id
Disusun oleh :
LILA SYUKURILLA
M0208010
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains
Lila Syukurilla
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Teori gangguan orde tiga telah berhasil dirumuskan berupa koreksi energi,
, dan koreksi fungsi gelombang, . Hasil koreksi energi orde satu, , dan
orde dua, , terhadap tingkat dasar untuk thallium adalah 4,3 dan
. Nilai ( ; ) untuk tungsten, indium, molybdenum, tembaga,dan
kromium masing –masing adalah (2,7 ; ), (0,4 ; ),
( ; ), ( ; ) serta ( ;
). Koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar untuk atom
thallium, tungsten, indium, molybdenum, tembaga,dan kromium masing-masing
adalah ; ;
; dan . Permodelan kurva energi potensial telah
berhasil dibuat menggunakan Wolfram Mathematica 7®. Hasil permodelan
menunjukkan adanya selisih kurva energi potensial antara inti berupa titik dan inti
berukuran tertentu. Selisih kurva tersebut diketahui sebagai hamiltonian
penggganggu.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN.. ...................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DARTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR SIMBOL ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 2
1.4. Batasan Masalah......................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3
1.6. Sistematika Penulisan................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1. Persamaan Schrödinger .............................................................. 4
2.2. Teori Gangguan Untuk Keadaan Non-degenerasi .................... 7
2.2.1. Koreksi Energi Orde Satu ................................................. 9
2.2.2. Koreksi Fungsi Gelombang Orde Satu ............................. 9
2.2.3. Koreksi Energi Orde Dua .................................................. 10
2.2.4. Koreksi Energi Orde Satu ................................................. 11
2.3. Atom dengan Inti Berukuran Tertentu ....................................... 13
2.3.1. Thallium ............................................................................ 14
2.3.2. Tungsten ............................................................................ 15
2.3.4. Indium ............................................................................... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 17
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 17
3.2. Peralatan Penelitiancommit to user
.................................................................... 17
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
membuat permodelan perbedaan bentuk kurva energi potensial dari atom dengan
inti berupa titik, dan atom dengan inti yang berukuran tertentu.
Thallium, tungsten, dan indium merupakan atom bernomer berat yang banyak
dimanfaatkan dalam bidang material. Secara lebih spesifik, Tungsten banyak
diaplikasikan dalam bidang instrumentasi listrik. Penelitian secara kuantum
terhadap ketiga atom tersebut telah banyak dilakukan. Namun, penelitian
mengenai keseluruhan koreksi energi elektron di dalam atom-atom tersebut belum
banyak dilakukan. Atom kromium, tembaga, dan molybdenum juga digunakan
dalam penelitian ini karena ketiganya memiliki karakteristik penghasil sinar-x.
Nilai jari-jari inti suatu atom sangat berpengaruh dalam perhitungan koreksi
energi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan kurva energi potensial untuk
inti berupa titik dan inti berukuran tertentu. Wolfram Mathematica 7® dapat
digunakan untuk memodelkan bentuk kurva energi potensial dari inti yang berupa
titik dan inti yang berukuran tertentu. Permodelan tersebut digunakan untuk
menganalisis besar hamiltonian pengganggu yang ada di dalam sistem.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(2.2)
2). Besarnya energi total dari sebuah partikel yang berperilaku sebagai
gelombang dapat dipandang sebagai energi gelombang gelektromagnetik atau
cahaya. Setiap satu foton, energinya terkuantisasi sebesar , sebagaimana
commit to user
ditunjukkan oleh persamaan (2.3).
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
(2.3)
adalah frekuensi gelombang, sedangkan adalah frekuensi sudut yang
nilainya setara dengan .
3). Besarnya energi total adalah jumlah total energi kinetik dan energi
potensial suatu partikel, sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan (2.4)
hingga (2.7).
(2.4)
(2.5)
(2.6)
(2.7)
(2.8)
( ) (2.9)
(2.10)
(2.11)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
(2.12)
(2.13)
(2.14)
(2.15)
(2.16)
(2.17)
(2.18)
(2.19)
(2.20)
(2.21)
(2.22)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
(2.23)
(2.26)
(2.27)
=
( )(
) (2.28)
(2.29)
(2.30)
(2.31)
commit to user (2.32)
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
(2.33)
〈 〉 〈 〉 〈 〉 〈 〉 (2.34)
〈 〉=〈 〉
〈 〉= 〈 〉
〈 〉= 〈 〉 (2.35)
〈 〉 〈 〉 〈 〉 〈 〉
〈 〉 〈 〉
〈 〉 (2.36)
∑ (2.38)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
∑ (2.39)
∑ 〈 〉 〈 〉 (2.40)
Bila nilai sama dengan , maka ruas kiri akan menjadi nol dan diperoleh
bentuk persamaan seperti (2.36). Bila tidak sama dengan , dan sama
dengan maka persamaan (2.40) berubah menjadi persamaan (2.41). Nilai
pada persamaan (2.42) disubtitusikan ke persamaan (2.38). Hasil akhir yang
ditampilkan pada persamaan (2.43) merupakan koreksi fungsi gelombang orde
satu.
