TUGAS
Keperawatan Perioperatif 3
Oleh:
Kelompok 2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pelaksanaan instrumen teknik hemorroidektomi konvesional?
2. Mengetahui pelaksanaan instrumen teknik hemorroidektomi stappeler?
1.4 Manfaat
1.4.1 Akademis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dan masukan bagi
perkembangan ilmu keperawatan terutama ilmu keperawatan perioperatif
untuk mengetahui teknik instrumentasi hemorroidektomi konvensioal dan
hemorroidektomi stappeler.
1.4.2 Praktisi
Makalah ini diharapkan dapat digunakan menjadi acuan dalam
pelaksanaan teknik instrumentasi hemorroidektomi metode konvensional
dan stappeler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian/Definisi
Adalah suatu cara melakukan instrumentasi pada operasi
haemorrhoidektomy.
B. Indikasi
Haemorroid
C. Tujuan
a. Mengatur alat secara sitematis dimeja instrument
b. Memperlancar handling instrument
c. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument
D. Persiapan pasien
a. Meja operasi bagian bawah kaki ditekuk dibawah
b. Pasang benower (penopang kaki), posisi tidur litotomy
c. Pasang plat diatermi di bawah lekukan kaki
d. Letakkan tempat sampah dibawah meja operasi di depan
operator
E. Persiapan alat
a. Alat on steril
1) Meja operasi
2) Lampu opersi
3) Meja mayo
4) Meja instrument
5) Tempat waskom
6) Gunting hipafix/verban
7) Mesin diathermi dan ground
8) Tempat sampah medis
b. Persiapan alat steril
1. Di meja instrument
1) Scort steril : 4 buah
2) Handuk kecil steril : 4 buah
3) Doek besar : 3 buah
4) Doek sedang : 2 buah
5) Doek kecil : 4 buah
6) Doek kombinasi : 1 buah
7) Sarung meja mayo : 1 buah
8) Bengkok : 1 buah
9) Couter : 1 buah
2. Di meja mayo
1) Handvad mess no.3 : 1 buah
2) Gunting metzembaum : 1 buah
3) Gunting mayo/kasar : 1 buah
4) Pinset chirurgis : 2 buah
5) Pinset anatomis : 2 buah
6) Disinfeksi klem : 1 bauh
7) Duk klem : 5 buah
8) Arteri klem van kocher bengkok : 2 buah
9) Arteri klem van kocher kecil : 2 buah
10) Nald voelder : 1 buah
11) Gunting lurus : 1 buah
12) Alise klem/beckock : 1 buah
13) Cuching/kom : 1/1 buah
14) Langenbeck : 2 buah
15) Speculum anus : 1 buah
16) Anuscop : 1 buah
Gunting lurus
c. Teknik instrumentasi
1. Setelah pasien diberikan anastesi SAB dan diposisikan
litotomy pada benower, kemudian pasang ground couter
dibawah kaki.
2. Perawat sirkuler membersihkan lapangan operasi dengan
saflon dan kasa kering, perawat instrument melakukan
surgical scrubing
3. Perawat instrument mengenakan skort/gown steril dan
handscone steril kemudian membantu operator dan asisten
untuk mengenakan gown dan handscone
4. Berikan desinfeksi klem (1), deepres dan povidon iodine
10% dalam cucing pada asisten untuk melakukan desinfeksi
pada lapangan operasi
5. Lakukan drapping dengan memberikan :
a. Duk kombinasi (1) untuk bagian bawah badan
b. Duk kecil (1) untuk bagian bawah area operasi
c. Duk kecil (1) untuk bagian belakang gaun operator
Fiksasi dengan duk klem (4)
6. Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter.
7. Berikan kasa basah dan kering pada operator untuk
membersihkan lapangan operasi dari povidon iodine
8. Berikan pada operator kasa tampon yang sudah difiksasi
dengan Benang absorbable no 2-0 untuk menyumbat lubang
anus, supaya feses tidak keluar mengotori area operasi. Dan
berikan arteri klem van kocker untuk memfiksasi benang
pada duk.
9. Berikan speculum anus yang sudah diolesi dengan jelly.
Berikan injeksi ph cain kepada operator. Berikan allis klem
untuk menjepit hemorroid. Kemudian berikan ateri klem
van pean sedang kepada operator untuk menjepit
hemorroid. Kemudian berikan gunting meszembum kepada
operator untuk memotong hemorrid. Kemudian berikan nald
foeder dengan benang Benang absorbable no 0 dengan
jarum ron kecil kepada operator untuk melakukan ligasi.
Berikan gunting mayo kepada asisten untuk memotong sisa
benang ligasi. Hal ini dilakukan pada tiga tempat yaitu arah
jam 11, 3, 7.
10. Setelah proses pemotongan selesai, berikan kasa basah pada
operator untuk mengevaluasi perdarahan. Setelah perdarah
tidak ditemukan lagi berikan kasa basah untuk
membersihkan sisa/ bekas darah lalu kasa kering. Kemudian
tutup dengan kasa kering dan fiksasi dengan hipafik.
11. Operasi selesai, alat-alat dibersihkan
12. Perawat instrument menginventaris alat – alat dan bahan
habis pakai, kemudian mencuci dan menata alat-alat pada
instrument set, serta merapikan kembali ruangan
2.3 Konsep Operasi Hemoroid Stappler
2.3.1 Metode Stappled Hemorrhoid Surgery (Procedure for prolapse and
hemorrhoids / PPH)
Prinsip dari PPH adalah mempertahankan fungsi jaringan
hemorrhoid serta mengembalikan jaringan ke posisi semula. Jaringan
hemorrhoid ini sebenarnya masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB
sehingga tidak perlu dibuang semua. Alat yang digunakan sesuai dengan
prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran
di depan dan pendorong dibelakangnya. Pada dasarnya hemoroid
merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya
adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan
hemoroid dan m.fingter ini melebar dan mengerut menjamin control
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Tekinik PPH ini mengurangi
prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis
mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi
anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan
sebagai bantalan saat BAB sehingga tidak perlu di buang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas
dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika
mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam
dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan
dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan
hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar
sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan
yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid
maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan
hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan
mengakibatkan kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi
baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga
pernah dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit
untuk memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa
masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan serta kesimpulan pada bab diatas, untuk
pengembangan lebih lanjut maka penuulismemberikan saran yang sangat
bermanfaat untuk dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung
Waluyo…(dkk). EGC. Jakarta.
http://repository.unmuhpnk.ac.id/235/1/JURNAL%20WINDU%20FRIDOLIN.pd
f . Diakses pada 29 September 2017