Anda di halaman 1dari 17

Journal Reading

Periodontitis and Systemic Lupus Erythematosus

DisusunOleh:

Aulia Hayyu Ravenia,S.Ked 04054821719013


Ayulaisitawati,S.Ked 04054821719014

Pembimbing

drg. Galuh Anggraini, MARS

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI

RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading

Judul

Periodontitis and Systemic Lupus Erythematosus

Oleh:

Aulia Hayyu Ravenia,S.Ked 04054821719013


Ayulaisitawati,S.Ked 04054821719014

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Univesitas Sriwijaya periode 6
November– 22 November 2017.

Palembang, November 2017

drg. Galuh Anggraini MARS


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan journal reading dengan judul “Periodontitiss dan Systemic Lupus
Erythematosus” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada drg.Galuh
Anggraini, MARS selaku pembimbing yang telah membantu penyelesaian journal reading
ini.Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dokter muda dan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Journal Readingi nimasih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.Demikianlah penulisan laporan ini, semoga bermanfaat,
amin.

Palembang, November 2017

Penulis

3
Periodontitis and Systemic Lupus Erythematosus
Manuela Rubin Camara Setea,*,Carlos Marcelo Dasilva Figueredoa, Flavio Sztajnbokb,c,d

a Universidade do Estado do Rio de Janeiro (UERJ), Rio de Janeiro, RJ, Brazil


b Universidade Federal do Rio de Janeiro (UFRJ), Rio de Janeiro, RJ, Brazil
c Division of Pediatric Rheumathology, Instituto de Puericultura e Pediatria Martagao Gesteira (IPPMG),
Universidade Federal do Rio de Janeiro (UFRJ), Rio de Janeiro, RJ, Brazil
d Sector of Rheumathology, Nucleo de Estudos da Saude do Adolescente (NESA), Universidade do Estado
do Rio de Janeiro (UERJ), Rio de Janeiro, RJ, Brazil

Abstrak
Sejumlah besar penelitian telah menunjukkan hubungan potensial antara penyakit
periodontal dan penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis dan systemic lupus
erythematosus (SLE). Mekanisme yang sama dari kerusakan jaringan pada periodontitis
dan penyakit autoimun lainnya telah mendorong studi mengenai kemungkinan hubungan
antara kedua kondisi ini. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau literatur tentang
hubungan potensi ini dan mekanisme pathogenesis mereka yang berbeda. Mengingat
bahwa penyakit periodontal adalah penyakit yang dicirikan oleh peradangan yang
dipengaruhi oleh faktor infeksi, seperti SLE, adalah masuk akal untuk beranggapan bahwa
SLE akan mempengaruhi penyakit periodontal dan sebaliknya. Namun, masalah ini belum
sepenuhnya dijelaskan dan beberapa mekanisme telah diusulkan untuk menjelaskan
hubungan ini, seperti deregulasi terutama dalam sistem kekebalan tubuh bawaan, dengan
aksi sel fagosit sitokin dan pro-inflamasi seperti IL-1 dan IL-18 dalam kedua kondisi
patogenesis, yang menyebabkan kerusakan jaringan. Namun, penelitian yang menilai
hubungan antara kedua penyakit ini masih langka, dan studi yang lebih difokuskan pada
mekanisme imunologi umum harus dilakukan untuk pemahaman lebih lanjut.

4
PENDAHULUAN

Periodontitis adalah peradangan destruktif kronis yang menyebabkan hilangnya


jaringan pendukung gigi dan dapat sampai terjadi kehilangan gigi. Ligamen periodontal
dan jaringan tulang dirusakkan oleh respon imun dan inflamasi terhadap infeksi bakteri,
terutama yang gram-negatif, dalam sulkus gingiva. Beratnya peradangan bervariasi antar
individu, terlepas dari tingkat infeksi bakteri, menunjukkan bahwa disregulasi dari respon
inflamasi seseorang dapat berkontribusi untuk terjadinya periodontitis.
Di sisi lain, systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun
idiopatik, yang mempengaruhi jaringan ikat di berbagai organ dalam tubuh. Manifestasi
klinis dari SLE bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan, dan dapat menunjukkan
periode eksaserbasi dan remisi. SLE ditandai dengan respon imun terhadap sejumlah besar
autoantigen, yang lebih sering terjadi pada wanita dekade kedua dan ketiga kehidupan.
Sejumlah besar penelitian telah menunjukkan potensi hubungan antara periodontitis
kronis dan penyakit autoimun, terutama rheumatoid arthritis, serta Inflammatory Bowel
Disease (IBD) dan glomerulonephritis. Prevalensi periodontitis yang tinggi juga telah
terdeteksi pada pasien dengan SLE. Mekanisme kerusakan jaringan yang sama pada
periodontitis dan penyakit autoimun lainnya mendorong dilakukannya studi mengenai
hubungan diantara kedua penyakit ini. Meskipun etiologinya berbeda, adanya mekanisme
destruktif yang sama bisa menjelaskan sebuah hubungan antara periodontitis dan SLE.
Kemungkinan mekanisme yang dapat terjadi melibatkan deregulasi, terutama dalam
sistem kekebalan tubuh bawaan, dengan adanya peran dari sel-sel fagosit dan sitokin
proinflamasi, seperti IL-1β dan IL-18, dalam patogenesis kedua kondisi, menyebabkan
terjadinya kerusakan jaringan.
Literatur yang menggambarkan kondisi oral pasien dengan lupus masih sedikit, dan
informasi terkait saling bertentangan. Mempertimbangkan kemungkinan SLE sebagai
kondisi yang mempengaruhi kesehatan periodontal, dan kurangnya informasi untuk
memperjelas keterkaitan ini, tujuan kami adalah untuk meninjau literatur tentang
hubungan potensial antara SLE dan penyakit periodontal. Meskipun prevalensinya tinggi
pada reumatoid arthritis, hanya sedikit studi yang meneliti kondisi oral, khususnya
penyakit periodontal pada pasien SLE.

