Anda di halaman 1dari 8

SEGITIGA EMAS FOTOGRAFI - EXPOSURE

by Enche Tjin on July 10, 2009

Kunci dari mendapatkan foto yang ideal tergantung dari segitiga emas fotografi. Segitiga emas
fotografi adalah bukaan (aperture), kecepatan rana (shutter speed) dan ISO. Kombinasi dari ketiganya
menentukan gelap terangnya sebuah foto.

BUKAAN / APERTURE / DIAFRAGMA


Aperture adalah bukaan lensa kamera dimana cahaya masuk. Bila bukaan besar, akan banyak cahaya
yang masuk dibandingkan dengan bukaan kecil. Selain merupakan salah satu cara mengendalikan
cahaya yang masuk, bukaan di gunakan juga untuk mengendalikan kedalaman ruang (depth of field /
dof).

Dalam prakteknya, jika Anda berada di lingkungan dimana cahaya sangat terang, maka kita bisa
menutup bukaan sehingga lebih sedikit cahaya masuk ke dalam. Jika kondisi lingkungan gelap, maka
kita bisa membuka bukaan lensa sehingga hasil akhir menjadi optimal.

Bukaan juga bisa digunakan untuk mengendalikan kedalaman ruang. Bukaan besar membuat
kedalaman ruang menjadi tipis, akibatnya latar belakang subjek menjadi kabur. Bukaan kecil membuat
kedalaman bidang menjadi besar, akibatnya semua bidang dalam foto menjadi tajam atau berada
dalam fokus.

Hal yang unik dan sering membingungkan pemula adalah nomor dalam setting bukaan adalah terbalik
dengan besarnya bukaan. Misalnya angka kecil berarti bukaan besar, sedangkan angka besar berarti
bukaan kecil. Contoh: f/1, f/1.4, f/2, f/4. f/5.6, f/8, f/16, f/22 dan seterusnya.

Setiap lensa memiliki bukaan maksimum dan minimum. Angka yang tertera dalam lensa seperti f/3.5-
5.6 berarti makimum bukaan bervariasi antara f/3.5 sampai f/ 5.6.

SHUTTER SPEED
Kecepatan rana (shutter speed) adalah durasi kamera membuka sensor untuk menyerap cahaya.
Semakin lama durasinya, semakin banyak cahaya yang masuk ke kamera dan hasil foto akan
bertambah terang.

Satuan shutter speed adalah dalam detik atau pecahan detik. Biasanya berawal dari 1/4000 detik
sampai to 30 detik. Variasi shutter speed ini diatur dari badan kamera bukan dari lensa.

Selain mempengaruhi kuantitas cahaya yang masuk, shutter speed mempengaruhi foto dalam dua hal:

Kecepatan rana yang cepat membekukan (freeze) objek yang bergerak.


Kecepatan rana yang lama menangkap gerakan (motion) objek secara berkesinambungan.
Dalam praktek, kita mengunakan kecepatan rana yang tinggi untuk membekukan gerakan subjek yang
bergerak, seperti pada foto liputan olahraga. Sebaliknya, kita mengunakan kecepatan rana yang
rendah untuk merekam efek gerak, seperti dalam merekam pergerakan air terjun.

ISO
ISO adalah ukuran sensitivitas sensor terhadap cahaya. Ukuran dimulai dari angka 50, 80 atau 100 dan
akan berlipat ganda sampai 3200 atau lebih besar lagi. ISO dengan ukuran angka kecil berarti sensivitas
terhadap cahaya rendah, ISO dengan angka besar berarti sebaliknya.

ISO dengan angka besar atau disebut juga ISO tinggi akan menurunkan kualitas gambar karena
munculnya bintik-bintik yang dinamakan “noise”. Foto akan terlihat berbintik-bintik seperti pasir dan
detail yang halus akan hilang. Tapi untuk kondisi yang sulit seperti sedikit cahaya dalam ruangan, ISO
tinggi seringkali diperlukan.

