Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) merupakan suatu cairan hidup yang dapat berubah

dan member respon terhadap kebutuhan bayi seiring dengan pertumbuhannya.

ASI terbentuk dari campuran dua zat yaitu lemak dan air yang terdapat dalam

larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang dihasilkan oleh

kelenjer payudara ibu, dan bermanfaat sebagai makan bayi (Mayunani, 2012).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 Angka

Kematian Bayi (AKB) mencapai 25,3 per 1000 kelahiran hidup. Walapun

sekarang target dari MDGs yang belum terselesaikan dan di gantikan dengan

SDGs (Sustainable Development Goals (SDGs) yang berkomitmen untuk

menurunkan AKI dan AKB di tahun 2015-2030, namun sampai saat ini masih

belum menunjukkan penurunan AKI dan AKB yang signifikan (Depkes RI,

2016)

Salah satu misi penekanan terhadap angka kematian bayi (AKB) oleh

SDGs adalah dengan cara pemberian ASI sampai usia 6 bulan (eksklusif).

karena Air Susu Ibu (ASI) sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan

bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan. Partisipasi ibu menyusui pada

kelompok pendamping ASI sangat penting dalam keberhasilan pemberian ASI

eksklusif pada bayi.(Purwati, 2015)


Permasalahan gangguan pertumbuhan balita di Indonesia sudah mulai

muncul sejak usia dini antara umur 1-6 bulan sehingga diperlukan upaya

untuk mengurangi kecepatan gangguan pertumbuhan dan untuk meningkatkan

persentase kenaikan berat badan. Untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian anak, United Nation Children Found (UNICEF) dan World Health

Organization (WHO) merekomendasikan agar anak sebaiknya disusui hanya

ASI selama paling sedikit enam bulan.

Namun demikian masih banyak bayi yang mengalami gangguan

terhadap menyusu, mulai dari ibu itu sendiri seperti ASI yang tidak mau

keluar, produksi ASI yang kurang, sakitnya putting susu ibu saat menyusu

hingga permasalahan yang terjadi dari bayi itu sendiri (Roesli, 2010).

Salah satu terapi non farmakologis untuk mengatasi masalah

kurangnya frekuensi menyusu pada bayi adalah dengan melakukan pijat bayi

(Hikmah, 2010). Pijat bayi bermanfaat agar bayi dapat beristirahat dengan

efektif yang membuatnya mempunyai energi yang cukup untuk beristirahat

setelah bangun dari tidurnya. Bayi akan beraktivitas dengan optimal yang

menyebabkan akan cepat lapar dan nafsu makannya meningkat. Selain itu pijat

bayi juga bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi,

meningkatkan produksi ASI, serta meningkatkan daya tahan tubuh (Subakti,

2008).

Pijat bayi adalah pemijatan bayi yang dilakukan dengan cara mengusap

lembut dimulai dari kaki, dada, tangan, muka dan punggung.(6) Sedangkan

Pijat bayi adalah suatu bentuk permainan gerakan pada bayi, untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan serta kemampuan pergerakan

bayi secara optimal (Roesli, 2010)

Pijat bayi merupakan terapi sentuh kontak langsung dengan tubuh

yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi. Sentuhan dan

pelukan dari seorang ibu adalah kebutuhan dasar bayi. Jika pijat bayi

dilakukan secara teratur akan meningkatkan hormon katekolamin (epinefrin

dan norepinefrin) yang dapat memicu stimulasi tumbuh kembang karena dapat

meningkatkan nafsu makan, meningkatkan berat badan, dan merangsang

perkembangan struktur maupun fungsi otak (Riksani, 2012).

Pijat bayi sangat penting bagi kesehatan bayi. Terutama apabila

dilakukan oleh orangtua sendiri. Sehingga peran orangtua sangat dibutuhkan

dalam memberikan pijatan pada bayi. Agar menciptakan komunikasi antara

orangtua dan bayi melalui sentuhan pijatan yang mengandung unsur kasih

sayang, suara, kontak mata, dan gerakan. Pijat pada bayi dapat melibatkan

keluarga–keluarga terdekat untuk mendekatkan hubungan emosional,

misalnya ayah, nenek, kakek. Naluri seorang bayi dapat merespon sentuhan

dari ibunya sebagai ungkapan rasa cinta, perlindungan, danperhatian (Roesli,

2013).