5
LITERATURE REVIEW DAN DISKUSI

1. Definisi
Penyakit periodontal didefinisikan sebagai gangguan bawaan atau yang didapat
padadaerah sekitar gigi dan jaringan pendukungnya (periodonsium). Penyakit periodontal
dapat disebabkan oleh neoplastik, inflamasi, trauma, metabolik atau genetik. Namun, secara
umum penyakit periodontal mengacu pada gangguan inflamasi umum seperti gingivitis dan
periodontitis, yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen biofilm atau plak yang
terbentuk pada gigi. Gingivitis, bentuk paling ringan dari penyakit periodontal, sangat sering
terjadi dan mudah disembuhkan dengan oral hygiene yang baik. Di sisi lain, peradangan yang
meluas jauh ke dalam jaringan dan menyebabkan hilangnya jaringan ikat pendukung dan
tulang alveolar dikenal sebagai periodontitis. Periodontitis menyebabkan pembentukan
jaringan lunak berbentuk seperti saku antara gusi dan akar gigi yang dapat menyebabkan
tanggalnya gigi.
Di sisi lain, lupus eritematosus sistemik adalah penyakit autoimun yang
mempengaruhi jaringan ikat dan dapat meluas ke berbagai organ tubuh. Manifestasi klinisnya
sangat bervariasi di berbagai organ dan sistem dan perjalanan penyakit ini melewati periode
eksaserbasi dan remisi.

2. Etiologi
Periodontitis memiliki onset dan disebabkan oleh kelompok bakteri, terutama gram-
negatif dan anaerob, yang berkoloni di daerah subgingiva. Bakteri dapat menyebabkan
kerusakan jaringan secara tidak langsung, mengaktifkan berbagai mekanisme imun pada
seseorang.
Pada SLE, penyakit yang tidak diketahui asalnya, terdapat akumulasi dari berbagai
penyakit. Komplikasi yang sering terjadi biasanya berhubungan dengan ketidakseimbangan
hormon, infeksi virus, gangguan fungsi sel T supresor, cacat genetik terhadap kontrol respon
imun, fungsi abnormal dari makrofag, cacat intrinsik sel B, jeleknya respon terhadap agen
infeksi, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut.

3. Perubahan Sistem Imun


Pada penyakit periodontal, respon host biasanya dimediasi oleh sel limfositT dan B,
neutrofil dan monosit/makrofag. Sel-sel ini dipicu untuk memproduksi mediator inflamasi,
termasuk sitokin, kemokin, metabolit asam arakidonat dan enzim proteolitik, yang secara
6
bersamasama berkontribusi terhadap degradasi jaringan dan resorpsi tulangakibat aktivasi
beberapa jalur degradasi.
Perubahan imunologi pada SLE termasuk hiperaktifitasB limfosit-monosit dan
mengakibatkan peningkatan sintesis immunoglobulin dan antibodi, juga mengakibatkan
penumpukkan kompleks imun dan kerusakan pada jaringan ikat dan beberapa organ. Interaksi
antara hiperaktifitas sel B, sel T yang diaktifkan secara abnormal dan antigen presenting
cellsmenyebabkan produksi berbagai sitokin inflamasi, apoptosis, autoantibodi dan kompleks
imun, yang pada gilirannya, mengaktifkan sel-sel efektor dan sistem komplemen,
menyebabkan cedera jaringan yang merupakan ciri dari manifestasi klinis SLE.
Periodontitis, meskipun merupakan penyakit menular, menunjukkan karakteristik
yang sangat mirip dengan patofisiologiSLE. Sejumlah besar limfosit B dan sel plasma juga
telah ditemukan dalam lesi periodontal. Studi sebelumnya telah menunjukkan respon IgG
specifik terhadap bakteri periodontopathogenic dalam jaringan gingiva yang meradang dan
cairan sulkus.
Dalam periodontitis, kerusakan jaringan juga berasal dari terlalu banyaknya dan
produksi berlebihan berbagai mediator inflamasi dan enzim perusak, sebagai respon terhadap
biofilm bakteri.