Di era kamera analog, ISO dikenal juga dengan ASA. Di jaman analog, ASA tergantung dari film yang
kita pasang di dalam kamera. Namun di jaman sekarang, ISO bisa diubah sewaktu kita
menghendakinya melalui kamera.
CARA MENGGUNAKAN ISO, APERTURE ATAU DIAFRAGMA & SHUTTER SPEED
Indra Yanuanda Tips & Trik

Cara Mengatur & Menggunakan ISO


ISO adalah sebuah pengaturan yang berfungsi untuk menentukan tinggi rendahnya sebuah nilai
cahaya pada hasil sebuah foto. Seorang fotografer tidak selalunya berhadapan dengan sebuah kondisi
pencahayaan yang cukup terang. Akan ada saatnya dimana anda akan memotret di dalam ruangan
atau pada saat malam hari. Pada kondisi tersebut, tingkat pencahayaan sangatlah minim dan anda
akan membutuhkan sebuah pengaturan dan dukungan dari ISO untuk bisa memaksimalkan sebuah
kualitas pencahayaan pada foto anda.

Memang ada cara yang lain untuk menghadapi sebuah kondisi yang mini dengan cahaya yaitu dengan
mengatur nilai shutter speed menjadi cukup lambat supaya banyak cahaya yang masuk ke dalam
sensor. Akan tetapi, trik ini mempunyai sebuah resiko terjadi motion atau blur pada hasil foto anda.
Oleh karena itu mengatur ISO tinggi merupakan sebuah solusi yang terbaik akan tapi itupun juga
mempunyai sebuah resiko akan timbulnya noise pada hasil foto. Tidak semua orang menyukai hasil
sebuah foto yang menggunakan bantuan lampu flash, dan tidak semua kondisi cocok untuk
menggunakan flash.

Nilai ISO
Harus anda ketahui bahwa nilai ISO memiliki kelipatan "x 2" dan nilai ISO default atau nilai terendah
adalah 100. Sedangkan kelipatan nilai ISO yaitu 200, 400, 800, 1600, 3200, 6400, dan seterusnya.
Kelipatan atau sebuah tingkatan ISO tersebut biasa disebut dengan istilah stop. Oleh karena itu apabila
ada yang menyebut naik 1 stop maka itu berarti nilai ISO naik dari nilai 100 ke 200 dan seterusnya
karena berlaku kelipatan.

Nilai ISO Ideal


Sulit untuk menentukan mana nilai ISO yang ideal karena hal tersebut sangat tergantung pada
kebutuhan dan situasi cahaya ditempat anda memotret. Tapi untuk menghasilkan sebuah foto dengan
kualitas aman dan tidak terlihat noise maka anda bisa menggunakan nilai ISO antara 100 sampai 400.
Nilai ISO tertinggi yang disarankan supaya tidak menimbulkan adanya noise yaitu 800. Akan tetapi ada
pula sebuah situasi dimana anda akan membutuhkan ISO hingga mencapai 3200. Semua tergantung
pada kebutuhan dan pada kondisi pencahayaan yang sedang anda hadapi.

Cara Mengatur ISO


Selain dengan menggunakan mode auto, anda juga bisa dengan leluasa untuk mengatur nilai ISO pada
mode manual exposure atau M, shutter priority Tv atau S, aperture priority atau Av atau A, dan bahkan
pada mode program atau P. Pada menu yang terdapat dalam monitor LCD, menu ISO ini berdekatan
dengan menu shutter speed dan aperture. Seharusnya ini menjadi hal yang sangat mudah untuk anda
bisa menemukan tiga pengaturan tersebut.

Pilihlah sebuah menu ISO yang sesuai dengan gambar di atas, lihatlah pada bagian yang dilingkari dan
setelah itu pilihlah nilai ISO yang sesuai dengan yang anda butuhkan.

