Anda di halaman 1dari 15

JOURNAL READING

EFEK DARI MENARGETKAN TOLERANSI EMOSI NEGATIF ANAK YANG


MEMILIKI GANGGUAN CEMAS DIANTARA ORANG TUA MEMILIKI
KECEMASAN : UJI COBA RANDOMISED CONTROLLED TRIAL

I. PENDAHULUAN

Gangguan kecemasan merupakan salah satu gangguan psikologis yang paling umum
terjadi pada anak dibawah 12 tahun. Kecemasan tersebut memberikan efek negatif pada kehidupan
sosial maupun pendidikan anak tersebut sehingga meningkatkan risiko terjadinya depresi,
gangguan perilaku, dan gangguan jiwa lainnya pada masa remaja dan dewasa. Cognitive behaviour
therapy (CBT) merupakan terapi yang efektif dalam menangani gangguan kecemasan pada masa
anak-anak. Beberapa penelitian menjukan bahwa 50-60% CBT dapat mengurangi kecemasan pada
anak-anak yang memiliki gangguan kecemasan. Namun masih terdapat proporsi yang signifikan
gagal untuk menghilangkan gangguan cemas tersebut. Salah satu kelompok yang diidentifikasi
berpotensi memiliki risiko tinggi gagal dalam terapi CBT adalah anak-anak yang memiliki orang
tua yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Maka dibuatlah hipotesis bahwa kegagalan
dalam terapi pada CBT sebagian besar karena orang tua yang memiliki kecemasan yang tinggi
dalam menanggapi kecemasan anak mereka dengan tidak sengaja menyebabkan mempertahankan
gangguan tersebut dan menjadikan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip CBT. Orang tua yang
memiliki kecemasan yang tinggi jika dibandingkan denggan orang tua yang tidak cemas
dilaporkan memiliki ekspetasi negatif terhadap respon anak mereka dan memiliki kualitas
hubungan yang buruk dengan anak mereka, itu merupakan perilaku yang berpotensi menyebabkan
efek anxiogenik. Temuan bahwa orang tua yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi tidak
mampu mentolerasi tekanan anak mereka dan menyebabkan perilaku orang tua yang cemas
sehingga mengganggu terapi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungungan antara tanggapan orang
tua dengan toleransi tekanan anak mereka dalam situasi yang nyebabkan kecemasan dan melihat
hasil terapi anak. Penelitian ini dilakuakan dengan memeriksa efek dari intervensi tambahan untuk
menargetkan toleransi orang tua terhadap emosi negatif anak-anak (yaitu kecemasan) terhadap
perubahan (i) tanggapan perilaku orang tua terhadap anak mereka, dan (ii) gangguan dan gejala
kecemasan anak

II. METODE

2.1 Peserta

Analisis yang dilakukan untuk menentukan jumlah peserta yang diperlukan menggunakan
pengukuran berulang ANOVA untuk interaksi antara dua kelompok. Untuk mencapai power 0,90
(= 0,05) dengan ukuran effect size (f = 0,25), jumlah sampel diperlukan total 46 untuk mendeteksi
pengaruh yang signifikan. Dengan demikian kami merekrut total 60 peserta untuk memungkinkan
drop out 20%.

Dua ratus tujuh puluh dua calon peserta didapatkan dari rujukan Berkshire Child Anxiety
Clinic di University of Reading. Dari jumlah tersebut sebanya 212 peserta (78%) dieksklusi karena
tidak memenuhi syarat (n=186), terutama karena orang tua mereka tidak memiliki tingkat
kecemasan yang tinggi (n=136). Dari enam puluh peserta yang tersisa 46 peserta ini adalah orang
tua yang memiliki tingkat keceemasan tinggi adalah ibu, tiga orang adalah ayah dan untuk 10
peserta adalah ibu dan ayah mereka dan 1 orang tua tidak memulai perawatan. Tiga puluh dua
peserta secara ditempatkan secara dikondisi terapi yang baru dan 28 berada dalam kondisi
perlakuan kontrol. Dari semua peserta, 22 dalam kondisi terapi baru dan 23 dalam kondisi
perawatan kontrol selesai menyelesaikan penilaian pasca terapi.