4. Faktor genetik dan keturunan


Pada penyakit periodontal, host merespon secara berbeda terhadap invasi bakteri, dan
kuantitas dan kualitas dari biofilm tidak dapat menjelaskan respon yang berbeda ini. Hanya
20% dari penyakit periodontal yang dapat dijelaskan oleh infeksi bakteri patogen. Baru-baru
ini, penelitian telah menunjukkan bahwa bagian penting dari variasi respon ini adalah hasil
dari predisposisi genetik. Faktor risiko lain, seperti merokok dan diabetes, sudah diketahui
secara jelas. Polymorfismegen interleukin-1 dijelaskan sebagai penanda genetik pertama yang
terkait dengan periodontitis kronik. Sejak itu, sejumlah polymorfisme lainnya telah dipelajari.
Trevillato et al., misalnya, telah menunjukkan bahwa polimorfisme IL-6 dikaitkan dengan
kerentanan terhadap periodontitis kronis pada pasien Kaukasia Brasil.
Studi genetik dan ekspresi gen pada pasien dengan SLE juga telah mengungkapkan
mutasi genetik baru dan perubahan dalam sitokin yang dapat menjelaskan beberapa
manifestasi daripenyakit ini, termasukfactor genetic.Gen Fcγ reseptor (immunoglobulin G
reseptor) adalah salah satu yang paling banyak dipelajari, dan memiliki peran penting dalam
regulasi respon imun seseorang terhadapinfeksi bakteri. Polimorfisme di reseptor ini terkait
dengan beberapa penyakit autoimun, termasuk SLE dan juvenile idiopathic arthritis (JIA).
7
Ada beberapa studi yang menghubungkan polimorfisme di reseptor ini juga dengan
periodontitis. Kobayashi et al. menemukan peningkatan frekuensi dari alel gen FcγRIIa-R131
pada SLE dan pasien periodontitis dibandingkan dengan pasien sehat tanpa periodontitis.
Pada studi ini, penulis menyimpulkan bahwa pasien dengan SLE yang memperlihatkan
polimorfisme gen FcγRIIa mempunyai risiko yang lebih besar untuk terjadinya periodontitis.
Polimorfisme ini berhubungan dengan defisiensi ligan dan IgG2, yang mana umumnya terjadi
pada periodontitis dan SLE.

5. Sitokin sebagai biomarker


Beberapa studi menunjukkan bahwa sitokin sebagai mediator penting berhubungan
dengan patogenesis periodontitis. Produk yang dihasilkan oleh bakteri menginduksi sintesis
sitokin-sitokin pro-inflamasi seperti interleukin-1 beta (IL-1β), interleukin-6 (IL-6),
interleukin-8 (IL-8) dan tumor necrosis factor (TNF), yang terutama dihasilkan oleh
makrofag.
Diantara berbagai sitokin, TNF dan IL-1, merupakan mediator yang bisa berpotensi
lebih untuk mengambil bagian dalam proses ini. Sitokin-sitokin ini menstimulasi resorpsi
tulang dengan cara menginduksi langsung proliferasi dari progenitor osteoklas, juga secara
tidak langsung menstimulasi aktivitas resorpsi dari osteoklas matur dan meningkatkan
sintesis kolagen.
Pada SLE, kadar IL-6, IL-10, TNF, dan IL-1 telah dihubungkan dengan aktifitas
penyakit; dan dominasi dari respon Th2 juga telah dilaporkan. Keseimbangan antara sitokin
dan reseptornya dapat juga berpengaruh penting, bukan hanya menilai kadar absolutnya.
Kadar serum IL-12 dan IL-18 yang lebih tinggi ditemukan pada pasien SLE dibandingkan
dengan pasien sehat dalam studi Robak et al, dan temuan ini dapat mengindikasikan peran
patogenetik. Akan tetapi, kadar serum tidak berkorelasi dengan aktivitas penyakit dan tidak
responsif terhadap pengobatan imunosupresif.
IL-18, termasuk golongan IL-1, diekspresikan dalam banyak tipe sel, termasuk
makrofag, limfosit T, limfosit B, dan sel dendritik. Beberapa studi menunjukkan IL-18,yang
mempunyai peran besar dalam patogenesis penyakit-penyakit autoimun, diekspresikan
dengan kuat secara lokal maupun sistemik pada pasien SLE dewasa. Studi Areas et al
menunjukkan bahwa kadar serum IL-18 meningkat pada pasien remaja dengan SLE dan
kadar tersebut berkorelasi positif dengan indeks SLEDAI. Disisi lain, terdapat sedikit sekali
informasi tentang keberadaan dan peran IL-18 pada jaringan periodontium. Apa yang
diketahui ialah bahwa sel epitel gingiva mengekspresikan sitokin ini secara konstitutif,
8
memproduksinya dibawah stimulasi in vitro.Studi oleh Miranda et al menunjukkan
peningkatan kadar serum IL-18 pada pasien dengan artritis idiopatik juvenile dan ditemukan
korelasi yang signifikan antara pengukuran periodontal (kedalaman poket periodontal dan
clinical attachment level (CLA)) dan IL-18, mengindikasikan peran yang mungkin dimiliki
sitokin ini dalam terjadinya periodontitis.

