemia 1 1,3 Kelainan Kongenital
Diabetes Melitus 0 0 Ada 16 20,3
Tidak ada 34 43 Tidak ada 63 79,7
Jenis persalinan
Spontan 17 21,3 Tabel 4 menunjukkan faktor bayi yang terbanyak
Ekstraksi vakum/ 3 3,8 ditemui pada pasien asfiksia neonatorum adalah lahir
forceps dengan usia gestasional kurang bulan sebanyak 46
Seksio sesaria 59 74,7 orang (58,2%), berat badan lahir rendah sebanyak 38
Tenaga ANC orang (48,1%), dan kelainan kongenital sebanyak 16
Dokter spesialis 3 3,8 orang (20,3%).
kandungan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 4

PEMBAHASAN hipoksia, hipoksemia, dan asidosis jangka lama.17


Karakteristik Subjek Penelitian Berbeda dengan Chiabi et al yang mengatakan
Jenis kelamin pasien didominasi oleh laki-laki bahwa kematian bayi akibat asfiksia hanya 6%. Hal
sebanyak 47 orang (59,5%), sedangkan perempuan itu dikarenakan tidak terdapat hubungan signifikan
sebanyak 32 orang (40,5%). Hal sama pada antara kematian dan komplikasi dengan nilai Apgar.18
penelitian di Indonesia dilakukan oleh Zulkarnain et al Faktor Risiko Ibu
menemukan pasien asfiksia neonatorum lebih Usia ibu dengan bayi asfiksia neonatorum
banyak laki-laki (69,2%) dibandingkan perempuan mayoritas berusia 20-35 tahun sebanyak 52 orang.
(37,1%).13 Berbeda pada penelitian Lalusu (2015) Penelitian di Bangladesh (2012) menunjukkan
menunjukkan perbedaan dimana jenis kelamin kelompok usia 26-30 tahun merupakan kelompok
perempuan lebih mendominasi dibandingkan laki- usia ibu tertinggi yang berisiko melahirkan bayi
laki.14 Berbagai penelitian belum dapat menjelaskan asfiksia neonatorum. Peningkatan usia ibu dapat
hubungan jenis kelamin dalam proses kejadian meningkatkan risiko asfiksia neonatorum (OR 1,1-2,0
asfiksia neonatorum.Namun ada beberapa penelitian CI 30-295) berdasarkan sebuah penelitian oleh
menduga terdapat hubungan perbedaan steroid Tabassum et al (2014). Keadaan ini disebabkan oleh
gonad in utero laki-laki dan perempuan sehingga pendidikan ibu, riwayat persalinan, komplikasi
kemampuan fetus laki-laki menghadapi stress lebih kehamilan dan komplikasi intrapartum berkaitan
rendah. 13 dengan peningkatan risiko kematian bayi oleh
Derajat asfiksia neonatorum yang ditemukan asfiksia.16
lebih sering dengan derajat sedang-ringan sebanyak Dari riwayat obstetrik ibu didapatkan kelahiran
69 orang (87,3%) dibandingkan derajat berat bayi dengan asfiksia neonatorum lebih didominasi
sebanyak 10 orang (12,7%). Sama dengan penelitian paritas ibu multipara sebanyak 55 (69,6%) dan
Mohan et al dimana kejadian asfiksia sedang-ringan primipara sebanyak 24 (30,4%) pada Tabel 2.3. Ibu
(56,66%) lebih sering ditemukan daripada asfiksia dengan multipara menurut berbagai studi berisiko
berat (43,33%).15 Asfiksia sedang-ringan terjadi tinggi dengan seksio sesaria, bayi makrosomia,
dalam waktu 30 detik setelah dilahirkan dimana diabetes melitus, dan hipertensi kehamilan. Paritas
terjadi peningkatan periode usaha napas yang dan usia ibu merupakan variabel biologis yang
ditandai apneu dan bradikardi. Asfiksia berat terjadi mempengaruhi masa kesuburan.19 Berbeda dengan
karena telah terjadi apneu sekunder yang diakibatkan peneletian Aslam et al yang menunjukkan bahwa
oleh lamanya periode usaha napas bayi yang cepat primipara memliki hubungan signifikan sebagai faktor
dan keterlambatan pemberian resusitasi sehingga asfiksia neonatorum (p<0,01 OR 2,64 CI 1,56-4,46).7
dapat menyebabkan kematian.12,6 Foumane et al menemukan bahwa primipara
Bayi dengan asfiksia neonatorum juga lebih berisiko 16,8 kali (p 0,0002 OR 16,8 CI 3,3-
sering dilahirkan di RSUP Dr. M. Djamil Padang 8,1)dibanding multipara sebanyak 0,06 kali untuk
dibandingkan di rumah sakit dan bidan. Penanganan mengalami asfiksia neonatorum. Peningkatan risiko
medis kehamilan hingga persalinan di layanan tersier ini dikarenakan ibu dengan primipara berkaitan
sangat dibutuhkan terutama pada ibu dengan dengan lama persalinan lebih dari 30 menit yang
penyakit kehamilan mengingat komplikasi yang secara langsung dapat membuat bayi asfiksia.20
terjadi dapat meningkatkan morbiditas ibu hamil. Penyakit kehamilan yang sering ditemukan
Persalinan yang terjadi di layanan sekunder dan adalah preeklampsia sebanyak 33 orang (41,8).