Cara Mengatur & Menggunakan Aperture Atau Diafragma


Aperture atau yang biasa disebut juga sebagai bukaan lensa. Sedangkan yang dimaksud dengan
bukaan lensa tersebut silahkan anda perhatikan gambar berikut :

Cara Kerja Aperture


Harus anda ingat bahwa aperture yaitu mengenai lebar dan sempitnya sebuah bukaan pada lensa yang
terhubung ke kamera. Cara kerjanya yaitu pada saat semakin lebar bukaan pada lensa maka akan
semakin banyak cahaya yang akan masuk, dan hasilnya akan dapat meningkatkan kecerahan pada
sebuah foto. Selain itu, lebar dan sempitnya bukaan sebuah aperture juga dapat mempengaruhi ruang
ketajaman pada sebuah gambar.
Memahami Nilai Aperture
Nilai aperture biasa ditulis dalam satuan "f/". Banyak para pemula yang salah dalam penggunaan
aperture ini dikarenakan mereka keliru dalam membaca nilai aperture. Pada setiap nilai mewakili
sebuah bukaan dan perlu anda ingat bahwa nilai sebuah aperture dipahami secara terbalik.
Contohnya, untuk bukaan terlebar diwakili dengan nilai kecil misalnya "f / 1.8" atau nilai yang lebih
kecil dari nilai tersebut. Sedangkan untuk bukaan yang tersempit diwakili oleh nilai yang besar
misalnya "f/22".

Semakin kecil nilai sebuah aperture maka akan semakin lebar pula bukaan pada sebuah lensa, begitu
juga sebaliknya. Supaya anda mudah memahaminya.

Rumus F-Stop Aperture


Sederhananya bahwa f stop itu merupakan sebuah tingkatan dari nilai aperture. F stop juga dikenal
dengan istilah "f number" dan hal ini juga menjadi salah satu sebutan lain dari aperture. Walaupun
demikian, istilah "stop" seringkali dilibatkan dalam perhitungan sebuah nilai eksposur termasuk pada
elemen pembentuk eksposur yaitu shutter speed, aperture, dan ISO. Perhitungan f stop yang paling
mendasar yang dikenal dengan istilah "full f stop" menggunakan rumus berikut :
Nilai aperture sebelumnya √ 2 = Nilai aperture selanjutnya

Jadi misalnya apabila lensa anda memiliki aperture f/3 maka cara untuk dapat mengetahui nilai
aperture selanjutnya yaitudengan cara 3 √ 2 = 4.24 yang dibulatkan menjadi 4.2. Dengan
menggunakan rumus tersebut anda bisa menghitung sendiri berapa kelipatan dari nilai aperture pada
lensa anda dengan menggunakan kalkulator ilmiah dan menggunakan smartphone yang menyediakan
sebuah aplikasi kalkulator. Berikut ini adalah contoh gambar urutan dari nilai aperture dengan dua
metode perhitungan berbeda :

Cara Menggunakan Aperture


Aperture dapat diatur dengan sesuka anda hanya pada mode manual exposure atau pada mode M
atau aperture priority, dan anda tidak akan bisa mengaturnya pada sebuah mode auto atau mode
program atau P. Pada sebuah kamera Canon, shutter priority ditulis dengan menggunakan simbol Av,
sedangkan pada kamera Nikon dan kebanyakan kamera lainnya ditulis dengan menggunakan simbol
A. Jadi untuk langkah awal silahkan anda masuk ke mode manual atau mode M atau Av pada kamera
Canon atau A pada kamera Nikon.

Setelah itu pada monitor LCD silahkan anda pilih menu aperture kemudian ganti nilainya sesuai
dengan kebutuhan anda. Perhatikan gambar berikut :

Dengan mengetahui sebuah cara untuk dapat menggunakan aperture dan shutter speed secara
manual maka anda sudah dapat memahami ilmu dasar fotografi yang paling penting.

Cara Mengatur & Menggunakan Shutter Speed


Shutter speed atau dengan istilah lain kecepatan rana adalah salah satu elemen atau pengaturan yang
sangat dibutuhkan untuk membentuk sebuah eksposur. Pada saat anda menekan sebuah tombol
shutter untuk melakukan pememotretan, maka shutter atau rana akan terbuka dan tertutup kembali
dengan rentang waktu tertentu. Lamanya waktu shutter atau rana tersebut terbuka dan tertutup
kembali itulah yang disebut sebagai shutter speed atau disebut sebagai kecepatan rana.

Pada mode Manual Exposure atau mode M atau Shutter Priority S/Tv, anda dapat mengatur nilai
shutter speed dengan cara manual sesuai dengan keinginan anda sendiri. Sensor kamera yang ditutupi
atau diblok oleh shutter atau rana sehingga shutter ini juga disebut dengan nama "shutter plane".
Sedangkan pada bagian depan sensor dan shutter tersebut terdapat sebuah "mirror" yang berfungsi
untuk merefleksikan sebuah adegan ke pentaprisma lalu setelah itu dipantulkan lagi ke bagian
viewfinder.