6. Manifestasi oral pada SLE dan penyakit periodontal


Keterlibatan manifestasi oral merupakan salah satu kriteria diagnostik untuk SLE
(adanya ulkus oral). Pada studi ini yang dilakukan oleh Rhodus dan Johnson, prevalensi
manifestasi oral (mulut kering, karies dental, mukositis, angular cheilitis, ulserasi, dan
lainnya) berkisar dari 81,3% sampai 87,5%. Semua pasien studi ini menujukkan xerostomia
dan 93,8% memiliki periodontitis. Disisi lain, dalam studi yang dilakukan oleh Khatibi et al,
54,3% pasien memiliki lesi oral dan 28,1% lesi tersebut disertai ulkus. Penulis ini
menekankan bahwa dengan durasi penyakit yang lebih lama, jumlah lesi oral akan berkurang.
Hal ini terjadi karena sebagian besar ditemukan saat periode aktif, dan dengan perjalanan
penyakit setelah diagnosis, kontrol dan pengobatan menyebabkan stabilitas penyakit yang
lebih baik, memajukan ke fase inaktif, sehingga cenderung jumlah lesi oral menjadi lebih
sedikit.
Beberapa studi yang menunjukkan potensi hubungan antara periodontitis dan
rheumatoid arthritis (RA) telah dipublikasikan, dan mengusulkan risiko relatif periodontitis
yang lebih besar pada pasien-pasien ini. Disisi lain, studi yang mengevaluasi keterlibatan
jaringan periodontal pada pasien SLE sangatlah langka. Ada beberapa laporan kasus, seperti
kasus akut gingivitis ulseratif nekrosis pada pasien dengan SLE, periodontitis, dan gingivitis.
Pada studi yang dilakukan Mutlu et al., penulis tidak menemukan bukti predisposisi yang
lebih besar untuk penyakit periodontal pada pasien SLE dibandingkan dengan pasien kontrol
(sehat). Mereka menemukan poket yang lebih dangkal pada pasien-pasien dengan SLE,
temuan ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Figueredo et al., dan hasil ini dapat
berhubungan dengan penggunaan agen anti-inflamasi. Disisi lain, penulis lainnya
menemukan penyakit periodontal dalam jumlah yang lebih besar pada pasien SLE
dibandingkan dengan kelompok kontrol (sehat). Pada studi Fabbri et al., penulis ini untuk
pertama kalinya mengobservasi penurunan aktivitas SLE menggunakan indeks SLEDAI,
sejalan dengan penurunan index periodontal setelah perawatan periodontal. Pada studi ini
grup kontrol, yang mana menerima pengobatan dengan obat-obatan imunosupresif untuk SLE
juga, tidak menunjukkan penurunan skor SLEDAI yang signifikan, membuktikan hubungan
9
langsung antara pengobatan periodontal dan perbaikan indeksnya. Perbaikan pada status
periodontal dan aktivitas penyakit sistemik juga terbukti pada studi yang dilakukan pada
pasien dengan rheumatoid arthritis (RA).