primer sudah difasilitasi dengan resusitasi, namun Kemudian penyakit kehamilan kedua terbanyak
jika bayi setelah 30 menit tidak ada kemajuan adalah eklampsia sebanyak 7 orang (8,9%).
pernapasan maka rujukan ke fasilitas tersier perlu Hipertensi, preeklampsia, eklampsia, diabetes
dilakukan.4 melitus, dan anemia berat secara teori menyebabkan
Bayi dengan asfiksia neonatorum lebih pertukaran gas terganggu selama kehamilan sampai
banyak ditolong kelahirannya oleh dokter sebanyak setelah persalinan. Kondisi diatas sudah terjadi
69 orang (87,3%) dibandingkan bidan. Persalinan selama kehamilan karena ketidakmampuan
yang dilaksanakan di RSUP Dr.M. Djamil Padang mekanisme adaptasi secara sirkulasi dan non-
sebagian besar merupakan kasus rujukan dari sirkulasi terhadap hipoksemia berat selama
fasilitas kesehatan primer atau sekunder yang sudah kehamilan. Fetus pada umumnya selalu dalam
memiliki risiko tinggi terhadap mortalitas ibu dan bayi. keadaan hipoksemia untuk mencapai Hb tinggi (>11
Hal sama dapat terlihat pada penelitian di Kamerun g/dL). Jika terjadi gangguan aliran darah plasenta-
dan Pakistan yang menunjukkan bahwa persalinan janin kondisi hipoksia janin semakin memburuk dan
yang ditolong dokter lebih banyak dibandingkan menyebabkan keruskan organ janin.6
bidan. 16 Diabetes melitus dapat terjadi karena
Bayi dengan asfiksia neonatorum keluar rumah peningkatan hormone esterogen, progesteron,
sakit dengan kondisi meninggal sebanyak 21 orang. kortisol, dan laktogen plasenta yang disertai dengan
Penelitian di India menjelaskan bahwa risiko peningkatan resistensi insulin. Resistensi insulin
kematian diakibatkan asfiksia neonatorum terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan inflamasi
sebanding dengan jumlah organ yang terlibat akibat yang menstimulasi kode gen protein. Kode gen yang

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 5

dihasilkan dapat meningkatkan sitokin inflamasi meninggal dan tercatat tidak melakukan ANC secara
sehingga mempengaruhi terjadinya gangguan fungsi teratur. Penelitian di India menyatakan ANC yang <3
endotel. Resistensi insulin dapat menyebabkan kali berhubungan dengan kematian bayi yang
peningkatan penggunaan glukosa yang kemudian disebabkan oleh asfiksia neonatorum(p 0,01; OR
dapat meningkatkan jaringan adiposa janin. 3,07; CI 1,28-7,38).24
Gangguan fungsi endotel dan sekresi insulin Faktor Risiko Plasenta dan Tali Pusat
berlebihan berperan dalam terjadinya gangguan Kelainan plasenta yang didapatkan pada
metabolisme bayi sehingga bayi dengan ibu diabetes penelitian yaitu plasenta previa sebanyak 2 orang
melitus sangat sering dalam kondisi makrosomia dan (2,5%) dan plasenta akreta sebanyak 1 orang (1,3%).