Orang tua yang memenuhi syarat jika (a) mereka memiliki anak yang berusia antara 7-12
tahun yang memenuhi kriteria diagnosis gangguan kecemasan primer DSM-IV-TR dan (b) jika
mereka adalah pengasuh utama dan mereka sendiri mengalami kecemasan yang tinggi. Kriteria
eksklusi adalah (i) penurunan fisik atau intelektual yang signifikan, (ii) resep obat psikotropika
saat ini untuk anak atau orang tua yang belum mendapatkan dosis stabil paling sedikit satu bulan
dan tanpa kesepakatan untuk mempertahankan dosis itu selama penelitian, dan (iii) gangguan
kecemasan orang tua berada pada tingkat keparahan yang memerlukan perawatan segera.
Kecemasan orang tua yang tinggi ditentukan berdasarkan bahwa orang tua (i) mendapatkan skor
tingkat sedang atau lebih atas (≥ 10) pada subskala kecemasan dari Depression Anxiety and Stress
Scale (DASS-A) versi 21 item atau (ii) memenuhi kriteria untuk gangguan kecemasan berdasarkan
Wawancara ADIS-Dewasa. ADIS diberikan jika orang tua tidak mendapatkan nilai di atas cut-off
pada DASS-A tapi memang mendukung adanya kesulitan yang signifikan sehubungan dengan
kecemasan. Tiga puluh tiga orang tua dimasukkan berdasarkan penilaian di atas cut off klinis pada
DASS-A dan 27 orang tua disertakan berdasarkan kriteria diagnostik untuk mengatasi gangguan
kecemasan saat ini.

2.2 Prosedur

Penelitian ini disetujui oleh University of Reading Research Ethics Committee dan the
National Research Ethics Service South Central Oxford B Committee. Setelah konfirmasi
kelayakan, orang tua secara acak dikelompokan : (i) Orangtua yang Brief Guided Parent Delivered
CBT (GPD-CBT) untuk gangguan kecemasan anak, atau (ii) GPD-CBT menggabungkan strategi
baru yang dirancang untuk meningkatkan tolerance of children’s emotions (TCNE) . Pengacakan
didasarkan pada jumlah bilangan acak yang dilakukan secara independen pada rasio 1: 1.

Semua orang tua menerima buku self-help dan delapan sesi terapi dukungan yaitu enam
sesi terapi tatap muka (45-60 menit) dan dua sesi melalui telepon (sekitar 15 menit) yang
disampaikan setiap minggu atau dua minggu. Pengobatan pada kedua terapi tersebut disampaikan
oleh dokter yang telah terlatih. Setiap kondisi perawatan dilakukan dengan terstruktur dengan
pengawasan sekelompok ahli dan direkam untuk memastikan integritas perawatan. Selama sesi,
orang tua dilatih dalam memberikan strategi CBT kepada anak mereka dan langsung menerapkan
dan direview di sesi berikutnya. Orang tua dan anak-anak dinilai pada dua titik waktu: pra-terapi
(waktu 1) dan pasca terapi (waktu 2, kira-kira 14-16 minggu setelah penilaian awal).

2.3 Terapi

2.3.1 GPD-CBT

Orangtua secara acak dikelompokan di kelompok kontrol yaitu menerima 8 sesi CBT yang
diarahkan untuk menangani kecemasan anak berdasarkan Thirlwall et al. (2013), namun
disampaikan lebih dari dua sesi tatap muka tambahan (untuk memberi waktu untuk memasukkan
unsur tambahan dalam kondisi TCNE). Unsur-unsur dari perlakuan yang terukur adalah
memahami kecemasan, mengidentifikasi pikiran, paparan, dan pemecahan masalah pada anak
yang cemas.
2.3.2 TCNE

Orangtua yang memiliki kondisi TCNE dipilih secara acak menerima intervensi GPD-
CBT, dengan strategi tambahan yang secara khusus ditujukan untuk meningkat toleransi orang tua
terhadap emosi negatif anak. Program GPD-CBT disampaikan dalam urutan yang sama dengan
kelompok kontrol, yang strategi utama (misalnya pemaparan) disampaikan pada sesi yang sama,
namun strategi TCNE diintegrasikan secara menyeluruh (di GPD-CBT waktu itu digunakan untuk
tinjauan yang lebih ekstensif dari penerapan strategi yang lebih terbatas). Orangtua dalam kondisi
TCNE didorong untuk mengidentifikasi respons emosional mereka sendiri terhadap kesulitan anak
mereka dan mengidentifikasi siklus potensial dan untuk memantau dan mengatur respons
emosional tersebut melalui kombinasi teknik berbasis kognitif dan perhatian berdasarkan
intervensi yang ada untuk gangguan kecemasan orang dewasa seperti psikoterapi regulasi emosi.
Dukunngan terapi dan komitmen dan perhatian penuh terhadap respon melalui kombinasi berbasis
kognitif dan perhatian berdasarkan intervensi yang ada untuk gangguan kecemasan orang dewasa
yaitu terapi emosi, terapi penerimaan, komitmen dan perhatian penuh.

