863 2004 1 SM PDF
863 2004 1 SM PDF
Seng termasuk golongan mineral mikro yang sangat esensial bagi tubuh, diabsorpsi di
usus halus, terutama pada bagian proksimal jejunum. Defisiensi seng dapat menimbulkan
beberapa keadaan seperti akrodermatitis, alopesia, rabun senja, gangguan tumbuh
kembang, gangguan sistem reproduksi, atrofi serta kerusakan mukosa usus halus dengan
manifestasi diare, dan menurunnya respons imun. Mineral mikro seng berperan sebagai
anti oksidan mempengaruhi absorpsi air dan natrium, meningkatkan metabolisme
vitamin A, mencegah defisiensi enzim disakaridase, memperbaiki sistem imun, serta
sebagai ko-faktor enzim. Maka WHO menganjurkan pemberian suplementasi mineral
mikro seng pada pasien diare untuk mempercepat kesembuhan, mencegah terjadinya
komplikasi seperti diare berkepanjangan maupun gizi buruk dan bersifat relatif tidak
toksis.
S
eng merupakan mineral mikro esensial yang imun, dan sebagai ko-faktor enzim. Bhutta, dkk5 dari
sangat diperlukan oleh tubuh, merupakan Zinc Investigator, Collaborative group menyimpulkan
komponen pada lebih dari 300 enzim dan bahwa pemberian suplementasi seng pada diare akut
protein.1 Absorpsi seng terjadi di usus halus, dapat mengurangi lama dan beratnya kejadian diare.
terutama pada bagian proksimal jejunum.2,3 Defisiensi Disamping pengobatan diare menurut standar
seng akan menimbulkan gejala klinis seperti retardasi WHO, pemberian suplementasi seng elemental oral
pertumbuhan, keterlambatan maturasi seksual, hipo- dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari atau 20 mg/hari, atau
gonadisme, alopesia, akrodernatitis, keterlambatan seng sulfat 4-5 mg/kgBB/hari dapat mempengaruhi
penyembuhan luka, defisiensi imun, gangguan frekuensi, berat dan lamanya diare. 4-7 Untuk
perilaku, rabun senja, kehilangan rasa kecap dan pemberian secara oral, tersedia dalam beberapa
diare.1,4 komponen yaitu seng sulfat, seng glukonat, dan seng
Pada keadaan diare, seng berperan sebagai anti asetat sedangkan seng klorida digunakan untuk
oksidan, mempengaruhi absorpsi air dan natrium, pemberian parenteral.7
meningkatkan metabolisme vitamin A, mencegah
defisiensi enzim disakaridase, meningkatkan sistem
Antioksidan
15
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 1, Juni 2005
itu defisiensi seng akan mengakibatkan interaksi antara kecukupan seng akan menentukan kecukupan RBP.
radikal bebas yang teroksidasi dengan nitrogen oksida Seperti diketahui pelepasan retinol dari hepar akan
(NO). Nitrogen oksida (NO) dapat meningkatkan berikatan dengan RBP, sehingga kecukupan jumlah
pembentukan guanosin monofosfat siklik (cGMP), RBP akan mempengaruhi jumlah retinol di jaringan.4
selanjutnya cGMP ini akan meningkatkan protein Jumlah retinol dijaringan berpengaruh terhadap
kinase C (PKC) yang akan mempengaruhi sistem diferensiasi sel, regenerasi epitel usus, dan imunitas.4,10
tranpor pada dinding sel (transmembrane-transporter)
untuk mensekresi klorida. Sekresi ini akan diikuti oleh
natrium (Na) dan air yang menimbulkan diare sekresi. Mencegah defisiensi enzim disakaridase
Pada proses fosforilasi dan difosforilasi yaitu aktivasi
enzim PKC, terjadi kontraksi sel dan relaksasi Seng mempengaruhi regenerasi dan fungsi vili usus,
interepithelial junctions sehingga meningkatkan sehingga akan berpengaruh terhadap pembentukan
permeabilitas dari mukosa usus. Fenomena yang serupa enzim disakaridase seperti laktase, sukrose, dan maltase.
dapat terjadi melalui peningkatan cGMP juga akan Disamping itu seng juga dapat mempengaruhi tranpor
meningkatkan pembentukan adenosin monofosfat siklik Na dan glukosa. Oleh karena itu seng dapat mem-
(cAMP) yang dapat menimbulkan sekresi intestinal. pengaruhi perjalanan diare osmotik baik yang bersifat
Seng diperkirakan berperan sebagai pembersih primer ataupun sekunder, yang sebagian besar
(scavenger) terhadap NO. Hal ini terbukti pada tikus disebabkan oleh malabsorpsi dan maldigesti, di-
yang diteliti, menunjukkan bahwa seng dapat samping kurang energi protein (KEP) serta bayi berat
menghalangi pembentukan NO (Gambar 1).9 lahir rendah (BBLR).4,11
ZN PDE
cAMP
SEKRESI
Absorpsi Air dan Natrium Selama diare terjadi pengeluaran seng yang
berlebihan. Ruel, dkk 12 melaporkan bahwa anak
Percobaan pada tikus membuktikan bahwa absorpsi dengan diare akut yang dirawat di rumah sakit terjadi
air dan Na dalam usus menurun secara bermakna pada kehilangan seng 6,08 mikrogram /kgBB/jam.