Pada saat anda menekan tombol shutter untuk memotret, maka posisi mirror tersebut akan naik ke
atas atau lock up setelah itu shutter akan terbuka, dan pada saat itulah sensor akan merekam adegan
untuk melakukan pengambilan sebuah gambar. Dan pada saat yang bersamaan "cahaya" akan ikut
masuk melalui lensa dan menuju sensor. Oleh karena itu cepat atau lambatnya waktu shutter bekerja
akan mempengaruhi sebuah kualitas pencahayaan pada hasil sebuah gambar.Semakin lama waktu
shutter atau rana terbuka dan tertutup, maka akan semakin besar pula sebuah peluang cahaya yang
masuk dan menghasilkan sebuah foto yang terang.

Contohnya seperti jendela kamar anda, pada saat anda membuka jendela tersebut dan menutupnya
kembali dalam jangka waktu yang sangat singkat maka tentunya udara yang berasal dari luar yang
akan masuk sangat sedikit. Begitupula sebaliknya, apabila anda membuka jendela kamar anda dengan
jangka waktu yang lama maka jumlah udara yang akan masuk jauh lebih banyak. Seperti itulah analogi
peluang cahaya yang akan masuk pada saat shutter sedang terbuka.

Bagaimana Menggunakan Shutter Speed


Hal yang harus anda ketahui untuk mengatur shutter speed secara manual tidak bisa dilakukan pada
sebuah mode Auto atau mode Program atau P, melainkan hanya bisa dilakukan pada mode Manual
Exposure atau M atau mode Shutter Priority. Pada sebuah kamera Canon, mode Shutter Priority ditulis
dengan menggunakan simbol Tv, sedangkan pada kamera Nikon dan pada kebanyakan kamera lainnya
ditulis dengan menggunakan simbol S.

Jadi, langkah pertama yang harus anda lakukan yaitu memutar tombol mode dial pada yang ada pada
kamera anda dan pilihlah mode manual atau M atau mode Tv pada Canon dan mode S pada Nikon.
Dan selanjutnya anda akan melihat berapa nilai shutter speed yang tampil di monitor LCD kamera
anda. Perhatikan gambar berikut :

Silahkan anda pilih sebuah menu shutter speed setelah itu ganti kecepetannya sesuai dengan
kebutuhan anda. Apabila anda ingin memotret sebuah gerakan yang cepat misalnya memotret
sekelompok orang yang sedang berolah raga atau kendaraan yang sedang berjalan di jalan raya maka
anda akan sangat membutuhkan nilai shutter speed yang sangat cepat yaitu kisaran 1/500 sampai
1/1000.

Tapi apabila anda memotret sebuah subjek yang diam tidak bergerak maka nilai yang aman untuk
mendapatkan sebuah hasil yang baik dan mencegah terjadinya hand shake atau getaran yang
disebabkan oleh tangan yaitu gunakanlah nilai shutter speed antara 1/100 sampai 1/250. Nilai
tersebut sifatnya kondisional, dan bisa saja berbeda dengan kebutuhan pemotretan yang anda
lakukan di lapangan.

Pada saat mengatur nilai shutter speed maka anda harus mengingat kembali fungsi dan bagaimana
cara kerjanya serta perhatikan juga apa resikonya. Contohnya, pada sebuah situasi kurang cahaya
dengan menggunakan shutter speed yang sangat cepat tentunya jumlah cahaya yang akan diterima
oleh sensor akan sangat sedikit dan hasil foto anda akan cenderung menjadi gelap. Oleh karena itulah
anda harus cerdas dalam menggunakannya dengan mempertimbangkan sebuah pengaturan
pembentuk eksposur lainnya yaitu aperture dan ISO.
MEMAHAMI ISO , SHUTTER SPEED DAN APERTURE

