Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian


4.1.1 Kondisi Geografis
Kecamatan Telaga Biru secara administratif terdiri dari 15 desa. Batas
wilayah daerah adalah sebagai berikut:
1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Limboto
2) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Telaga dan Kab. Bonebolango
3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Telaga Jaya
4) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Limboto
4.1.2 Kondisi Demografis
Jumlah penduduk pada tahun 2016 sebanyak 27.938 jiwa, (data BPS)
dengan jumlah KK sebanyak 7.531 KK. Jumlah penduduk laki-laki 13.736
(49,16%) dan penduduk perempuan sebanyak 14.202 (50,83%). Jumlah penduduk
miskin sebanyak 8.190 jiwa (30%). Kepadatan rata 260 jiwa/km2.
4.1.3 Kondisi Puskesmas Telaga Biru
Puskesmas Telaga Biru terletak di Kecamatan Telaga Biru Kabupaten
Gorontalo. Puskesmas Telaga Biru didirikan pada tahun 2013 dengan luas
bangunan 23x22 m yang terdiri dari:
1. Ruang Kegawatdaruratan
2. Ruang Poli Umum
3. Ruang Poli Gizi
4. Ruang Apotik
5. Ruang Gudang Obat
6. Ruang Kepala Tata Usaha
7. Ruang Bendahara
8. Ruang Kepala Puskesmas
9. Ruang Laboratorium
10. Ruang Staff

39
4.1.4 Ketenagaan Puskesmas Telaga Biru
Dalam rangka memberikan pelayanan prima bagi pasien Puskesmas Telaga
Biru Kab. Gorontalo maka didukung oleh personil/pegawai dengan rincian
sebagai berikut:
1. Pegawai Organik
1) Dokter : 3 orang
2) Perawat : 27 orang
3) Bidan : 12 orang
4) Kesehatan Masyarakat : 5 orang
5) Analisis Kesehatan : 1 orang
6) Sanitasi : 4 orang
7) Tenaga Administrasi : 2 orang
2. Tenaga Honorer
1) Honorer : 14 orang
4.1.5 Upaya Kesehatan
Puskesmas Telaga Biru dalam menyelenggarakan upaya pokok kesehatan
yang dilaksanakan yaitu:
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. KIA/KB
4. Gizi Kesmas
5. P2M
6. Upaya Pengobatan
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Karakteristik Responden
Dari hasil analisis univariat dihasilkan distribusi responden berdasarkan
karakteristikdari variabel yang diteliti, seperti pada tabel berikut ini:

40
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas Telaga Biru
Umur (Tahun) N % (Persentase)
<20 2 2,6
20-30 57 74,0
>30 18 23,4
Total 77 100
Sumber, Data Primer, 2018

Berdasarkan pada tabel 2 dari 77 responden sebagian besar berusia 21-30


tahun yaitu sebanyak 57 responden (74,0 %).
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Telaga Biru
Pekerjaan N %(Persentase)
IRT 48 62,3
Pegawai 7 9,1
Swasta 22 28,6
Total 77 100
Sumber, Data Primer, 2018

Berdasarkan pada tabel 3 dari 77 responden sebagian besar bekerja sebagai


IRT yaitu sebesar 48 responden (62,3%).
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Telaga Biru
Pendidikan N %(Persentase)
SD 4 5,2
SMP 20 26,0
SMA 41 53,2
Perguruan Tinggi 12 15,6
Total 77 100
Sumber, Data Primer, 2018

Berdasarkan pada tabel 4 frekuensi pendidikan terakhir responden, sebagian


besar yaitu lulusan SMA yaitu sebanyak 41 responden (53,2 %).
4.1.1. Analisis Univariat
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas Telaga
Biru
Pengetahuan N % (Persentase)
Baik 64 83,1
Kurang 13 16,9
Total 68 100
Sumber, Data Primer, 2018

41
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat sebagian besar responden memiliki
pengetahuan dalam kategori baik yaitu sebanyak 64 responden (83,1%)