〈 〉 (2.41)
〈 〉 〈 〉
〈 〉 〈 〉
〈 〉
〈 〉
〈 〉
〈 〉
(2.42)
〈 〉
∑ (2.43)
〈 〉 〈 〉
〈 〉 〈 〉 〈 〉
(2.44)
〈 〉 〈 〉
〈 〉 〈 〉 〈 〉
〈 〉 (2.45)
〈 〉
∑ (2.46)
∑ (2.47)
(2.48)
Persamaan (2.47) dan hasil koreksi fungsi gelombang orde satu disubtitusikan
ke dalam persamaan (2.48). Hasil subtitusi tersebut dikalikan dengan ,
kemudian diintegralkan sehingga diperoleh persamaan (2.50). Bila nilai sama
dengan , maka ruas kiri akan menjadi nol dan diperoleh bentuk persamaan
seperti (2.46). Bila tidak sama dengan , dan sama dengan , maka persamaan
(2.50) berubah menjadi persamaan (2.51). Nilai pada persamaan (2.52)
disubtitusikan ke persamaan (2.48). Hasil akhir yang ditampilkan pada persamaan
(2.53) merupakan koreksi fungsi gelombang orde dua.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
〈 〉
∑ ∑ (2.49)
∑ 〈 〉
〈 〉
〈 〉∑ 〈 〉 (2.50)
〈 〉
〈 〉∑ (2.51)
〈 〉
〈 〉 〈 〉 ∑
〈 〉
〈 〉 〈 〉 ∑
〈 〉
〈 〉 〈 〉 ∑
〈 〉
〈 〉 ∑
〈 〉〈 〉
∑
〈 〉〈 〉
∑
〈 〉〈 〉
∑
〈 〉〈 〉
〈 〉〈 〉 〈 〉〈 〉
∑ (2.52)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
〈 〉〈 〉
∑∑
〈 〉〈 〉
∑ (2.53)
(2.54)
⁄
(2.55)
( ) (2.56)
(2.57)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
(2.58)
(2.59)
(2.60)
( ) (2.61)
Nilai hamiltonian pengganggu untuk nilai yang kurang dari atau sama
dengan berbeda dengan nilai hamiltonian penganggu untuk yang lebih besar
dari . Hal ini dikarenakan nilai potensial yang berbeda untuk kedua jenis
keadaan tersebut. Persamaan (2.63) menunjukkan bentuk hamiltonian penganggu
untuk nilai yang kurang dari atau sama dengan . Persamaan (2.65)
menunjukkan bentuk hamiltonian untuk nilai yang lebih dari .
( ) ( ) (2.62)
( ) (2.63)
( ) (2.64)
(2.65)
2.3.1 Thallium
Thallium (Tl) merupakan unsur kimia yang memiliki nomer atom 81.
Thallium termasuk golongan IIIA dalam sistem periodik unsur. Terdapat dua
isotop dari thallium yaitu dengan berat atom 203 dan 205. Thallium banyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
ditemukan dalam biji pyrites yang berfungsi untuk produksi asam sulfat. Selain
itu, Thallium juga ditemukan pada peleburan biji timbal (Pb) dan seng (Zn).
Beberapa penelitian thallium secara kuantum bertujuan untuk menentukan
pengaruh elektronnya dalam bentuk halida. Perhitungan nilai interaksinya
diturunkan berdasarkan teori gangguan yang mampu menganalisis adanya
simpangan ikatan di dalam thallium halida tersebut (Schwerdtfeger dan Ischtwan,
1993). Penelitian lainnya menganalisis mengenai adanya pemisahan spin elektron
pada thallium. Teori gangguan mampu digunakan untuk menginvestigasi jarak
pemisahan elektron tersebut (Wahlgren, et.al; 1997).
2.3.2 Tungsten
Tungsten (W) merupakan unsur kimia bernomer atom 74 yang memiliki lima
isotop yang stabil dengan berat massa antara lain 180, 182, 183, 184, dan 186.
