Anda di halaman 1dari 18

GANGREN

DEFINISI GANGREN

Gangren adalah kematian jaringan di bagian tubuh atau kematian sel dalam jumlah
besar.Gangren terjadi ketika bagian tubuh kehilangan suplai darah.Hal ini dapat terjadi
karena cedera, infeksi, atau penyebab lainnya.
Gangren merupakan nekrosis iskemik pada jaringan yang biasanya tampak sebagai
biru gelap atau mumifikasi hitam pada bagian ekstremitas.Gangren karena penyakit oklusi
arteri biasanya melibatkan jari kaki, tumit, dan bagian lain kaki atau maleolus.Penyakit arteri
progresif bisa menyebabkan gangren ke seluruh kaki dan tungkai bawah.

KLASIFIKASI GANGREN
Gangren dapat diklasifikasikan sebagai gangren kering atau basah.Gangren kering
meluas secara lambat dengan hanya sedikit gejala.Gangren kering sering dijumpai pada
ekstremitas, umumnya terjadi akibat hipoksia lama.Gangren kering disebabkan oleh
pengurangan aliran darah melalui arteri dan muncul secara bertahap serta berlangusng
perlahan-lahan. Gangren kering sering terlihat pada orang dengan penyumbatan arteri
(arteriosklerosis) akibat peningkatan kadar kolesterol, diabetes, merokok, dan faktor genetik
lainnya.

Gangren kering disebut juga dengan gangren sekunder atau mumifikasi.Gangren ini
merupakan komplikasi akibat perubahan degeneratif yang terkait dengan penyakit kronis,
seperti diabetes mellitus dan / atau aterosklerosis.Gangren kering dimulai pada bagian distal
ekstremitas karena iskemia dan sering terjadi pada jari kaki pasien lansia karena
arteriosklerosis.Gangren kering menyebar perlahan-lahan hingga mencapai titik dimana
suplai darah tidak memadai untuk menjaga jaringan. Bagian yang terkena akankering,
menyusut dan berwarna gelap hitam. Warna gelap tersebut terjadi karena pembebasan
hemoglobin dari sel darah merah hemolyzed, yang ditindaklanjuti oleh hidrogen sulfida (H2S)
yang diproduksi oleh bakteri, sehingga pembentukan sulfida besi hitam tersebut tetap berada
di jaringan. Orang dengan gangguan aliran darah perifer, seperti diabetes, memiliki risiko
lebih besar untuk mengidap gangren kering.

1
Gangren Kering

Gangren basah adalah suatu daerah dimana terdapat jaringan mati yang cepat
perluasannya, sering ditemukan di organ-organ dalam, dan berkaitan dengan invasi bakteri ke
dalam jaringan yang mati tersebut.Gangren ini menimbulkan bau yang kuat dan biasanya
disertai oleh manifestasi sistemik.Gangren basah dapat timbul dari gangren kering.Gangren
basah atau lembab berkembang sebagai komplikasi dari luka terinfeksi yang tidak
diobati.Pembengkakan akibat infeksi bakteri menyebabkan penghentian tiba-tiba aliran
darah.Penghentian aliran darah memfasilitasi invasi otot-otot oleh bakteri karena melawan sel
darah putih yang tidak bisa mencapai bagian yang sakit.

Gangren basah paling sering disebabkan oleh oklusi akut (obstruksi lengkap), seperti:
* Penyakitvaskularperifer (PVD),
* Tourniquet (perban memutar ketat untuk memeriksa perdarahan atau aliran darah),
* Membatasi perban atau
* Trauma (luka).

Gangren Basah

2
Gangren basah terjadi pada jaringan alami lembab dan organ seperti mulut, usus,
paru-paru, leher rahim, dan vulva.Luka baring yang terjadi pada bagian tubuh seperti sakrum,
pantat, dan tumit juga dikategorikan sebagai infeksi gangren basah.Pada gangren basah,
jaringan terinfeksi oleh mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan (Bac. perfringens,
fusiformis, putrificans dan lain-lain) yang menyebabkan jaringan membengkak dan
menimbulkan bau busuk.Gangren basah biasanya berkembang pesat karena penyumbatan
pembuluh darah dan / atau aliran darah arteri.Bagian yang terkena darah jenuh menyebabkan
pertumbuhan cepat dari bakteri.Produk beracun yang dibentuk oleh bakteri diserap dan
menyebabkan manifestasi sistemik septikemia dan akhirnya mati.