Namun demikian pijat bayi juga memiliki dampak kurang baik apabila

dilakukan dengan cara yang tidak benar. Akibat kesalahan pemijatan maka

bayi dapat mengalami trauma atau lebam pada kulit dan otot dan rasa sakit

pada bayi sehingga bayi menjadi rewel, cedera otot dan tulang, pembengkakan

dan dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Oleh karena itu, banyak orang
tua enggan melakukan pijat bayi, mereka takut akan terjadi resiko pijat bayi

pada buah hatinya. Resiko tersebut biasanya disebabkan oleh kelalaian praktisi

pijat dalam memijat, salah pijat, dan kurangnya pengetahuan dalam memijat

(Andria, 2011)

Hasil penulisan yang dilakukan oleh farida tentang pengaruh pijat bayi

terhadap peningkatan frekuensi dan durasi menyusu pada bayi usia 1-3 bulan,

dimana dari hasil penulisan yang telah dilakukan didapatkan adanya pengaruh

dari pijatan bayi terhadap peningkatan frekuensi menyusu (p value= 0.000 <

0.05). serta penulisan yang dilakukan oleh Enny Fitriahadi tentang pengaruh

pijat bayi terhadap frekuensi dan durasi menyusu pada bayi juga memiliki

hasil yang sama yaitu adanya pengaruh pemberian dari pijat bayi terhadap

frekuensi dan durasi menyusu (p value = 0.03 < 0.05).

Dari hasil survey dan pengambilan data awal yang penulis lakukan di

BPS Bunda Bukittinggi diketahui bahwa jumlah persalinan pada tahun 2017

adalah sebanyak 144 jumlah persalinan normal dengan rata-rata 12 persalinan

perbulannya. Sedangkan pada tahun 2018 terhitung dari bulan Januari s/d Mei

didapatkan jumlah persalinan sebanyak 76 persalinan dengan jumlah

persalinan perbulannya sebanyak 15 orang (Rekapitulasi BPS Bunda

Bukittinggi, 2018)

Penulis juga melakukan observasi kepada 5 orang ibu post partum,

dimana dari 5 orang ibu tersebut 4 diantaranya mengaku bahwa frekuensi bayi

menyusu dalam sehari <5 kali dan hanya 1 orang yang memiliki frekuensi

meyusu >5 kali dalam 24 jam (sehari), sedangkan lama durasi menyusu dari 5
orang ibu tersebut 3 orang mengatakan < dari 5 menit dan hanya 2 orang bayi

yang memiliki lama durasi menyusu > dari 5 menit. Dari hasil wawancara

yang penulis lakukan terhadap 5 orang ibu post partum di BPS bunda

Bukittinggi mengatakan bahwa bayinya sampai saat ini belum pernah

dilakukan yang namanya pijat bayi, hal ini dikarenakan berbagai macam

alasan seperti kurangnya pengetahuan atau paparan terhadap informasi, serta

ketakutan ibu dalam melakukan pimijatan terhadap bayi mereka.

Dari latar belakang inilah maka penulis tertarik untuk mengetahui

lebih jauh tentang “Pengaruh Pijat bayi usia 0-3 bulan dengan frekuensi dan

durasi menyusu di BPS bunda bukittinggi tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena diatas maka rumusan masalah dalam penulisan

ini bagaimanakah “Pengaruh Pijat bayi usia 0-3 bulan dengan frekuensi dan

durasi menyusu di BPS bunda bukittinggi tahun 2018”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Pijat bayi usia 0-3 bulan dengan

frekuensi dan durasi menyusu di BPS bunda bukittinggi tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui frekuensi dan durasi menyusu bayi

sebelum diberikannya pijat bayi di BPS bunda bukittinggi tahun

2018.
b. Untuk Mengetahui frekuensi dan durasi menyusu bayi

sesudah diberikannya pijat bayi di BPS bunda bukittinggi tahun

2018.

c. Untuk Mengetahui Pengaruh Pijat bayi usia 0-3 bulan

dengan frekuensi dan durasi menyusu di BPS bunda bukittinggi

tahun 2018.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Manambah wawasan penulis tentang pijat bayi yang bertujuan

untuk meningkatkan frekuensi dan lama durasi menyusu pada bayi, serta

dapat melakukan suatu riset penulisan yang telah dipelajari di kampus.