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Keberhasilan Pemberian ASI


Eksklusif di Puskesmas Telaga Biru

Keberhasilan N %(Persentase)
Berhasil 66 85,7
Tidak Berhasil 11 14,3
Total 68 100
Sumber, Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat sebagian besar tingkat keberhasilan


pemberian ASI esklusif dalam kategori berhasil yaitu sebanyak 66 responden
(85,7%).
4.1.2. Analisis Bivariat
Tabel 7. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi dengan
Keberhasilan Pemberian Asi Esklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Telaga Biru
Keberhasilan
Total
Berhasil Tidak Berhasil P value
Variabel N % N % N %
Pengetahuan
Baik 64 83,1 0 0,0 64 83,1
0,000
Kurang 2 2,6 11 14,3 13 16,9
Total 66 85,7 11 14,3 77 100
Sumber, Data Primer, 2018
Tabel 7 menunjukkan bahwa, Pengetahuan dalam kategori baik, sebagian
besar keberhasilan Pemberian ASI esklusif dalam kategori berhasil yaitu sebanyak
64 responden (83,1). Dibandingkan dengan yang kategori tidak berhasil yaitu
sebanyak 0 responden (0%). Sedangkan Pengetahuan dalam kategori kurang
sebagian besar keberhasian pemberian ASI Esklusif dalam kategori berhasil yaitu
sebanyak 2 responden (2,6%), dibandingkan dengan yang kategori tidak berhasil
yaitu sebanyak 11 responden (14,3%).Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000
dengan α < 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi dengan Keberhasilan Pemberian
Asi Esklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru.

42
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Distribusi responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah usia 21-
30 tahun yaitu 57 responden (74,0 %). dan paling sedikit usia <20 Tahun yaitu 2
orang (2,6%). Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja ( Arini
H,2012). Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal usia aman untuk
kehamilan, persalinan, dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang
sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam
pemberian ASI eksklusif,sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap
masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam menghadapi
kehamilan, persalinan,serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap
berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan
menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya dan juga dapat
meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan dan nifas (Arini H, 2012).
Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal karena berkaitan dengan
kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas, serta cara mengasuh juga menyusui
bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum
siap secara jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta
dalam membina bayi dalam dilahirkan (Arini H, 2012). Sedangkan ibu yang
berumur 20-35 tahun, menurut (Arini H, 2012) disebut sebagai “masa dewasa”
dan disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan orang telah
mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara
emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat
bayinya nanti. Pada primipara dengan usia 35 tahun ke atas di mana produksi
hormon relatif berkurang, mengakibatkan proses laktasi menurun, sedangkan pada
usai remaja (12-19 tahun) harus dikaji pula secara teliti karena perkembangan
fisik, psikologis, maupun sosialnya belum siap sehingga dapat mengganggu
keseimbangan psikologis dan dapat mempengaruhi dalam produksi ASI.

43
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2009) yang
menunjukkan bahwa karakteristik responden yang paling banyak berdsarkan umur
adalah umur 25-30 tahun yaitu 9 orang (36%). Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa responden yang diambil peneliti memiliki karakteristik umur yang sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009) walaupun berbeda wilayah.
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak
adalah SMA yaitu sebanyak 41 orang (53,2%) dan yang paling sedikit SD yaitu 4
orang (5,2%). Pendidikan adalah upaya persuasif atau pembelajaran kepada
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan atau praktik untuk
memelihara (mengatasi masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan
atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh
pendidikan kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui
proses pembelajaran sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung
lama (long lasting) dan menetap (langgeng) karena didasari oleh kesadaran.
Memegang kelemahan dan pendekatan kesehatan ini adalah hasil lamanya
memerlukan waktu lama (Arini H, 2012).
Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusui
dalam memberikan ASI eksklusif, hal ini dihubungkan dengan tingkat
pengetahuan ibu bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan
yang rendah (Arini H, 2012)
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2009) yang
menunjukkan pendidikan responden yang palng banyak adalah 16 orang (50,5 %).
Peneliti lain yang dilakukan oleh Setyorini (2014) bahwa responden yang paling
banyak berpendidikan pasca sarjana dan yang paling sedikit adalah SMP. Hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh perbedaan wilayah pengambilan responden dan
kemajuan SDM di suatu wilayah.
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah IRT
yaitu sebanyak 48 responden (62,3%). Dan yang paling sedikit Pegawai yaitu
sebanyak 7 responden (9,1). Dengan terbukanya kesempatan bekerja dan tuntutan
untuk bekerja membantu ekonomi keluarga maka sebagian ibu-ibu memilih