2.4 Pengukuran

2.4.1 Diagnosis cemas

Diagnosis gangguan cemas pada anak diketahui melalui Anxiety Disorder Interview
Schedule, child and parent versions (ADIS-C/P). Diagnosis ditentukan berdasarkan saat
pertemuan anak atau pada laporan anak maupun orang tua anak. Tingkat keparahan klinis (Clinics
severity ratings / CSR) juga ditentukan. Jika ada perbedaan antara CSR berdasarkan laporan orang
tua dan anak, semakin tinggi perbedaannya dan hanya CSR dengan empat atau lebih (psikopatologi
sedang) yang dipertimbangkan memenuhi kriteria diagnostik. ADIS-C P disampaikan oleh asisten
peneliti yang dilatih ke tingkat yang reliabilitasnya dapat diterima.

2.4.2 Clinical global impressions

Secara keseluruhan, perbaikan kecemasan pada anak ditentukan dengan menggunakan


skala Clinical Global Impression − Improvement (CGI-I). CGI-I adalah skala tujuh poin, dari 1
(sangat meningkat) hingga 7 (sangat buruk). Skor 1 dan 2 mewakili keberhasilan pengobatan
(yaitu, banyak atau sangat meningkat). Nilai CGI-I dialokasikan oleh penilai berdasarkan
wawancara ADIS-C/P sebelum dan pasca terapi.

2.4.3 Gejala dan dampak kecemasan pada anak

Spence Children’s Anxiety Scale (SCAS-C) digunakan untuk menilai gejala kecemasan
anak dari laporan anak dan orang tua. Responden menilai seberapa sering anak mengalami 38
gejala kecemasan, disajikan di samping enam item pengisi (versi anak). Dampak kecemasan anak
pada fungsi sehari-hari mereka dinilai melalui laporan orang tua dan anak menggunakan Child
Anxiety Impact Scale (CAIS-C). Kedua tindakan tersebut merupakan standar tindakan orang tua
dengan reliabilitas dan validitas yang dapat diterima dan sering digunakan dalam klinis dan
penelitian.

2.4.4 Respon orang tua terhadap emosi negatif anak

Respons orang tua terhadap emosi negatif anak dilihat saat orang tua merespons saat
melihat anak tersebut terlibat dalam tugas yang memiliki tingkat stress saat menjalani pra dan
pasca terapi di University clinic. Orangtua diminta untuk menilai bagaimana perasaan mereka saat
anak mereka memberikan presentasi dengan skala dari 0 (tidak cemas sama sekali) sampai skala
10 (sangat sangat cemas). Tugasnya adalah tugas standar yang digunakan dalam penelitian
psikologi klinis untuk menginduksi tingkat stres ringan pada anak. Orang tua dan anak
diinstruksikan agar anak tersebut diminta untuk mempersiapkan dan menyampaikan pidato,
seolah-olah mereka berbicara dengan teman sebayanya dan diberi waktu 5 menit saja untuk
mempersiapkan pidato tersebut. Orang tua tersebut kemudian diminta untuk memberikan
pengantar singkat ke anak mereka sebelum anak tersebut memberikan presentasinya. Tugas
tersebut juga diberikan kembali pasca terapi diharapkan saat pasca terapi akan sedikit menantang,
akibatnya tugas itu dimodifikasi menjadi terdapat orang asing yang akan mengamati dan
menilainya secara langsung. Tujuannya adalah untuk memperolehnya tingkat kecemasan serupa
selama tugas di kedua titik waktu.

Pengukuran sekunder untuk menilai respon orang tua terhadap emosi negatif anak mereka
menggunakan Parental Acceptance and Action Questionnaire (PAAQ) yang terdiri dari 15 item.
PAAQ menilai orang tua dalam mengontrol emosi dan kognitif mereka terhadap perilaku anak
mereka, serta penghindaran terhadap kejadian negatif anak mereka. Contoh item meliputi "Tidak
apa-apa jika anak saya merasa tertekan atau cemas" dan "Saya tidak takut dengan perasaan anak
saya".