Gas Gangren adalah infeksi bakteri yang menghasilkan gas di dalam jaringan.
Gangren ini biasanya disebabkan oleh bakteri Clostridium perfringens.Infeksi menyebar
cepat sebagai gas yang diproduksi oleh bakteri berkembang dan menyusup ke jaringan sehat
di sekitarnya.Gas gangren dapat menyebabkan nekrosis, produksi gas, dan sepsis.
Pengembangan menjadi toksemia dan syok sering sangat cepat.

Gangren Fournier merupakan gangren akibat infeksi beberapa kuman yang secara
sinergis menyerang skrotum, perineum, kadang sampai abdomen bawah.Infeksi ini
menimbulkan nekrosis yang luas dan penderitanya dapat mengalami syok septik.Setelah
debridemen biasanya diperlukan skin graft untuk menutup defek.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


1. Faktor endogen.
– Usia
– Jenis Kelamin
– Gangguan Metabolisme
o Diabetes Melitus
o Hiperlipoproteinemia
o Arthritis Urika
- Hipertensi
2. Faktor Eksogen
- Merokok
- Gaya hidup modern
o Kelebihan kalori

3
o Kebiasaan diet
o Kurang aktivitas

Usia merupakan salah satu faktor resiko yang paling dominan. Perubahan
arteriosklerotik berkembang hampir sejajar dengan pertambahan umur. Kelainan
metabolisme yang sangat berpengaruh, terutama penyakit kencing manis, gangguan
metabolisme lipid (hiperlipoproteinemia), dan penyakit gout (hiperurisemia atau arthritis
urika). Hipertensi yang berlangsung lama merupakan predisposisi arteriosklerosis pembuluh
darah.Pada saat diagnosis hipertensi ditegakkan pertama kali, ternyata 60% penderita
menunjukkan perubahan arteriosklerosis.
Dari faktor eksogen, hanya kebiasaan merokok yang telah menunjukkan perannya
sebagai penyebab penyakit arteri oklusif.Konsumsi makanan yang mengandung banyak
lemak jenuh sebaiknya diganti dengan lemak tak jenuh seperti minyak bunga matahari,
minyak jagung dan minyak kacang kedelai yang berkadar lemak rendah.Konsumsi kalori
berlebihan pun harus dihindari.
Jenis kelamin lebih nyata pengaruhnya pada arteriosklerosis arteri perifer dari
ekstremitas, kelainan ini mengenai 80-90% laki-laki.Perempuan premenopause jarang
terkena, tetapi pasca menopause, kejadiannya meningkat walaupun tidak ada perbedaan rasio
antara laki-laki dan perempuan.
Koagulasi intravaskular diseminata bisa menyebabkan oklusi akut mikrovaskularisasi
di dalam jari dan ekstremitas distal dengan akibat gangren simetris.Ini bisa disebabkan oleh
sejumlah keadaan, seperti septikemia, syok, dan embolisme cairan amnion. Sebab lain
gangren ekstremitas bawah digital simetris progresif adalah sindrom curah jantung rendah.
Pada pasien tersebut terjadi penurunan perfusi ekstremitas distal.

Penyebab gangren lainnya yang tidak berhubungan dengan penyakit oklusi kronik
mencakup thrombosis vena profunda karena kompresi lama pada ekstremitas, terutama pada
pasien koma, trauma, atau kelebihan dosis obat.

4
Penyebab Trombosis
Gangguan pada arteri Gangguan pada Vena Gangguanpada Darah/Trombosit
Aterosklerosis Operasi (umum) Sindrom anti fosfolipid
Merokok Operasi ortopedi Resistensi protein C (factor V
Hipertensi Artroskopi Leiden)
Diabetes Mellitus Trauma Sticky platelet syndrome
Kolesterol LDL Keganasan Gangguan protein C
Hipertrigliserida Imobilisasi Gangguan protein S
Riwayat Trombosis pada Sepsis Gangguan antitrombin
keluarga Gagal jantung kongestif Gangguan heparin kofaktor II
Gagal jantung kiri Sindrom Nefrotik Gangguan plasminogen
Kontrasepsi oral Obesitas Gangguan plasminogen activator
Estrogen Varicose vein inhibitor
Lipoprotein Sindrom pascaflebitis Gangguan factor XII
Polisitemia Kontrasepsi oral Disfibrinogenemia
Sindrom hiperviskositas Estrogen Homosistenemia
Sindrom leukositosis

Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang sederhana seperti
klasifikasi Edmonds dari King's College Hospital London, klasifikasi Liverpool yang sedikit
lebih ruwet, sampai klasifikasi Wagner yang lebih terkait dengan pengelolaan kaki diabetes,
dan juga klasifikasi Texas yang lebih kompleks tetapi juga lebih mengacu kepada
pengelolaan kaki diabetes. Suatu klasifikasi mutakhir dianjurkan oleh International Working
Group on Diabetic Foot (Klasifikasi PEDIS 2003).

5
Klasifikasi lesi kaki diabetik juga dapat didasarkan pada dalamnya luka dan luasnya
daerah iskemik yang dimodifikasi oleh Brodsky dari klasifikasi kaki diabetik menurut
Wagner, yaitu:

6
PATOFISIOLOGI
Penyakit arteri oklusif dapat disebabkan oleh proses degenerative, seperti
arteriosklerosis, atau proses radang, seperti pada endangitis obliterans (Winnewarter Burger).
Penyakit sumbatan arteri adalah gangguan aliran arteri yang kronik yang sering ditemukan
dan biasanya memerlukan tindakan bedah.Penggolongan biasanya ditentukan berdasarkan
letak dan luasnya sumbatan, serta ukuran arteri.
Beratnya insufisiensi aliran darah di arteri ekstremitas bawah dibedakan dalam
stadium menurut Fontaine.
Stadium Tanda dan Gejala
I Asimtomatik atau gejala tidak khas
II Klaudikasio intermiten (sehingga jarak tempuh
memendek)
III Nyeri saat beristirahat
IV Manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia (sekresi,
ulkus)

Aterosklerosis ini menyebabkan terjadinya ketidakrataan pada permukaan lapisan


sebelah dalam arteri, maka aliran lameler akan berubah menjadi turbulen, sehingga dengan
mudah dapat terbentuk trombus. Pada stadium lanjut seluruh lumen pembuluh darah akan
tersumbat dan bila aliran kolateral tidak cukup, akan terjadi iskemia. Pada iskemia ringan
akan terlihat gejala klaudikasio intermiten sewaktu bekerja atau apabila di sebelah distal dari
kelainan di vascular ini mengalami luka, maka akan terjadi penyembuhan yang lambat
sedangkan pada kekurangan aliran darah yang parah akan terjadi gangren.

Paralisis otot kaki menyebabkan perubahan keseimbangan di sendi kaki, perubahan


cara berjalan, dan akan menimbulkan titik tekan baru pada telapak kaki sehingga terjadi kalus
ditempat itu. Neuropati sensorik menyebabkan hilangnya sinyal terhadap rasa sakit (mati
rasa) setempat dan hilangnya perlindungan terhadap trauma, sehingga penderita mengalami
cedera tanpa disadari, akibatnya kalus yang sudah terbentuk berubah menjadi ulkus yang bila
disertai infeksi berkembang menjadi selulitis dan berakhir dengan gangren.

Neuropati motorik mengawali terjadinya kelemahan otot dan atrofi otot di


ekstremitas.Hilangnya mekanisme vaskuler yang normal akibat angiopati diabetik dan
gangguan regulasi termal menyebabkan vena membengkak dan selanjutnya menyebabkan

7
terjadinya ulkus. Bila ulkus disertai infeksi akan mempermudah terjadinya disfungsi outonom
(neuropati outonom) yang selanjutnya akan mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga
kulit akan kering dan mudah mengalami luka yang sukar sembuh yang selanjutnya mudah
mengalami nekrosis.

Berkurangnya aliran darah akan menyebabkan perubahan organik, karena unsur


fungsional hilang atau berkurang. Inilah sebabnya diperlukan pengobatan segera, baik secara
pembedahan atau medis pada penderita sumbatan arteri akut, karena penundaan akan
mengakibatkan meluasnya trombosis.