2. Bagi Responden

Agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang bagaimana cara

agar bayi bisa menyusu dengan durasi lama dan frekuensi sering sehingga

kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai tambahan informasi bagi Institusi Pendidikan tentang hasil

penulisan yang dilakukan serta dapat menjadi data dasar dalam

mendukung untuk penulisan berikutnya.

4. Bagi Penulis Selanjutnya

Agar dapat menjadikan sumber data dan data pembanding untuk

penulis berikutnya serta dapat meneliti teknik lain guna meningkatkan

durasi dan frekuensi menyusu pada bayi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menyusu

1. Pengertian

Menyusui adalah hak setiap ibu dan tidak terkecuali ibu yang

bekerja, maka agar dapat terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan

informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI (Kemalasari, 2009).

Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai

kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak

saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia

yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional

yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan

sosial yang lebih baik (Roesli, 2010).

Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam

memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan

yang sehat, serta kesehatan ibu dan bayi dapat mempererat ikatan batin

antara ibu dan bayi sehingga dasar si kecil percaya pada orang lain dan diri

sendiri yang akhirnya bayi berpotensi untuk mengasihi orang lain.

2. Keuntungan Menyusui
Menyusui pada wanita mempunyai beberapa kebaikan, ASI adalah

makanan yang paling ideal bagi bayi baru lahir, normalnya bebas dari

ketidakmurnian. Air susu ibu mengandung kalori yang lebih banyak dari

susu formula. Kurang terjadi infeksi pada bayi yang menyusu pada ibu

karena ada imunisasi pasif. Menyusui anak mempercepat involusi rahim,

dengan demikian alat reproduksi ibu lebih cepat kembali normal.

Menyusui kadangkala lebih menyenangkan bagi ibu. Menyusui lebih

ekonomis, baik bagi ibu maupun bagi masyarakat. IQ bayi prematur yang

menyusu dilaporkan lebih tinggi dari pada bayi serupa yang tidak menyusu

(Kristiyanasari, 2008).

3. Praktik Menyusui

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, oleh karena itu diperlukan

upaya komprehensif untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif, yang

melibatkan semua unsur mulai dari kesadaran ibu, peran keluarga,

masyarakat serta pelayanan kesehatan. Air Susu Ibu (ASI) merupakan

makanan yang paling sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung

unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi yang optimal. ASI mengandung lebih dari 2000 unsur-

unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat,

vitamin,mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan dan

zat sel darah putih. Semua zat tersebut terdapat secara proporsional dan

seimbang. Selain itu adanya kolostrum dalam ASI berfungsi sebagai

pelindung yang kaya zat anti infeksi, berprotein tinggi dan pencahar yang
ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru

lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan

yang akan datang (Fikawati, 2010).

Agar bayi optimal mendapatkan ASI ma diperlukan bberapa kiat

menuju keberhasilan antara lain usahakan member minum dalam suasana

yang santai bagi ibu dan bayi. Buatlah kondisi ibu senyaman mungkin.

Selama beberapa minggu pertama, bayi perlu diberi ASI setiap 2,5 – 3 jam

sekali. Menjelang akhir minggu keenam, sebagian besar kebutuhan bayi

akan ASI setiap 4 jam sekali. Jadwal ini baik sampai bayi berumur antara

10 – 12 bulan. Pada usia ini sebagian besar bayi tidur sepanjang malam

sehingga tak perlu lagi memberi makanan di malam hari (Kristiyanasari,

2008).

4. Cara Menyusui Yang Benar

Menurut Farrer (2003), cara menyusui dibagi atas beberapa hal

yaitu:

a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan

pada putting dan sekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai manfaat

sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.

b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.

c. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung dan

punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.


d. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala

bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh

menengadah,dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).

e. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu

didepan.

f. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).

g. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

h. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

i. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain

menipang dibawah, jangan menekan putting susu.

j. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek)

dengan cara :

1) Menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi

mulut bayi.

2) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu serta areola payudara dimasukkan ke

mulut bayi

3) Usahakan sebagian besar kalang payudra dapat masuk ke

mulut bayi, sehingga putting susu berada di bawah langit – langit

dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan

ASI yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi salah, yaitu


apabila bayi hanya menghisap pada putting susu saja, akan

mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan putting lecet.

4) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang

atau disangga (Kristiyanasari, 2008).

k. Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya

diganti menyusui pada payudara yang lain.Cara melepas isapan bayi :

1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut

mulutn atau dagu bayi ditekan kebawah.

2) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum

terkosongkan (yang dihisap terakhir).

3) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit

kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya.

Biarkan kering dengan sendirinya.

l. Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung

supaya bayi tidak muntah (gumoh – jawa) setelah menyusu. Cara

menyendawakan bayi :

1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu

kemudian punggungnya ditepuk perlahan- lahan.


2) Dengan cara menelengkupkan bayi diatas pangkuan ibu,

lalu usap–usap punggung bayi sampai bayi bersendawa

(Kristiyanasari, 2008).

5. Cara Pengamatan Menyusui Yang Baik Dan Benar

Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau

disangga lagi. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang

benar, perhatikan bila bayi tampak tenang. Badan bayi menempel pada

perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara

ibu, sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian

bawah lebih banyak yang masuk, bayi nampak menghisap kuat dalam

irama perlahan, puting susu ibu tidak terasa nyeri, telinga dan lengan bayi

terletak pada satu garis lurus, kepala agak menengadah (Saleha, 2009).

6. Volume Produksi ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjer-kelenjer pembuat

ASI mulai menghasilkan ASI. Apabilan tidak ada kelainan, pada hari

pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari. Dari

jumlah ini, akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml

pada waktu mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai

dengan menyusui bayinya selama 4-6 bulan pertama. Karena itu selama

kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan

sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan

harus mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah


normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit

pertama. Penyedotan atau penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung

selama 15-25 menit.

Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan

mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Penelitian yang

dilakukan oleh para ahli pada beberapa kelompok ibu dan bayi

menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat

mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak

tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.

Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama

sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya

volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang

berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama

masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.

Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya

dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml

dalam 6 buan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi.

Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana

jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk

menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan

sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama

menyusui. Akan tetapi, kadang-kadang terjadinya keadaan dimana

peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat


meningkatkan produksi ASInya. Produksi dari ibu yang kekurangan gizi

sering kali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang

fatal bagi bayi yang masih sangat muda (Purwanti, 2007).

B. Konsep Pijat Bayi

1. Definisi Pijat Bayi

Massage adalah terapi sentuh tertua dan yang paling populer yang

dikenal manusia. Massage meliputi seni perawatan kesehatan dan

pengobatan yang telah dipraktekkan sejak berabad–abad silam (Andrews

dalam Sulung dkk, 2015).

Pijat merupakan stimulasi taktil yang memberikan efek biokimia

dan efek fisiologi pada berbagai organ tubuh. Pijat yang dilakukan secara

benar dan teratur pada bayi diduga memiliki berbagai keuntungan dalam

proses tumbuh kembang bayi. Pijat pada bayi oleh orangtua dapat

meningkatkan hubungan emosional antara orangtua dan bayi, juga diduga

dapat meningkatkan berat badan bayi (Yuliana dkk, 2013).

Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang

paling populer. Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan

yang dipraktekkan sejak abad keabad silam. Bahkan, diperkirakan ilmu ini

telah dikenal sejak awal manusia diciptakan kedunia, mungkin karena pijat

berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan proses kelahiran manusia.

Pengalaman pijat pertama yang dialami manusia ialah pada waktu

dilahirkan, yaitu pada waktu melalui jalan lahir ibu (Cahyaningrum &

Sulistyorini, 2014).
2. Manfaat Pijat Bayi

Manfaat pijat bayi (Parenting, 2015) adalah sebagai berikut:

1. Bayi lebih sehat dengan pijatan

Pijatan pada bayi ternyata tak hanya dilakukan pada saat bayi rewel

atau saja jatuh sakit. Pijatan yang diberikan pada bayi setiap hari

selama 20 menit selama sebulan dapat membuat bayi lebih rileks dan

membantu menstimulasi saraf otak.

