Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi merupakan salah satu ilmu biologi yang membahas


tentang mikroba, suatu kelompok besar jasad renik hidup yang beraneka
ragam yang bersifat mikroskopik. Dimana untuk melihat mikroba ini
diperlukan bantuan mikroskop karena tidak bisa dilihat dengan mata
telanjang.

Populasi mikroba di alam sangat besar dan kompleks. Alam sekitar


kita baik udara, tanah, air juga dihuni mikroba. Keanekaragaman populasi
mikroba ini meliputi mikroba yang memiliki perbedaan karakteristik
maupun kegunaan. Mikroba memiliki ukuran yang sangat kecil, tetapi
memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan, baik yang
menguntungkan maupun merugikan. Oleh karena itu, mikroba adalah
organisme yang gemar atau kerap dijadikan bahan penelitian di berbagai
bidang. Mikroba memiliki struktur gen yang sedikit dan pendek, sehingga
sangat mudah melakukan pembacaan dan pemetaan terhadap gen mikroba.
Hal itu pula pendukung tingginya minat para ilmuwan untuk menelitinya
lebih jauh lagi. Penelitian mengenai mikroba dalam berbagai habitat
memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran atau biakan
campuran yang rumit ini menjadi spesies yang berbeda-beda sebagai biakan
murni.

Dalam mengembangbiakan mikroba, diperlukan berbagai teknik dan


persyaratan fisik. Mulai dari mempersiapkan mediumnya hingga urutan tata
cara yang benar dalam menumbuhkan mikroba tersebut. Proses inilah yang
biasanya dikenal dengan istilah kultivasi mikroba.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah tujuan kultivasi mikroba ?

1.2.2 Apa sajakah jeni-jenis media pertumbuhan dan penggunannya di


laboratorium?

1.2.3 Bagaimanakah metode kultivasi mikroba di laboratorium?

1.2.4 Bagaimanakah persyaratan faktor fisik terhadap pertumbuhan mikroba


dalam proses kultivasi ?

1.2.5 Bagaimanakah karakteristik biakan mikroba?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah


ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui tujuan kultivasi mikroba

1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis media pertumbuhan dan penggunaannya di


laboratorium

1.3.3 Untuk mengetahui metode kultivasi mikroba di laboratorium

1.3.4 Untuk mengetahui persyaratan faktor fisik terhadap pertumbuhan


mikroba dalam proses kultivasi

1.3.5 Mengetahui karakteristik biakan mikroba pada media kultivasi.

2
1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1.4.1 Menambah wawasan pembaca mengenai teknik kultivasi mikroba.

1.4.2 Memberikan informasi kepada pembaca mengenai pentingnya metode


kultivasi untuk dapat mempelajari lebih jauh tentang mikroba dan
peranannya dalam kehidupan manusia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Kultivasi Mikroba

Mikroba merupakan organisme yang menarik untuk diteliti kehidupannya


karena materi genetiknya yang cukup sederhana dan peranannya yang besar dalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu, diciptakanlah suatu metode kultivasi atau
metode pembiakan mikroba secara in vitro di laboratorium. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui atau mempelajari pertumbuhan, morfologi, dan sifat fisiologis
mikroba. Beberapa indikasi kultivasi atau pembiakan pada laboratorium
mikrobiologi meliputi:

a. Pengasingan (isolasi) mikroba pada biakan bakteri


b. Menunjukkan sifat khas mikroba.
c. Untuk menentukan jenis mikroba yang diisolasi dengan cara-cara
tertentu.
d. Mendapatkan bahan biakan yang cukup untuk membuat antigen dan
percobaan serologi lainnya.
e. Menentukan kepekaan mikroba, khususnya yang bersifat patogenik
terhadap antibiotik.
f. Menghitung jumlah mikroba.
g. Mempertahankan biakan mikroba, khususnya biakan murni.

Metode kultivasi merupakan metode untuk melipatgandakan jumlah


mikroba dengan membiarkan mereka berkembang biak dalam media biakan yang
telah disiapkan di bawah kondisi laboratorium terkendali. Kultur mikroba
digunakan untuk menentukan jenis organisme dengan kelimpahan dalam sampel
yang diuji, atau keduanya. Ini adalah salah satu metode mikrobiologi yang
digunakan sebagai metode diagnosis untuk menentukan penyebab penyakit infeksi
dengan membiarkan agen infeksi berkembang biak dalam media yang telah
disiapkan, seperti yang tertuang dalam Postulat Koch.

