Anda di halaman 1dari 31

170

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Work sampling merupakan salah satu cara langsung dalam menetapkan

waktu baku dengan melakukan pengukuran secara langsung ditempat berjalannya

pekerjaan. Cara ini bersama-sama dengan pengukuran waktu jam henti,

merupaakan cara langsung karena dilakukan dengan melakukan pengukuran

secara langsung di tempat berjalanna pekerjaan. Bedanya denga cara jam henti

adalah bahwa pada cara sampling pekerjaan, pengamat tidak terus menerus berada

di tempat pekerjaan melainkan mengamati (di tempat pekerjaannya) hanya pada

sesaat pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Pada awalnya cara ini

dikembangkan di Inggris oleh seorang yang bernama L.H.C. Tippet di pabrik-

pabrik tekstil di Inggris, tetapi karena kegunaannya, cara ini kemudian dipakai di

Negara-negara lain secara lebih luas. Pada work sampling pekerjaan pengamatan

tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan melainkan mengamati (ditempat

pekerjaan) hanya pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Pengamatan

dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi ditempat kerja, catatan yang

dilakukan setiap kali pengamatan dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang terjadi

beserta berapa sering kegiatan ini teramati. Semakin tinggi frekuensinya semakin

sering kegiatan tersebut dilakukan dan dapat pula diduga bahwa total waktu yang

dibutuhkan semakin banyak. Percobaan ini dilakukan di TPA (Taman Penitipan

Anak) Medika Husada dengan pengamatan data waktu random terhadap satu
orang pekerja. Pengamatan dilakukan pada waktu random tertentu pekerja sedang

melakukan pekerjaan (Work time) atau waktu mengangur (Idle time).

1.2. Tujuan Percobaan

Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mengukur aktivitas work dan idle

dari suatu grup pekerja dengan random sampling.

1.3. Manfaat Percobaan

1. Praktikan mengetahui langkah-langkah sebelum melakukan sampling

pekerjaan.

2. Praktikan bisa melakukan sampling pekerjaan.

3. Praktikan bisa melakukan pengujian keseragaman data.

4. Praktikan dapat menghitung jumlah pengamatan yang diperlukan.

5. Praktikan bisa menghitung waktu baku.

6. Praktikan dapat menghitung kelonggaran dari sampling pekerjaan.

171
172

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Work Sampling

Telah dikemukakan berbagai cara menetapkan waktu baku dimana

terdapat diantaranya sampling pekerjaan. Cara ini, bersama-sama dengan

pengukuran waktu jam henti merupakan cara langsung yang pengukurannya

langsung di tempat berjalannya pekerjaan. Jadi, work sampling adalah teknik

untuk menganalisa produktivitas dari aktivitas mesin, proses, atau pekerja.

Metode ini merupakan metode pengukuran kerja secara langsung karena

pengamatan dilakukan secara langsung terhadap objek pengamatan (Sutalaksana,

1979). Work Sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar

pengamatan terhadap aktifitas kinerja dari mesin, proses atau pekerja/operator

(Sritomo Wignjosoebroto, 2003). Work sampling adalah salah satu cara

pengukuran kerja secara langsung untuk mendapatkan informasi tentang operator

atau mesin dengan random sampling. Work sampling dikembangkan pertama kali

di Inggris oleh seorang yang bernama L.H.C. Tippet di pabrik-pabrik tekstil di

Inggris, tetapi karena kegunaannya cara ini kemudian dipakai dinegara-negara lain

secara lebih luas. Cara ini menggunakan prinsip-prinsip dari ilmu statistik

(Sutalaksana, dkk, 2006). Metode work sampling cocok digunakan untuk

pekerjaan-pekerjaan yang tidak berulang. Pengamatan dengan work

sampling dilakukan pada waktu yang telah ditentukan secara acak sehingga sangat

efektif dan efisien untuk mengumpulkan informasi mengenai kinerja mesin atau

pekerja, karena tidak memerlukan waktu yang lama. Metode work sampling juga
dapat digunakan untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu kerja oleh pekerja

atau mesin. Pengamatan metode work sampling tidak perlu dilakukan pada

keseluruhan jumlah populasi, cukup dengan menggunakan sampel yang diambil

secara acak dari populasi (Sutalaksana, dkk, 2006).

2.2. Kegunaan Work Sampling

Work Sampling mempunyai beberapa kegunaan lain dibidang produksi

sampling untuk menghitung waktu penyelesaian. kegunaan-kegunaan tersebut

adalah:

1. Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh

pekerja atau kelompok kerja.

2. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik.

3. Untuk menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.

4. Untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.

Distribusi pemakaian waktu kerja atau kelompok pekerja dan tingkat

pemanfaatan mesin atau alat-alat secara mudah diketahui dengan mempelajari

frekuensi setiap kegiatan atau pemakaian dari catatan pengamatan setiap

melakukan kunjungan (Sutalaksana, dkk, 2006).

