MACAPAT
MACAPAT
MASKUMAMBANG
Ida Ratu
Paduka kang Sanggeng Langit
Mugi priksanana
Hamba ngaturken pejati
Canang sari lan daksina
Ya Tuhan
Engkau yang turun dari langit
Perhatikanlah hamba untuk saat ini
Hamba menghaturkan pejati
canang Sari dan Daksina
GAMBUH
PUCUNG
Janma Agung
Tan manggon ing pangkatipun
Miwah raja brana
Gumantung aneng pakarti
Jro laksana angagungken kamanungsan
MIJIL
SINOM
PANGKUR
ASMARANDHANA
PANGKUR
menjauhi nafsu angkara, untuk mendidik anak2 dengan puisi atau lagu, dibangun
dengan banyak kreasi, untuk memahami ilmu yg tinggi, dan ditanah jawa ini,
yang penting adalah menjalankan agama dengan benar.
Jinejer neng wedatama
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
Mangka nadyan tuwa pikun,
Yen tan mikani rasa,
Yekti sepi asepa lir sepah samun,
Samangsane pasamuan
Gonyak ganyuk nglelingsemi
tertulis di wedhatama, janganlah salah paham, meskipun tua dalam umur, kalau
tidak memiliki ‘rasa’, sebenarnya ‘sepa’ (hambar) seperti sampah, didalam
pertemuan, akan kikuk dan memalukan
orang bodoh tidak pernah menyadari, semakin dia banyak bicara, dengan
omongan2 yg tinggi, kata2 nya akan semakin ngawur, tetapi orang yg pandai
akan lebih mengalah, dan melindungi/menutupi si bodoh.
begitulah ilmu yg benar, membuat damai di hati, tetap gembira dibilang bodoh,
tetap senang meskipun dihina, tidak seperti si bodoh yg selalu omong besar, dan
sombong setiap hari, jangalah begitu orang hidup
Socaning jiwangganira,
Jer katara lamun pocapan pasthi
Lumuh asor kudu unggul,
Semengah sesongaran,
Yen mengkono kena ingaran katungkul
Karem ing reh kaparawiran
Nora enak iku kaki
gambaran jiwamu, akan terlihat dari tutur kata, tidak mau mengalah maunya
menang sendiri, senang menyombongkan diri, jika demikian bisa dibilang
terlena, suka ribut..gak baik itu nak!
Kekerane ngelmu karang,
Kekarangan saking bangsaning gaib,
Iku boreh paminipun,
Tan rumasuk ing jasad,
Amung aneng sajabaning daging kulup,
Yen kapengkok pancabaya,
Ubayane mbalenjani.
didalam ilmu karang, yg dikarang oleh bangsa gaib, itu hanya ibarat
bedak/param, tidak merasuk kedalam badan, hanya ada diluar daging..nak, jika
terkena marabahaya, tidak bisa diandalkan
untuk itulah sebisa2nya kamu, untuk membersihkan hati, belajar hal yg benar,
sesuai kemampuan, ada juga aturan negara, tempat kamu mengabdi, yg dilalui
siang dan malam
maka dari itu bertanyalah, kepada orang2 yg pandai dan bijak, untuk mengikuti
jejak, agar bisa menahan hawa nafsu, ketahuilah sebenarnya ilmu itu, tidak
hanya pada orang tua, tetapi juga orang muda dan rakyat jelata
SINOM
Samangsane pasamuan,
Mamangun marta martani,
Sinambi ing saben mangsa,
kala kalaning asepi,
Lelana teki-teki,
Nggayuh geyonganing kayun,
Kayungyun eninging tyas,
Sanityasa pinrihatin,
Puguh panggah cegah dhahar lawan nendra
dalam setiap pergaulan, menjaga kebahagiaan lahir batin dengan tenang dan
sabar, pada setiap kesempatan, disaat longgar, mengembara dan bertapa,
mencapai cita2 hati, terpesona akan suasana hening, hati senantiasa dibuat
prihatin, selalu berpegang teguh, mengurangi makan dan tidur
memohon dengan sangat, agar dekat dan dijadikan sebagai pengikut, didalam
alam gaib, pada waktu berkelana di alam hening, siap menyanggupi, kehendak
yg sudah ditentukan, harapanya hanyaalah minta restu dlm bertapa, tidak peduli
meskipun susah payah
Prajanjine abipraya,
saturun turuning wuri,
mengkono trahing ngawirya,
yen amasah mesu budi,
dumadya glis dumugi,
iya ing sakarsanipun,
wong agung ing Ngeksiganda,
nugrahane prapteng mangkin,
Trah tumerah dharahe padha wibawa.
janji yg bertujuan baik untuk anak cucu kelak, begitulah manusia luhur, bila
mempertajam hati, akhirnya kesampaian, apa yg diinginkannya, anugerahnya
hingga sekarang, seluruh anak cucu berwibawa
masih lumayan bila dibanding, orang hidup jaman prihatin, tetapi di masa kini, yg
digemari anak2 muda, meniru2 nabi, utusan Tuhan yaitu Rasul, yg hanya dipakai
untuk sombong2an, setiap akan bekerja singgah dulu ke masjid, mengharap
mukjizat agar naik derajat (pangkat).
tetapi sebaiknya mencari nafkah, krn dititahkan sbg makhluk lemah, mengabdi
raja, bertani atau dagang, begitu menurut pendapatku, ini krn aku org bodoh,
belum faham cara arab, sedangkan pengetahuan jawa saja tidak mememadai,
namun memaksakan diri mendidik anak
atau ingin menjadi khatib, hal itu bkn bidang saya, lebih baik berpegang teguh,
tata aturan kehidupan, menjalankan dan mengikuti jejak para leluhur, jaman
dahulu hingga kini, yg pd akhirnya tak lain mencari bafkah
begitulah manusia sejati, gemar membiasakan diri di alam sepi, pada saat2
tertentu, mempertajam membersihkan jiwa, caranya dgn berpegang pd
kedudukannya sbg ksatria, bertindak baik dan rendah hati, pandai bergaul,
pandai memikat hati, itulah orang yg disebut menghayati/menjalankan agama
dijaman skrg tidak demikian, sikap anak2 muda, apabila mendapat petunjuk
nyata, tidak pernah dijalankan, lalu menuruti kehendak hati, kakeknya saja mau
diberi pelajaran, mengandalkan gurunya seorang pandita negara yg pandai, dan
sudah menguasai ilmu makrifat