4
2.2 Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Kultivasi Mikroba

Untuk berhasilnya kultivasi mikroba diperlukan suatu kombinasi


nutrisi serta lingkungan fisik yang sesuai. Ada beberapa lingkungan fisik yang
perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba yaitu temperatur, kadar
oksigen, pH, dan tekanan osmosis.

a. Pengaruh temperatur terhadap pertumbuhan mikroba.

Semua proses pertumbuhan tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi
ini dipengaruhi oleh temperatur. Oleh karena itu, pola pertumbuhan mikroba
sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga mempengaruhi laju
pertumbuhan dan penambahan sel. Keragaman temperatur juga dapat mengubah
proses-proses metabolik serta morfologi sel. Pengaruh temperatur berhubungan
dengan aktivitas enzim. Suhu rendah menyebabkan aktivitas enzim menurun dan
jika suhu terlalu tinggi dapat mendenaturasi protein enzim.

Berdasarkan suhu optimum untuk pertumbuhan maka sifat mikroba dapat


dikelompokkan menjadi 3 yaitu bersifat psikrofilik (tumbuh pada suhu 00-200C),
mesofilik (200-450C) dan termofilik (450-800C). Selain itu, berdasarkan suhu
pertumbuhan optimumnya, habitat mikroba dapat dikelompokkan menjadi :

 Mesofil, terdapat pada tanah, air, dan tubuh vertebrata, suhu pertumbuhan 100-
470C. Suhu pertumbuhan optimum 300-400C.
 Termofil, ditemukan pada habitat yang bersuhu tinggi, pembuatan kompos,
susu, tanah, dan air laut. Mampu tumbuh pada suhu 450-500C, dibedakan
menjadi psikrodura yang mampu hidup dibawah 00C dan termodura yang
tahan hidup pada suhu diatas 500C

b. Pengaruh kadar oksigen

Mikroba memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respon terhadap


oksigen bebas dan atas dasar ini maka mikroba dibagi menjadi empat yaitu
aerobic (memerlukan oksigen), anaerobik (tumbuh tanpa oksigen molekuler),

5
anaerobik fakultatif (tumbuh pada keadaan aerobik dan anaerobik), dan
mikroaerofilik (tumbuh bila terdapat sedikit oksigen atmosferik). Beberapa
mikroba bersifat anaerobik obligat, bila terkena oksigen akan mati, oleh karena itu
untuk menumbuhkan mikroba anaerobik diperlukan teknik khusus agar tercapai
keadaan anaerob. Keperluan penumbuhan jasad anaerob obligat dapat dipenuhi
dengan menggunakan alat yang disebut anaerobic jar.

c. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroba.

Bagi kebanyakan mikroba pH minimum dan maksimum antara 4 sampai 9.


Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh pH, karena nilai pH sangat
menentukan aktifitas enzim. pH berpengaruh terhadap sel dengan memengaruhi
metabolism. pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak antara
6,5 dan 7,5 . Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam,
atau sangat alkalin.

Bila bakteri dikultivasi di dalam suatu medium yang mula-mula disesuaikan


pH-nya, misalnya 7, maka pH ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawa-
senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergeseran pH
ini dapat sedemikian besar sehingga menghambat pertumbuhan mikroba dalam
kultur tersebut. Pergeseran pH dapat dicegah dengan menggunakan larutan
penyangga atau bufer dalam medium. Buffer merupakan senyawa yang dapat
menahan perubahan pH misalnya, KH2PO4 dan K2HPO4. Beberapa bahan nutrien
medium, seperti pepton, juga mempunyai kapasitas penyangga. Perlu atau
tidaknya suatu medium diberi larutan penyangga bergantung kepada
penggunaannya dan dibatasi oleh kapasitas menyangga yang dimiliki senyawa-
senyawa yang digunakan.

6
Tabel 1. pH minimum, optimum, dan maksimum untuk pertumbuhan
bakteri

Bakteri Minimum Optimum Maksimum


Thiobacillus 0,5 2,0-3,5 6,0
thiooxidans
Acetobacter aceti 4,0-4,5 5,4-6,3 7,0-8,0
Staphylococcus 4,2 7,0-7,5 9,3
aureus
Azotobacter sp. 5,5 7,0-7,5 8,5
Chlorobium limicola 6,0 6,8 7,0
Thermus aquaticus 6,0 7,5-7,8 9,5

d. Pengaruh tekanan osmosis terhadap pertumbuhan mikroba.