2.4.5 Perilaku orang tua dan anak

Interaksi orang tua terhapap anak mereka selama tugas berpidato dinilai melalui rekaman
video untuk pengkodean selanjutnya. Orangtua diinstruksikan bahwa 'jika bantuan dibutuhkan,
kami akan menyerahkannya kepada Anda [orang tua] untuk memutuskan apa yang sesuai'.
Perilaku berikut dikodekan dengan menggunakan skema yang dikembangkan oleh Murray dkk.
(2012) dan diadaptasi oleh Creswell et al (2012) untuk anak-anak di kelompok usia ini. Adanya
atau tidak adanya perilaku tertentu dikodekan untuk setiap menit interaksi pada skala 1 (perilaku
tidak ada) sampai 5 (perilaku sangat banyak). Rating perilaku rata-rata kemudian diambil
berdasarkan skor rata-rata selama lima menit. Perilaku yang diminati adalah: (1) menyatakan
kecemasan (yaitu pemodelan kecemasan, termasuk kecemasan yang diungkapkan dalam ekspresi
wajah, gerakan tubuh, maupun ucapan); (2) perlindungan berlebihan (yaitu menginisiasi dukungan
emosional dan/atau praktis yang tidak diperlukan, seperti menawarkan bantuan yang tidak perlu
saat anak dapat mengelola secara mandiri); (3) intrusiveness (yaitu, mengganggu secara verbal
atau fisik, seperti memotong perilaku atau usaha anak mereka dan kemudian mengambil alih); (4)
dorongan (yaitu memberikan motivasi positif bagi anak untuk terlibat dalam tugas tersebut,
menunjukkan antusiasme mengenai kemampuan atau usaha anak); (5) kehangatan (yaitu kasih
sayang, mengungkapkan hal positif terhadap anak); dan (6) kualitas hubungan (keseluruhan
keterkaitan dan saling keterkaitan antara orang tua dan anak). Perilaku anak juga diberi kode untuk
menyatakan kecemasan (dinilai pada skala 1-5 yang sama).

2.5 Strategi analisis

Data yang telah didapatkan kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 22.
Untuk analisis primer digunakan pengujian berulang ANOVA digunakan untuk mengeksplorasi
pengaruh utama interaksi dari waktu ke waktu terhadap (i) toleransi orang tua, (ii) perilaku orang
tua, dan (iii) penilaian kecemasan anak (skor pada SCAS-C/P dan CAIS-C/P). Untuk perbedaan
kelompok dalam hasil dikotomis (hilangnya diagnosis primer dan perbaikan global) menggunakan
analisis chi-square. Korelasi bivariat digunakan untuk mengeksplorasi apakah perubahan pada pra
perawatan dan pasca perawatan dalam toleransi orang tua dikaitkan dengan perubahan skor atau
perilaku kecemasan, dan korelasi terhadap perubahan toleransi dikaitkan dengan dikotomis hasil
(misalnya, hilangnya diagnosis primer).

Untuk analisis sensitivitas menggunakan sampel intent-to-treat, beberapa imputasi


digunakan dengan 50 iterasi dan pencocokan prediktif, untuk memperhitungkan 15 peserta yang
tidak menyelesaikan penilaian pasca perawatan. Dari data ini sampel independen t-test digunakan
untuk memeriksa apakah perbedaan antara kondisi untuk perubahan hasil minat (yaitu toleransi
orang tua, perilaku, kecemasan anak) dengan pola hasil dari pengujian berulang ANOVA,
sementara sampel berpasangan diuji Efek utama waktu (yaitu, perubahan dari pra sampai pasca
pengobatan). Analisis Chi-kuadrat dan korelasional digunakan seperti yang dijelaskan untuk
membandingkan hasil yang dikumpulkan dengan sengaja untuk sampel pelengkap saja. Pola hasil
untuk analisis terlepas dari apakah sampel pelengkap atau sampel yang ingin digunakan. Dengan
demikian, hasilnya disajikan sebagai data hanya-pelengkap dan perbedaan yang dicatat dalam teks.

III. HASIL

3.1 Reduksi Data Dan Analisis Awal

Persiapan dari tugas pidato digunakan untuk menilai perilaku orang tua karena inilah saat
orang tua paling banyak terlibat. Proteksi berlebihan dari orang tua jarang terlihat selama tugas
berbicara dan dengan demikian dikeluarkan dari analisis. Ekspresi orang tua tentang kehangatan
dan dorongan sangat berkorelasi pada kedua titik waktu (r = 0,68- 0,71 p <0,001) sehingga
dikombinasikan untuk membentuk variabel 'pengasuhan positif'. Akibatnya, perilaku orang tua
yang diobservasi adalah yang bersifat positif, kualitas hubungan, kecemasan dan intrusiveness
yang diekspresikan.