kurang bulan. Maturitas paru pada umumnya dapat Terdapat penelitian yang menemukan bahwa 9 dari
dicapai di usia gestasi 38-39 minggu. Keadaan 90 pasien akreta memiliki bayi dengan skor Apgar <7
kurang bulan ini menyebabkan maturitas paru tidak setelah menit kelima. Risiko asfiksia neonatoum juga
tercapai karena bayi dilahirkan di usia gestasi 34-35 meningkat 6,35 kali lipat (p<0,01; OR 6,35; CI 1,35-
minggu.21 30,35).25 Sebuah penelitian menganilisis perinatal
Pada penelitian ini 33 pasien dengan outcome plasenta previa dan meningkatkan risiko
preeklampsia dimana seluruhnya dilahirkan secara asfiksia neonatorum hingga 5,4 kali (p<0,001; CI 4,6-
seksio sesaria, 24 orang dengan BBLR, dan 29 orang 6,3). Skor Apgar lebih berhubungan dengan kelainan
dengan usia gestastional kurang bulan. Berbagai kongenital dan usia gestasi kurang bulan
penelitian telah menyatakan bahwa preeklampsia dibandingkan dengan plasenta previa.26 Sebanyak 2
salah satu indikasi persalinan prematur. Keadaan orang (2.5%) ditemukan dengan lilitan tali pusat
hipoksia akibat gangguan invasi trofoblas dengan Penelitian oleh Foumane et al (2013) juga
arteri spiralis menyebababkan terjadinya kelainan menjelaskan bahwa lilitan tali pusat memiliki
plasenta dan transportasi nutrisi ibu-janin. Tindakan hubungan signifikan terhadap asfiksia neonatorum (p
seksio sesaria perlu dilakukan karena dua alasan. 0,009; OR 8,3; CI 0,02-0,6).20 Kehidupan fetus
Pertama, kondisi hipoksia intauterin memerlukan selama operasi dan persalinan, hambatan aliran
persalinan untuk menyelamatkan bayi agar tidak darah plasenta merupakan cara paling sering
terjadi asfiksia yang dapat menyebabkan kematian menyebabkan asfiksia. Peningkatan tekanan tali
bayi. Kedua, perlu pertimbangan bahwa setiap pusat menyebabkan bayi tidak mampu memenuhi
pasien preeklampsia berisiko menjadi pasien kebutuhan pertukaran gas selama periode neonatus.6
eklampsia yang membayakan keselamatan ibu. Faktor Risiko Bayi
Persalinan preterm secara tidak langsung melahirkan Bayi asfiksia neonatorum terbanyak lahir dengan
bayi dengan berat badan lahir rendah karena usia gestasional kurang bulan sebanyak 46 orang
pertumbuhan seluruh organ intrauterin yang tidak (58,2%). Sebuah penelitian di Bangladesh juga
tercapai baik sampai akhir gestasi.22 menemukan kejadian asfiksia neonatorum
Bayi asfiksia neonatorum dilahirkan secara berhubungan dengan usia gestasional kurang bulan
spontan sebanyak 17 orang (21,3%), ekstraksi (53,7%) dan lebih bulan (43,9%) pada tahun 2013.7
vakum/forceps sebanyak 3 orang (3,8%) dan seksio Penelitian Indah et al (2016) juga membuktikan
sesaria sebanyak 59 orang (74,7%). Sama dengan bahwa usia gestasional kurang bulan lebih berisiko
penelitian Aslam et al yang membuktikan bahwa 0,93 kali lebih tinggi daripada usia gestasional
jenis persalinan seksio sesaria berisiko 2,94 kali lainnya.27 Maturitas bayi mempengaruhi kondisi vital
melahirkan dengan bayi asfiksia neonatorum (p<0,01 pada awal kehidupan. Organ bekerja secara simultan
OR 2,94 CI 1,32-6,54).7 Hasil penelitian untuk memenuhi kebutuhan bayi yang sudah tidak
menunjukkan bahwa kondisi ibu dengan penyakit terhubung plasenta ibu setelah pemotongan tali
selama kehamilan (hipertensi, preeklampsia, anemia, pusat. Gangguan pernapasan akan terjadi terutama
dan diabetes melitus), usia kehamilan berisiko tinggi, pada organ pernapasan dan sirkulasi bayi kurang