Sulit untuk mengambil gambar yang bagus tanpa pemahaman yang kuat tentang ISO , Shutter Speed
dan Aperture - Tiga Raja Fotografi , juga dikenal sebagai " Segitiga Exposure " . Sementara kebanyakan
DSLR baru memiliki " Auto " mode yang secara otomatis memilih kecepatan rana yang tepat , aperture
dan bahkan ISO untuk eksposur Anda , menggunakan mode Auto menempatkan batas pada apa yang
dapat Anda capai dengan kamera Anda . Dalam banyak kasus , kamera harus menebak apa eksposur
yang tepat harus dengan mengevaluasi jumlah cahaya yang melewati lensa . Benar-benar memahami
bagaimana ISO , kecepatan rana dan aperture bekerja sama memungkinkan fotografer untuk
sepenuhnya mengambil alih situasi secara manual mengontrol kamera . Mengetahui bagaimana untuk
menyesuaikan pengaturan kamera bila diperlukan , membantu untuk mendapatkan yang terbaik dari
kamera Anda dan mendorong ke batas-batasnya untuk mengambil foto besar.

Mari kita cepat meninjau ringkasan Exposure Segitiga sebagai penyegaran :


ISO - tingkat sensitivitas kamera terhadap cahaya yang tersedia . Hal ini biasanya diukur dalam angka,
angka yang lebih rendah mewakili sensitivitas lebih rendah terhadap cahaya yang tersedia , sedangkan
angka yang lebih tinggi berarti lebih banyak sensitivitas . Lebih sensitivitas datang pada biaya meskipun
, dengan meningkatnya ISO , demikian juga butir / noise pada gambar . Contoh ISO : 100 , 200 , 400 ,
800 , 1600.

Shutter Speed - lamanya waktu rana kamera terbuka untuk mengekspos cahaya ke sensor kamera .
Kecepatan rana biasanya diukur dalam sepersekian detik , ketika mereka berada di bawah kedua .
Kecepatan rana lambat memungkinkan lebih banyak cahaya ke sensor kamera dan digunakan untuk
cahaya rendah dan fotografi malam , sementara kecepatan rana yang cepat membantu untuk
membekukan gerak . Contoh kecepatan rana : 1/15 ( 1/15th per detik) , 1/30 , 1/60 , 1/125 .
Aperture - lubang dalam lensa , melalui mana cahaya perjalanan ke dalam tubuh kamera . Semakin
besar lubang , semakin banyak cahaya lolos ke sensor kamera . Aperture juga mengontrol kedalaman
lapangan, yang merupakan bagian dari sebuah adegan yang tampaknya tajam . Jika aperture yang
sangat kecil , kedalaman lapangan besar , sedangkan jika aperture yang besar , kedalaman lapangan
kecil . Dalam fotografi , aperture biasanya dinyatakan dalam jumlah " f " ( juga dikenal sebagai " focal
ratio " , karena f -number adalah rasio diameter aperture lensa dengan panjang lensa ) . Contoh f -
angka adalah : f/1.4 , f/2.0 , f/2.8 , f/4.0 , f/5.6 , f/8.0 .