Untuk mengetahui kecemasan anak selama tugas berbicara dieksplorasi dari kecemasan
anak yang diekspresikan dan kecemasan yang dilaporkan sendiri (dinilai pada skala 0 [sama sekali
tidak mencemaskan] pada 10 skala [sangat, sangat cemas]). Rata-rata anak-anak mengekspresikan
perilaku yang konsisten dengan tingkat kecemasan ringan pada pretreatment tanpa perbedaan yang
signifikan antara kondisi. Demikian pula, setelah menyelesaikan tugas anak-anak menilai
kegelisahan mereka secara keseluruhan selama tugas seperti pada rentang ringan sampai sedang
pada pra-perawatan lagi tanpa perbedaan yang signifikan antara kondisi. Akibatnya, kecemasan
anak tidak dikontrol dalam analisis selanjutnya.
Tidak ada perbedaan signifikan dalam variabel demografis dan diagnosis primer atau
sekunder anak (lihat Tabel 1 untuk persentase). Namun, perbedaan awal terlihat jelas untuk gejala
kecemasan anak berdasarkan laporan orang tua namun bukan laporan anak. Pada kedua kasus,
gejala kecemasan anak yang dilaporkan orang tua lebih tinggi pada kondisi kontrol (lihat Tabel 2).
Tidak ada perbedaan mendasar yang signifikan antara kelompok untuk tingkat gejala kecemasan
orang tua

3.2 Pemeriksaan manipulasi: toleransi orang tua terhadap emosi negatif anak

Seperti ditunjukkan pada Tabel 2, kecemasan orang tua saat mendukung anak mereka
dalam tugas dan toleransi yang dilaporkan sendiri berdasarkan PAAQ keduanya berkurang secara
signifikan dari pra sampai pasca terapi. Sementara toleransi orang tua terhadap kecemasan anak
mereka meningkat secara signifikan, tidak ada bukti bahwa kondisi TCNE memiliki manfaat lebih
lanjut untuk meningkatkan toleransi daripada kondisi kontrol.

3.3 Perilaku orang tua

Perilaku orang tua pra-dan pasca terapi ditampilkan pada Tabel 3. Tidak ada efek waktu
yang signifikan untuk perilaku positif, kualitas keseluruhan hubungan atau kecemasan orang tua,
namun ada peningkatan perilaku intrusif yang signifikan, ketika ditambahkan stressor pada post-
terapi. Sementara intrusiveness meningkat, rata-rata tetap ringan. Tidak ada perubahan yang
signifikan pada domain pengasuhan negatif (intrusiveness, express anxiety). Namun, interaksi
yang signifikan terlihat pada domain positif. Hal ini berasal dari sedikit peningkatan (tidak
signifikan) pada perilaku kondisi TCNE dan sedikit penurunan dalam kondisi kontrol, yang
signifikan untuk kualitas hubungan saja. Bila menggunakan data intent-to-treat (perubahan
beberapa imputasi) perubahan perilaku antara kondisi hanya signifikan untuk kualitas hubungan,
mendukung kondisi TCNE, tanpa perbedaan yang signifikan antara kondisi untuk perubahan pola
asuh yang positif.

3.4 Hubungan antara perubahan toleransi terhadap emosi negatif anak dan perubahan pada
perilaku orang tua

Dengan menggunakan sampel gabungan, kami mengeksplorasi apakah perubahan toleransi


orang tua dikaitkan dengan perubahan perilaku orang tua selama tugas berbicara. Dari korelasi
bivariat perubahan toleransi berdasarkan tingkat kecemasan orang tua secara signifikan dikaitkan
dengan perubahan intrusifitas (r = 0,45, p = 0,004), dengan peningkatan toleransi yang lebih besar
(yaitu penurunan tingkat kecemasan selama tugas) yang terkait dengan perbaikan yang lebih besar
dalam intrusiveness (yaitu, perilaku kurang intrusif). Toleransi dari ukuran ini tidak dikaitkan
dengan perubahan perilaku lainnya (mengasuh positif: r = 0,02, p = 0,89; kualitas: r = -0,10, p =
0,51; kecemasan yang dinyatakan: r = 0,03, p = 0,86). Perubahan toleransi orang tua berdasarkan
skor pada PAAQ tidak dikaitkan secara signifikan dengan perubahan pada domain perilaku apapun
(positif: r = 0,09, p = 0,60; kualitas: r = 0,08, p = 0,63; intrusif: r = 0,20, p = 0,29 ; kecemasan: r =
-0,06, p = 0,71).

3.5 Hasil Kecemasan pada Anak

Anak-anak yang orang tuanya menyelesaikan terapi, sebesar 55% pada anak-anak dalam
perawatan TCNE (12 dari 22 anak-anak) tidak lagi memenuhi kriteria diagnostik untuk diagnosis
primer mereka dan 77% (n = 17) dinilai lebih banyak atau sangat membaik. Demikian pula, dalam
kondisi kontrol, 61% (14 dari 23) anak-anak tidak lagi memenuhi kriteria untuk diagnosis cemas
stelah pasca-terapi mereka, sementara 70% (n = 16) dinilai sudah banyak atau sangat membaik.
Tidak ada bukti bahwa terapi TCNE memiliki manfaat yang signifikan terhadap kondisi kontrol
(status diagnosis: p = 0,67, phi = 0,06; perbaikan klinis: p = 0,56, phi = 0,09).