dan paritas meningkatkan dilakukannya seksio bulan. Bayi cukup dan lebih bulan dengan kondisi
sesaria. Kejadian seksio sesaria yang tinggi pada hipoksemia yang berat dapat menyebabkan
pasien asfiksia neonatorum pada dasarnya terjadinya asfiksia neonatorum.6,28
dikarenakan tingginya indikasi seksio sesaria. Dapat Bayi dengan asfiksia neonatorum di Perinatologi
disimpulkan jenis persalinan bukanlah penyebab RSUP Dr. M. Djamil Padang memiliki berat badan
utama terjadinya asfiksia. 6, 15 lahir rendah 38 orang (48,1%), berat badan lahir
Tenaga ANC yang paling banyak ditemukan cukup 33 orang (41,8%), dan berat badan lebih 8
adalah bidan sebanyak 67 orang (84,8%) dengan orang (10,1%). Berat badan lahir dapat
frekuensi teratur sebanyak 51 orang (64,6%). ANC menggambarkan risiko asfiksia neonatorum karena
lebih efektif dilakukan bidan pada kehamilan dengan metabolisme bayi intrauterin selalu dalam keadaan
risiko rendah. ANC merupakan pilihan tepat karena non-aerob maka pembentukan keton dan asam laktat
mudah diakses oleh masyarakat.23 Pada penelitian menyebabkan bayi kehilangan cadangan energi.
ini didapatkan bahwa pasien yang melakukan ANC Cadangan energi yang kurang dalam waktu lama
teratur pada kehamilan berisiko sebagian besar akan mempengaruhi perkembangan massa otot yang
melahirkan bayi asfiksia. Terdapat 4 orang bayi berdampak pada berat badan bayi.4,6 Sebuah

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 6

penelitian menunjukkan bahwa berat bayi lahir 7. Aslam HM, Saleem S, Afzal R, Iqbal U, Saleem
rendah berisiko asfiksia sebanyak 4,11 kali lipat SM, Shaikh MWA, et al. Risk factors of birth
(p<0,01; OR 4,11; CI 1,45-11,69).29 asphyxia. Ital J Pediatr. 2014;40(1):1-9.
8. Ilah B, Aminu M, Musa A, Adelakun M, Adeniji A,
Berdasarkan tabel 4.4 ditemukan bayi asfiksia
Kolawole T. Prevalence and risk factors for
neonatorum yang memiliki kelainan kongenital perinatal asphyxia as seen at a specialist hospital
sebanyak 16 orang (20,3%). Pattar et al (2015) in Gusau, Nigeria. Sub-Saharan African J Med.
menemukan bahwa kelainan kongenital terjadi pada 2015; 2(2):64-9.
80,8% pasien asfiksia neonatorum memungkinkan 9. Hanley GE, Munro S, Greyson D, Gross MM,
untuk terjadinya disfungsi multiorgan, terutama pada Hundley V, Spiby H, et al. Diagnosing onset of
organ pernapasan. Kelainan kongenital dan skor labor: A systematic review of definitions in the
research literature. BM Pregnancy Childbirth. 2016;
Apgar <7 pada dapat meningkatkan morbiditas pada
16(1): 1-11.
bayi.17 Kelainan kongenital merupakan salah satu 10. Balkawade NU, Shinde MA. Study of length of
faktor terjadinya keadaan hipoksemia dalam jangka umbilical cord and fetal outcome: A study of 1,000
lama sehingga dapat terjadi kerusakan end-organ deliveries. J Obstet Gynecol India. 2012; 62 (5):
pada kehamilan dan kerusakan neurologis.4,6 520-5.
Secara keseluruhan beberapa status rekam 11. Asmawahyunita, Rahmawati I, Pasni SS.
medik hilang sehingga terdapat perbedaan jumlah Hubungan Umur Kehamilan dengan Kejadian
Asfiksia di RSI Sultan Hadlirin Jepara. J Kesehat
sampel antara tahun 2015 dan 2016. Selain itu,
dan Budaya Hikmah. 2012.
terdapat kecenderungan peningkatan jumlah pasien 12. Weiner GM, editor (penyunting). Textbook of
asfiksia dikarenakan sebuah faktor risiko yang Neonatal Resuscitation 7th Edition. Chicago:
mempengaruhi faktor risiko lain. American Academy of Pediatrics; 2016.