GEJALA
Gejala gangren tergantung pada lokasi dan penyebab gangren tersebut. Jika yang
terlibat adalah kulit atau gangren yang dekat dengan kulit, gejalanya termasuk:
 Perubahan warna (biru atau hitam; merah atau perunggu jika daerah yang terkena di
bawah kulit)
 Bau busuk
 Mati rasa di daerah tersebut
Jika yang terkena di organ tubuh bagian dalam (seperti gangren kantong empedu atau
gangren gas), gejalanya:
 Demam
 Gas dalam jaringan bawah kulit
 Perasaan sakit
 Tekanan darah rendah
 Persisten atau nyeri berat
Gangren kering :

- Pada tahap awal, rasa sakit pada saat palpasi, kusam


- Daerah yang terkena menjadi dingin dan mati rasa
- Awalnya daerah yang terkena menjadi merah
- Kemudian berubah menjadi coklat
- Akhirnya menjadi hitam dan keriput (akibat pembentukan sulfide besi dan Hb terurai)

Gangren basah atau lembab:

- Daerah yang terkena menjadi bengkak dan meluruh

8
- Rasa sakit
- Perdarahan local
- Menghasilkan bau busuk
- Menjadi hitam
- Demam

Gas gangren:

- Luka terinfeksi
- Warna coklat-merah atau berdarah pada cairan jaringan yang terkena
- Gas yang dihasilkan oleh clostridia dapat menimbulkan krepitasi saat ditekan
- Bengkak
- Nyeri pada daerah yang terkena sangat parah
- Demam, denyut nadi meningkat, dan bernapas cepat jika racunnya menyebar ke aliran
darah

Infeksi Clostridium juga menyebabkan kulit teraba hangat dan bengkak.


Infeksi bisa menyebar luas dibawah kulit, sering membentuk bula (lepuhan besar berisi
cairan).Cairannya berwarna coklat dan berbau busuk.

Gejala sistemik muncul pada awal terjadinya infeksi, berupa demam, berkeringat dan
kecemasan.Jika tidak diobati, bisa terjadi sindroma yang menyerupai syok, yaitu penurunan
tekanan darah (hipotensi), gagal ginjal, koma dan kematian.

Seringkali penderita diabetes dating memeriksakan diri karena adanya koreng yang menahun
atau peradangan pada kuku kaki. Ada 2 bentuk peradangan diabetes pada kaki:

1. Kaki neuropatik
Panas
Pulsasi besar
Sensorik menurun
Warna kemerahan
Komplikasi : kalus, koreng tidak sakit, gangren jari, “charcot’s joint” , edema
neuropatik
2. Kaki neuroiskemia
Dingin
Pulsasi tidak ada

9
Sensorik biasanya ada
Pucat bila diangkat
Merah bila digantung
Komplikasi: klaudikasio, koreng sakit, gangren jari, rest-pain

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dengan penentuan tipe angiopati dan
neuropati berupa kelainan mikroangiopati atau makroangiopati, sifat obstruksi, dan status
vaskuler. Gangren diabetik akibat mikroangiopati disebut juga sebagai gangren panas karena
walaupun terjadi nekrosis, daerah akral akan tampak tetap merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal.

Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah. Bila sumbatan terjadi


secara akut, emboli akan memberikan gejala klinis berupa 5P, yaitu Pain, Paleness,
Paresthesia, Pulselessness dan Paralisis dan bila terjadi sumbatan secara kronis, akan timbul
gambaran klinik menurut pola dari Fontaine, yaitu Pada stadium I; asimptomatis atau gejala
tidak khas (semutan atau geringgingan), stadium II; terjadi klaudikasio intermiten, stadium
III; timbul nyeri saat istirahat dan stadium IV; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena
anoksia (ulkus).

Koreng neuropatik biasanya terjadi pada kalus yang tidak terawat dengan baik.Kalus
ini terbentuk karena rangsangan dari luar pada ujung jari atau penekanan pada ujung tulang
metatarsal. Nekrosis terjadi di bawah kalus yang kemudian membentuk rongga berisi cairan
serous dan bila ini pecah akan terjadi koreng yang sering diikuti oleh infeksi sekunder.
Streptokokus bekerja sama dengan stafilokokus membentuk toksin yang dapat menyebabkan
trombosis arteri jari dengan akibat nekrosis jari yang terlihat. Juga peranan organik anaerob
juga besar sekali yang bekerja secara sinergistik dalam pembentukan gas dan akhirnya
gangren.