Terdapat efek yang signifikan dari waktu di semua ukuran anak dan laporan anak tentang
kecemasan mereka (lihat Tabel 2). Ada interaksi kondisi terhadap gejala kecemasan yang
dilaporkan anak-anak (SCAS-C, CAIS-C) namun interaksi yang signifikan tampak jelas pada
laporan gejala kecemasan dan dampak anak-anak. Dalam kedua kasus, hal ini mencerminkan
perbedaan yang signifikan pada nilai awal, namun tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
penilaian pasca perawatan.

Perubahan toleransi emosi anak (berdasarkan kecemasan orang tua yang dilaporkan sendiri
selama tugas berbicara) tidak terkait dengan apakah anak tersebut kehilangan diagnosis primer
atau status peningkatan klinisnya. Pola hasil yang sama ditemukan berdasarkan perubahan nilai
pada PAAQ. Perubahan toleransi (dari penilaian kecemasan orang tua) tidak dikaitkan secara
signifikan dengan perubahan pada tindakan kecemasan pada anak. Perubahan toleransi
berdasarkan PAAQ hanya terkait secara signifikan dengan perubahan penilaian anak pada CAIS-
C. Dari perubahan sampel yang bertujuan untuk mengobati toleransi pada kedua ukuran tersebut
tidak dikaitkan secara signifikan dengan perubahan pada kecemasan anak.
IV. DISKUSI

CBT dianggap sebagai pengobatan efektif untuk gangguan kecemasan pada masa anak-
anak, namun hal ini kurang efektif jika orang tua juga mengalami kecemasan yang tinggi. Telah
dikemukakan bahwa ini mungkin karena orang tua merasa lebih sulit untuk mengelola emosi
negatif atau keadaan cemas anak mereka sehingga menyebabkan secara tidak sengaja berperilaku
yang berpotensi merugikan proses terapi, terutama dalam situasi yang menimbulkan kecemasan.
Dalam tes ini penelitian kami menggunakan desain RCT untuk menguji hubungan antara toleransi
orang tua terhadap emosi negatif anak mereka, perilaku oran tua saat terlibat dalam tugas stres
dengan anak, dan hasil terapi terhadap kecemasan anak-anak dengan menggunakan terapi yang
langsung diberikan oleh orang tua. Sementara pengobatan baru berhasil memperbaiki toleransi
orang tua terhadap kecemasan anak mereka, perbaikan ini juga ditemukan dalam kondisi terapi
perbandingan. Selain itu, ada sedikit bukti bahwa mengubah toleransi orang tua dikaitkan dengan
perubahan perilaku atau hasil pengobatan. Satu-satunya pengecualian untuk ini adalah temuan
bahwa memperbaiki toleransi kecemasan anak selama tugas berbicara dikaitkan dengan perilaku
dan perbaikan yang kurang mengganggu dalam laporan anak tentang dampak kecemasan mereka
(walaupun yang terakhir tidak benar menggunakan niat-untuk -treat data).

Berbanding terbalik dengan harapan, perlakuan tambahan baru yang secara khusus
menargetkan toleransi orang tua terhadap emosi negatif anak mereka tidak memperbaiki toleransi
pengaruh negatif anak dibandingkan perlakuan perbandingan (di mana toleransi tidak ditargetkan).
Karena toleransi membaik dengan baik dalam kedua kondisi tersebut, sehingga tidak dapat
menguji hipotesis terarah. Namun, temuan ini menunjukkan bahwa walaupun orang tua yang
sangat cemas dapat merespons dengan cara yang berpotensi maladaptif terhadap kecemasan anak
mereka, tanggapan ini akan berubah sebagai respons terhadap keberhasilan penanganan
kecemasan anak. Temuan memberikan dukungan untuk hubungan timbal balik antara tanggapan
orang tua dan anak terhadap terapi, di mana kegelisahan orang tua ketika anak mereka berada di
bawah tekanan dapat menyebabkan respons negatif atau mengganggu terhadap kecemasan anak
lebih banyak, namun mengurangi respons cemas terhadap potensi stres melalui terapi juga akan
mengurangi respon orang tua.