2.3. Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Sampling Pekerjaan

Pada dasarnya langkah-langkah dalam melakukan sampling pekerjaan

tidak berbeda dengan yang diketengahkan pada cara jam henti. Langkah-langkah

yang dijalankan sebelum sampling dilakukan (Sutalaksana, dkk, 2006):

173
1. Menetapkan tujuan pengukuran yaitu untuk apa sampling dilakukan, yang akan

menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan.

2. Jika sampling ditujukan untuk mendapatkan waktu baku, lakukanlah penelitian

pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik. Jika

belum, perbaikan-perbaikan atas kondisi dan cara kerja harus dilakukan

dahulu.

3. Memilih operator atau operator-operator yang baik.

4. Bila perlu mengadakan latihan bagi para operator yang dipilih agar bisa dan

terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan.

5. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan.

6. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan pengamatan, lembaran-

lembaran pengamatan, pena atau pensil.

2.4. Melakukan Sampling

Cara melakukan sampling pengamatan dengan sampling pekerjaan juga

tidak berbeda dengan yang dilakukan untuk cara jam henti yaitu yang terdiri dari

tiga langkah: melakukan sampling pendahuluan, menguji keseragaman data dan

menghitung jumlah kunjungan yang diperlukan. Langkah-langkah ini dilakukan

terus hingga jumlah kunjungan mencukupi yang diperlukan untuk tingkat

ketelitian dan tingkat keyakinan yang diperlukan (Sutalaksana, dkk, 2006).

2.4.1. Sampling Pendahuluan

Disini dilakukan sejumlah pengamatan yang banyaknya ditentukan oleh

pengukur. Semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan

174
pekerjaan disebut sebagai kegiatan produktif, lainnya non produktif (Sutalaksana,

dkk, 2006).

2.4.2. Pengujian Keseragaman Data

Untuk ini kita tentukan batas-batas kontrolnya yaitu: (Sutalaksana, dkk,


2006).

BKA  p  3

p 1 p 
.....................................................................................2.4.1
n

BKB  p  3

p 1 p 
.....................................................................................2.4.2
n
dimana p adalah

p
 P ...........................................................................................................2.4.3
i

dengan Pi adalah persentase produktif dihari ke-i dan k adalah jumlah hari

pengamatan.

n
 P ...........................................................................................................2.4.4
i

dengan n1 adalah jumlah pengamatan yang dilakukan pada hari ke-i (Sutalaksana,

dkk, 2006).

2.4.3. Menghitung Jumlah Pengamatan Yang Diperlukan

Jumlah pengamatan yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan

tingkat keyakinan 95% diketahui melalui rumus: (Sutalaksana, dkk, 2006).

16001  p 
N'  ...............................................................................................2.4.5
p

175
dimana p adalah persentase produktif diseluruh pengamatan yang telah dilakukan

(Sutalaksana, dkk, 2006).

Pengambilan data dilakukan pada waktu-waktu yang ditentukan secara

acak. Untuk itu biasanya satu hari kerja dibagi kedalam satuan-satuan waktu yang

besarnya ditentukan oleh pengukur (Sutalaksana, dkk, 2006).

Biasanya panjang satu satuan waktu tidak terlampau singkat dan juga tidak

terlampau panjang. Dalam menentukan jumlah pengamatan yang diperlukan

selain rumus diatas dapat juga dipergunakan rumus: (Sutalaksana, dkk, 2006).

P1  P 
SP  2 ...............................................................................................2.4.6
N

dimana:

S = Tingkat ketelitian yang diinginkan

P = Persentase produktif (work) dari semua pengamatan yang tidak dilakukan

N = Jumlah random observasi yang diperlukan

Umumnya pengukuran sudah dianggap memuaskan dengan tingkat

ketelitian 5% dan angka ini sering dijadikan referensi sebagai standart error

(untuk kerusakan). Tingkat ketelitian adalah penyimpangan maksimum hasil

pengukuran dari waktu penyelesaian yang sebenarnya. Sedangkan tingkat

keyakinan adalah besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh

memenuhi syarat ketelitian tersebut. Rumus diatas juga dapat digunakan untuk

analisa tingkat ketelitian yaitu dengan memasukkan harga N yang telah diketahui,

maka harga S dapat dihitung. Jika S hitung lebih kecil dari S asumsi maka hasil

work sampling berada dalam tingkat ketelitian yang diinginkan (Sutalaksana, dkk,

2006).

176
Pengamatan data dilakukan pada waktu-waktu yang dilakukan secara

acak. Untuk ini biasanya satu hari kerja dibagi kedalam satuan-satuan waktu yang

besarnya ditentukan oleh pengukuran. Biasanya panjang satu satuan waktu tidak

terlampau singkat dan juga tidak terlampau panjang (Sutalaksana, dkk, 2006).