7. Kelayakan biologis (biological plausibility)


Periodontitis dapat menjadi faktor kritis dalam mempertahankan respons inflamasi
yang terjadi pada SLE. Faktanya, infeksi telah dianggap sebagai faktor pencetus untuk
terjadinya penyakit-penyakit autoimun dan pada SLE, dan kondisi ini bertanggung jawab
untuk pemeliharaan aktivitas penyakit. Beberapa mekanisme telah diajukan untuk
menjelaskan hubungan ini, sebagai contoh, efek tambahan dari produk mikroorganisme. Pada
studi Rose et al., injeksi thyroglobulin dan produk mycobacterium menginduksi produksi
autoantibodi spesifik dan juga inflamasi lesi tiroid. Sebagai tambahan, agen infeksius dapat
berinteraksi dengan sistem imun dalam beberapa cara, misalnya, mimikri molekuler,
perubahan pada apoptosis sel host, dan paparan antigen kamuflase terhadap sistem imun oleh
mikroorganisme tertentu. Semua mekanisme ini dapat menimbulkan disfungsi sistem imun.
Mekanisme lain yang berpotensi ialah adanya perubahan pada sel endotelial. C-reactive
protein berkontribusi dalam terjadinya hiperkoagulasi dan meningkatkan ekspresi molekul
adhesi pada sel-sel ini. Kadarnya meningkat pada pasien dengan penyakit periodontal, dan
autoantibodi yang ditujukan melawan protein ini juga meningkat pada pasien SLE, memberi
kesan ikatan yang mungkin ada diantara dua kondisi ini, sebagai tambahan sebagai faktor
risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Selain itu, seperti yang sudah disebutkan,
polimorfisme pada reseptor Fcγ telah dikaitkan dengan periodontitis dan penyakit-penyakit
autoimun, seperti rheumatoid arthritis (RA) dan SLE.
Sitokin-sitokin inflamasi juga muncul untuk memainkan peran penting dalam
hubungan timbal-balik ini. Seringkali sitokin-sitokin ini terlibat dalam proses vaskular (oklusi
vaskuler dan infiltrasi perivaskuler) pada pasien dengan SLE. Selanjutnya, perubahan pada
kadar lokal dari beberapa sitokin pro-inflamasi seperti IL-1, IL-6, dan TNF-α telah dikaitkan
dengan kemungkinan perannya dalam proses terjadinya penyakit periodontal. Elastase,
sebuah enzim golongan protease, juga muncul untuk terlibat dalam hubungan antara penyakit
periodontal dan SLE. Figueredo et al., menemukan aktivitas yang lebih besar dari enzim ini
pada cairan krevikuler gingiva yang berasal dari tempat terjadinya inflamasi pada pasien
SLE, pun dengan adanya kadar yang lebih rendah pada IL-18 dan IL-1β. Aktivitas yang lebih
besar ini mengacu pada hiperaktivitas neutrofil pada SLE, kemungkinan ditimbulkan oleh
efek primer yang disebabkan oleh peningkatan kadar plasma IL-18 pada pasien ini.
10
Patogenesis yang pasti pada SLE, juga pada periodontitis, masih belum diketahui.
Berdasarkan penelitian Marks and Tullus, SLE pada anak-anak dan dewasa terjadi pada
individu yang rentan secara genetik, dimana sistem inflamasi dipicu karena adanya stimulus
sekunder (seperti stimulus dari lingkungan, contoh infeksi), mengakibatkan lingkungan
sitokin yang abnormal. Perubahan pada sitokin ini juga ditemukan pada periodontitis, seperti
yang dilaporkan oleh Figueredo et al. dan Rescala et al.
Sitokin-sitokin memainkan peran penting dalam patogenesis periodontitis. Saat ini,
banyak artikel di tempat ini yang telah dipublikasikan, menjadi kepentingan tertentu
penggunaannya sebagai biomarker dari aktivitas penyakit. Pengukuran terhadap sitokin-
sitokin ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk membantu mengidentifikasi periode
perjangkitan dan memonitor respons terapi. Dalam periodontik, pengukuran seperti
kedalaman poket dan clinical attachment level (CLA) seringkali digunakan; namun variabel
ini tidak dapat menilai aktivitas dari penyakit periodontal, hanya menilai dampaknya (sekuel)
saja. Tujuan saat ini ialah untuk mengidentifikasi sitokin ataupun kombinasi sitokin-sitokin
untuk menyajikan informasi terkait sitokin tersebut.