1 ) Bagaimana Shutter Speed , Aperture dan ISO bekerja sama untuk menciptakan eksposur ?
Untuk memiliki pemahaman yang baik tentang eksposur dan bagaimana kecepatan shutter , aperture
dan ISO mempengaruhi itu , kita perlu memahami apa yang terjadi di dalam kamera saat gambar
diambil .
Ketika Anda mengarahkan kamera Anda di subjek dan tekan tombol shutter , subjek masuk ke lensa
kamera Anda dalam bentuk cahaya . Jika subyek remang , ada banyak cahaya yang bergerak ke lensa
, sedangkan jika Anda mengambil gambar di lingkungan yang redup , tidak ada banyak cahaya yang
bergerak ke arah lensa . Ketika cahaya memasuki lensa , melewati berbagai elemen optik terbuat dari
kaca , kemudian pergi melalui lensa " Aperture " ( sebuah lubang di dalam lensa yang dapat berubah
dari kecil ke besar ) . Setelah cahaya berjalan melewati bukaan lensa , maka hits tirai rana , yang seperti
sebuah jendela yang ditutup sepanjang waktu , tetapi akan terbuka bila diperlukan . Shutter kemudian
membuka dalam hitungan milidetik , membiarkan cahaya memukul sensor kamera untuk jumlah
waktu tertentu . Ini jumlah waktu tertentu disebut " Shutter Speed " dan itu bisa sangat pendek
(hingga 1/8000th detik ) atau panjang (sampai 30 detik ) . Sensor kemudian mengumpulkan cahaya ,
berdasarkan sensitivitas yang telah ditentukan , juga dikenal sebagai " ISO " . Kemudian rana menutup
dan cahaya benar-benar diblokir dari mencapai sensor kamera .
Untuk mendapatkan gambar yang benar terkena , sehingga tidak terlalu terang atau terlalu gelap ,
Shutter Speed , Aperture dan ISO perlu bermain bersama . Ketika banyak cahaya memasuki lensa (
katakanlah itu adalah siang hari bolong dengan banyak sinar matahari ) , apa yang terjadi ketika lensa
aperture / lubang sangat kecil ? Banyak cahaya akan diblokir . Ini berarti bahwa sensor kamera akan
membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengumpulkan cahaya . Apa yang harus terjadi untuk sensor
untuk mengumpulkan jumlah yang tepat cahaya ? Itu benar , shutter perlu tetap terbuka lebih lama .
Jadi, dengan bukaan lensa yang sangat kecil , kita akan membutuhkan lebih banyak waktu , yaitu
kecepatan rana lebih lama untuk sensor untuk mengumpulkan cukup cahaya untuk menghasilkan
gambar yang benar terkena .
Sekarang apa yang akan terjadi jika aperture lensa / lubang sangat besar ? Jelas, lebih banyak cahaya
akan memukul sensor , jadi kita akan membutuhkan kecepatan rana yang lebih pendek untuk gambar
untuk mendapatkan terkena dengan benar . Jika kecepatan rana terlalu rendah , sensor akan
mendapatkan lebih banyak cahaya daripada yang dibutuhkan dan cahaya akan mulai " membakar "
atau " overexposing " gambar , seperti kaca pembesar mulai membakar kertas pada hari yang cerah .
Daerah overexposed gambar akan terlihat sangat terang atau putih . Sebaliknya , jika kecepatan rana
terlalu tinggi , maka sensor tidak mampu mengumpulkan cukup cahaya dan gambar akan muncul "
kurang terang " atau terlalu gelap.

Kurang terang -Normal - overexposed Kurang terang ( kiri ) Normal ( pusat ) overexposed ( kanan)
Mari kita lakukan contoh kehidupan nyata . Ambil kamera Anda dan mengatur mode kamera ke "
Aperture Priority " . Set aperture lensa pada kamera Anda ke nomor serendah mungkin lensa akan
memungkinkan , seperti f/1.4 jika Anda memiliki lensa cepat atau f/3.5 pada lensa lambat . Atur ISO
ke 200 dan pastikan bahwa " Auto ISO " dimatikan . Sekarang arahkan kamera Anda pada obyek yang
TIDAK sumber cahaya ( misalnya gambar di dinding ) kemudian tekan setengah tombol rana untuk
mendapatkan fokus yang benar dan membiarkan kamera menentukan pengaturan eksposur optimal
. Jangan gerakkan kamera Anda dan tetap menunjuk pada subjek yang sama ! Jika Anda melihat ke
dalam jendela bidik kamera sekarang atau di belakang LCD , Anda akan melihat beberapa nomor .
Salah satu nomor akan menunjukkan aperture Anda, yang harus menjadi nomor yang sama seperti
apa yang Anda mengatur aperture untuk , maka harus menunjukkan kecepatan rana Anda , yang
seharusnya menjadi nomor seperti " 125 " ( berarti 1/125th detik ) dan " 200 " , yang merupakan ISO
sensor Anda.
DASAR FOTOGRAFI: MEMAHAMI SEGITIGA EXPOSURE

Segitiga exposure adalah istilah yang digunakan untuk tiga elemen dasar dari exposure yaitu: aperture,
shutter speed dan ISO. Masing-masing elemen ini saling terkait dalam mempengaruhi cahaya yang
masuk mencapai sensor kamera untuk merekam foto, dimana disebut juga dengan exposure.
Perubahan yang terjadi pada salah satu elemen exposure akan berdampak pada perubahan elemen
yang lainnya. Ini berarti bahwa anda tidak bisa hanya mengatur satu elemen saja, tapi perlu
melibatkan elemen yang lain dalam membentuk exposure.