Untuk rating faktor digunakan westing house dengan kriteria faktor yaitu:

1. Faktor keterampilan.

2. Faktor kondisi.

3. Fakror konsistensi.

4. Faktor usaha.

Allowance dihitung dengan menggunakan satu atau berdasarkan beberapa

kriteria atau kondisi keadaan pekerja (Sutalaksana, dkk, 2006).

2.5. Cara Menentukan Waktu Pengamatan Secara Acak

Misalnya satu satuan panjangnya 5 menit. Jadi stu hari kerja (7 jam)

mempunyai 84 satuan waktu. Ini berarti jumlah kunjungan perhari tidak lebih dari

84 kali. Jika dalam satu hari dilakukan 36 kali kunjungan maka dengan bantuan

tabel bilangan acak ditentukan saat-saat kunjungan tersebut. Dengan tabel

bilangan acak kita pecahkan persoalan kita tadi. Angka-angka pada tabel itu kita 2

sampai 36 kali. Tentu syaratnya adalah bahwa pasangan-pasangan dua buah itu

besarnya tidak boleh lebih dari 84 dan tidak boleh terjadi pengulangan. Jadi

didapat:

39 65 75 45 19 54 ……dst… (36 pasang)

Dengan demikian kunjungan dilakukan pada satu satuan waktu ke 39, 65,

… (36 kali) yang berarti pada jam 11.15, 14.25, dan seterusnya (jika jam kerja

177
dimulai pukul 08.00 dan berakhir 16.00 dengan waktu istirahat antara 12.00-

13.00). Kalau diurut dari awal sampai akhir maka akan didapat daftar saat

kunjungan mulai dari kunjungan pertama sampai ke tiga puluh enam (Sutalaksana,

dkk, 2006).

Di atas telah dikatakan bahwa panjang satu satuan waktu tidak terlalu

pendek dan juga tidak terlalu panjang. Untuk yang pertama kiranya jelas, yaitu

jika terlalu pendek misalkan 1 menit maka jika mendapatkan 2 atau lebih

kunjungan berturut-turut melakukannya setiap satu menit sekali bias jadi tidaklah

mudah. Begitu pula pada sampling kerja yang mengamati pada satu system kerja

sekaligus. Untuk yang kedua mudah pula dimengerti, karena akan menyebabkan

jumlah kunjungan per hari terbatas yang berarti akan menjadikan masa

pengamatan sampling pekerjaan lebih lama (Sutalaksana, dkk, 2006).

2.6. Menghitung Waktu Baku

1. Waktu Siklus (WS)

WS  X

WS 
X i

255,08
WS   6,38 detik
40

2. Waktu Normal (WN)

Diketahui Rating Factor (RF) berdasarkan Westinghouse.

Tabel 2.4.1 Rating Factor

178
No. Penyesuaian Keterangan Kode Nilai

Berdasarkan pada kecakapan


Good
1 Keterampilan operator dalam memasukkan mur +0,06%
(C1)
ke dalam baut.

Berdasarkan pada kecepatan


Good
2 Usaha operator dalam memasukkan mur +0,05%
(C1)
ke dalam baut.

Kondisi Berdasarkan keadaan lingkungan Average


3 0,00 %
Kerja sekitar tempat kerja. (D)
Berdasarkan konsistensi dalam
Average
4 Konsistensi pencatatan angka pada 0,00 %
(D)
pengukuran waktu.
Jumlah +0.11%
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006

Berdasarkan rating faktor, bahwa operator memiliki keterampilan

good,dengan nilai +0,06%, usaha good, dengan nilai +0,05%, kondisi tempat kerja

average, dengan nilai 0,00%, dan konsistensi average, dengan nilai 0,00%. Maka

didapatkan perhitungan waktu normalnya sebagai berikut:

Jadi, RF = (1+0,11) = 1,11

Wn = Ws x RF

Wn = 6,38 x 1.11 = 7,08 ~ 7,1 detik

3. Waktu Baku (WB)

Diketahui kelonggaran (Allownce)

179
Tabel 2.4.2. Kelonggaran (Allowance)
No Kelonggaran Keterangan Nilai

1 Berdasarkan kelonggaran yang tidak


Operator 4,5 %
terhindarkan pada operator pria.
2
Tenaga yang Berdasarkan pada berat atau ringannya suatu
7,5 %
dikeluarkan pekerjaan
3
Berdasarkan pada posisi tubuh dalam
Sikap kerja 2,0 %
melakukan pekerjaan.