8. Pengaruh pengobatan
Terkait dengan hubungan antara SLE dan penyakit periodontal, perbedaan yang
terdapat dari berbagai studi mungkin dapat dijelaskan sebagian karena adanya pengaruh obat.
Penggunaan obat yang kontinus dapat menutupi atau memperingan keparahan dari penyakit
periodontal. Penggunaan obat-obatan yang berbeda dan dengan dosis yang berbeda dapat
menyulitkan analisis pada pasien-pasien tersebut, mengingat pasien memperlihatkan
manifestasi klinis yang berbeda dan, oleh karena itu, mendapatkan pengobatan yang berbeda.
Kontroversi tentang apakah perbaikan yang diamati pada pasien merupakan hasil dari
perawatan periodontal itu sendiri, ataukah karena penggunaan dari obat-obatan
imunosupresif. Telah diketahui bahwa penggunaan kortikosteroid dapat menunjukkan fungsi
antagonis, mengingat obat ini menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi dan, pada waktu
yang sama, dapat menyembunyikan karakteristik klinis infeksi sebagai hasil dari efek
imunosupresif dan anti-inflamasi itu sendiri.
Selain itu, penting juga untuk mengevaluasi faktor-faktor lainnya, seperti data sosio-
demografi, durasi penyakit, aktivitas klinis, pemeriksaan laboratorium, antara lain, untuk
sebisa mungkin menyeragamkan grup studi, sehingga memungkinkan evaluasi pengaruh dari
perawatan periodontal dalam perjalanan penyakit, tanpa adanya pengaruh dari faktor lainnya.
Pencegahan ini tidak diamati pada beberapa studi, antara lain studi Mutlu et al. dan
11
Kobayashi et al. Disisi lain, pada studi Fabbri et al., terdapat perhatian lebih dalam
mengevaluasi regimen obat yang digunakan, durasi penyakit, dan tanda-tanda inflamasi pada
pasien.
Anak-anak dan remaja yang berada dalam pengobatan menggunakan obat
imunosupresif memiliki risiko yang lebih besar untuk menimbulkan komplikasi sistemik dari
infeksi oral. Penurunan dari progresivitas penyakit periodontal, berkat perawatan periodontal,
dapat menurunkan kadar penanda inflamasi seperti IL-6, TNF-α, dan C-reactive protein,
yang mana biasa ditemukan pada SLE dan periodontitis, dan hal ini dapat membantu
menurunkan inflamasi sistemik pada pasien-pasien ini.

KESIMPULAN
Mengingat penyakit periodontal sebagai kondisi yang ditandai dengan inflamasi dan
pengaruh dari faktor-faktor infeksi, seperti SLE, hal ini cukup beralasan untuk menunjukkan
bahwa SLE dapat mempengaruhi progresivitas dari penyakit periodontal, dan sebaliknya.
Studi yang mengevaluasi hubungan antara SLE dan periodontitis sangatlah langka. Lebih
banyak studi yang fokus pada mekanisme imunologis yang umum terjadi pada kedua kondisi
ini harus dilakukan, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Hipotesis mengenai
hubungan yang mungkin ada antara SLE dan periodontitis maupun antara aktivitas SLE dan
destruksi jaringan periodontal perlu untuk diselidiki dalam studi longitudinal, untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai patogenesis yang umumnya terjadi.

12
Referensi
1. Fabbri C, Fuller R, Bonfa E, Guedes 7. Kobayashi T, Ito S, Yamamoto K,
LK, D’Alleva PS, Borba Hasegawa H, Sugita N,Krodau T, et
EF.Periodontitis treatment improves al. Risk of periodontitis in systemic
systemic lupuserythematosus response lupuserythematosus is associated with
toimmunosuppressive therapy. Fcgamma receptorpolymorphisms. J
ClinRheumatol. 2014;33:505–9. Periodontol. 2003;74:378–84.
2. Lehman TJ. A practical guide to 8. Mercado FB, Marshall RI, Bartold
systemic lupuserythematosus. PM. Inter-relationshipsbetween
Pediatric Clin N Am. 1995;42:1223– rheumatoid arthritis and periodontal
38. disease. Areview. J Clin Periodontol.
3. Hochberg MC. Updating the 2003;30:761–72.
American College 9. Novo E, Garcia-Mac Gregor E, Nava
ofRheumatologyrevised criteria for S, Perini L. A
the classification ofsystemic lupus possibledefectiveestimation of
erythematosus. Arthritis antineutrophil cytoplasmicantibodies
Rheum.1997;40:1725. in systemic lupus erythematosus due
4. Mercado F, Marshall RI, Klestov AC, to the coexistence of periodontitis:
Bartold PM. Is there arelationship preliminary observations. P R Health
between rheumatoid arthritis and Sci J. 1997;16:369–73.
periodontaldisease? J Clin 10. Rhodus NL, Johnson DK. The
Periodontol. 2000;27:267–72. prevalence of oral manifestations of
5. Mercado FB, Marshall RI, Klestov systemic lupus erythematosus.
AC, Bartold PM. Relationshipbetween Quintessence Int. 1990;21:461–5.
rheumatoid arthritis and periodontitis. 11. Mutlu S, Richards A, Maddison P,
J Periodontol.2001;72:779–87. Scully C. Gingival and periodontal
6. Novo E, Garcia-MacGregor E, Viera health in systemic lupus
N, Chaparro N, Crozzoli erythematosus. Community Dent Oral
Y.Periodontitis and anti-neutrophil Epidemiol. 1993;21:158–61.
cytoplasmic antibodies insystemic 12. Armitage GC. Periodontal diagnoses
lupus erythematosus and rheumatoid and classification of periodontal
arthritis: acomparative study. J diseases. Periodontol 2000.
Periodontol. 1999;70:185–8. 2004;34:9–21.