44
bekerja di luar rumah. Dengan bekerja ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan
bayinya, akibatnya ibu cenderung memberikan susu formula dan diberikan
melalui botol, menyebabkan frekuensi penyusuan akan berkurang dan produksi
ASI akan menurun. Keadaan ini menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI.
Jadi, seorang ibu yang bekerja kemungkinan menyusui bayinya secara eksklusif
menurun drastis
2. Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif
Pengetahuan akan mempengaruhi tindakan seseorang. Untuk
mendapatkan pengetahuan diperlukan proses belajar. Dengan belajar akan
dapat terjadi perubahan perilaku. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
pendidikan formal maupun informal. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor lain seperti faktor internal (kesehatan indera, kesehatan psikis, kondisi
afektif dan kognitif) serta faktor eksternal (pendidikan, pekerjaan, ekonomi,
pengalaman, sosial dan budaya).
Berdasarkan penelitian ini, sebanyak 68,8% responden berpendidikan
SMA dan perguruan tinggi. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi sehingga akan semakin luas pula pengetahuannya dan akan
memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi tersebut serta akan
berfikir sejauh mana keuntungan yang diperoleh, (Notoatmodjo, 2007). Jika
seorang ibu bekerja sudah banyak mengetahui tentang pengertian ASI,
manfaat ASI, manajemen laktasi, dan keuntungan ASI maka akan timbul
perilaku pemberian ASI secara Eksklusif.
kenaikan tingkat partisipasi dan emansipasi wanita dalam pekerjaan ada
kaitannya dengan pemberian ASI eksklusif. Pada ibu yang bekerja dengan jam
kerja yang lebih tinggi, kesempatan untuk bersama bayinya menjadi terbatas
karena banyaknya waktu yang tersita untuk bekerja sehingga pemberian ASI
Eksklusif terhambat (Siregar, 2004). Untuk menunjang terlaksananya
pemberian ASI Eksklusif ibu yang bekerja perlu menerapkan manajemen
laktasi dalam kesehariannya, seperti merubah jadwal menyusui dengan lebih
sering di malam hari, memerah ASI di tempat bekerja, cara penyimpanan ASI

45
perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebanyak 83,1%
responden memiliki pengetahuan baik tentang ASI eksklusif. Hal ini terutama
tercermin dari pengetahuan ibu terhadap pengertian, manfaat pemberian ASI
eksklusif dan teknik menyusui. Namun bagi seorang ibu yang bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan, angka pengetahuan tersebut maksimal karena 64
ibu memiliki pengetahuan kategori baik, sedangkan 13 ibu yang lain memiliki
pengetahuan kurang. Ternyata pengetahuan yang kurang tersebut dikarenakan
banyak ibu bekerja yang kurang memahami tentang manajemen laktasi bagi
ibu bekerja guna mendukung proses menyusui secara eksklusif, seperti cara
memerah ASI, cara menyimpan ASI dan cara memberikan ASI perah kepada
bayinya. Selain itu banyak ibu yang masih mempercayai mitos bahwa proses
menyusui bisa mengubah bentuk payudara menjadi tidak kencang (melorot),
padahal proses kehamilanlah yang mengubah bentuk payudara dan bukan
karena menyusui (Roesli, 2005).
3. Pemberian ASI Eksklusif
Dari hasil analisa didapatkan sebagian besar tingkat keberhasilan
pemberian ASI esklusif dalam kategori berhasil yaitu sebanyak 66 responden
(85,7%). Hal ini menunjukan sebagian besar responden memberikan ASI Esklusif.
Proses pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, pengaruh lingkuan sosial, gencarnya
promosi susu formula, atau kurangnya dukungan petugas kesehatan.
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0 – 6 bulan. Bahkan air
putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini, (Atikah Proverawati, 2010).
Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,
serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat. (Arini H, 2012)

46
4.2.2.Analisis Bivariat
Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Manajemen Laktasi dengan
Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga
Biru
Hubungan Pengetahuan Ibu Bekerja tentang ASI Eksklusif dengan
Pemberian ASI Eksklusif menunjukkan hubungan yang signifikan, hal ini
terlihat dari ibu bekerja yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 64
responden dan seluruhnya memberikan ASI eksklusif, sedangkan dari 13 ibu
bekerja yang memiliki pengeetahuan kurang, 11 diantaranya tidak
memberikan ASI secara eksklusif.
Pengetahuan merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan yang datang
dari apa yang telah dilihat atau diketahui tentang suatu obyek, baik yang
berasal dari pengalaman maupun informasi yang diperoleh secara langsung
atau tidak langsung. Menurut Notoatmodjo (2007) ibu yang memiliki
pengetahuan kurang cenderung memiliki perilaku yang kurang baik. Sesorang
yang mempunyai sumber informasi yang baik akan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas. Dengan informasi yang baik, maka seseorang akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik pula. Dengan pengetahuan yang
baik kemungkinan dia menerapkan informasi yang lebih tinggi pula (Alwi,
2003).
Rohmaningsih (2010), sebelumnya pernah meneliti tentang hubungan
pengetahuan yang berkaitan dengan laktasi terhadap pemberian ASI Eksklusif
dan memberikan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antar variable
tersebut, semakin baik pengetahuan tentang laktasi maka semakin besar
kesempatan ibu menyusui memberikan ASI Eksklusif.
Retiyansa (2010) juga melakukan penelitian yang serupa dengan judul
“Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian
ASI Eksklusif” dan dilakukan uji dengan Fisher’s Exact Test mendapatkan
hasil yang sama yaitu ada hubungan antara kedua variabel. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah tempat, waktu, dan subjek penelitian, dimana subyek
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah semua ibu yang memiliki