Tekanan osmosis merupakan tekanan minimum yang diperlukan untuk


mencegah aliran air yang menyeberangi membran di dalam larutan. Contohnya,
jika larutan 10% sukrosa di dalam kantong membran dialisis di letakan dalam air
di dalam gelas maka molekul air yang ada di dalam gelas akan mengalir kedalam
kantong dialisis. Besarnya tekanan yang diperlukan untuk mencegah aliran
melekul air dalam gelas ke dalam kantong dialisis merupakan nilai tekanan
osmosis larutan sukrosa tersebut.

Berdasarkan tekanan osmosis maka larutan tempat petumbuhan mikroba


dapat digolongkan atas larutan hipotonis, isotonis, dan larutan hipertonis. Mikroba
biasanya hidup di lingkungan yang bersifat agak hipotonis sehingga air akan
mengalir dari lingkungannya ke dalam sel sehingga sel menjadi mengambang
kaku. Adanya dinding sel dapat mencegah pecahnya sel mikroba.

Suatu tekanan osmosis akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan


osmosis lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis.
Sebaliknya tekanan osmosis lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel

7
membengkak dan juga dapat mengakibatkan rusaknya sel. Oleh karena itu dalam
mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmosis
yang sesuai. Walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan
osmosis dengan lingkungannya tidak boleh terlalu besar.

2.3 Media Pertumbuhan dan Penggunaannya di Laboratorium

Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroba, diperlukan suatu


substrat yang disebut dengan media. Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi
di antara mikroba diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak
macamnya untuk kultivasi. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik di dalam media, diperlukan persyaratan tertentu, yaitu :

 Media mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan


dan perkembangbiakan mikroba.
 Media mempunyai tekanan osmosis, dan pH yang sesuai untuk mikroba.
 Media harus dalam keadaan steril.

a. Bentuk Media

Ditinjau dari bantuknya, jenis media dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

- Media padat
Media padat yaitu media yang mengandung agar. Jumlah agar yang
ditambahkan tergantung kepada jenis atau kelompok mikroba yang
ditumbuhkan.
- Media cair
Umumnya media cair digunakan untuk menambah biomassa sel. Jika ke
dalam media tidak ditambahkan zat pemadat. Media cair diperguakan untuk
pertumbuhan bakteri, ragi dan mikroalga.
- Media semi padat
Jika penambahan zat pemadat hanya setengah atau kurang dari seharusnya. Ini
umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan

8
kandungan air dan hidup anaerobik atau fakultatif untuk menambah biomassa
sel.

b. Susunan Media

Berdasarkan susunan bahan yang digunakan, media kultivasi dapat


dibedakan menjadi :

- Media alami yaiu media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti
kentang, telur, dan daging. Pada saat ini media alami yang banyak
digunakan adalah dalam bentuk kultur jaringan tanaman atau hewan.
Contoh penggunaan media alami adalah telur yang digunkan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan virus.
- Media sintetik yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia. Misalnya
media untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan Clostridium.
- Media semi sintetik yaitu media yang tersusun oleh campuran bahan-
bahan alami dan bahan-bahan sintesis. Misalnya kaldu nutrisi, wortel agar.

c. Sifat Media

Penggunaan media bukan hanya untuk pertumuhan dan perkembangbiakan


mikroba tetapi juga untuk tujuan isolasi, seleksi, evaluasi dn diferensiasi.
sehingga tiap media mempunyai spesifikasi sesuai dengan maksudnya.
Berdasarkan sifatnya, media dibedakan menjadi :

- Media umum
Media umum adalah media yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan satu atau lebih kelompok mikroba secara umum
misalnya agar kaldu nutrisi untuk bakteri dan agar kentang untuk dekstrosa
untuk jamur.
- Media pengaya
Media pengaya adalah media dimana suatu jenis mikroba diberi
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dari jenis lainnya
yang sama-sama berada di dalam satu media. Misalnya : kaldu selenit atau

9
kaldu tetrationat untuk memisahkan Salmonella typhi dari mikroba lain
yang ada dalam feses.
- Media selektif
Media selektif adalah media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau
lebih jenis mikroba tertentu tetapi akan menghambat atau mematikan
jenis-jenis lainnya. Misalnya : Media SS (Salmonella-Shigella) agar untuk
menumbuhakn Salmonella dan Shigella.
- Media diferensial
Media yang dipergunakan untuk penumbuhan mikroba tertentu serta
penentuan sifat-sifatnya seperti media agar darah untuk penumbuhan
bakteri hemolitik disebut media diferensial.
- Media penguji
Media penguji dipergunakan untuk pengujian senyawa tertentu dengan
bantuan mikroba. Misalnya media penguji vitamin, antibiotika, residu
pestisida.

