Anda di halaman 1dari 6

isotonik dan isometrik.

Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot


menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan
tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari
otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter
adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi
isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi
meningkat.
Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan
pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik.
Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau
penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan
kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot
tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan
otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot
yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan
relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi
fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung,
1. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala pada kekurangan volume cairan diantaranya :
a. Dampak fisiologis dari imobilitas, antara lain :
1) Penurunan konsumsi oksigen maksimum
2) Penurunan fungsi ventrikel kiri
3) Penurunan volume sekuncup
4) Perlambatan fungsi usus
5) Pengurangan miksi
6) Gangguan tidur
7) Intoleransi ortostatik
8) Peningkatan denyut jantung, sinkop
9) Penurunan kapasitas kebugaran
10) Konstipasi
11) Penurunan evakuasi kandung kemih
12) Bermimpi pada siang hari, halusinasi
b. Efek Imobilisasi pada Berbagai Sistem Organ
ORGAN / SISTEM PERUBAHAN YANG TERJADI AKIBAT
IMOBILISASI
1) Muskuloskeletal
Osteoporosis, penurunan massa tulang, hilangnya kekuatan otot,
penurunan area potong lintang otot, kontraktor, degenerasi rawan sendi,
ankilosis, peningkatan tekanan intraartikular, berkurangnya volume
sendi
2) Kardiopulmonal dan pembuluh darah
Peningkatan denyut nadi istirahat, penurunan perfusi miokard, intoleran
terhadap ortostatik, penurunan ambilan oksigen maksimal (VO2 max),
deconditioning jantung, penurunan volume plasma, perubahan uji fungsi
paru, atelektasis paru, pneumonia, peningkatan stasis vena, peningkatan
agresi trombosit, dan hiperkoagulasi
3) Integumen
Peningkatan risiko ulkus dekubitus dan laserasi kulit
4) Metabolik dan endokrin
5) Keseimbangan nitrogen negatif, hiperkalsiuria, natriuresis dan deplesi
natrium, resistensi insulin (intoleransi glukosa), hiperlipidemia, serta
penurunan absorpsi dan metabolisme vitamin/mineral
2. Pemeriksaan khusus
Spasme M. Trapezius
3. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
Rg Thorax
b. EKG
LVH, LAD, Iskemik
c. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu
tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau
cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
d. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan
komputer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan
jalur jaringan lunak melalui tulang dll).
e. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan
SGOT ↑ pada kerusakan otot.
4. Komplikasi/ akibat
Akibat lanjut dari gangguan mobilitas fisik dapat meningkatkan :
1. Lumpuh
2. Gangguan kognitif
5. Terapi
Terapi yang dilakukan di Rumah Sakit
1. Ranitidin 50mg/2ml 2x1
2. Piracetam 2x3 gr
3. Diphenhydramine 3x1 Amp
4. Mecobalamin 2x1 Amp
5. Irbersatan 1x300
6. Amlodipine 1x110
7. Captopril 3x25
8. Citaz 2x100
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dnegan penurunan kekuatan otot
3. Perencaan keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu klien 1. Bantuan
mobilitas keperawatan selama 4x24 untuk tongkat
fisik jam, diharapkan mobilitas menggunak dapat
berhubunga fisik dalam keadaan normal an tongkat mengurangi
n dengan dengan kriteria haasil : saat berjalan cidera.
penurunan 1. Klien meningkatkan dan cegah
kekuatan dalam aktivitas fisik terhadap
otot. 2. Mengerti tujuan cedera.
danpeningkatan 2. Dampingi 2. Mendampin
mobilitas dan bantu gi pasien
3. Memverbalisasikan pasien saat dapat
perasaan dalam mobilisasi mempermud
meningkatkan dan bantu an pasien
kekuatan dan penuhi saat
kemampuan kebutuhan mobilisasi.
berpindah ADLs
4. Memperagangkan pasien.
pengguanaan alat 3. Berikan 3. Alat dapat
bantu untuk alat bantu mengurangi
mobilisasi (walker) jika klien resiko
memerluka cidera.
n.
4. Ajarkan 4. Merubah
klien posisi dapat
pasien mengurangi
bagaimana keregangan
merubah otot.
posisi dan
berikan
bantuan
jika
diperlukan.

4 Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi
gangguan mobilitas adalah :
a. Peningkatan fungsi sistem tubuh
b. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
c. Peningkatan fleksibilitas sendi
d. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien
menunjukkan keceriaan
REFERENSI

Nanda (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10


editor T’Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta : EGC.

Gloria M. Bulechek, et al. (2013). Nursing Interventions Classifications (NIC).


Edisi keenam. Missouri: Mosby Elsevier

Moorhead, S. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health


Outcomes.5th Edition. Missouri: Elsevier Saunder

Anda mungkin juga menyukai