Jaringan kalus harus dikupas dulu dengan scalpel untuk memperlihatkan dasar koreng
dan mempermudah drainase cairan yang ada.Berikutnya mengambil contoh cairan koreng
untuk pemeriksaan bakteriologik, dan pemberian antibiotic sesuai hasil yang didapat.Koreng
seperti ini dapat berobat jalan, tetapi bila ada selulitis pasien harus segera dirawat di rumah
sakit karena ada ancaman gangren pada tngkai tersebut.

10
Diagnosis gas gangren dapat ditegakkan berdasarakan gejala-gejala dan pemeriksaan
fisik (adanya udara di dalam jaringan bisa dirasakan/krepitasi).Foto rontgen bisa
menunjukkan adanya gas di bawah kulit.CT dan MRI bisa membantu menentukan jumlah gas
dan luasnya kerusakan jaringan.Cairan dari luka dibiakkan di laboratorium untuk
memperkuat penyebabnya adalah klostridium.

PENATALAKSANAAN

Gangren memerlukan evaluasi darurat dan perawatan. Secara umum, jaringan mati
harus dibuang untuk penyembuhan jaringan hidup di sekitarnya dan mencegah infeksi lebih
lanjut. Tergantung pada daerah yang memiliki gangren, kondisi secara keseluruhan orang
tersebut, dan penyebab gangren, pengobatan meliputi:
- Amputasi bagian tubuh yang memiliki gangren
- Operasi untuk menemukan dan membuang jaringan mati
- Operasi untuk meningkatkan pasokan darah ke daerah tersebut
- Operasi berulang untuk menghilangkan jaringan mati (debridement)
- Pengobatan di ICU (untuk pasien sakit parah)

Diagnosis dini dan tindakan segera. Mengingat akan terjadinya perubahan organik di
bagian tubuh yang terlibat iskemia, maka gejala klinik yang biasanya tidak sukar untuk
dikenal, sudah cukup bagi kita untuk memulai pengobatan yang adekuat. Dalam hal ini
arteriografi hanya diperlukan pada kasus yang masih diragukan kebenaran diagnosisnya.
Setelah anggota badan yang terlibat diistirahatkan, maka perlu diberikan obat analgetika,
lebih-lebih pada penderita dengan kelainan jantung. Mengurangi spasme, pemberian
vasodilator serta kalau perlu melumpuhkan n.simpatikus harus dipertimbangkan. Fasiotomi
juga harus dipertimbangkan.
Pemberian antikoagulan penting dalam usaha kita untuk mencegah meluasnya sumbatan
pada arteri. Heparin lebih baik diberikan dalam taraf akut, sesudah itu secara berangsur-
angsur diganti dengan salah satu derivate coumarin yang diberikan per oral. Beberapa ahli
mempunyai pendapat diberikan heparin selama 5 hari sebanyak 20.000 U.I per 24 jam,
sedangkan derivate coumarin diberikan terus sampai beberapa minggu setelah mobilisasi, dan
kemudian berangsur-angsur dihentikan kecuali kalau ada indikasi lain. Di sini harus ada
kontrol yang teliti untuk mencegah komplikasi perdarahan.
Tindakan bedah dilakukan bila pengobatan secara konservatif tidak efektif dalam
memperbaiki sirkulasi dalam waktu 6-12 jam sesudah terjadinya sumbatan. Bekuan darah