Untuk dapat lebih memahami tentang exposure dan elemen-elemen pembentuk exposure, dapat
dianalogikan secara sederhana seperti jendela. Bayangkan kamera anda seperti sebuah jendela yang
terbuka dan tertutup. Aperture adalah ukuran jendela, jika ukurannya besar maka akan lebih banyak
cahaya yang masuk dalam ruangan. Shutter speed adalah waktu berapa lama jendela akan terbuka,
semakin lama anda membuka jendela maka semakin banyak cahaya yang masuk. Sekarang bayangkan
anda berada dalam ruangan mengenakan kacamata hitam, mata anda menjadi tidak peka terhadap
cahaya yang masuk melalui jendela – seperti itulah kondisi dalam ISO rendah.

Ada sejumlah cara untuk meningkatkan jumlah cahaya yang masuk dalam ruangan. Anda bisa
menambahkan waktu jendela terbuka (menurunkan kecepatan shutter), anda dapat memperbesar
ukuran jendela (meningkatkan aperture) atau anda juga bisa melepas kacamata anda (menaikkan ISO).
Bagaimana, cukup sederhana bukan ilustrasi untuk memahami apa itu exposure?

Menyeimbangkan segitiga exposure adalah dengan membuat semua elemen exposure bekerja
bersama sehingga anda mendapat hasil yang anda inginkan. Mendapatkan exposure yang seimbang
dengan menggunakan aperture, shutter speed dan ISO ini membutuhkan banyak latihan. Karena itu,
perlu diingat untuk meletakkan dasar-dasar exposure seperti shutter speed (berapa lama sensor
kamera akan terekspos oleh cahaya), aperture (seberapa banyak cahaya yang masuk melalui lensa,
yang juga mempunyai efek terhadap depth of field), dan ISO (tingkat sensitivitas sensor kamera).

Untuk melengkapi perannya dalam exposure, pilihan aperture, shutter speed, dan ISO memiliki efek
signifikan pada tampilan dan kesan foto. Aperture, misalnya, mempengaruhi ruang tajam, atau
seberapa banyak area dalam foto yang terlihat tajam. Shutter speed juga mempengaruhi ketajaman
foto, dengan shutter speed lebih lambat mengarah pada foto kabur, baik disebabkan oleh objek yang
bergerak ataupun kamera yang tidak disangga dengan cukup baik.

Pilihan ISO memungkan anda untuk menggunakan kombinasi optimal dari shutter speed dan aperture
pada kondisi cahaya yang sesuai. Untuk gelap misalnya, ISO tinggi akan membantu pengelolaan
shutter speed dan aperture lebih fleksibel. Tapi, menaikkan ISO juga mengurangi kualitas foto.

Gunakan ilustrasi segitiga exposure di atas untuk memutuskan cara menyesuaikan exposure. Kuncinya
adalah ketika exposure dinaikkan satu elemen (panah kuning), anda perlu menurunkan salah satu atau
kedua elemen lainnya (panah hitam) untuk mempertahankan exposure yang sama. Kamera dapat
melakukan hal ini untuk anda pada modus Program, Aperture Priority, atau Shutter Priority, tapi anda
harus menentukan sendiri pada modus Manual. Pahami hubungan ini agar anda bisa memiliki kendali
lebih leluasa atas foto yang direkam.

Exposure, yaitu membiarkan cahaya mencapai sensor kamera untuk merekam foto, diukur dengan
yang biasa disebut “stop”, dimana setiap stop merepresentasikan dua kali atau setengah tingkat
exposure dari stop disebelahnya. Jika expsoure dinaikkan satu stop, sensor kamera menerima dua
tingkat exposure. Menurunkan exposure satu stop, maka tingkat exposure akan menjadi setengahnya.

Ketiga pengaturan kamera yang memberi kendali atas exposure, yaitu aperture, shutter speed dan
ISO, masing-masing diukur dalam stop. Misalnya shutter speed 1/50 detik satu stop lebih lambat dari
pada 1/100 detik, yang artinya sensor terekspos dua kali lebih lama. Namun, shutter speed 1/50 detik
yang sama mengeskpos sensor setengah dari shutter speed 1/25 detik.