4 Gerakan Berdasarkan pada arah gerakan kerja seorang


0,0 %
kerja operator.
Berdasarkan pandangan terus menerus dengan
Kelelahan
5 fokus berubah. 8,0 %
mata
Keadaan
temperatur
Berdasarkan pada suhu dan kelembaban
6 tempat kerja 4,0 %
lingkungan kerja.
&
Kelembaban
Keadaan
7 Berdasarkan pada keadaan ventilasi udara. 0,0 %
atmosfer

Keadaan
8
lingkungan Berdasarkan pada situasi lingkungan kerja. 0,0 %
yang baik

Jumlah 26 %
Sumber : Sutalaksana, dkk, 2006

Berdasarkan kelonggaran, nilai kelonggaran yang tidak terhindarkan

operator pria 4,5 %, tenaga yang dikeluarkan nilai kelonggrannya 7,5 %, sikap

kerja 2,0 %, gerakan kerja 0,0 %, kelelahan mata 8,0 %, keadaan temperatur

tempat kerja dan kelembapan 4,0 %, keadaan atmosfer 0,0 %, dan keadaan

lingkungan 0,0 %. Maka dari nilai-nilai tersebut didapatkan nilai waktu bakunya

yaitu:

180
WB = WN (1+All)

WB = WN + WN x All

WB = 7,1 + (7,1 x 26%) = 7,1 + 1,85 = 8,95 detik ~ 9 detik

2.7. Sampling Pekerjaan untuk Menghitung Kelonggaran

Adanya tiga macam kelonggaran yaitu untuk kebutuhan pribadi,

menghilabgkan rasa fatique dan untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan.

Jika sampling pekerjaan dilaksanakan untuk keperluan ini maka pemisah

kegiatannya dapat dibentuk seperti: (Sutalaksana, dkk, 2006).

Kegiatan 1: Kegiatan untuk kebutuhan pribadi

Kegiatan 2: Kegiatan untuk menghilangkan fatique

Kegiatan 3: Hambatan-hambatan yang tak terhindarkan

Kegiatan 4: Lain-lain

Selanjutnya langkah-langkahnya mengikuti langkah-langkah sampling

pekerjaan. Kegiatan 1, 2 dan 3 dapat digabungkan menjadi satu yaitu: ”kegiatan

kelonggaran” sehingga menjadi: (Sutalaksana, dkk, 2006).

Kegiatan 1: Kegiatan kelonggaran

Kegiatan 2: Lain-lain

Cara demikian lebih sederhana, antara lain karena jumlah pengamatan

yang diperlukan lebih sedikit. Tetapi tentunya tidak diketahui secara terperinci.

Sebaiknya penguraian yang lebih terperinci dapat juga dilakukan, misalnya

menjadi: (Sutalaksana, dkk, 2006).

Kegiatan 1: Bercakap-cakap sekedarnya

Kegiatan 2: Minum sekedarnya

181
Kegiatan 3: Ke kamar kecil

Kegiatan 4: Berhenti waktu istirahat dan seterusnya

Sehubungan dengan penggunaan sampling pekerjaan untuk mendapatkan

kelonggaran ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama adalah sifatdari

kegiatan-kegiatan kelonggaran yang tidak selalu tampak sebagai kegiatan yang

berdiri sendiri. Yang kedua adalah bahwa operator yang diukur harus seorang

yang melakukan kegiatan-kegiatan kelonggaran secara wajar (Sutalaksana, dkk,

2006).

2.8. Penyesuaian

Maksud melakukan penyesuaian setelah pengukuran berlangsung,

pengukur harus harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator.

Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya, bekerja tanpa kesungguhan, sangat

cepat seolah di buru waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti

kondisi ruangan yang buruk. Penyebab seperti diatas mempengaruhi kecepatan

kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian.

Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang di

peroleh dari kondisi dan cara kerja baku yang diselesaikan secara wajar

(Sutalaksana, dkk, 2006).

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata

atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuian.

Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang di

peroleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau waktu yang normal. Bila

pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal (terlalu cepat) maka

182
harga p-nya akan lebih besar dari satu (p > 1), sebaliknya jika operator bekerja di

bawah normal maka harga p akan lebih kecildari satu (p < 1). Seandainya

pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga p-nya

sama dengan satu (p = 1) (Sutalaksana, dkk, 2006).

2.8.1. Maksud Melakukan Penyesuaian

Penyesuaian dilakukan dengan mengalihkan waktu siklus rata – rata atau

waktu elemen rata – rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian.

Bila pengukur berpendapat bahwa operator pekerja diatas normal (telalu cepat)

maka harga p nya akan lebih besar dari suatu (p>l) sebaliknya jika operator

dipandang pekerja dibawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu (p<l).

Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka

harga p nya sama dengan satu (p=l) (Sutalaksana, dkk, 2006).

2.8.2. Konsep Tentang Bekerja Wajar

Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar, ada beberapa konsep antara

lain : (Sutalaksana, dkk, 2006).

1. Konsep “internasional labour organization”. Pada konsep ini dinyatakan

seseorang pengukur dapat mempelajari bagaimana bekerjanya seorang

operator yang dianggap normal itu yaitu : “Jika seorang operator yang

dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha – usaha yang berlebihan

sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan

menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya”.

183
2. Konsep Lowry Maynard dan stegemarten melalui cara penyesuaian

westinghouse. Pada konsep ini mereka berpendapat ada empat faktor yang

menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu :

Keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsisten.