13. Zainuddin Z, Wilar R, Mantik MFJ. Hubungan Jenis
Persalinan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum
KESIMPULAN
di RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado. 2012
Terdapat 79 pasien asfiksia neonatorum dengan 14. Lalusu EY. Characteristics of Asphyxia
periode 2015 sebanyak 13 orang dan periode 2016 Neonatorum in Luwuk , Banggai Regency ,
sebanyak 66 orang.Pasien asfiksia neonatorum yang Indonesia. Int Journal if Sci Basic Appl Res. 2015
dirawat di Perinatologi RSUP Dr. M. Djamil Padang 15. Mohan K, Mishra PC, Singh DK. Clinical profile of
periode 2015-2016 terbanyak merupakan jenis birth asphyxia in newborn. 2013; 21(1):304-11.
16. Tabassum F, Rizvi A, Ariff S. Risk factors
kelamin laki-laki, derajat asfiksia sedang-ringan,
associated with birth asphyxia in rural district
dilahirkan di RSUP Dr.M.Djamil Padang, ditolong Matiari, Pakistan: A Case Control Study. Int J Clin
oleh dokter dan keluar rumah sakit dalam keadaan Med. 2014;5(12):1430-41.
hidup. Faktor risiko ibu terbanyak adalah ibu berusia 17. Pattar RS, Raj A, Yelamali BC. Incidence of
20-35 tahun, multipara, penyakit kehamilan multiorgan dysfunction in perinatal asphyxia.
preeklampsia, jenis persalinan seksio sesaria, tenaga 2015;2(4):428–32.
ANC bidan, dan frekuensi ANC teratur.Faktor risiko 18. Chiabi A, Nguefack S, Evelyne M, Mbuagbaw L,
Mbonda E, Tchokoteu P-F, et al. Risk factors for
plasenta dan tali pusat terbanyak adalah plasenta
birth asphyxia in an urban health facility in
previa, dan lilitan tali pusat. Faktor risiko bayi Cameroon. Iran Hournal Child Neurol. 2013;7(3):
terbanyak adalah usia gestasional kurang bulan, 46-54.
berat badan lahir rendah, dan kelainan kongenital. 19. Alsammani M, Ahmed S. Grand multiparity: Risk
factors and outcome in a tertiary hospital: a
comparative study. Mater Socio Medica.
DAFTAR PUSTAKA
2015;27(4):244-7.
1. Budijanto D, Yudianto, Hardhana SB, Soenardi TA, 20. Foumane P, Nkomom G, Mboudou ET, Sama JD,
editor (penyunting). Profil Kesehatan Indonesia Nguefack S, Moifo B. Risk factors of clinical birth
2015. Jakarta: Kemeterian Kesehatan Republik asphyxia and subsequent newborn death following
Indonesia; 2016. nuchal cord in a low-resource. Open J Obstet
2. Direktorat Kesehatan Keluarga. Laporan Tahunan Gynecol. 2013;3(11):642–7.
Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2016. 21. Kc K, Shakya S, Zhang H. Gestational diabetes
Jakarta: 2016. mellitus and macrosomia: A literature review. Ann
3. Mala VY. Analisa Penyebab Angka Kematian Bayi Nutr Metab. 2015;66 suppl 2:14–20.
(AKB) Intervensi program KKB dalam mencapai 22. Eds CP Howson, MV Kinney (editors). Born too
sasaran MDG’s. Badan Penelitian dan soon. World Heal Organ Geneva. 2012;13(5):1–
Pengembangan Kesehatan.2012; 1-4 126.
4. Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC. Fanaroff and 23. Butler MM, Sheehy L, Kington MM, Walsh MC,
Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine 10th edition Brosnan MC, Murphy M, et al. Evaluating midwife-
Disease of the Fetus and Infant. Philadelphia: led antenatal care: Choice, experience,
American Academy of Pediatrics; 2016 effectiveness, and preparation for pregnancy.