13
13. Page RC, Kornman KS. The 19. Loe H, Anerud A, Boysen H,
pathogenesis of human periodontitis: Morrison E. Natural history of
an introduction. Periodontol 2000. periodontal disease in man. Rapid,
1997;14:9–11. moderate and no loss of attachment in
14. Fessel WJ. Systemic lupus Sri Lankan laborers 14–46 years of
erythematosus in the community. age. J Clin Periodontol. 1986;13:431–
Incidence, prevalence, outcome, and 45.
first symptoms; the high prevalence in 20. Hart TC, Kornman KS. Genetic
black women. Arch Intern Med. factors in the pathogenesis of
1974;134:1027–35. periodontitis. Periodontol 2000.
15. Silva TA, Garlet GP, Fukada SY, 1997;14:202–15.
Silva JS, Cunha FQ. Chemokines in 21. Berglundh T, Donati M, Hahn-Zoric
oral inflammatory diseases: apical M, Hanson LA, Padyukov L.
periodontitis and periodontal disease. Association of the -1087 IL 10 gene
J Dent Res. 2007;86:306–19. polymorphism with severe chronic
16. Mackler BF, Frostad KB, Robertson periodontitis in Swedish Caucasians. J
PB, Levy BM. Immunoglobulin Clin Periodontol. 2003;30:249–54.
bearing lymphocytes and plasma cells 22. de Brito Junior RB, Scarel-Caminaga
in human periodontal disease. J RM, Trevilatto PC, de Souza AP,
Periodontal Res. 1977;12:37–45. Barros SP. Polymorphisms in the
17. Ogawa T, McGhee ML, Moldoveanu vitamin D receptor gene are associated
Z, Hamada S, Mestecky J, McGhee with periodontal disease. J
JR, et al. Bacteroides-specific IgG and Periodontol. 2004;75:1090–5.
IgA subclass antibody-secreting cells 23. Offenbacher S. Periodontal diseases:
isolated from chronically inflamed pathogenesis. Ann Periodontol.
gingival tissues. Clin Exp Immunol. 1996;1:821–78.
1989;76:103–10. 24. Kornman KS, Crane A, Wang HY, di
18. Suzuki JB, Martin SA, Vincent JW, Giovine FS, Newman MG, Pirk FW,
Falkler WA Jr. Local and systemic et al. The interleukin-1 genotype as a
production of immunoglobulins to severity factor in adult periodontal
periodontopathogens in periodontal disease. J Clin Periodontol.
disease. J Periodontal Res. 1997;24:72–7.
1984;19:599–603. 25. Trevilatto PC, Scarel-Caminaga RM,
de Brito RB Jr, de Souza AP, Line SR.
14
Polymorphism at position -174 of IL-6 systemic lupus erythematosus.
gene is associated with susceptibility Arthritis Rheum. 1998;41:838–44.
to chronic periodontitis in a Caucasian 32. Robak E, Robak T, Wozniacka A,
26. Brazilian population. J Clin Zak-Prelich M, Sysa-Jedrzejowska A,
Periodontol. 2003;30:438–42. Stepien H. Proinflammatory
27. Chai L, Song YQ, Leung WK. interferon-gamma–inducing
Genetic polymorphism studies in monokines (interleukin-12,
periodontitis and Fcgamma receptors. interleukin-18, interleukin-15) –
J Periodontal Res. 2012;47:273–85. serum profile in patients with systemic
28. Lindemann RA, Economou JS, lupus erythematosus. Eur Cytokine
Rothermel H. Production of Netw. 2002;13:364–8.
interleukin-1 and tumor necrosis 33. Lit LC, Wong CK, Li EK, Tam LS,
factor by human peripheral monocytes Lam CW, Lo YM. Elevated gene
activated by periodontal bacteria and expression of Th1/Th2 associated
extracted lipopolysaccharides. J Dent transcription factors is correlated with
Res. 1988;67:1131–5. disease activity in patients with
29. Assuma R, Oates T, Cochran D, Amar systemic lupus erythematosus. J
S, Graves DT. IL-1 and TNF Rheumatol. 2007;34:89–96.
antagonists inhibit the inflammatory 34. Areas A, Braga F, Miranda LA,
response and bone loss in Fischer RG, Figueredo CM, Miceli V,
experimental periodontitis. J et al. Increased IL-18 serum levels in
Immunol. 1998;160:403–9. patients with juvenile systemic lupus
30. McGee JM, Tucci MA, Edmundson erythematosus. Acta Reumatol Port.
TP, Serio CL, Johnson RB. The 2007;32:397–8.
relationship between concentrations of 35. Rouabhia M, Ross G, Page N, Chakir