2. 4 Metode Kultivasi Mikroba

Di habitat alaminya, mikroorganisme biasanya tumbuh dalam populasi


yang kompleks dan terdiri dari beberapa spesies. Hal ini menyebabkan penelitian
mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat menjadi sulit untuk dilakukan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik untuk memisahkan populasi yang
kompleks ini menjadi spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan
murni adalah suatu populasi sel yang ditumbuhkan dari satu sel induk.

Proses isolasi dan upaya mempertahankan keadaan murni memerlukan


teknik aseptik . Oleh karena itu, sebelum mengkultur suatu mikroba harus
dilakukan suatu proses sterilisasi.

10
2.4.1 Sterilisasi

Sterilisasi yang umum dilakukan dalam bidang mikrobiologi adalah :

a. Sterilisasi secara fisik

Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan menggunakan uap air panas dan
tekanan tinggi, misalnya dengan penggunaan autoklaf pada temperatur 121 oC dan
tekanan 1.5 atm selama 15 hingga 20 menit.

b. Sterilisasi secara kimia

Larutan kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi adalah


larutan CuSO4, AgNO3, HgCl2, ZnO, dan alkohol ( kadar 50-75 % ) karena dapat
menyebabkan koagulasi protein mikroba. Selain itu, basa kuat dan asam kuat juga
dapat digunakan karena mampu menghidrolisis mikroba. Sterilisasi pada substrat
dapat dilakukan dengan menggunakan larutan garam seperti NaCl (9%), KCl (
11%), KNO3 (10%), KMnO4 (10%), dan HCl (1,1%). Khor dan senyawa khlor
digunakan sebagai desinfektan, terutama pada tempat penyimpanan air. Larutan
formaldehyde dengan kadar 4 – 20% juga dapat digunakan dalam sterilisasi secara
kimia.

c. Sterilisasi secara mekanik

Sterilisasi secara mekanik dilakukan dengan menggunakan filter. Jenis filter yang
digunakan tergantung dari tujuan penyaringan dan bahan yang akan disaring.
Sterilisasi secara mekanik umumnya dilakukan pada bahan yang tidak tahan pada
pemanasan ataupun tekanan yang tinggi.

2.4.2 Teknik Kultivasi Mikroba

Setelah semua bahan dan alat yang akan digunakan dalam proses kultivasi
disterilkan, maka dimulailah proses isolasi untuk mendapatkan biakan
murni.Bahan yang diinokulasikan pada medium disebut inokulum. Di bawah ini
ada beberapa teknik inokulasi yang umum dilakukan di laboratorium
mikrobiologi.

11
a. Teknik Penyebaran (The Spread-Plate Technique)

Teknik penyebaran yang lebih sering disebut dengan Spread-Plate adalah


teknik langsung dan mudah untuk mendapatkan suatu biakan murni. Di bawah ini
adalah gambar saat menginokulasi mikroba dengan menggunakan teknik Spread-
Plate.

Gambar 1. Teknik Spread-Plate

Campuran dari beberapa spesies bakteri disebarkan di permukaan medium


agar, sehingga setiap sel akan tumbuh menjadi koloni yang terpisah sempurna dan
dapat dilihat secara makroskopis berupa kumpulan mikroba di atas medium padat.
Setiap koloni yang terbentuk merupakan biakan murni. Di bawah ini adalah
gambar dari biakan murni yang diperoleh dengan menggunakan teknik Spread-
Plate.