5. Dinas Kesehatan Kota Padang. Laporan Tahunan Midwifery. 2015;31(4):418–25.
Tahun 2015. Padang; 2016. 24. Gane B, B VB, Rao R, Nandakumar S, Adhisivam
6. Setia R, Yoavita, Salim N, Nalurita, Muliawan E, B, Joy R, et al. Antenatal and intrapartum risk
Rifky et al, editor (penyunting). Obstetri Williams factors for perinatal asphyxia : A case control
Edisi 23 Volume 1. Jakarta: EGC; 2012. study. 2013;17(2):119–22.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 7

25. Kollmann M, Gaulhofer J, Lang U, Klaritsch P.


Placenta praevia: incidence, risk factors and
outcome. J Matern Neonatal Med. 2016 ; 29(9):
1395–8.
26. Rosenberg T, Pariente G, Sergienko R, Wiznitzer
A, Sheiner E. Critical analysis of risk factors and
outcome of placenta previa. Arch Gynecol Obstet.
2011;284(1):47–51.
27. Lestary DI, Sulaeman ES, Suryani N. Path Analysis
on the Determinants of Neonatal Asphyxia at Dr .
Saiful Anwar Hospital, Malang. J Epidemiol Public
Heal. 2016;1(2):140–7.
28. West B, Opara P. Perinatal asphyxia in a specialist
hospital in Port Harcourt , Nigeria. Niger J Paediatr.
2013;40(3): 206-10.
29. Zahoor F, Minhas Z, Zaki A. Perinatal outcome of
nuchal cord. J Postgrad Med Inst.2013;27(2)174-8.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 8

1. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Matiari, Pakistan: A Case Control Study. Int J
Indonesia 2015. Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes Clin Med [Internet]. 2014;(December):1430–41.
Yudianto, SKM, M.Si Boga Hardhana, S.Si, MM Tersedia pada: http://file.scirp.org/Html/11-
drg. Titi Aryati Soenardi MK, editor. Jakarta: 2101000_52796.htm
Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia; 17. Pattar RS, Raj A, Yelamali BC. Incidence of
2016. 125 hal. multiorgan dysfunction in perinatal asphyxia.
2. Direktorat Kesehatan Keluarga. Laporan 2015;2(4):428–32.
Tahunan Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 18. Chiabi A, Nguefack S, Evelyne M, Mbuagbaw
2016. Jakarta; 2016. L, Mbonda E, Tchokoteu P-F, et al. Risk factors
3. Badan Penelitian dan Pengembangan for birth asphyxia in an urban health facility in
Kesehatan. ANALISA PENYEBAB ANGKA Cameroon. Iran Hournal Child Neurol.
KEMATIAN BAYI (AKB) Intervensi program 2013;7(3):46–54.
KKB dalam mencapai sasaran MDG’s. Jakarta; 19. Alsammani M, Ahmed S. Grand multiparity:
2012. Risk factors and outcome in a tertiary hospital:
4. Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC. a comparative study. Mater Socio Medica
FANAROFF AND MARTIN ’ S NEONATAL- [Internet]. 2015;27(4):244. Tersedia pada:
PERINATAL MEDICINE 10th edition Diseases http://www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=
of the Fetus and Infant. Philadelphia: American 198530
Academy of Pediatrics; 2016. 1074-1086 hal. 20. Foumane P, Nkomom G, Mboudou ET, Sama
5. Dinas Kesehatan Kota Padang. Laporan JD, Nguefack S, Moifo B. Risk factors of clinical
Tahunan Tahun 2015. Padang; 2016. birth asphyxia and subsequent newborn death
6. Rainaldi MA, Perlman JM. Pathophysiology of following nuchal cord in a low-resource. Open J
Birth Asphyxia. Clin Perinatol [Internet]. Obstet Gynecol [Internet].
2016;43(3):409–22. Tersedia pada: 2013;3(November):642–7. Tersedia pada:
http://dx.doi.org/10.1016/j.clp.2016.04.002 http://www.scirp.org/journal/ojog/
7. Aslam HM, Saleem S, Afzal R, Iqbal U, Saleem 21. Kc K, Shakya S, Zhang H. Gestational diabetes
SM, Shaikh MWA, et al. Risk Factors of Birth mellitus and macrosomia: A literature review.