Bertolak belakang dengan hipotesis bahwa program yang disampaikan oleh orang tua
mungkin kurang sesuai dalam konteks kecemasan orang tua yang tinggi (misalnya, Chaviraet al.,
2014), hasil penelitian kami menunjukkan bahwa CBT yang diberikan oleh orang tua untuk
mengatasi kecemasan anak merupakan pilihan pengobatan potensial, bahkan jika orang tua sedang
mengalami kecemasan tinggi. Sejalan dengan penelitian sebelumnya (lihat Jameset al., 2013), pada
post terapi sekitar 55-60% anak-anak tidak lagi mengalami diagnosis gangguan kecemasan utama
mereka, sementara lebih dari 70% menunjukkan perbaikan yang signifikan secara klinis. Dengan
demikian, mungkin bahwa pendekatan yang diberikan oleh orang tua yang cemas dengan
kesempatan untuk membangun kepercayaan diri dan rasa kontrol mereka dalam mengelola
kecemasan anak mereka. Melalui perlakuan yang diberikan oleh orang tua, orang tua dapat
didukung untuk mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri yang menghasilkan respons
yang kurang akomodatif atau maladaptif terhadap kecemasan anak sendiri (Storch et al., 2015).
Temuan ini menunjukkan kegunaan klinis CBT yang didiberikan oleh orang tua untuk kecemasan
anak. Membandingkan perubahan tanggapan orang tua terhadap kecemasan anak pada CBT yang
dipimpin oleh orang tua dan terfokus pada anak akan menjadi jalan yang sangat menarik untuk
penelitian selanjutnya.

Berbeda dengan prediksi, hanya ada sedikit bukti bahwa peningkatan toleransi orang tua
dikaitkan dengan keuntungan terapi atau perbaikan perilaku orang tua saat terlibat dalam tugas
yang merangsang stres. Khususnya tugas yang kami gunakan untuk mengukur toleransi orang tua
terhadap emosi negatif anak hanya menimbulkan tingkat stres ringan, dan apakah hasilnya akan
berbeda jika anak mengalami kecemasan yang lebih kuat (misalnya saat menyelesaikan
eksperimen perilaku) yang belum diketahui. Penting juga untuk dicatat bahwa dimasukkannya
tugas stres tidak dirancang untuk memeriksa efek utama dari waktu ke waktu, karena prosedur
yang lebih menantang pada penilaian pasca perawatan (yaitu penambahan seorang konfederasi).

Penurunan hasil terapi yang ditemukan di antara anak-anak dengan gangguan kecemasan
yang memiliki orang tua yang sangat cemas mungkin lebih baik dijelaskan oleh faktor lain, seperti
genetika, karakteristik fungsi keluarga umum atau stres keluarga (misalnya Schleider dkk, 2015).
Faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya kapasitas untuk menggeneralisasi
penggunaan strategi yang dipelajari dalam perawatan terhadap situasi di luar ruang terapi. Selain
itu, mungkin saja faktor pendorong orang tua lainnya yang tidak tercakup dalam studi ini
menengahi perubahan kecemasan anak. atau contohnya perawatan yang dipimpin oleh orang tua
dapat menyebabkan pengurangan akomodasi keluarga dari kecemasan anak (Storch et al., 2015)
atau pengurangan pemodelan perilaku berpotensi anxiogenik dalam kehidupan sehari-hari
(Lebowitz dkk, 2015); faktor yang tidak secara khusus dibahas dalam studi percontohan saat ini.
Penelitian lebih lanjut mengenai bidang ini diperlukan, terutama penelitian skala besar yang dapat
memberikan perbandingan antara berbagai mediator yang berorientasi pada orang tua potensial
untuk perubahan pengobatan.

V. RINGKASAN DAN IMPLIKASI

Temuan bahwa TCNE gagal memperbaiki toleransi orang tua atau hasil terapi yang
dilakukan dibandingkan perlakuan perbandingan memiliki implikasi penting. Pertama, mereka
memberikan bukti awal yang secara khusus menargetkan tanggapan orang tua terhadap kecemasan
anak mereka tidak memberi manfaat tambahan baik dari tanggapan orang tua maupun hasil anak,
melebihi apa yang terjadi dalam CBT yang dipandu orang tua. Kami juga telah menunjukkan bukti
awal bahwa intervensi orang tua yang diberikan secara singkat dapat efektif bahkan ketika orang
tua sendiri tinggi dalam kecemasan. Akhirnya, berbeda dengan model perawatan anak saat ini,
kami tidak menemukan bukti bahwa meningkatkan toleransi orang tua terhadap emosi negatif anak
dikaitkan dengan manfaat perawatan anak. Akibatnya, ada kebutuhan yang jelas untuk terus
mengeksplorasi hubungan ini lebih jauh, untuk memastikan kesesuaian model kecemasan anak
saat ini dan akhirnya bagaimana kita dapat memperbaiki perawatan.
DAFTAR TABEL

Table 1. Demografi Sampel

TCNE Kontrol
Umur anak (tahun) 9.78 9.32
% White British 87,5 85,7
% Orang tua yang bekerja 87,4 89,3
% Status pernikahan orang tua (kedua orang tua 56,2 60,7
tinggal dirumah yang sama)

