Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Unggas adalah jenis ternak bersayap dari kelas Aves yang telah

didomestikasi dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk

memberikan nilai ekonomis dalam bentuk barang (daging dan telur) dan jasa

(pendapatan). Termasuk kelompok unggas adalah ayam (pedaging dan petelur),

itik, kalkun, burung puyuh, burung merpati, dan angsa yang sekarang sudah

diusahakan secara komersial (Yuwanta, 2008).

Ayam merupakan ternak unggas yang cepat berproduksi dan banyak

dipelihara oleh masyarakat luas karena relatif murah dan mudah pemeliharaannya

dibandingkan ternak lainnya. Alasan inilah yang mendorong makin

berkembangnya usaha peternakan ayam berskala besar dan modern maupun

berskala kecil (Sofyan dan Wahyu, 1999). Usaha peternakan ayam sering

mengalami berbagai hambatan oleh berbagai sebab, diantaranya kegagalan

peternak mengontrol penyakit. Koksidiosis merupakan salah satu penyakit ayam

yang penting (Anonim, 2005). Penyakit ini telah tersebar diberbagai daerah di

Indonesia, termasuk Jawa dan menyerang berbagai jenis ayam baik ayam potong

maupun ayam petelur (Akoso, 2002).

Menurut Anonim (2003), sampai saat ini koksidiosis merupakan salah satu

penyakit unggas yang bisa berakibat kerugian yang cukup besar. Satu oosista E.

tenella yang telah bersporulasi dapat mengakibatkan pengaruh yang besar ketika

1
2

termakan oleh ayam. Setiap oosista berisi empat sporosista, dan satu sporosista

berisi dua sporozoit (Fanatico, 20006). Satu oosista E. tenella yang berisi 8

sporozoit tersebut, secara teori dapat menghasilkan 2.520.000 merozoit-merozoit

generasi kedua (8 x 900 x 350), yang masing-masing dapat berkembang menjadi

suatu makrogamet dan mikrogamet. Dosis infeksi merupakan faktor penting untuk

menentukan jumlah oosista yang dihasilkan (Levine, 1995), semakin banyak

oosista yang diinfeksikan, maka eliminasi oosista semakin tinggi (Setyawati dan

Yuwono, 2006). Rohayati (1987) menyatakan bahwa semakin banyak oosista

yang tertelan, semakin banyak pula skizon, merozoit dan gamet yang terjadi,

maka oosista yang diproduksi akan semakin banyak sehingga eliminasi oosista

akan bertambah banyak. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah oosista per gram

tinja dapat dipakai untuk menduga berat ringannya infeksi E. tenella.

Morbiditas akibat koksidiosis di Indonesia dapat mencapai 80 hingga 90%

(Iskandar, 2005). Koksidiosis merupakan penyakit menular yang ganas, di

kalangan para peternak ayam disebut penyakit berak darah. Penularan koksidiosis

dapat terjadi bila tatalaksana kandang buruk, melalui kotoran ayam penderita,

melalui makanan dan minuman, serta peralatan yang tercemar oosista koksidia.

Litter yang basah merupakan media yang paling disukai oleh koksidia (Murtidjo,

2006). Koksidiosis di Indonesia merupakan salah satu penyakit yang hampir

selalu muncul pada setiap periode pemeliharaan ayam (pedaging maupun petelur)

(Tabbu, 2002).

Koksidiosis pada umumnya merupakan penyakit pada ayam muda, tetapi

ayam bisa terinfeksi kapan saja apabila sebelumnya belum pernah terkena.
3

Koksidiosis dapat menyebabkan kerugian hebat pada produksi daging dan telur

ayam. Parasit ini bermultiplikasi di usus halus dan menyebabkan kerusakan

jaringan, penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi, rendahnya absorpsi nutrisi

dari makanan, dehidrasi, dan kehilangan darah (Fanatico, 2006). Kerusakan

jaringan dan perubahan fungsi saluran pencernaan dapat mendukung adanya

infeksi bakteri, misalnya Clostridium perfringens (Tabbu, 2002).

Banyak di antara peternak ayam yang belum menyadari bahwa manajemen

penyakit adalah yang paling penting, bukan mencari obat atau vaksin yang tepat

setelah ayam sakit (Rasyaf, 2000). Setyawati dan Yuwono (2006) menyatakan

bahwa sebelum wabah koksidiosis terjadi di peternakan, usaha terbaik adalah

dengan mencegah timbulnya penyakit tersebut dengan menerapkan manajemen

pemeliharaan yang ketat, misalnya melakukan sanitasi yang baik terhadap

kandang dan lingkungannya, maupun dengan obat tertentu yang dicampurkan

dalam makanan yang lazim disebut koksidiostat, namun dalam kenyataannya di

lapangan, usaha tersebut seringkali menemui kegagalan. Tidak ada obat yang akan

menyembuhkan koksidiosis apabila tanda-tanda penyakit tersebut telah muncul,

obat-obat yang ada adalah untuk pencegahan dan harus diberikan segera apabila

diperkirakan akan terjadi wabah.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis infeksi terhadap

tingkat keparahan koksidiosis dengan parameter jumlah eliminasi oosista per

gram tinja.
4

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

mengenai infeksi koksidiosis pada ayam pada khususnya dan kemajuan ilmu

dalam bidang parasitologi pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai