Anda di halaman 1dari 4

Latar belakang

Urine atau air seni adalah cairan sisa yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi. Eskresi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh
ginjal dan untuk menjaga homeostatis cairan tubuh. Dalam mempertahankna
homeostatis tubuh peranan urine sangat penting, karena sebagian pembuangan
cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urine.

Ada tiga pembentukan urine, yaitu proses filtrasi yang terjadi di glomerulus,
proses reabsorpsi yang terjadi di tubulus proksimal, dan proses sekresi yang terjadi
pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal, selanjutnya diteruskan ke ureter masuk
ke vesika urinaria.

Unrine normal pada manusia terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak,
kreatinin, asam laktat, asam fosfat, klorida, garam-garam terutama garam dapur dan
zat-zat yang berlebihan didalam darah. Semua cairan dan materi pembentuk urine
tersebut berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah
sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang pentiing bagi tubuh, diserap
kembali kedalam tubuh melalui molekul pembawa.

TUJUAN

Melakukan analisis fisik pada urine

Mengetahui ada atau tidaknya glukosa atau protein didalam urine

Mengetahui Ph urine

BAB II

DASAR TEORI

Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat


kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma (Frandson, 1992). Urine atau
urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

Urine yang normal memiliki ciri-ciri antara lain: warnanya kuning atau
kuning gading yang berasal dari zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin),
transparan, pH berkisar dari 4,6-8,0 atau rata-rata 6, berat jenis 1,001-1,035, bila
agak lama berbau seperti amoniak (Basoeki, 2000).

Unsur-nsur normal dalam urine misalnya adanya urea yang lebih dari 25-30
gram dalam urine. Urea ini merupakan hasil akhir dari metabolisme protein pada
mamalia. Ekskresi urea meningkat bila katabolisme protein meningkat, seperti pada
demam, diabetes, atau aktifitas korteks adrenal yang berlebihan. Jika terdapat
penurunan produksi urea misalnya pada stadium akhir penyakit hati yang fatal atau
pada asidosis karena sebagian dari nitrogen yang diubah menjadi urea dibelokkan
ke pembentukan amoniak (Soewolo, 2003).

Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra. Sistem ini
membantu mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urine yang
merupakan hasil sisa metabolisme (Soewolo, 2003). Ginjal yang mempertahankan
susunan kimia cairan tubuh melalui beberapa proses, yaitu:

1. Filtrasi Glomerular, yaitu filtrasi plasma darah oleh Glomerulus


2. Reabsorpsi tubular, melakukan reabsorpsi (absorpsi kembali) secara selektif
zat –zat seperti garam, air, gula sederhana, asam amino dari tubulus ginjal
ke kapiler peritubular.
3. Sekresi peritubular, sekresi zat – zat dari kapiler darah ke dalam lumen
tubulus, proses sekresi ini mengikutsertakan penahanan kalium, asam urat,
amino organic dan ion hydrogen, yang berfungsi untuk memperbaiki
komponen buffer darah dan mengeluarkan zat – zat yang mungkin
merugikan.

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urine pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Sifat – sifat urine adalah:

1. Volume urine normal orang dewasa 600 – 25000 ml/ hari. Jumlah ini
tergantung pada masukan air, suhu luar, makanan dan keadaan mental/ fisik
individu, produk akhir nitrogen dan kopi, teh serta alkohol mempunyai efek
diuretic.
2. Berat jenis berkisar antara 1,003 – 1,030
3. Reaksi urine biasanya asam dengan pH kurang dari 6(berkisar 4,7 – 8). Bila
masukan protein tinggi, urine menjadi asam sebab fosfor dan sulfat berlebihan
dari hasil metabolism protein.
4. Warna urine normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya
urokrom, sedikit urobilin dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urine
berwarna kuning tua atau kecoklatan. Pada penyakit hati pigmen empedu
mewarnai urine menjadi hijau, coklat atau kuning tua. Darah (hemoglobin)
memberi warna seperti asap sampai merah pada urine.
5. Urine segar beraroma sesuai dengan zat – zat yang dimakannya.

Unsur – unsur normal dalam urine misalnya adalah:

1. Urea yang lebih dari 25 – 30 gram dalam urine.


2. Amonia, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urine segar
3. Kreatinin dan keratin, normalnya 20 – 26 mg/kg pada laki – laki, pada
perempuan 14 – 22 mg/kg.
4. Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi purine dalam tubuh
5. Asam amino, hanya sedikit dalam urine
6. Klorida, terutama diekskresikan sebagai natrium klorida
7. Sulfur, berasal dari protein yang mengandung sulfur dari makanan
8. Fosfat di urine adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat
9. Oksalat dalam urine rendah
10. Mineral, natrium, kalsium, kalium dan magnesium ada sedikit dalam urine
11. Vitamin, hormone, dan enzim ditemukan dalam urine dengan jumlah kecil.
Unsur – unsur abnormal dari urine:

1. Protein: proteinuria (albuminuria) yaitu adanya albumin dan globulin dalam


urine
2. Glukosa: glukosaria tidak tetap dapat ditemukan setelah stress emosi, 15%
kasus glikosuria tidak karena diabetes.

Dalam Basoeki (2000) disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat


banyak cara metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang
terkandung di dalam urine. Analisis urine dapat berupa analisis fisik, analisi
kimiawi dan anlisis secara mikroskopik.

Analisis urine secara fisik meliputi pengamatan warna urine, berat jenis
cairan urine dan pH serta suhu urine itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat
meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk
analisis kandungan proteinm ada banyak sekali metode yang ditawarkan , mulai
dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah
analisis secara mikroskopik, sampel urine secara langsung diamati dibawah
mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam
urine tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri (Basoeki,
2000).

Anda mungkin juga menyukai