Diagnosis primer
Kecemasan pemisahan 25(8) 37,5 (10)
Phobia sosial 21,9 (7) 21,4 (6)
Phobia spesifik terhadap darah 0 (0) 3,6 (1)
Phobia spesifik lainnya 6,2 (2) 3,6 (1)
Gangguan panik tanpa Agoraphobia 0 (0) 3,6 (1)
Agoraphobia tanpa gangguan panik 3,1 (1) 0 (0)
Gangguan cemas menyeluruh 43,8 (14) 28,6 (8)
Gangguan cemas lainnya 0 (0) 3,6 (1)
Diagnosis sekunder
Kecemasan pemisahan 68,8 (22) 57,1 (16)
Phobia social 53,1 (17) 67,9 (19)
Phobia spesifik terhadap darah 6,5 (2) 0 (0)
a a
Phobia spesifik lainnya
Gangguan panik tanpa Agoraphobia 0 (0) 3,6 (1)
Agoraphobia tanpa gangguan panik 6,2 (2) 0 (0)
Gangguan cemas menyeluruh 75,0 (24) 75,0 (21)
Gangguan cemas lainnya 0 (0) 3,6 (1)

Catatan : aFobia spesifik lainnya yang dianggap sebagai diagnosis sekunder: phobia hewan (TCNE:
37,5%, n = 12; Kontrol: 39,3%, n = 11), lingkungan alam (TCNE: 12,5%, n = 4; Kontrol: 14,3%, n = 4) ,.
Diagnosis sekunder lainnya adalah depresi berat, gangguan obsesif kompulsif, attention deficit
hyperactivity disorder, kelainan perilaku, oppositional defiance disorder (ODD), selective mutism.
Kecuali ODD, tidak lebih dari tiga anak memenuhi kriteria ini sebagai diagnosis sekunder. Enam anak
di TCNE (18,8%) dan Control (21,4%) memenuhi kriteria ODD sebagai diagnosis sekunder.
Tabel 2. Rata-rata (standar deviasi) dan hasil pengujian berulang ANOVA untuk toleransi orang tua dan hasil untuk anak

TCNE Kontrol Efek utama dari waktu Kondisi waktu


Pre Post Pre Post F p Partial n2 F p Partial n2
Pengukuran orang tua
Toleransi terhadap 5 4.06 6.25 5,41 7,74 0,01 0,12 0,07 0,80 0,001
cemas anak (2,58) (1,86) (2,22) (2,72)

PAAQ 56,29 46,33 60,54 44 53,52 <0,001 0,58 2,05 0,16 0,05
(12,81) (13,94) (22,24) (11,73)
Pengukuran pada anak
ADIS CSR 5,53 2,77 5.18 2.57 74.18 <0.001 0.63 0.001 0.998 <0.001
(0,88) (2.25) (0.86) (2.02)
SCAS (laporan anak) 43.19 37.71 43.61 34.15 14.66 <0.001 0.27 0.23 0.63 0.01
(18.67) (17.68) (15.98) (11.22)
SCAS (laporan orang 36.47 31.29 45.67 31.95 20.42 <0.001 0.34 4.98 0.03 0.11
tua) (13.72) (13.13) (13.71) (11.52)
CAIS (laporan anak) 27.06 19.19 22.37 17.63 6.78 0.01 0.15 0.003 0.96 <0.001
(16.59) (14.56) (11.97) (9.26)
CAIS ( laporan orang 19.52 16.95 28.04 16.15 11.75 0.001 0.23 5.34 0.03 0.12
tua) (13.87) (12.62) (11.97) (13.00)
Tabel 3. Rata-rata (standar deviasi) dan hasil pengujian berulang ANOVA perilaku orang tua
TCNE Kontrol Efek utama dari waktu Kondisi waktu
Pre Post Pre Post F p Partial n2 F p Partial n2

Mengasuh secara positif 2.87 3.13 3.12 2.98 0.15 0.70 0.004 5.67 0.02 0.13
(0.31) (0.64) (0.35) (0.55)
Kualitas dari interaksi 3.32 3.54 3.37 3.11 0.05 0.83 0.001 5.14 0.03 0.12
(0.33) (0.71) (0.37) (0.63)
Intrusiveness 1.64 2.06 1.39 2.19 27.09 <0.001 0.41 2.50 0.12 0.06
(0.55) (0.79) (0.37) (0.84)
Mengekspresikan 1.47 1.60 1.53 1.58 0.79 0.38 0.02 0.13 0.71 0.003
kecemasan (0.48) (0.55) (0.56) (0.52)

Anda mungkin juga menyukai