2. Mengembangkan komunikasi

Sentuhan adalah bentuk komunikasi pertama yang diberikan oleh

pemijat dengan bayi. Sentuhan bayi berarti berbicara. Pijat bayi

menggabungkan aspek kedekatan yaitu kontak mata, saling tersenyum,

dan ekspresi wajah yang lain.

3. Mengurangi stress dan tekanan

Pijatan dapat menenangkan dan menurunkan produksi hormone

adrenalin yang selanjutnya akan meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

Umumnya daya tahan tubuh bayi meningkat 30% setelah dipijat 2 kali

selama 15 menit.

4. Mengurangi gangguan sakit

Memijat juga dapat membantu bayi mengusir gejala kembung, kolik,

serta membantunya tidur lebih nyenyak. Pijat juga dapat memperlancar

sirkulasi udara di perut, sehingga membantu mengeluarkan gas dalam

abdomen.

5. Mengurangi nyeri
Pijatan yang lembut membantu tubuh melepaskan oksitosin dan

endorphin. Kedua hormone ini dapat membantu mengatasi

ketidaknyamanan yang dirasakan bayi akibat nyeri tumbuh gigi,

hidung tersumbat, atau tekanan emosi.

6. Meningkatkan ASI dan Meningkatkan Frekuensi Menyusu

Berdasarkan penulisan Cynthia Mersmann, ibu yang

memijatkan bayinya mampu memproduksi ASI peras lebih banyak

dibandingkan dengan ibu yang tidak memijat bayinya. Pijatan

memmbuat bayi cepat merasa lapar karena penyerapan makanan lebih

baik. Akibatnya, bayi lebih sering menyusu. Semakin sering diminta,

ASI yang diproduksi semakin banyak. Jadi, pijat bayi dapat

meningkatkan volume ASI peras, sehingga periode waktu pemberian

ASI secara eksklusif dapat ditingkatkan.

Pemijatan yang teratur bayi dapat beristirahat dengan efektif

yang membuatnya mempunyai energi yang cukup untuk beristirahat

setelah bangun dari tidurnya. Bayi akan beraktivitas dengan optimal

yang menyebabkan akan cepat lapar dan nafsu makannya meningkat.

Bayi yang nafsu makannya baik tentu memerlukan asupan nutrisi,

dalam hal ini asi yang mencukupi setiap hari. Maka semakin sering

bayi menghisap maka asi akan diprosuksi lebih banyak (Riksani,

2012).

Selain memberikan gizi lengkap secara alami, air susu ibu

memberikan juga banyak keuntungan penting. Keseimbangan tepat


antara protein, karbohidrat, lemak, dan mineral menyebabkan air susu

ibu mudah dicerna, sehingga jarang sekali menimbulkan gangguan

pencernaan seperti diare dan konstipasi. Bayi-bayi yang disusui jarang

sekali menimbulkan berat badan (Roesli, 2008).

Aktivitas nervus vagus juga meningkatkan produksi asi.

Penyerapan makanan lebih baik karena peningkatan nervus vagus

menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering menyusu

pada ibunya. Akibatnya asi lebih banyak diproduksi. Asi akan lebih

banyak diproduksi jika semakin banyak diminta. Selain itu ibu yang

memijat bayinya akan lebih tenang dan hal ini berdampak positif pada

peningkatan volume asi (Roesli, 2008).

7. Memahami isyarat bayi

Bayi memiliki bahaya isyarat untuk menunjukan keinginan, misalnya

melalui bahasa mata atau isyarat badan. Pijat bayi yang dilakukan rutin

dua kaili sehari membantu orang tua memahami keinginan bayi

melalui isyarat yang diberikan.

8. Meningkatkan percaya diri

Dengan melakukan pijat bayi, orang tua lebih mengenal bayinya. Pijat

bayi mampu menguarangi rasa gelisah soal perawatan anak.