Tungsten yang sering disebut dengan wolfram, termasuk golongan VIB dalam
sistem periodik unsur. Tungsten ditemukan pada mineral tungstenit, scheelit,
huebnertie, dan ferberit. Pemanfaatan tungsten sangat luas, antara lain sebagai
bahan pembuatan filamen pada lampu pijar, tabung elektron, dan televisi. Selain
itu tungsten juga digunakan dalam kegiatan pertambangan dan industri (Christian,
2006).
Penelitian mengenai tungsten banyak dilakukan, antara lain meliputi efek
ionisasi elektronnya, fotoionisasi, dan autoionisasinya. Analisis secara kuantum
dilakukan dengan teori gangguan untuk menentukan nilai koreksi energi
eksitasinya. Penelitian tungsten dan propertinya sangat menarik bagi para peneliti
karena nomer atomnya yang besar sehingga memiliki beberapa tingkatan energi
untuk dianalisis (Abdallah, et.al; 1992).
2.3.3 Indium
Indium (In) adalah unsur kimia golongan IIIA bernomer atom 49 yang
memiliki dua isotop dengan berat atom 113 dan 115. Indium banyak ditemukan
pada bijih besi, tembaga, dan timbal. Secara kimia, indium hampir sama dengan
galium dan thallium, dan menunjukkan properti di antara keduanya. Indium biasa
commit to user
dimanfaatkan dalam bentuk senyawa dengan atom lain. Indium Florida (InF),
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
indium klorida (InCl), dan beberapa senyawa indium lain dapat dimanfaatkan
dalam metode penumbuhan material (Cardelino, et.al; 2000).
Penelitian mengenai indium secara kuantum telah banyak banyak dilakukan
dalam usaha untuk mempelajari properti skala atom. Salah satunya adalah
mengenai efektivitas pita konduksi ketika dipengaruhi medan magnet. Medan
magnet yang kecil berpengaruh terhadapmobilitas elektron di dalam atom.
Analisis dalam skala atom tersebut menggunakan teori gangguan (Ogg, 1966).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Studi Literatur
Analisis
17
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
1). Menuliskan bentuk persamaan koreksi energi orde satu, persamaan (2.36),
menjadi bentuk koreksi terhadap tingkat dasar, persamaan (3.1). Fungsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
〈 〉 (3.1)
∭ (3.2)
⁄
(3.3)
⁄
√
∫ [ ] (3.4)
∫ (3.5)
∫ [ ] (3.6)
∫ (3.7)
∫ (3.8)
⁄
∫ ( ) (3.11)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
⁄
5). Nilai dianggap sebagai satu satuan karena fraksi kecil distribusi
∫ ( ) (3.12)
( ) (3.13)
( ) (3.14)
( ) (3.15)
(3.16)
(3.17)
7). Sebagaimana telah disebutkan pada sub bab 2.3 bahwa nilai adalah sama
(3.18)
(3.19)
(3.20)
9). Persamaan (3.20) adalah bentuk koreksi energi orde satu terhadap tingkat
dasar, dengan nilai dan tergantung pada jenis atom.
10). Nilai pada atom hidrogen adalah , sehingga nilai untuk atom lain
dapat diperoleh dari hasil pembagian dengan nomer atom tersebut.
11). Nilai diperoleh dari persamaan (3.21), dengan nilai adalah .
Variabel adalah jumlah dari proton dan elektron pada atom.
⁄ (3.21)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
1). Menuliskan bentuk persamaan koreksi energi orde dua, persamaan (2.46),
menjadi bentuk koreksi energi orde dua terhadap tingkat dasar, persamaan
(3.24).
2). Menghitung terlebih dahulu nilai 〈 〉, dengan nilai
ditunjukkan oleh persamaan (3.25).
3). Persamaan (3.26) merupakan penurunan dari persamaan (3.25) yang telah
dihitung nilai ∫ dan ∫ .
⁄
4). Nilai pada persamaan (3.28) dianggap sebagai satu satuan karena
fraksi kecil distribusi terletak di dalam , dengan .