Asphyxia. Ital J Pediatr [Internet]. Ann Nutr Metab. 2015;66:14–20.
2014;40(1):94. Tersedia pada: 22. Eds CP Howson, MV Kinney JLWHOG. Born
http://ijponline.biomedcentral.com/articles/10.11 too soon. Born Too Soon, Glob Action Rep
86/s13052-014-0094-2 Preterm Birth Eds CP Howson, MV Kinney, JE
8. Ilah B, Aminu M, Musa A, Adelakun M, Adeniji Lawn World Heal Organ Geneva [Internet].
A, Kolawole T. Prevalence and Risk Factors for 2012;13(5):1–126. Tersedia pada:
Perinatal Asphyxia as Seen at a Specialist http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23911366
Hospital in Gusau, Nigeria. Sub-Saharan 23. Butler MM, Sheehy L, Kington MM, Walsh MC,
African J Med [Internet]. 2015;2(2):64. Tersedia Brosnan MC, Murphy M, et al. Evaluating
pada: midwife-led antenatal care: Choice, experience,
http://www.ssajm.org/text.asp?2015/2/2/64/157 effectiveness, and preparation for pregnancy.
421 Midwifery [Internet]. 2015;31(4):418–25.
9. Hanley GE, Munro S, Greyson D, Gross MM, Tersedia pada:
Hundley V, Spiby H, et al. Diagnosing onset of http://dx.doi.org/10.1016/j.midw.2014.12.002
labor: A systematic review of definitions in the 24. Gane B, B VB, Rao R, Nandakumar S,
research literature. BMC Pregnancy Childbirth Adhisivam B, Joy R, et al. Antenatal and
[Internet]. 2016;16(1):1–11. Tersedia pada: intrapartum risk factors for perinatal asphyxia :
http://dx.doi.org/10.1186/s12884-016-0857-4 A case con- trol study . 2013;17(2):119–22.
10. Balkawade NU, Shinde MA. Study of length of 25. Kollmann M, Gaulhofer J, Lang U, Klaritsch P.
umbilical cord and fetal outcome: A study of Placenta praevia: incidence, risk factors and
1,000 deliveries. J Obstet Gynecol India. outcome. J Matern Neonatal Med [Internet].
2012;62(5):520–5. 2016;29(9):1395–8. Tersedia pada:
11. Asmawahyunita, Rahmawati I, Pasni SS. http://www.tandfonline.com/doi/full/10.3109/147
Hubungan Umur Kehamilan dengan Kejadian 67058.2015.1049152
Asfiksia di RSI Sultan Hadlirin Jepara. J 26. Rosenberg T, Pariente G, Sergienko R,
Kesehat dan Budaya Hikmah. 2012; Wiznitzer A, Sheiner E. Critical analysis of risk
12. Weyner GM. Neonatal Resuscitation 7th factors and outcome of placenta previa. Arch
edition. Chicago; 2016. 1-9 hal. Gynecol Obstet. 2011;284(1):47–51.
13. Zainuddin Z, Wilar R, Mantik MFJ. Hubungan 27. Lestary DI, Sulaeman ES, Suryani N. Path
Jenis Persalinan dengan Kejadian Asfiksia Analysis on the Determinants of Neonatal
Neonatorum di RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Asphyxia at Dr . Saiful Anwar Hospital , Malang.
Manado. 2012; Tersedia pada: J Epidemiol Public Heal. 2016;1(2):140–7.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/arti 28. West B, Opara P. Perinatal asphyxia in a
cle/view/3237/2781 specialist hospital in Port Harcourt , Nigeria.
14. Lalusu EY. Characteristics of Asphyxia Niger J Paediatr. 2013;40(3):206–10.
Neonatorum in Luwuk , Banggai Regency , 29. Zahoor F, Minhas Z, Zaki A. Perinatal outcome
Indonesia. Int Jpurnal if Sci Basic Appl Res. of nuchal cord. J Postgrad Med Inst.
2015;4531:304–11. 2013;27(2):174–8.
15. Mohan K, Mishra PC, Singh DK. Clinical profile
of birth asphyxia in newborn. 2013;3(1):10–9.
16. Tabassum F, Rizvi A, Ariff S. Risk Factors
Associated with Birth Asphyxia in Rural District

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

Anda mungkin juga menyukai