12
Gambar 2. Biakan murni yang terbentuk dengan menggunakan teknik spread-plate

b. Teknik Goresan (The Streak-Plate Technique)


Biakan murni juga dapat diperoleh dengan teknik goresan ( Streak-Plate
Technique ). Inokulum digoreskan di atas medium dengan memakai ose menurut
pola tertentu, yaitu :

Goresan T

Untuk membuat biakan murni dangan teknik goresan T, ada beberapa


langkah yang harus diikuti, yaitu :

 Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan hutuf T pada bagian luar


dasar cawan petri.
 Inokulasi daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung.
 Panaskan ose dan biarkan dingin kembali.
 Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan goresan di daerah II.
 Pijarkan kembali ose dan biarkan dingin kembali.
 Prosedur diatas diulang untuk daerah III

13
Pola goresan T, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3. Pola Goresan T (Waluyo,2004)

Goresan Kuadran

Teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan agar dibagi menjadi
4, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 4. Pola Goresan Kuadran (Waluyo,2004)

Goresan Radian
 Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan.
 Pijarkan ose dan dinginkan kembali.
 Putar lempengan agar 90o dan buat goresan terputus dimulai dari
bagian pinggir lempengan.

14
 Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus di atas
goresan sebelumnya.
 Pijarkan ose.

Di bawah ini adalah gambar bentuk dari pola goresan radian:

Gambar 5. Gambar Goresan Radian (Waluyo,2004)


Goresan Sinambung
 Ambil satu mata ose suspensi dan goreskan setengah permukaan
lempengan agar.
 Jangan pijarkan ose, putar lempengan 1800, gunakan sisi mata ose
yang sama dan gores pada sisa permukaan lempengan agar. Pola
goresan sinambung dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6. Gambar Goresan Sinambung (Waluyo,2004)

15
Setelah inkubasi, sel-sel mikroba memperbanyak diri dan dalam waktu 18-24 jam
akan terbentuk suatu massa sel yang disebut koloni. Koloni yang terbentuk ini
adalah biakan murni. Di bawah ini adalah hasil kultivasi berupa biakan murni
yang diperoleh dengan teknik goresan.

Gambar 7. Biakan murni yang terbentuk dengan menggunakan teknik goresan

c. Teknik lempeng tuang (Pour Plate Technique )

Teknik pour-plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam


menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan
media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri. Teknik ini biasa
digunakan pada uji TPC (Total Plate Count). Kelebihan teknik ini adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar. Kultivasi
mikroba dengan teknik ini dimulai dengan mengencerkan kultur bakteri yang
telah ada dengan aquades. Selanjutnya, diaduk hingga rata dengan cara memutar
tabung reaksi dengan telapak tangan selama beberapa kali. Larutan dilusi tadi
sebanyak + 1 ml dituang ke dalam cawan petri. Cawan petri diputar secara
perlahan-lahan di atas meja horizontal untuk mengaduk campuran media agar
dengan dilusi kultur mikroba. Terakhir, inkubasi kultur ini pada kondisi yang
sesuai. Tahapan di atas diilustrasikan pada gambar 5 di bawah ini.

16
Gambar 8. Teknik Pour-Plate

Biakan murni yang dihasilkan, jika disimpan dalam jangka waktu yang lama
akan mudah sekali mengalami mutasi. Ini berarti, biakan murni yang disimpan
terlalu lama bukan lagi biakan murni yang semula. Oleh karena itu, ada beberapa
hal yang harus dilakukan untuk mencegah atau setidaknya mengurangi
kemungkinan terjadinya mutasi, yaitu :

- Secara periodik, biakan harus dipindahkan ke medium baru, sebaiknya


pemindahan dilakukan pada fase log.
- Biakan harus disimpan pada suhu rendah dan terhindar dari radiasi.

Mikroba diliofilisasikan, yaitu dimasukkan dalam ampul berisis susu kering


bercampur CO2 kemudian disimpan pada tempat bersuhu rendah.

2.5 Karakteristik Biakan Mikroba

Karakteristik pertumbuhan mikroba dalam medium pertumbuhan


menunjukkan morfologi, mekanisme pembelahan, dan aktivitas metabolismenya.
Pertumbuhan antara medium cair dan medium padat memberikan bentuk dan
karakteristik yang berbeda.

Pada biakan di medium cair, karakteristik yang ditimbulkan oleh


pertumbuhan mikroba, yaitu :

a. Terbentuk endapan

17
Terbentuknya endapan menunjukkan sel mikroba membentuk agregat
sehingga berat dan mengendap, misalnya Staphylococcus aureus.
b. Terbentuk pelikel
Terbentuknya pelikel disebabkan karena mikroba memiliki pili atau
glikokaliks yang menyebabkan sel yang satu melekat dengan yang lain,
misalnya Mycobacterium phlei
c. Terlihat keruh
Terlihatnya kekeruhan menunjukkan bahwa mikroba yang tumbuh tersebar
merata dan biasanya mikrobanya bersifat motil.