[〈 〉]
∑ (3.22)
〈 〉
(3.23)
〈 〉
(3.24)
( ) ⁄ (3.25)
⁄
√
〈 〉 ∭ (3.26)
〈 〉 ∫ ( (
⁄
√
⁄
) ⁄ )( ) (3.27)
⁄
√
〈 〉 ⁄
∫ ( ) (3.28)
√
〈 〉 ∫ ( ) (3.29)
√
〈 〉 ∫ ( )( ) (3.30)
√
〈 〉 ∫ (
√
(3.31)
)
〈 〉 ∫ (
√
(3.32)
)
〈 〉 ( ) (3.33)
√
〈 〉 ( ) (3.34)
√
〈 〉 ( ) (3.35)
√
〈 〉 ( ) (3.36)
√
〈 〉 ( ) ( ) (3.37)
√
〈 〉 √ ( ) (3.38)
(√ ( ))
(3.39)
(√ ( ))
(3.40)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
9). Persamaan (3.40) adalah bentuk koreksi energi orde dua terhadap tingkat
dasar, dengan nilai dan tergantung pada jenis atom.
10). Nilai dan ditentukan sebagaimana perhitungan pada koreksi energi
orde satu.
11). Nilai ditentukan oleh persamaan (3.40) dan (3.41).
(3.41)
(3.42)
energi potensial untuk inti berupa titik dan inti berukuran tertentu. Langkah
pembuatan kurva adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan dasar persamaan (2.56) dan (2.57), menentukan nilai
untuk masing-masing isotop pada atom.
2. Mendefiniskan nilai , yaitu nomer atom.
4. Membuat plot untuk persamaan (2.56) dengan range dari sampai , serta
membuat plot untuk persamaan (2.57) dengan range dari sampai 20 .
5. Membuat plot untuk persamaan (2.57) dengan range dari 0 sampai R.
6. Menggabungkan kedua plot dari langkah empat dan lima.
Permodelan kurva energi potensial ini menghasilkan beberapa plot untuk
setiap atom tergantung isotopnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
(4.1)
〈 〉 〈 〉
〈 〉 〈 〉 〈 〉
〈 〉 (4.2)
〈 〉=〈 〉
〈 〉= 〈 〉
〈 〉= 〈 〉 (4.3)
〈 〉 〈 〉
〈 〉 〈 〉 〈 〉
〈 〉 (4.4)
〈 〉 〈 〉 〈 〉 〈 〉
〈 〉 (4.5)
27
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
yaitu koreksi fungsi gelombang orde dua. dapat disubtitusi oleh persamaan
(2.53), sehingga meghasilkan persamaan (4.6).
〈 〉〈 〉〈 〉
∑∑
〈 〉〈 〉〈 〉
∑
〈 〉〈 〉〈 〉
∑∑
〈 〉
〈 〉∑
(4.6)
(4.7)
(4.8)
〈 | | 〉〈 | | 〉
Bentuk pada persamaan (4.9) memiliki nilai yang
〈 | | 〉〈 | | 〉
sama dengan ( )
pada persamaan (4.10). Demikian juga
〈 | | 〉〈 | | 〉 〈 | | 〉
bentuk dan pada persamaaan (4.9) adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
〈 | | 〉〈 | | 〉 〈 | | 〉
serupa dengan dan ( )
pada persamaan (4.10).
( )
〈 〉〈 〉
(∑ ∑
〈 〉〈 〉
∑ )
〈 〉
∑
(4.9)
〈 〉〈 〉
(∑ ∑
( )
〈 〉〈 〉
∑ )
( )
〈 〉
∑ (4.10)
( )
∑ (4.11)
〈 〉〈 〉
(∑ ∑
( )
〈 〉〈 〉
∑ )
( )
〈 〉
∑ (4.12)
( )
∑ 〈 〉
〈
〈 〉〈 〉
〉 (∑ ∑
( )
〈 〉〈 〉
∑ )
( )
〈 〉
〈 〉∑ 〈 〉 (4.13)
( )
∑ 〈 〉
〈
〈 〉〈 〉
〉∑∑
( )
〈
〈 〉〈 〉
〉∑
( )
〈 〉
〈 〉∑ 〈 〉 (4.14)
commit
( to user )
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
∑ 〈 〉
〈
〈 〉〈 〉
〉∑∑
( )
〈
〈 〉〈 〉
〉∑
( )
〈 〉
〈 〉∑ 〈 〉
( ) (4.15)
∑ 〈 〉
〈 〉〈 〉
〈 〉∑∑
( )
〈 〉〈 〉
〈 〉∑∑
( )
〈 〉〈 〉
〈 〉∑
( )
〈 〉〈 〉
〈 〉∑
( )
〈 〉
〈 〉∑ 〈 〉 (4.16)
( )
∑ 〈 〉
〈 〉〈 〉
〈 〉∑∑
( )
〈 〉〈 〉
〈 〉∑∑
( )
〈 〉〈 〉
〈 〉∑
( )
〈 〉〈 〉
〈 〉∑
( )
〈 〉 (4.17)
〈 〉∑ 〈 〉
( )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
Bila nilai pada persamaan (4.17) sama dengan dan tidak sama dengan ,
maka ruas kiri akan menjadi nol dan diperoleh bentuk persamaan koreksi energi
orde tiga. Bila tidak sama dengan , dan sama dengan , maka persamaan
(4.17) berubah menjadi persamaan (4.18). Nilai 〈 〉 sama dengan satu,
sedangkan nilai 〈 〉 sama dengan nol. dan , yang merupakan
koreksi energi orde satu dan dua, pada persamaan (4.18) disubtitusi dengan
persamaan (2.36) dan (2.46).