defisiensi seng dan fungsi ini kembali normal dengan Sedangkan Castillo-Duran13 melaporkan pada anak
pemberian seng.6 dengan diare yang dirawat di rumah sakit pada hari
pertama di rumah sakit terjadi kehilangan seng
(159,4±59,9) mikrogram/kgBB/hari, dibandingkan
Metabolisme vitamin A dengan kontrol hanya (47,4±6,4) mikrogram/kgBB/
hari. Disimpulkan semakin lama diare berlangsung,
Seng berperan terhadap enzim yang dibutuhkan pada kadar seng dalam serum semakin rendah. Terjadilah
pembentukan retinol binding protein (RBP), sehingga suatu lingkaran setan antara diare, defisiensi seng,
16
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 1, Juni 2005
lamanya diare dan KEP (Gambar 2).6,9 Pemberian oleh virus dan bakteri.8,14 Disamping itu defisiensi seng
mineral mikro seng secara oral dapat menggantikan akan menyebabkan ukuran dari timus mengecil.
pengeluaran seng selama diare.6 Sedangkan timus berfungsi memproduksi limfosit T
Kehilangan seng
Berkurangnya
imunitas seluler
9
Gambar 2. Hubungan antara defisiensi seng, malnutrisi dan diare
17
Sari Pediatri, Vol. 7, No. 1, Juni 2005
Seng merupakan senyawa yang relatif tidak toksis. randomizol controlled trials. Am J clin Nutr 2000;
Toksisitas baru muncul pada dosis yang sangat tinggi, 72:1516-22.
jauh lebih besar dari dosis terapeutik.4,7 Hal ini karena 6. Adi Hidayat. Pemberian seng menurunkan insidens diare
seng memiliki afinitas yang tinggi terhadap elektron persisten pada anak balita. Maj, Kedok Indones.
sehingga mudah berinteraksi dengan beberapa rantai 1998;48:21-8.
asam amino.8 7. Hambrige KM. Trace elements Zinc, Coper, Selenium,
Chronium and Molybdenum. Dalam: McLaren DS,
Burman D, Belton NR, Williams AF, penyunting. Text-
Kesimpulan book of Paediatric Nutrition. Edisi ke-3. Edinburgh:
Churchill Livingstone; 1991. h. 459-68.
Seng merupakan mineral mikro esensial yang sangat 8. Shankar AH, Prasad AS. Zinc and imune funtion: the
diperlukan oleh tubuh. Pemberian suplementasi biological basis of altered resistance to infection. Am J
mineral mikro seng pada tata laksana diare, dapat Clin Nutr 1998;68:447s-63s.
mempercepat kesembuhan, dan relatif tidak toksis. 9. Wapnir RA. Zinc deficiency, malnutrition and the gas-
trointestinal tract. J Nutr 2000;130:1388s-92s.
10. Rahman MM, Vermund SH, Wahed MA, Fuchs G J,
Daftar Pustaka Baqui AH, Alvarez JO. Simultaneous zinc and vitamin
A supplementation in Bangladeshi children: randomised
1. Sri SN. Masalah defisiensi mikronutrien pada anak. double blind countrolled trial. BMJ 2002; 323:314-48.
Disampaikan pada Kongres Nasional II Badan 11. Suraatmaja S. Diare akut. Dalam: Suraatmaja S,
Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia (BKGAI), penyunting. Kapita selekta gastroenterologi. Denpasar:
Bandung, 3-5 Juli, 2003. Bag/SMF IKA FK UNUD; 2002. h. 1-24.
2. Lonnerdal B. Dietary factors influencing zinc absorp- 12. Ruel MT, Rivers JA, Santizo MC, Lonnerdal B, Brown
tion. J Nutr 2000;130:1378s-83s. KH. Impact of zinc supplementation on morbidity from
3. Krebs NF. Overview of zinc absorption and exretion in diarrhea and respiratory infections among rural
the human gastrointestinal tract. J Nutr 2000; guatemalan children. Pediatrics 1997;99:808-13.
130:1374s-7s. 13. Castillo-Duran C, Vial P, Uauy R. Trace mineral bal-
4. Ismail R. Suplementasi dan terapi seng pada diare. ance during acute diarrhea in infans. J Pediatr 1988;
Dalam: Muhyi R, Abimayu, Soetyani, HA, Isa M, 113:452-57.
penyunting. Naskah lengkap Simposium Nasional 14. Santosa H. Sistem pertahanan di dalam saluran cerna.
Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia Disampaikan pada Pendidikan Kedokteran Berkelan-
(BKGAI). Banjamasin: Chandra offset, 2000. h. 1-14. jutan IV, Bagian/SMF IKA FK Unud Denpasar, 29
5. Bhutta AZ, Sazawal S, Hidayat A, dkk. Therapeutic ef- November, 2000.
fects of oral zinc in acute and persistent diarrhea in chil- 15. Bratawijaya KG. Imunologi dasar. Edisi ke-4. Jakarta:
dren in developing countries: pooled analysis of FK UI, 2000. h. 139-60.
18