Pada biakan di medium padat, karakteristik yang ditimbulkan oleh


pertumbuhan mikroba adalah dengan terbentuknya suatu kelompok yang
dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan bentuk
itu merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu. Pengamatan mikroba dapat
dilakukan secara individual, satu persatu, maupun secara kelompok dalam bentuk
koloni, dan sifat-sifatnya dapat diketahui melalui koloni yang tumbuh di medium
permukaannya. Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya dapat
diamati tipe pertumbuhan pada masing-masing media, diantaranya dilakukan
terhadap konsistensi, bentuk koloni, warna koloni dan permukaan koloni.

(a)

18
(b)

Gambar 9. Tipe Bentuk Koloni

Koloni yang tumbuh terpisah ditumbuhkan kembali untuk mendapatkan


isolat murni. Isolasi murni dilakukan dengan mengoleskan ose steril pada koloni
dalam kultur campuran yang benar-benar terpisah satu sama lain. Olesan tersebut
digores pada media padat agar miring dalam tabung reaksi.

Koloni yang tumbuh dalam media ini merupakan isolat murni, yang hanya
berasal dari satu jenis bakteri saja. Koloni yang tumbuh dapat dikarakerisasi
berdasarkan tipe pertumbuhannya pada media agar miring.

19
(a)

(b)

Gambar 10. Tipe Bentuk Koloni Isolat Murni Pada Medium Agar Miring

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Adapun simpulan yang dapat kami simpulkan pada makalah ini adalah:

Kultivasi Mikroba bertujuan untuk mengetahui atau mempelajari sifat


pertumbuhan , morfologi, dan sifat fisiologis mikroba. Kultur mikroba digunakan
untuk menentukan jenis organisme, dengan kelimpahan dalam sampel yang diuji,
atau keduanya.

Lingkungan fisik yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba


yaitu temperatur atau suhu , kadar oksigen, pH dan tekanan osmosis.

Berdasarkan bentuk di kenal tiga jenis media yaitu media padat, semi padat,
dan cair. Berdasarkan susunan media dibagi atas 3 jenis media yaitu media
alami, sintetik, semi sintetik. Berdasarkan sifat media dibedakan menjadi media
umum, media pengaya , media selektif, media diferensial, dan penguji.

Bahan atau alat yang digunakan untuk kultivasi mikroba harus dalam
keadaan steril atau peralatan tersebut bebas dari mikroba. Sterilisasi yang umum
digunakan dalam kultivasi mikroba adalah sterilisasi secara fisik , sterilisasi
secara kimia, dan sterilisasi secara mekanik.

Teknik kultivasi ada 3 yaitu teknik penyebaran (spreat plate teknik), teknik
goresan ( streak plate teknik), dan teknik lempeng tuang ( pour plate teknik).
Masing – masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Di dalam tiap pertumbuhan biakan mikroba memiliki karakteristik


tersendiri. Karakteristik biakan dapat dilihat dari bentuk koloni, tepi koloni dan
warna koloni.

21
3.2 Saran

Adapun saran yang kami dapat dari makalah ini adalah Keanekaragaman
populasi mikroba ini meliputi mikroba yang memiliki perbedaan karakteristik
maupun kegunaan. Mikroba memiliki ukuran yang sangat kecil, tetapi memiliki
pengaruh yang besar terhadap kehidupan, baik yang menguntungkan maupun
merugikan. Maka dalam melakukan kultivasi mikroba kita harus melihat apakah
mikroba itu berbahaya atau tidak, karena bila kita salah dalam melakukan
kultivasi mikroba yang berbahaya tersebut, mikroba tersebut bisa menyebar dan
menginfeksi kita. Jadi dalam melakukan kultivasi kita harus dapat memilih serta
memilah mikroba mana yang boleh kita biakan. Untuk melakukan kultivasi
mikroba berbahaya, memerlukan alat dan keahlian khusus, karena kultivasi
mikroba tidak boleh sembarangan dilakukan.

22

Anda mungkin juga menyukai