Ketenangan ini membuat orang tua mampu menguasai keadaan dan

lebih percaya diri untuk merawat bayinya sendiri.

9. Memahami kebutuhan si kecil


Bayi mengeluarkan bahasa tubuh selama dipijat. Orang tua yang

melakukan pijat secara rutin lebih mengenal kondisi fisik bayi. Karena

dilakukan berulang-ulang, orang tua lebih paham cara menghadapi

bayinya saat gelisah.

3. Teknik Melakukan Pijat Bayi

Adapun teknik atau cara dalam melakukan pijat pada bayi menurut Roesli

(2013) yaitu :

1. Kaki

Bagian ini merupakan bagian yang terbaik untuk memulai

pijatan, karena merupakan bagian yang paling tidak sensitif diantara

bagian tubuh bayi yang lain. Colek sedikit minyak, mulai pijat dengan

kedua tangan Anda secara perlahan, mulai dari daerah paha, terus ke

bawah. Buatlah pijatan secara bergantian antara tangan kanan dan kiri

Anda. Gerakan pijatan harus selembut mungkin, meniru gerakan

memerah susu. Pindah ke kaki yang sebelahnya lagi dan lakukan

pijatan yang sama.


2. Telapak kaki

Ambil salah satu telapak kakinya dan secara lembut putarlah

beberapa kali ke arah kiri, lalu ulangi lagi ke arah kanan. Setalah itu,

pijatlah punggung telapak kakinya mulai dari arah mata kaki ke arah

jari-jari kaki. Pindah ke telapak kaki satunya dan ulangi seperti itu.

3. Tumit

Gunakan ibu jari Anda untuk memijat dengan membentuk

lingkaran pada tumit bayi Anda

4. Jari kaki
Bagian ini adalah penutup dari pijatan bagian kaki bayi.

Peganglah jari mungilnya satu per satu menggunakan ibu jari dan

telunjuk Anda, kemudian secara lembut tariklah searah dengan jarinya

sehingga jari-jari Anda terlepas di ujung jari kaki bayi. Lakukan untuk

kesepuluh jari kakinya.

5. Lengan

Ambil salah satu lengannya dan lakukan gerakan seperti yang

Anda lakukan terhadap kakinya – gerakan seperti memerah susu, mulai

dari ketiaknya, terus hingga ke pergelangan tangan. Kemudian pegang

telapak tangannya, dan putar-putar secara perlahan beberapa kali, ke


arah kanan dan kiri. Pindah ke lengan satunya lagi dan lakukan hal

yang sama.

6. Telapak tangan

Dengan menggunakan ibu jari Anda, pijatlah telapak tangan

bayi Anda dengan gerakan memutar.

7. Jari tangan

Sama seperti jari-jari kaki, secara lembut ambil satu per satu

jari tangannya menggunakan ibu jari dan telunjuk Anda, lalu tarik

secara perlahan.

8. Dada
Katupkan kedua telapak tangan Anda (seperti tapak Budha),

lalu letakkan pada dadanya dalam keadaan seperti itu. Secara perlahan,

buat gerakan ke arah luar tubuh bayi, sehingga telapak tangan yang

terkatup secara perlahan terbuka menghadap ke bawah, dan telapak

tangan Anda akhirnya menempel dan berjalan di atas dadanya. Ulangi

beberapa kali.

Masih pada bagian dada, kali ini letakkan salah satu telapak

tangan Anda dengan menghadap ke bawah, di daerah dada bayi,

kemudian buatlah pijatan lembut ke bawah, ke arah pahanya. Buatlah

gerakan ini secara bergantian, dengan tangan kanan dan kiri Anda.
9. Punggung

Balikkan tubuh bayi Anda secara perlahan, sehingga ia

tengkurap. Posisi Anda berada di salah satu sisinya. Dengan

menggunakan jari-jari tangan Anda, buatlah pijatan lembut melingkar

dengan kedua tangan, dimulai dari bawah lehernya, sampai ke pantat si

kecil. Pindahlah posisi Anda ke sisi sebelahnya lagi dan lakukan

gerakan yang sama.

C. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Frekuensi dan Durasi ASI

Pijat bayi mudah dipelajari dan umumnya dengan beberapa kali

latihan para orang tua sudah mahir, disamping murah karena hanya

memerlukan minyak/baby oil, juga banyak manfaatnya. Dampak positif dari

pijat bayi antara lain: menurunkan kadar hormone stress, peningkatan kadar

zat daya tahan tubuh (immunoglobin), memperbaiki sirkulasi darah,

merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan, meningkatkan nafsu

makan, mengubah gelombang otak yang dapat membuat bayi tidur lelap,

meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel, meningkatkan kenaikan


berat badan dan mengeratkan ikatan batin antara bayi dengan orang tua

(bonding), meningkatkan volume ASI (Nurhidayanti, 2007).

Salah satu dari manfaat pijat bayi yang telah disebutkan di atas

adalah meningkatkan nafsu makan. Peningkatan nafsu makan ini ditambah

dengan peningkatan aktivitas nervus vagus/saraf pengembara (system saraf

otak yang bekerja untuk daerah leher ke bawah sampai dada dan rongga perut)

dalam menggerakkan sel peristaltic (sel di saluran pencernaan yang

menggerakkan dalam saluran pencernaan. Dengan demikian, bayi cepat lapar

atau ingin makan karena pencernaannya semakin lancar (Subakti, 2008).

D. Kerangka Teori

Pijat Bayi

Bayi

bayi dapat beristirahat  Bayi lebih sehat dengan


dengan efektif pijatan
 Mengembangkan
komunikasi
 Mengurangi stress dan
tekanan
Bayi akan beraktivitas  Mengurangi gangguan
dengan optimal setelah tidur, sakit
menyebabkan akan cepat  Mengurangi nyeri
lapar dan nafsu makannya  Meningkatkan ASI dan
meningkat Meningkatkan Frekuensi
Menyusu
 Memahami isyarat bayi
 Meningkatkan percaya

Gambar. 2.3
Kerangka Teori (Riksani, 2012)
E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau diukur

melalui penelitian yang dimaksud (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini

kerangka konsep penelitian ini telah disusun menurut variable yang telah di

tentukan sebagai tolak ukur dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya sebagai

berikut:

Frekuensi dan durasi Frekuensi dan durasi


menyusu sebelum Pijat Bayi menyusu sesudah
dilakukan pijat bayi dilakukan pijat bayi

Gambar. 2.3
Kerangka Konsep
F. Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Cara Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur ukur
1 Pijat bayi Pijatan yang - - - -
diberikan
kepada bayi
yang bertujuan
untuk
memberikan
kebugaran
kepada bayi
atau untuk
maksud
tertentu.
2 Frekuensi Jumlah bayi Lembar Observasi Rasio  frekuensi
menyusu bayi menyusu Observasi < 5 kali
dalam 24 jam  frekuensi
dihitung ≥ 5 kali
perkali
menyusu.

3 Durasi menyusu Lama bayi Lembar Observasi Rasio  Durasi


bayi menyusu Observasi < 5 menit
dalam setiap  Durasi
kali menyusu. ≥ 5 menit
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif sedangkan jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian quasi experimental (penelitian eksperimen semu)

dengan rancangan One group pretest-posttest design. Untuk penelitian

eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel

bisa antara 10 - 20 elemen atau lebih.

Gambar Penelitian ini : Pre Perlakuan Post

Kelompok Eksperimen O1 X O2

O1 = Frekuensi dan durasi menyusu sebelum diberikan pijat bayi.

X = Pemberian pijat bayi

O2 = Frekuensi dan durasi menyusu sebelum diberikan pijat bayi.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Rencana penelitian ini dilakukan BPS Bunda Bukittinggi pada bulan

Juli s/d Agustus tahun 2018.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Maka populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh

bayi yang berkunjung / berobat serta yang melahirkan di BPS Bunda

Bukittinggi yang berjumlah rata-rata perbulan sebanyak 15 orang.


2. Sampel

Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

penelitian dan dianggap mewakili seluruh populasi dengan menggunakan

cara atau teknik tertentu sehingga sampel tersebut dapat mewakili

populasinya (Arikunto, 2010). Metode pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sampel diambil

berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,

berdasar kan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui peneliti.