2.8.3. Beberapa Cara Menentukan Faktor Penyesuaian

Cara pertama adalah cara persentase yang merupakan cara yang paling

awal digunakan dalam melakukan penyesuian. Besarnya penyesuaian sepenuhnya

ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya selama melakukan pengukuran.

Jadi sesuai dengan yang terlihat selama pengukuran dia menetukan harga p yang

menurut pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan

dengan waktu siklus. (Sutalaksana, 2006)

Terdapat dua cara, yaitu cara Shumard dan cara Westinghouse. Cara

Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas kinerja kerja

dengan setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri, seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.4.3. Penyesuian menurut cara Shumard


Kelas Penyesuaian Kelas Penyesuian
Superlast 100 Normal 65
Fast + 95 Fair + 60
Fast 90 Fair 55
Fast - 85 Fair - 45
Excellent 80 Poor
Good + 75
Good 70
Good - 65 Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
Berbeda dengan cara Shumard, cara Westhinghouse mengarahkan

penilaian pada 4 faktor yang di anggap menentukan kewajaran atau

ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan

184
konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam kelas-kelas dengan nilainya masing-

masing. Keterampilan didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja

yang ditetapkan. Untuk keperluan penyesuian, keterampilan di bagi menjadi enam

kelas dengan ciri-ciridari setiap kelas seperti yang telah dikemukakan

(Sutalaksana, dkk, 2006).

1. Super skill

a. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.

b. Bekerja dengan sempurna.

c. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik

d. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat tepat sehingga sangat sulit untuk

diikuti.

2. Excellent skill

a. Percaya pada diri sendiri.

b. Tanpak cocok dengan pekerjaannya.

c. Terlihat telah terlatih baik.

d. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran atau

pemeriksaan lagi.

3. Good skill

a. Kualitas hasil baik.

b. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja pada

umumnya.

c. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang

keterampilannya lebih rendah.

185
d. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.

4. Average skill

a. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri

b. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat

c. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan

d. Tampak sebagai pekerja yang cakap

5. Fair skill

Tampak terlatih tetapi belum cukup baik

a. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya

b. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan

c. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup

6. Poor skill

a. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran

b. Gerakan-gerakannya kaku

c. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan-urutan gerakan

d. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan

7. Excessive effort

a. Kecepatan sangat berlebihan

b. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan

kesehatannya.

c. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat di pertahankan sepanjang

hari

8. Excellent effort

186
a. Jelas terlihat kecepatannya sangat tinggi

b. Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa.

c. Penuh perhatian pada pekerjaannya

d. Banyak membari saran

9. Good effort

a. Bekerja berirama

b. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada

c. Penuh perhatian pada pekerjaannya

d. Senang pada pekerjaannya

10. Average effort

a. Tidak sebaik good, tapi lebih baik dari poor

b. Bekerja degan stabil

c. Menerima saran-saran tapi tidak melaksanakannya

d. Set up dilaksanakan dengan baik

11. Fair effort

a. Saran-saran perbaikan di terima dengan kesal


b. Kadang-kadang perhatian tidak di tujukan pada pekerjaannya
c. Kurang sungguh-sungguh
d. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya

12. Poor effort

a. Banyak mebuang-buang waktu


b. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja
c. Tidak mau menerima saran-saran
d. Tampak malas dan lambat kerja

187
Tabel 2.4.4. Penyesuaian menurut Westhinghouse
No Faktor Kelas Lambang Penyesuian
1 Keterampilan Superskill A1 +0,15
A2 +0,13
Excellent B1 +0,11
B2 +0,08
Good C1 +0,06
C2 +0,03
Average D 0,00
Fair E1 -0,05
E2 -0,10
Poor F1 -0,16
F2 -0,22
2 Usaha Excessive A1 +0,13
A2 +0,12
Excellent B1 +0,10
B2 +0,08
Good C1 +0,05
C2 +0,02
Average D 0,00
Fair E1 -0,04
E2 -0,08
Poor F1 -0,12
F2 -0,17
3 Ideal A +0,06
Excellent B +0,04
Kondisi kerja Good C +0,02
Average D 0,00
Fair E -0,03
4 Konsistensi Perfect A +0,04
Execellent B +0,03
Dood C +0,01
Average D 0,00
Fair E -0,02
Poor F -0,04
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006

2.8.4. Suatu Perbandingan

Bila pekerjaan yang sama dinilai secara westinghouse maka penilaian

pengukuran diarahkan melalui faktor-faktor yang berpengaruh dan melalui kelas-

kelas dari setiap faktor. Dengan cara seperti ini mungkin saja diperoleh p=1.28

188
atau p = 1.16 yang berbeda dengan p yang diperoleh dengan cara persentase.

Tidaklah mudah untuk menyatakan yang lebih bai kkarena keduanya tetap

diperoleh dari penilaian pribadi pengukur (Sutalaksana, dkk, 2006).

2.8.5. Cara-cara Bedaux dan Sintesis

Dua cara lain yang dikembangkan untuk lebih mengobjektifkan

penyesuaian adalah cara bedaux dan sintesis. Pada dasarnya cara bedaux tidak

banyak berbeda dengan cara shumard, hanya saja nilai0nilai pada cara bedaux

dinyatakan dengan “B” (huruf pertama bedaux, penemunya) seperti misalnya 60B

atau 70B. Sedangkan cara sintesis agak berbeda dengan cara-cara lain, dimana

dalam cara ini waktu penyelesaian setiap elemen gerakan dibandingkan dengan

harga-harga yang diperoleh daro tabel-tabel data waktu gerakan untuk kemudian

dihitung harga rata-ratanya. Haraga-rat-rata yang dinilai sebagai faktor

penyesuaian bagi satu siklus yang bersangkutan. Misalkan waktu-waktu

penyelesaian untuk elemen-elemen pekerjaan pertama, kedua, dn ketiga bagi suatu

siklus adalah 17,10, dan 32 detik. Dari tabel-tabel data waktu gerakan didapat

untuk elemen-elemen yang sama masing-masing 17, 12, dan 29 detik. Yang

berbeda adalah pada elemen-elemen kedua dan ketiga. Maka untuk elemen-

elemen ini perbandingannya adalah 12/10 dan 29/32. Rata-rata keseluruhannya

yang besarnya 2.04 adalah faktor penyesuaian untuk ketiga elemen pekerjaan

tersebut atau untuk seluruh siklus yang bersangkutan jika siklusnya hanya terdiri

dari 3 elemen itu (Sutalaksana, dkk, 2006).

2.9. Kelonggaran

189
Di dalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku yang dilakukan

hanya dengan menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata-

ratanya.selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan

penyesuaian. Satu hal lain yang kerap kali terlupakan adalah menambah

kelonggaran atas waktu normal yang telah didapatkan.

Kelonggaran di berikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi.

Menghilangkan rasa fatigue. Dan hambatan-hambatan yang tidak dapat

dihindarkan. Oleh karna itu, sesuai pengukuran dan setalah mendapatkan waktu

normal, kelonggaran perlu ditambahkan (Sutalaksana, dkk, 2006).

2.9.1. Kelonggaran Untuk Kebutuhan Pribadi

Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti

minum sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap-

cakap dengan teman kerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan ataupun

kejemuan dalam kerja (Sutalaksana, dkk, 2006).

2.9.2. Kelonggaran Untuk Menghilangkan Rasa Fatigue

Rasa fatigue tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik

jumlah maupun kualitas (Sutalaksana, dkk, 2006).

2.9.3. Kelonggaran Untuk Hambatan-Hambatan Tidak Terhindarkan

Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan tak terhindarkan

adalah: (Sutalaksana, dkk, 2006).

1. Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas

190
2. Melakukan penyesuian-penyesuian mesin

3. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong

yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya

4. Mengasah peralatan potong

5. Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang

191
192

BAB III
PENGUMPULAN DATA

3.1. Alat-Alat dan Bahan

Alat-alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:

a. stop watch

b. Alat tulis

c. Formulir data pengamatan (praktikkan langsung mengambil data kelapangan /

perusahaan)

d. Kamera

3.2. Cara kerja

Percobaan ini untuk mengamati cara kerja seorang pengasuh dalam

melakukan aktifitasnya sehari-hari, diantaranya adalah:

Kegiatan 1: Menerima anak dai orang tua nya

Kegiatan 2: Menyuapi anak sarapan pagi per 1 anak.

Kegiatan 3: Membuatkan susu anak.

Kegiatan 4: Memasukkan anak ke dalam ayunan masing-masing.

Kegaitan 5: Istirahat .

Kegiatan 6: Memberi anak makan siang per 1 anak.

Kegiatan 7: Membuatkan susu anak.

Kegiatan 8: Memandikan anak per 1 anak.

Kegiatan 9: menunggu anak di jemput orang tua nya.


3.3. Data pengamatan

Objek yang diamati : Pengasuh anak


Tanggal Pengamatan :19,20,21,22 dan 23 Desember 2016
Jam kerja : 8 jam kerja ( 07.00-15.00 ) Wib
termasuk waktu istirahat
Sampling yang digunakan : per 5 menit
Sehingga perhitungannya : 7 jam x 60 menit = 84 sampling
5 menit
Tabel bilangan acak yang digunakan : kiri atas ke bawah

Tabel 3.4.1. Bilangan Acak


02 06 07 08 09 12 13 14 15 16
18 20 21 24 25 27 29 36 37 38
39 41 43 45 48 49 51 55 56 57
58 59 61 70 71 72 73 81 82 83
Sumber: Pengamatan Data, 2016