47
bayi usia 6-8 bulan, tanpa memandang ibu bekerja atau tidak.
Hasil analisis data dengan chi square test pada tingkat kepercayaan 95%
yang diolah dengan menggunakan program SPSS versi 22, diperoleh nilai
signifikasi p = 0,000 atau dapat disimpulkan bahwa nilai signifikasi p<0,05. Hal
ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan laktasi
dengan pemberian ASI eksklusif.
Dari data yang diperoleh, responden yang memberikan ASI eksklusif
adalah responden yang berpengetahuan cukup yang selanjutnya diikuti oleh
responden yang berpengetahuan baik. Kemudian sebagian besar responden yang
tidak berpartisipasi dalam pemberian ASI adalah responden yang
memiliki pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan faktor rendahnya
pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Telaga Biru adalah kurangmya
pengetahuan wanita tentang laktasi.
Hasil penelitian sebelumnya Prikaningrum (2007) dengan 30 sampel dan
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
dengan metivasi pemberian ASI eksklusif. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas
0,001< 0,005. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat, waktu, subjek
penelitian, dan variabel yang diteliti yaitu mengenai peranan tingkat pengetahuan
secara umum terhadap motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif, tetapi
belum ada penelitian yang secara spesifik meneliti tentang hubungan pengetahuan
yang berkaitan dengan laktasi terhadap pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan dari teori pendukung, hasil penelitian, dan penelitian
sebelumnya, maka peneliti berpendapat bahwa semakin baik pengetahuan tentang
laktasi maka, semakin besar pula kesempatan Ibu menyusui memberikan ASI
eksklusif.
4.3. Keterbatasan Penelitian
Meskipun telah mendapatkan hasil dari penelitian ini yaitu ada hubungan,
yang signifikan antara pengetahuan dengan keberhasilan pemberian ASI esklusif
di Puskesmas Telaga, namun penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, diantaranya :

48
a. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang memiliki
beberapa kelemahan antara lain pengukuran variabel independen dan
dependen dilakukan secara bersamaan (pada periode yang sama) sehingga
rawan terhadap bias dan tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat
antara variabel independen dan dependen.
b. Pengumpulan data dengan kuesioner memungkinkan responden menjawab
pertanyaan dengan tidak jujur atau tidak dimengerti sehingga hasilnya kurang
mewakili. Namun peneliti sudah meminimalkan hal tersebut dengan terlebih
dahulu sebelum mengisi kuesioner menghimbau agar responden mengisinya
dengan sejujur-jujurnya yang disampaikan melalui informed consent dan
menjelaksan maksud dari beberapa pertanyaan yang tidak dimengerti oleh
responden.

49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dalam kategori baik yaitu
sebanyak 64 responden (83,1%)
2. Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dalam kategori berhasil yaitu
sebanyak 66 responden (85,7%).
3. Ada hubungan antara Pengetahuan dengan Keberhasilan pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Telaga Biru, P value = 0,000.
5.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman masyarakat khususnya ibu hamil dan menyusui tentang
pentingnya manajemen laktasi untuk keberhasilan pemberian ASI Eksklusif.
2. Bagi Puskesmas
Memberikan masukan bagi tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan
manajemen laktasi pada ibu.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang kesehatan terutama
tentang masalah manajemen laktasi terhadap keberhasilan pemberian ASI
Eksklusif.
4. Bagi Penelitian Lain
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti lain dalam
mengembangkan penelitian sejenis dan penelitian ini dapat dijadikan
sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut sehingga bermanfaat bagi kita
semua.

50

Anda mungkin juga menyukai