Upaya dalam menurunkan jumlah perokok di Indonesia memang tidak mudah. Ada
beberapa permasalahan yang kompleks di antaranya adalah aspek ekonomi, dan sosial.
Namun bagaimanapun juga masyarakat berhak memperoleh udara segar untuk memperoleh
sirkulasi pernafasan yang sehat. Hak tersebut mendapatkan landasan hukum dalam UUD
1945 dalam pasal 28
H ayat (1) yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”. Untuk mengatasi hal tersebut, maka ditetapkan
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Institusi yang telah menerapkan
Kawasan Tanpa Rokok umumnya adalah tempat sarana kesehatan seperti rumah sakit,
puskesmas, toko obat atau apotek, laboraturium dan tempat kesehatan lainnya, tempat
proses belajar mengajar seperti sekolah,perguruan tinggi, dan tempat pendidikan lainnya,
tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura dan tempat ibadah lainnya, beberapa tempat kerja
seperti perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta serta tempat umum seperti pusat
perbelanjaan, tempat kegiatan anak-anak, angkutan umum, tempat umum seperti taman
kota
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan produk tembakau. Pengertian tersebut tertuang dalam pasal pertama
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri
No.188/Menkes/PB/I/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Asap Rokok.
Diharapkan dengan pedoman tersebut terjadi intervensi yang kuat terhadap pengendalian
perokok yang sering menghisap rokok di sembarang tempat.
sekarang maupun yang akan datang. Komitmen bersama dari berbagai elemen akan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan KTR. Hanya Undang-Undang atau PERDA
KTR yang dapat memberikan perlindungan hukum bagi bukan perokok terhadap paparan
asap rokok orang lain (TCSC, 2012)