Tabel 3.4.2. Hasil Pengamatan Percobaan Work Sampling


Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Tabe
Wakt 19/12/201 20/12/20 21/12/20 22/12/20 23/12/20
l 6 16 16 16 16
u
No bilan Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
penga
gan pekerja pekerja pekerja pekerja pekerja
matan
acak Wor Idl Wo Idl Wo Idl Wo Idl Wo Idl
k e rk e rk e rk e rk e
07.05-
1 1 - √ - √ - √ - √ - √
07.10
07.25-
2 3 √ - √ - √ - - √ - √
07.30
07.30-
3 4 √ - √ - √ - - √ - √
07.35
07.35-
4 6 √ - √ - √ - √ - √ -
07.40
07.40-
5 8 √ - √ - √ - √ - √ -
07.45
Sumber: Pengamatan Data, 2016

193
Tabel 3.4.2. Hasil Pengamatan Percobaan Work Sampling (lanjutan)
Ta Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
bel 19/12/201 20/12/20 21/12/20 22/12/20 23/12/20
bil 6 16 16 16 16
N Waktu
ang
o pengamatan Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
an
pekerja pekerja pekerja pekerja pekerja
aca
Wor Idl Wo Idl Wo Idl Wo Idl Wo Idl
k
k e rk e rk e rk e rk e
6 10 07.55-08.00 √ - √ - √ - √ - √ -
7 11 08.00-08.05 √ - √ - √ - √ - √ -

8 14 08.05-08.10 √ - √ - √ - √ - √ -

9 17 08.10-08.15 √ - √ - √ - √ - √ -
1
18 √ - √ - √ - √ - √ -
0 08.15-08.20
1
21 √ - - √ √ - √ - √ -
1 08.25-08.30
1
22 √ - - √ √ - √ - √ -
2 08.35-08.40
1
23 √ - - √ √ - √ - √ -
3 08.40-08.45
1
25 √ - √ - √ - √ - √ -
4 08.55-09.00
1
27 √ - √ - √ - √ - - √
5 09.00-09.05
1
29 √ - √ - √ - √ - √
6 09.10-09.15
1
30 √ - √ - √ - √ - √
7 09.20-09.25
1
34 √ - √ - - √ √ - √
8 09.55-10.00
1
35 - √ - √ - √ √ √ -
9 11.00-11.05
2
42 - √ - √ - √ √ √ -
0 11.05-11.10
2
41 - √ - √ - √ 1 √ -
1 11.10-11.15
2
43 - √ - √ - √ 1 √ -
2 11.20-11.25
2
45 √ - √ - - √ √ - √ -
3 11.30-11.35
Sumber: Pengamatan Data, 2016

194
Tabel 3.4.2. Hasil Pengamatan Percobaan Work Sampling (lanjutan)
Ta Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
bel 19/12/20 20/12/20 21/12/20 22/12/20 23/12/201
bil 16 16 16 16 6
Waktu
No ang Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
pengamatan
an pekerja pekerja pekerja pekerja pekerja
aca Wo Idl Wo Idl Wo Idl Wo Idl Wo
k Idle
rk e rk e rk e rk e rk
24 47 11.40-11.45 √ - √ - - √ √ - √ -

25 48 11.55-12.00 √ - √ - - √ √ - √

26 49 12.00-12.05 √ - √ - - √ √ - √ -

27 50 12.10-12.15 √ - √ - - √ √ - √ -

28 51 12.20-12.25 √ - √ - √ - √ - √ -

29 52 12.30-12.35 √ - √ - √ - √ - √ -

30 54 12.35-12.40 √ - √ - √ - √ - √ -

31 61 12.40-12.45 √ - √ - √ - √ - - √

32 63 12.45-12.50 √ - √ - √ - √ - - √

33 65 12.50-12.55 √ - √ - √ - √ - - √

34 67 13.00-13.05 - √ √ - √ - - √ - √
35 68 13.45-13.50 - √ - √ √ - - √ √ -
36 69 13.50-13.55 - √ - √ √ - - √ √ -
37 72 13.55-14.00 - √ - √ - - √ √ -
38 79 14.00-14.05 √ - - √ - √ - √ -
39 80 14.45-14.50 √ - √ - √ - √ - √
40 83 14.50-14.55 √ - √ - √ - √ - √
Jumlah data 29 11 27 13 27 13 24 16 27 13
72, 27, 67, 32, 67, 32, 67,
Persentase (%) 60 40 32,5
5 5 5 5 5 5 5
Sumber: Pengamatan Data, 2016

195
196

BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1. Sampling Pendahuluan

Tabel 4.4.1. Sampling Pendahuluan


Frekuensi teramati pada hari ke
Kegiatan Jumlah
1 2 3 4 5
Produktif 29 27 27 24 27 134
Non produktif 11 13 13 16 13 66
Jumlah 40 40 40 40 40 200
% Produktif 72,5 67,5 67,5 60 67,5 335
Sumber: Pengolahan Data, 2016

4.2. Pengujian Keseragaman Data

Berdasarkan data yang telah ada dapat dihitung batas-batas kontrolnya.