11
dikeluarkan melalui arteriotomi baik dari bagian distal maupun proksimal memakai kateter
dari Fogarty yang ada balon di ujungnya. Dan ini dikatakan berhasil baik bila pasca bedah
terlihat atau teraba denyut sebelah distal dari daerah sumbatan tadi.
Fasiotomi adalah suatu tindakan dekompresi dengan membuka kompartemen fasial yang
tertutup, maka untuk mencegah terganggunya fungsi otot, saraf dan pembuluh darah serta
jaringan lunak lainnya yang berada dalam kompartemen tersebut. Caranya adalah dengan
melakukan insisi anterolateral dan posteromedial. Bila ekstremitas yang bersangkutan sangat
bengkak, maka fasiotomi dilanjutkan dengan melakukan insisi kulit di sepanjang
kompartemen tersebut (fasiotomi dan dermotomi). Fasiotomi dikerjakan pada sindrom
kompartemen yang akut, tetapi dapat pula berupa pencegahan misalnya pada pasca operasi
trauma vaskuler dengan waktu iskemia lebih dari 6 jam. Dalam hal ini fasiotomi dilakukan
distal dari lokasi lesi vaskuler.
Pada penderita usia lanjut dengan bermacam faktor kendala sudah cukup baik
hasilnya jika keutuhan ekstremitas yang sakit dapat dipertahankan, terlepas dari fungsi yang
membaik atau tidak. Waktu yang paling lambat untuk menunda suatu operasi disepakati
selama 12 jam. Pedoman yang dapat dipakai untuk menentukan apakah ekstremitas dapat
dipertahankan atau tidak adalah derajat iskemia lokal yang terjadi.
Pemakaian enzim trombolitik seperti streptokinase pada sumbatan arteri akut
sebaiknya dicoba bila belum terlambat sesuai usia lanjut. Bila dipakai secara sistemik atau
hanya pada satu ekstremitas saja bersamaan dengan pemberian heparin seperti pada penyakit
koroner akut. Terapi trombolitik akan membuka lesi yang menyebabkan oklusi akut itu, dan
dengan demikian mempersiapkan pasien untuk terapi revaskularisasi yang definitif.

Amputasi
Indikasi :
 Ekstremitas nonviable yang telah terjadi infeksi
 Cedera vaskular yang tidak dapat diperbaiki disertai iskemia yang irreversible
(traumatic atau non traumatic)
 Adanya kanker
 Pasien lanjut usia dengan infeksi yang tidak dapat diperbaiki dengan terapi
pembedaham vaskuler.

12
Tipe amputasi :
 Toe : Gangren, osteomyelitis distal sampai proximal interphalangeal joint (PIP) tanpa
selulitis proksimal, nekrosis, atau edema.
 Transmetatarsal : Untuk nekrosis pada level antara insisi transmetatarsal dan PIP,
biasanya pada nekrosis interdigital.
 Syme : Amputasi dari bagian bawah tibia dan fibula.
 Below-knee Amputation : Jika iskemia sampai ke maleolus. Kontraindikasi bila
gangren mencapai bagian atas lutut, atau pasien mempunyai kontraktur pada panggul
atau lutut.
 Above knee amputation : Untuk gangren di atas BK level
 Hip disarticulation : Gangren proksimal, tumor, atau adanya trauma ekstensif.
 Upper extremity amputations : Biasanya dilakukan pada trauma atau tumor.

Debridemen
Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus ulkus diabetika.
Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya pembersihkan benda asing dan jaringan
nekrotik pada luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih didapatkan jaringan nekrotik,
debris, calus, fistula/rongga yang memungkinkan kuman berkembang. Setelah dilakukan
debridemen luka harus diirigasi dengan larutan garam fisiologis atau pembersih lain dan
dilakukan dressing (kompres).
Ulkus di kaki yang mengarah ke amputasi kaki merupakan komplikasi PAOD pasien
DM. Indikasi amputasi tungkai bawah pada PAOD, masih belum ada persetujuan diantara
para ahli, namun sebagian besar dokter bedah sepakat bahwa nekrosis yang luas pada tumit
dan punggung kaki adalah prediktor yang buruk untuk melakukan penyelamatan tungkai.
Tujuan amputasi ekstremitas bawah adalah membuang semua jaringan mati dan jaringan
yang sakit, mengoptimalkan fungsi residual ekstremitas bawah dan meminimalisir morbiditas
operasi.
Penanganan ulkus diabetik dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan. Pada tingkat 0,
penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki khusus dan pelengkap alas kaki
yang dianjurkan. Sepatu atau sandal yang dibuat secara khusus dapat mengurangi tekanan
yang terjadi. Bila pada kaki terdapat tulang yang menonjol atau adanya deformitas, biasanya
tidak dapat hanya diatasi dengan penggunaan alas kaki buatan umumnya memerlukan

13
tindakan pemotongan tulang yang menonjol (exostectomy) atau dengan pembenahan
deformitas.