ISO juga diturunkan, dengan ISO 400 satu stop lebih sensitif daripada ISO 200, tapi satu kurang sensitif
daripada ISO 800. Hubugan antara rentang aperture yang tersedia pada lensa serupa, tapi rangkaian
angkanya lebih membingungkan. Kenyataan bahwa f/5.6 satu stop lebih kecil daripada f/4 tapi satu
stop lebih besar daripada f/8 membutuhkan pembiasaan.

Jadi, bagaimana cara mengetahui exposure yang tepat?

Setelah mengaktifkan metering kamera dengan menekan setengah shutter release, kamera akan
menyarankan exposure berdasarkan pada kecerahan area yang diukur. Ini biasanya disebut dalam
urutan nilai shutter speed pada aperture dan ISO yang diberikan, misalnya 1/60 detik pada f/8 dan ISO
200.

Pada modus Automatic dan Scene kamera, pengguna hanya perlu membidik saja. Modus exposure
semi otomatis, yaitu Aperture Priority, Shutter Priority dan Program, memberi kendali lebih leluasa
atas bagaimana anda mengekspos foto, masing-masing dengan cara berbeda, sementara modus
Manual menyediakan tanggung jawab penuh atas aperture, shutter speed, dan ISO.

Meski mungkin ada expsoure yang lebih disukai, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mencapainya. Yang penting adalah keseimbangan. Jika anda menaikkan salah satu dari ketiga
pengaturan yang mengendalikan exposure (aperture, shutter speed atau ISO) maka salah satu atau
kedua pengaturan lainnya harus diturunkan sama banyaknya untuk mempertahankan tingkat
exposure yang sama.

Misalnya, exposure 1/25 detik pada f/16 ISO 100 setara dengan exposure 1/400 detik pada f/2.8 ISO
100. Karena shutter speed dikurangi 4 stop (1/25 – 1/50 – 1/100 – 1/200 – 1/400), yang menandakan
lebih sedikit cahaya yang ditangkap, aperture harus dinaikkan sebesar 4 stop (f/16 – f/11 – f/8 – f/5.6
– f/2.8) untuk memasukkan lebih banyak cahaya, agar foto tidak menjadi 4 stop lebih gelap.

Kombinasi mana yang anda pilih akan tergantung pada tampilan yang ingin dicapai. Apakah anda
menginginkan depth of field besar atau depth of field sempit? Apakah anda ingin objek bergerak atau
setajam silet, atau memiliki motion blur. Banyak sekali yang perlu dipertimbangkan sebelum merekam
foto. Jangan panik! Kalau anda memilih untuk merekam dalam satu modus semi otomatis, kamera
memilihkan sebagian besar pengaturan untuk anda. Setelah menentukan aperture pada modus
Aperture Priority, mislanya, shutter speed akan ditentukan secara otomatis. Kalau anda memutuskan
untuk mengubah aperture, kamera akan menyesuaikan shutter speed untuk mempertahankan
exposure yang sama.

Demikian juga dengan modus Shutter Priority. Anda akan menentukan shutter speed, dan kamera
akan menyesuaikannya dengan aperture yang layak. Bahkan, anda bisa menggunakan opsi auto ISO
untuk membiarkan kamera menangani pilihan sensitivitas tersebut. Dalam modus Progam, anda bisa
mengubah kombinasi aperture dan shutter speed dengan memutar tombol putar kontrol. Tentu saja,
semua pengaturan kamera ini mengandalkan pada kamera dalam mencapai pembacaan exposure
yang optimal.

Hal yang penting dalam kamera digital adalah bagaimana anda memahami tentang exposure. Anda
dapat merekam foto dalam berbagai modus exposure yang anda sukai baik Auto maupun Manual.
Anda juga dapat memotret dengan modus semi otomatis seperti Aperture Priority dan Shutter Priority
yang memungkinkan anda untuk memilih pengaturan satu atau dua dari elemen segitiga exposure dan
sisanya kamera anda yang menentukan.

Anda mungkin juga menyukai