Dimana untuk penelitian eksperimental sederhana dengan pengambilan

sampel antara 10-20 responden.

Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kriteria inklusi

1. Bayi usia 0-3 bulan yang berkunjung di BPS Bunda bukittinggi

2. Tidak memiliki penyakit (bayi sehat)

3. Keluarga bersedia anaknya dijadikan responden

Kriteria eksklusi :

1. Bayi lahir dengan keadaan prematur

2. Memiliki penyakit komplikasi

D. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi

tempat penelitian. Penelitian menggunakan etika sebagai berikut (Loiselle et

al., (2004) dalam Palestin (2007):


1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan

yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia,

adalah: peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed

consent).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect

for privacy and confidentiality)

Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya

informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga

peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius

subyek penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan

keuntungan danbeban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan,

kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti mempertimbangkan

aspek keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang
sama baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam

penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal mungkin bagi

subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi

(beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subyek (nonmaleficence).

E. Hipotesis

Ha diterima : Ada Pengaruh Pijat bayi usia 0-3 bulan dengan frekuensi

dan durasi menyusu di BPS bunda bukittinggi tahun 2018.

Ho diterima : Tidak ada Pengaruh Pijat bayi usia 0-3 bulan dengan

frekuensi dan durasi menyusu di BPS bunda bukittinggi

tahun 2018.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi.

Langkah yang dilakukan untuk mengetahui frekuensi dan durasi menyusu

bayi dilakukan dengan menanyakan kepada ibu serta mengobservasi bayi

tersebut. Setelah itu dinilai frekuensi dan durasi lama menyusu bayi, serta

dilakukan pemijatan terhadap bayi dan setelah itu baru dilakukan penilaian

kembali terhadap frekuensi dan durasi lama menyusu bayi setelah bayi

bangun tidur.
G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data selesai

dilakukan dengan maksud agar data yang dikumpulkan memiliki sifat yang

jelas. Adapun langkah-langkah pengolahan data, yaitu :

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Setelah data diperoleh, kemudian diperiksa untuk memastikan data yang

diperoleh adalah data yang benar, bersih dan lengkap.

2. Pengkodean Data (Coding)

Setelah dilihat data yang lengkap lalu dilakukan nomor pada setiap

jawaban agar memudahkan dalam mengolah data.

3. Tabulating

Setelah diperiksa dan diberi kode, data dikumpulkan dalam bentuk table

distribusi frekwensi.

4. Memasukkan Data (Entry)

Memasukkan data yang telah diberi kode kedalam tabel dan diolah dengan

cara manual menggunakan rumus chi-square.

5. Pembersihan Data (cleaning)

Setelah dientry, data diperiksa kembali sehingga benar-benar bersih dari

kesalahan.

H. Teknik Analisa Data


Analisa data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setelah data

dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam

analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh

responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan

untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2010).

a. Analisis Univariate adalah analisa yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik suatu variabel penelitian.

Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentasi dari tiap variabel. Pada penelitian ini menjelaskan

karakteristik sebelum dan sesudah dilakukan proses penelitian.

b. Analisis Bivariate adalah analisa yang dilakukan untuk menguji

hubungan antara masing-masing variabel bebas dan variabel terikat

(Saryono, 2011).

Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh pijat bayi usia 0-3

bulan dengan frekuensi dan durasi menyusu. Dalam menganalisis data secara

bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistik yaitu uji statistik

Paired sample t-test untuk mengukur frekuensi dan durasi menyusu bayi

sebelum dan sesudah dilakukan pijat bayi, dan diperoleh mean perbedaan

sebelum dengan sesudah pada responden. Taraf signifikan (α = 0.05),

pedoman dalam menerima hipotesis : jika data probabilitas (p) < 0.05 maka

H0 ditolak dan terdapat pengaruh pijat bayi dengan frekuensi dan durasi
menyusu dan apabila nilai (p) ≥ 0,05 maka H0 gagal ditolak atau tidak

adanya pengaruh pijat bayi dengan frekuensi dan durasi menyusu.

Anda mungkin juga menyukai