Pada tingkat 1 memerlukan debridemen jaringan nekrotik atau jaringan yang


infeksius, perawatan lokal luka dan pengurangan beban. Pada tingkat 2 memerlukan
debridemen, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, perawatan lokal luka dan teknik
pengurangan beban yang lebih berarti. Pada tingkat 3, memerlukan debridemen jaringan yang
sudah menjadi gangren, amputasi sebagian, imobilisasi yang lebih ketat, dan pemberian
antibiotik parenteral yang sesuai dengan kultur. Pada tingkat 4 biasanya memerlukan
tindakan amputasi sebagian atau amputasi seluruh kaki.

KOMPLIKASI

Komplikasi bergantung pada tempat gangren berada, banyaknya gangren, penyebab


gangren, dan kondisi secara keseluruhan dari orang tersebut. Komplikasi dapat termasuk:
- Cacat dari amputasi atau pengangkatan jaringan mati
- Penyembuhan luka lama atau membutuhkan rekonstruksi pembedahan, seperti skin
grafting.

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada tempat di mana gangren berada di dalam tubuh, berapa
banyak gangren, dan kondisi secara keseluruhan dari orang tersebut. Jika pengobatan
tertunda, gangren sangat luas, atau orang tersebut memiliki masalah medis lainnya yang
signifikan, maka dapat menyebabkan kematian.

PENCEGAHAN

Gangren dapar dicegah jika diobati sebelum kerusakan jaringan ireversibel. Luka
harus ditangani dengan benar dan diamati dengan cermat untuk tanda-tanda infeksi (seperti
kemerahan, bengkak, atau bernanah) atau kegagalan untuk menyembuhkan.
Orang dengan diabetes atau penyakit pembuluh darah secara rutin harus
memeriksakan kaki mereka bila ada tanda-tanda cedera, infeksi, atau perubahan warna kulit
dan mencari perawatan yang diperlukan.

14
UJI BENEDICT

 Adanya glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat
mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis.
 Test ini tidak spesifik terhadap glukosa, gula-gula lain yang berdaya reduksi maupun
zat-zat lain yang bukan gula dapat juga memperlihatkan hasil positif.
 Test Benedict (Semi Kuantitatif)
 Dengan test ini dapat diperhitungkan secara kasar kadar gula dalam urin (semi
kuantitatif).

Metoda:

 Campurlah 2.5 ml pereaksi benedict kualitatif dengan 4 tetes urin.


 Panaskan selam 5 menit pada penangas air mendidih.
 Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan.
 Lakukan test ini terhadap urin yang mengandung (1) glukosa 3%; (2) glukosa 1%; (3)
glukosa 2% dan (4) glukosa 5%.
 Penafsiran : Warna Penilaian Kadar , Biru/ hijau keruh, Hijau/ kuning hijau,Kuning/
kuning kehijauan, Jingga, merah bata

Detail

 Pereaksi Benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi
oleh gula yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang
dibuktikan dengan terbentuknya kuprooksida berwarna merah.
 Reaksi :
 Pada uji adanya glukosa dalam urin dilakukan tes Benedict, yaitu dengan mereaksikan
urin dengan pereaksi Benedict yang telah dipanaskan dengan glukosa 0,3 %; 1 %; 2
%; 5 % dan urin tanpa penambahan apapun.
 Ternyata dari hasil pengujian diperoleh urin blanko tetap berwarna biru setelah
ditambahkan larutan Benedict,
 Untuk urin dengan penambahan glukosa 0,3 % akan memberi warna kuning kehijauan
dengan endapan merah,
 untuk urin dengan penambahan glukosa 1 % akan memberi warna kuning kehijauan
dengan adanya endapan merah yang lebih banyak dari yang 0,3 %,

15
 untuk urin dengan penambahan glukosa 2 % akan memberi warna jingga dengan
endapan merah dari yang ditambahkan glukosa 1 %
 untuk urin dengan penambahan glukosa 5 % akan memberi warna jingga kemerahan
dengan endapan merah yang lebih banyak.