proinflammatory cytokines within J. Interleukin-18 and gamma
gingiva and the adjacent sulcular interferon production by oral epithelial
depth. J Periodontol. 1998;69:865–71. cells in response to exposure to
31. Horwitz DA, Gray JD, Behrendsen Candida albicans or
SC, Kubin M, Rengaraju M, Ohtsuka lipopolysaccharide stimulation. Infect
K, et al. Decreased production of Immun.2002;70:7073–80.
interleukin-12 and other Th1-type 36. Miranda LA, Fischer RG, Sztajnbok
cytokines in patients with recent-onset FR, Johansson A, Figueredo CM,
Gustafsson A. Increased interleukin-
15
18 in patients with juvenile idiopathic 43. Kobayashi T, Ito S, Yasuda K, Kuroda
arthritis and early attachment loss. J T, Yamamoto K, Sugita N, et al. The
Periodontol. 2005;76:75–82. combined genotypes of stimulatory
37. Khatibi M, Shakoorpour AH, Jahromi and inhibitory Fc gamma receptors
ZM, Ahmadzadeh A. The prevalence associated with systemic lupus
of oral mucosal lesions and related erythematosus and periodontitis in
factors in 188 patients with systemic Japanese adults. J Periodontol.
lupus erythematosus. Lupus. 2007;78:467–74.
2012;21:1312–5. 44. Al-Katma MK, Bissada NF,
38. Jaworski CP, Koudelka BM, Roth Bordeaux JM, Sue J, Askari AD.
NA, Marshall KJ. Acute necrotizing Control of periodontal infection
ulcerative gingivitis in a case of reduces the of active rheumatoid
systemic lupus erythematosus. J Oral arthritis. J Clin Rheumatol.
Maxillofac Surg. 1985;43:43–6. 2007;13:134–7.
39. Nagler RM, Lorber M, Ben-Arieh Y, 45. Ortiz P, Bissada NF, Palomo L, Han
Laufer D, Pollack S. Generalized YW, Al-Zahrani MS, Panneerselvam
periodontal involvement in a young A, et al. Periodontal therapy reduces
patient with systemic lupus the severity of active rheumatoid
erythematosus. Lupus. 1999;8:770–2. arthritis in patients treated with or
40. Gonzalez-Crespo MR, Gomez-Reino without tumor necrosis factor
JJ. Invasive aspergillosis in systemic inhibitors. J Periodontol.
lupus erythematosus. Semin Arthritis 2009;80:535–40.
Rheum. 1995;24:304–14. 46. Rose NR. Autoimmunity, infection
41. Figueredo CM, Areas A, Sztajnbok and adjuvants. Lupus. 2010;19:354–8.
FR, Miceli V, Miranda LA, Fischer 47. Rose NR. The adjuvant effect in
RG, et al. Higher elastase activity infection and autoimmunity. Clin Rev
associated with lower IL-18 in GCF Aller Immunol. 2008;34:279–82.
from juvenile systemic lupus patients. 48. Sebastiani GD, Galeazzi M. Infection
Oral Health Prev Dent. 2008;6:75–81. – genetics relationship in systemic
42. Fernandes EG, Savioli C, Siqueira JT, lupus erythematosus. Lupus.
Silva CA. Oral health and the 2009;18:1169–75.
masticatory system in juvenile 49. Pessoa L, Galvao V, Santos-Neto L.
systemic lupus erythematosus. Lupus. Periodontal disease as a risk factor for
2007;16:713–9. cardiovascular disease: suggestion of a
16
further link in systemic lupus
erythematosus. Med Hypotheses.
2011;77:286–9.
50. Emilie D, Llorente L, Galanaud P.
Cytokines and lupus. Ann Med Interne
(Paris). 1996;147:480–4.
51. Alexander MB, Damoulis PD. The
role of cytokines in the pathogenesis
of periodontal disease. Curr Opin
Periodontol. 1994:39–53.
52. Marks SD, Tullus K. Autoantibodies
in systemic lupus erythematosus.
Pediatr Nephrol. 2012;27:1855–68.
53. Figueredo CM, Ribeiro MS, Fischer
RG, Gustafsson A. Increased
interleukin-1beta concentration in
gingival crevicular fluid as a
characteristic of periodontitis. J
Periodontol. 1999;70:1457–63.
54. Rescala B, Rosalem W Jr, Teles RP,
Fischer RG, Haffajee AD, Socransky
SS, et al. Immunologic and
microbiologic profiles of chronic and
aggressive periodontitis subjects. J
Periodontol. 2010;81:1308–16.
55. Foster H, Fitzgerald J. Dental disease
in children with chronic illness. Arch
Dis Child. 2005;90:703–8.

17

Anda mungkin juga menyukai