〈 〉〈 〉
〈 〉∑∑
( )
〈 〉〈 〉
∑∑
( )
〈 〉〈 〉
〈 〉∑
( )
〈 〉〈 〉
∑
( )
〈 〉
∑
( ) (4.18)
〈 〉〈 〉
〈 〉∑∑
( )
〈 〉〈 〉
〈 〉∑∑
( )
〈 〉〈 〉
〈 〉∑
( )
〈 〉〈 〉
〈 〉∑
( )
〈 〉 〈 〉
∑ (4.19)
( ) ( )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
〈 〉〈 〉〈 〉
∑∑
( )
〈 〉〈 〉〈 〉
∑∑
( )
〈 〉〈 〉〈 〉
∑
( )
〈 〉〈 〉〈 〉
∑
( )
〈 〉
∑ (4.20)
( )
〈 〉〈 〉 〈 〉 〈 〉
∑∑
( )
〈 〉〈 〉 〈 〉 〈 〉
∑
( )
〈 〉
∑ (4.21)
( )
〈 〉〈 〉 〈 〉 〈 〉
∑∑
( )
〈 〉〈 〉 〈 〉 〈 〉
∑
( )
〈 〉
∑ (4.22)
( )
〈 〉〈 〉 〈 〉 〈 〉
∑∑
( )
〈 〉〈 〉 〈 〉 〈 〉
∑
( )
〈 〉
(4.23)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
〈 〉〈 〉 〈 〉 〈 〉
∑ (∑ ∑
( )
〈 〉〈 〉 〈 〉 〈 〉
∑
( )
〈 〉
)
(4.24)
〈 〉〈 〉 〈 〉 〈 〉
∑ ∑∑
( )
〈 〉〈 〉 〈 〉 〈 〉
∑∑
( )
〈 〉
∑ (4.25)
persamaan (3.20). Penentuan nilai koreksi energi orde terhadap tingkat dasar
dilakukan dengan menentukan nilai , , dan energi tingkat dasar, . Nilai
ketiga variabel tersebut berbeda-beda untuk setiap atom.
Nilai untuk atom thallium dengan isotop 203 dan 205, masing-masing
adalah dan . Sedangkan nilai dan nya adalah
dan . Hasil subtitusi variabel-variabel tersebut ke
persamaan (3.20) menghasilkan nilai koreksi energi orde satu terhadap tingkat
dasar, , untuk atom thallium sebesar . Hal ini berarti bahwa besarnya
koreksi orde satu yang terdapat pada hasil eksak untuk energi tingkat dasar adalah
sebesar . Hasil koreksi untuk kedua isotop adalah sama, hal ini dikarenakan
nilai untuk kedua isotop hanya selisih nilai cukup kecil pada skala fermi.
4.3.2. Koreksi Energi Orde Dua Thallium
Koreksi energi orde dua terhadap tingkat dasar, , ditunjukkan pada
persamaan (3.39) yang merupakan bentuk penjabaran dari persamaan (2.46).
Variabel yang muncul pada persamaan (3.39) hampir sama dengan variabel pada
penentuan koreksi energi orde satu terhadap tingkat dasar, kecuali adanya nilai
. Nilai merupakan selisih energi tingkat dasar dengan
tingkat energi di atasnya. untuk atom thallium bernilai .
Perhitungan koreksi energi orde dua terhadap tingkat dasar atom thallium
menunjukkan hasil yang sama untuk kedua isotop, yaitu sebesar .
Nilai koreksi energi orde dua jauh lebih kecil dari hasil koreksi energi orde satu.
Halini sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi orde koreksi maka
keakuratannya akan semakin tinggi.