 Terbentuknya warna-warna tersebut, sesuai dengan konsentrasi glukosa dalam


larutan. Makin besar kadar glukosa, makin banyak endapan oranye yang terbentuk.
 Tidak tebentuknya endapan oranye pada larutan glukosa konsentrasi rendah
disebabkan karena baru sedikit glukosa yang mereduksi kuprisulfat dan kemudian
tertutup warnanya dengan reagen Benedict yang berwarna biru.
 Tampak bahwa glukosa dengan kadar 5% baru memberikan endapan oranye paling
banyak.
 Dari uji tersebut memberikan hasil bahwa urin yang diperiksa oleh praktikan tidak
mengandung glukosa karena tidak memberi hasil positif terhadap tes Benedict.
 Berarti urin tersebut adalah urin yang normal.

Permeriksaan Protein Dalam Urine (kualitatif)


Berikut ini adalah cara pemeriksaan protein urine secara manual dan termasuk
pemeriksaan kualitatif. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah Untuk menyatakan adanya protein
dalam urine berdasarkan pada timbulnya kekeruhan yang mana percobaan dengan pemberian
suatu asam akan lebih mendekatkkan ketitik 180 derajat electris dari protein pemanasan
selanjutnya untuk mengadakan denaturasi sehingga terjadilah presipitasi yang dinilai secara
semi kuantitatif.

Alat dan bahan yang digunakkan yaitu : Urine segar, Larutan Asam Sufosalicyl 20%,
Larutan Asam asetat 6%, tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, lampu
spiritus, pipet ukur 5 ml, pipet tetes, kertas saring, corong, centrifuge, tabung centrifuge.

Prosedur pemeriksaan sebagai berikut :

A. Metode asam sulfosalicyl 20% :

2 tabung reaksi masing-masing diisi 2 ml urine jernih

tabung pertama ditambahkan 8 tetes larutan asam sulfolicyl 20% kemudan di kocok

16
bandingkan isi tabung pertama dengan tabung kedua, panasilah tabung pertama itu diatas
nyala apai sampai - mendidih dan kemudian dinginkan kembali dengan air mengalir.

* Jika kekeruhan tetap ada waktu pemanasan dan tetap ada juga setelah dingin kembali tes
terhadap protein + (positif) protein otu mungkin albumin, globilin mungkin juga kedua-
keduanya.

* Jika kekeruhan hilang pada waktu pemanasan tetapi muncul lagi setelah dingin, munkin
sebabnya protein Bance Jones dan perlu diselidiki lebih lanjut.

B. Metode Asam asetat 6% :

maukkan urine jernih kedalam tabung reaksi + 2/3 penuh dengan memegang tabung reaksi itu
pada ujung bawah, lapisan atas itu dipanasi diatas nyala api samapai mendidih selama 30
detik

perhatikan terjadinya kekeruhan dilapisan atas urine itu dengan membandingkan jernihnya
dengan bagian bawah yang tidak dipanasi.

jika terjadi kekeruhan, mungkin ia disebabkan oleh proetin tapi mungkin jua oleh Ca phospat/
Ca carbonat.

kemudian teteskan kedalam urine yang masih panas itu 2-3 tetes larutan asam acetat 6%

jika kekeruhan itu disebabkan oleh Ca phosphat kekeruhan itu akan lenyap, jiks kekeruhan itu
masih ada disebabkan oleh Ca carbonat kekeruhan akan lenyap timbul gas, jika kekeruhan
tetap ada/ menjadi keruh lagi lapisan itu sampai mendidih dan kemudian berilah penilaian
semikualitatif pada hasilnya.

Pembacaan hasil :

Untuk menguji adanya kekeruhan, periksalah tabung itu dengan cahaya berpantul dengan
latar belakang hitam.

Penilaian hasil pemeriksaan secra semikuabtitatif dinyatakan sebagai berikut :

- (negatif) : tidak ada kekeruhan

+1 (positif 1) : ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir kadar kurang lebih 0,01-0,05%

17
+2 (positif 2) : kekeruhan mudah dilihat dan tampak butir-butir dalam kekeruhan kadar
kurang lebih 0,05-0,2%

+3 (positif 3) : Urine jelas keruh dan kekeruhannya berkeping-keping kadar kurang lebih 0,2-
0,5%

+4 (positif 4) : Unrine sangat keruh dan kekeruhannya berkeping-keping besar/bergerombol


memadat kadar kurang lebih 0,5%.

18

Anda mungkin juga menyukai