p
P i

72,5  67,5  67,5  60  67,5 335


p : 100  : 100  67 : 100  0,67 menit
5 5
Dengan n1 adalah jumlah pengamatan yang dilakukan pada hari ke-i maka

didapat:

n
P i

40  40  40  40  40 200
n   40
5 5

Sehingga dapat ditentukan batas-batas kontrolnya yaitu:

BKA  p  3

p 1 p 
n

0,671  0,67 0,670,33


BKA  0,67  2  0,67  2
40 40
=0,82 menit

BKB  p  3

p 1 p 
n

0,671  0,67 0,670,33


BKB  0,67  2  0,67  2
40 40

= 0,52 menit

Kesimpulan :
Dari hasil perhitungan tidak ada data yang berada di luar batas kontrol atas

dan batas kontrol bawah dengan arti seluruh data masuk dalam batas kontrol.

sehingga semua dapat di gunakan untuk menghitung banyaknya pengamatan yang

di perlukan.

4.3. Menghitung Jumlah Pengamatan yang Diperlukan

Berdasarkan Rumus dapat dihitung jumlah pengamatan yang diperlukan

dengan tingkat keyakinan 90 % dan tingkat ketelitian 10%, yaitu:

Tingkat keyakinan (k) 95 % = 2

Tingkat ketelitian (s) 10 % = 0,1

1001  p 
N' 
p

P = 134/200 = 0,67

sehingga:

100(1  0,67) 100(0,33)


N'    197
0,67 0,67

197
Kesimpulan:

Karena N’ < N Yaitu 197 < 200 maka data pengamatan yang diambil sudah

cukup.

4.4. Menghitung Waktu Baku

Berdasarkan data pengamatan dapat dihitung waktu baku:

1. - Jumlah pengamatan : 200 kali

- Jumlah produktif : 134

- Presentase produktif : 134/200 x 100% = 67%

2. - Jumlah menit pengamatan : 5 hari x 7 jam x 60 menit = 2100 menit.

- Jumlah menit produktif : 67 % x 2100 = 1407 menit

3. - Jumlah barang di produksi : 35 x 5 = 175 pekerjaan selama pengamatan

- Waktu yang diperlukan/pekerjaan: 1407 menit /175 = 8,04 menit

4. – Faktor penyesuaian = 1,16

5. Waktu normal =1,16 x 8,04 = 9,33

6. Kelonggaran% =25%
7. Waktu baku = 9,33+(25% x 9,33)

Tabel 4.4.2. Rating faktor


Penyesuaian Diah Anggraini
Faktor
No Kelas Lambang Penyesuaian
1 Keterampilan Excellent B2 0,08
2 Usaha Good C1 0,05
Kondisi
3 Good C 0,02
Kerja
4 Konsistensi Good C 0,01
Total 0,16
Rating Faktor 1+0,16=1,16
Sumber: Pengolahan data 2017

198
Tabel 4.4.3. Perhitungan allowance
POINT FAKTOR KELONGGARAN %
Tenaga yang
Bekerja dimeja, berdiri
dikeluarkan 6
Badan tegak, di tumpu dua
Sikap kerja
kaki 1
Gerakan kerja Normal 0
Pandangan terus-menerus
Kelelahan mata
dengan fokus berubah-ubah
12
Keadaan suhu
Normal
tempat kerja 4
Keadaan atmosfer Baik
0
Keadan
Bersih, sehat, cerah dengan
lingkungan yang
kebisingan rendah
baik 0
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi 2,5
Jumlah 25,5
Jumlah/100 0,255
Sumber: Pengolahan data 2017

Tabel 4.4.4. Kegiatan kerja selama pengamatan


HARI KE-
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5
Memberi Sarapan
1 5 5 5 5 5
Pagi
2 Membuat Susu 10 10 10 10 10
Menidurkan Anak
3 (Memasukkan 5 5 5 5 5
Dalam Ayunan)
Memberi Makan
4 5 5 5 5 5
Siang
5 Mengganti Popok 5 5 5 5 5
Memandikan
6 5 5 5 5 5
Anak
Total 35 35 35 35 35
175
Sumber: Pengolahan data 2017

199
200

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan didapati bahwa aktifitas work 29, 27, 27, 24, 27,

dan idle 11, 13, 13, 16, 13. Persenan produktifitas adalah sebagai berikut 72,5,

67,5, 67,5, 60, 67,5.

5.2. Saran

1. Untuk lebih mendapatkan hasil yang optimal pada saat pengamatan


hendaknya dilakukan lebih dari 1 orang operator.
2. Untuk pengamatan yang mempunyai frekuensi tinggi sebaiknya
menggunakan interval waktu yang kecil sehingga diperoleh data sampel yang
cukup untuk dihitung.
3. Setiap kali pengamatan harus melihat kondisi operator apakah benar dalam
bekerja atau tidak bekerja.
4. Setiap hasil pengamatan harus cepat dicatat agar tidak terjadi kesalahan
pencatatan atau pengmatan, sehingga hasil yang diinginkan tidak tercapai.

Anda mungkin juga menyukai