4.3.3. Koreksi Energi Orde Tiga Thallium
Koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar diperoleh beradasarkan
penurunan pada Lampiran 1. Koreksi energi orde tiga terhadaptingkat dasar untuk
atom thallium diperoleh dengan menghitung beberapa variabel terlebih dahulu.
〈 〉, 〈 〉, dan 〈 〉 untuk atom thallium berturut-
turut adalah , , dan . Niloai koreksi energi orde tiga terhadap
tingkat dasar untuk atom thallium adalah . Nilai tersebut jauh lebih
commit to user
kecil jika dibandingkan dengan nilai koreksi energi orde satu dan orde dua.
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
Perhitungan untuk koreksi energi orde satu,dua, dan tiga terhadap tingkat
dasar untuk atom thallium disertakan dalam Lampiran 2.
yang berbeda pula. Hasil koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar untuk
atom tungsten adalah .
dalam persamaan koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar. Koreksi energi
orde tiga terhadap tingkat dasar untuk atom molybdenum, , adalah
.
dihitung nilai selisih energi tingkat pertama dan ketiga untuk atom tembaga yaitu
.
tersebut terjadi untuk nilai yang kurang dari . Semakin mendekati nol, nilai
simpangan semakin besar, yang diindikasikan dengan jarak yang lebih lebar.
Simpangan ini lah yang diketahui sebagai hamiltonian pengganggu, yaitu selisih
antara energi potensial untuk inti yang berukuran tertentu dengan inti yang berupa
titik.
Gambar 4.1 menunjukkan model kurva energi potensial untuk atom secara
umum. Garis putus-putus merupakan kurva energi potensial untuk inti yang
berupa titik. Sedangkan garis penuh merepresentasikan kurva energi potensial
untuk inti yang berukuran tertentu. Sumbu-x menunjukkan variabel , sedangkan
sumbu-y menunjukkan nilai enrgi potensial yang merupakan fungsi dari . Kurva
tersebut merupakan hasil analogi dari keenam kurva yang telah dimodelkan untuk
atom thallium, tungsten, indium, kromium, tembaga, dan molybdenum.
Kurva energi potensial untuk atom thallium, tungsten, indium, kromium,
tembaga, dan molybdenum memiliki bentuk yang sama, namun nilai pada sumbu-
x dan sumbu-y yang berbeda. Nilai merupakan jari-jari inti yang dituliskan
sesuai persamaan (3.21). Nilai untuk masing-masing atom dan isotop berbeda.
Berdasarkan Gambar 4.1 diketahui bahwa kurva energi potensial untuk inti yang
berukuran tertentu dengan inti yang berupa titik memiliki nilai yang sama untuk
commit to user
yang lebih dari .
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
Kurva energi potensial untuk inti yang berukuran tertentu memiliki nilai pada
saat sama dengan nol, yaitu . Nilai sama dengan nol adalah posisi ketika
elektron menempel pada kulit bola, yaitu permukaan luar dari ini. Kurva energi
potensial untuk inti yang berupa titik nilainya mengecil tak berhingga untuk
menuju nol. Hal ini sesuai teori, karena untuk inti yang berupa titik ketika nilai
sama dengan nol maka posisi elektron adalah menempel dengan inti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Bentuk koreksi energi dan fungsi gelombang orde tiga, dan ,
adalah sebagai berikut:
〈 | | 〉〈 | | 〉〈 | | 〉
∑∑
( )( )
(〈 | | 〉)
〈 | | 〉∑
( )
〈 | | 〉〈 | | 〉(〈 | | 〉 〈 | | 〉)
∑ ∑∑
( )( )( )
〈 | | 〉〈 | | 〉(〈 | | 〉 〈 | | 〉)
∑∑
( ) ( )
〈 | | 〉
∑
( )
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
e. Koreksi energi orde satu, dua, dan tiga terhadap tingkat dasar untuk
atom tembaga adalah ; ; dan .
f. Koreksi energi orde satu, dua, dan tiga terhadap tingkat dasar untuk
atom kromium adalah ; ; dan .
5.2 Saran
Penyempurnaan penelitian ini dapat dilakukan dengan menghitung nilai
koreksi energi orde satu untuk semua tingkat energi eksitasi pertama dan kedua
pada atom thallium, tungsten, indium, molybdenum, tembaga, dan kromium.
Kasus pada tingkat energi tereksitasi diselesaikan dengan teori gangguan untuk
keadaan terdegenerasi (Winter, 1986; Gasiorowicz, 1974).
commit to user